Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Laporan Pendahuluan Mobilisasi”.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Praktik Profesi Ners
di STIKES Karya Husada Semarang. Selanjutnya penulis mengucapkan terima
kasih kepada Ibu Anita selaku CI pembimbing di Ruang Rajawali 1A RSUP dr
Kariadi.
Penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan dalam penulisan
makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................1
DAFTAR ISI................................................................................................................2
BAB I...........................................................................................................................2
LAPORAN PENDAHULUAN...................................................................................2
A. Pengertian..........................................................................................................2
B. Penyebab...........................................................................................................3
C. Klasifikasi.........................................................................................................4
D. Patofisiologi......................................................................................................5
E. Pathway.............................................................................................................7
F. Pengkajian Keperawatan..................................................................................8
G. Diagnosa Keperawatan.....................................................................................9
H. Intervensi Keperawatan....................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................14

BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

2
A. Pengertian
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas,
mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat.
Mobilisasi diperlukan untuk meninngkatkan kesehatan, memperlambat proses
penyakit khususnya penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi (Mubarak,
2008).
Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan
menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal, dorong untuk
menggerakkan kaki dan tungkai bawah sesegera mungkin, biasanya dalam
waktu 12 jam.
Imobilisasi adalah suatu kondisi yang relatif, dimana individu tidak saja
kehilangan kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami
penurunan aktifitas dari kebiasaan normalnya (Mubarak, 2008).

B. Penyebab
Faktor-faktor yang mempngaruhi mobilisasi
1. Gaya hidup
Mobilitas seseorang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai-
nilai yang dianut, serta lingkungan tempat ia tinggal (masyarakat).
2. Ketidakmampuan
Kelemahan fisik dan mental akan menghalangi seseorang untuk
melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Secara umum ketidakmampuan
dibagi menjadi dua yaitu :
a. Ketidakmampuan primer yaitu disebabkan oleh penyakit atau trauma
(misalnya : paralisis akibat gangguan atau cedera pada medula
spinalis).
b. Ketidakmampuan sekunder yaitu terjadi akibat dampak dari
ketidakmampuan primer (misalnya : kelemahan otot dan tirah baring).
Penyakit-penyakit tertentu dan kondisi cedera akan berpengaruh
terhadap mobilitas.

3. Tingkat energi

3
Energi dibutuhkan untuk banyak hal, salah satunya mobilisasi.
Dalam hal ini cadangan energi yang dimiliki masing-masing individu
bervariasi.
4. Usia
Usia berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam
melakukan mobilisasi. Pada individu lansia, kemampuan untuk melakukan
aktifitas dan mobilisasi menurun sejalan dengan penuaan (Mubarak, 2008)

C. Klasifikasi
Menurut Mubarak (2008) secara umum ada beberapa macam keadaan
imobilitas antara lain :
1. Imobilitas fisik : kondisi ketika seseorang mengalami keterbatasan fisik
yang disebabkan oleh faktor lingkungan maupun kondisi orang tersebut.
2. Imobilitas intelektual : kondisi ini dapat disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan untuk dapat berfungsi sebagaimana mestinya, misalnya pada
kasus kerusakan otak
3. Imobilitas emosional : kondisi ini bisa terjadi akibat proses pembedahan
atau kehilangan seseorang yang dicintai
4. Imobilitas sosial : kondisi ini bisa menyebabkan perubahan interaksi sosial
yang sering terjadi akibat penyakit.(Mubarak, 2008).

Rentang Gerak dalam mobilisasi


Dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu :
a. Rentang gerak pasif
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot
dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif
misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.
Ada berbagai macam gerakan ROM, yaitu :
1. Fleksi, yaitu berkurangnya sudut persendian.
2. Ekstensi, yaitu bertambahnya sudut persendian.
3. Hiperekstensi, yaitu ekstensi lebih lanjut.
4. Abduksi, yaitu gerakan menjauhi dari garis tengah tubuh.
5. Adduksi, yaitu gerakan mendekati garis tengah tubuh.
6. Rotasi, yaitu gerakan memutari pusat dari tulang.

4
7. Eversi, yaitu perputaran bagian telapak kaki ke bagian luar, bergerak
membentuk sudut persendian.
8. Inversi, yaitu putaran bagian telapak kaki ke bagian dalam bergerak
membentuk sudut persendian.
9. Pronasi, yaitu pergerakan telapak tangan dimana permukaan tangan
bergerak ke bawah.
10. Supinasi, yaitu pergerakan telapak tangan dimana permukaan tangan
bergerak ke atas.
11. Oposisi, yaitu gerakan menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari
tangan pada tangan yang sama

b. Rentang gerak aktif


Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan
cara menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya berbaring pasien
menggerakkan kakinya.
c. Rentang gerak fungsional
Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan
aktifitas yang diperlukan (Carpenito, 2000)
D. Patofisiologi
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem
otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot Skeletal
mengatur gerakan tulang karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan
relaksasi yang bekerja sebagai sistem pengungkit. Ada dua tipe kontraksi
otot: isotonik dan isometrik. Pada kontraksi isotonik, peningkatan tekanan
otot menyebabkan otot memendek. Kontraksi isometrik menyebabkan
peningkatan tekanan otot atau kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau
gerakan aktif dari otot, misalnya, menganjurkan klien untuk latihan
kuadrisep. Gerakan volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan
isometrik. Meskipun kontraksi isometrik tidak menyebabkan otot memendek,
namun pemakaian energi meningkat. Perawat harus mengenal adanya
peningkatan energi (peningkatan kecepatan pernafasan, fluktuasi irama
jantung, tekanan darah) karena latihan isometrik. Hal ini menjadi kontra
indikasi pada klien yang sakit (infark miokard atau penyakit obstruksi paru
kronik). Postur dan Gerakan Otot merefleksikan kepribadian dan suasana hati

5
seseorang dan tergantung pada ukuran skeletal dan perkembangan otot
skeletal. Koordinasi dan pengaturan dari kelompok otot tergantung dari tonus
otot dan aktifitas dari otot yang berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan
gravitasi. Tonus otot adalah suatu keadaan tegangan otot yang seimbang.
Ketegangan dapat dipertahankan dengan adanya kontraksi dan relaksasi
yang bergantian melalui kerja otot. Tonus otot mempertahankan posisi
fungsional tubuh dan mendukung kembalinya aliran darah ke jantung.
Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi berkurang.
Skeletal adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang:
panjang, pendek, pipih, dan ireguler (tidak beraturan). Sistem skeletal
berfungsi dalam pergerakan, melindungi organ vital, membantu mengatur
keseimbangan kalsium, berperan dalam pembentukan sel darah merah.
Sendi adalah hubungan di antara tulang, diklasifikasikan menjadi:
- Sendi sinostotik mengikat tulang dengan tulang mendukung kekuatan dan
stabilitas. Tidak ada pergerakan pada tipe sendi ini. Contoh: sakrum, pada
sendi vertebra.
- Sendi kartilaginous/sinkondrodial, memiliki sedikit pergerakan, tetapi
elastis dan menggunakan kartilago untuk menyatukan permukaannya.
Sendi kartilago terdapat pada tulang yang mengalami penekanan yang
konstan, seperti sendi, kostosternal antara sternum dan iga.
- Sendi fribrosa/sindesmodial, adalah sendi di mana kedua permukaan
tulang disatukan dengan ligamen atau membran. Serat atau ligamennya
fleksibel dan dapat diregangkan, dapat bergerak dengan jumlah yang
terbatas. Contoh: sepasang tulang pada kaki bawah (tibia dan fibula) .
- Sendi sinovial atau sendi yang sebenarnya adalah sendi yang dapat
digerakkan secara bebas dimana permukaan tulang yang berdekatan
dilapisi oleh kartilago artikular dan dihubungkan oleh ligamen oleh
membran sinovial. Contoh: sendi putar seperti sendi pangkal paha (hip)
dan sendi engsel seperti sendi interfalang pada jari.
- Ligamen adalah ikatan jaringan fibrosa yang berwarna putih, mengkilat,
fleksibel mengikat sendi menjadi satu sama lain dan menghubungkan
tulang dan kartilago. Ligamen itu elastis dan membantu fleksibilitas sendi
dan memiliki fungsi protektif. Misalnya, ligamen antara vertebra, ligamen

6
non elastis, dan ligamentum flavum mencegah kerusakan spinal kord
(tulang belakang) saat punggung bergerak.
- Tendon adalah jaringan ikat fibrosa berwarna putih, mengkilat, yang
menghubungkan otot dengan tulang. Tendon itu kuat, fleksibel, dan tidak
elastis, serta mempunyai panjang dan ketebalan yang bervariasi, misalnya
tendon akhiles/kalkaneus.
- Kartilago adalah jaringan penghubung pendukung yang tidak mempunyai
vaskuler, terutama berada disendi dan toraks, trakhea, laring, hidung, dan
telinga. Bayi mempunyai sejumlah besar kartilago temporer. Kartilago
permanen tidak mengalami osifikasi kecuali pada usia lanjut dan penyakit,
seperti osteoarthritis.
- Sistem saraf mengatur pergerakan dan postur tubuh. Area motorik
volunteer utama, berada di konteks serebral, yaitu di girus prasentral atau
jalur motorik.
- Propriosepsi adalah sensasi yang dicapai melalui stimulasi dari bagian
tubuh tertentu dan aktifitas otot. Proprioseptor memonitor aktifitas otot
dan posisi tubuh secara berkesinambungan. Misalnya proprioseptor pada
telapak kaki berkontribusi untuk memberi postur yang benar ketika berdiri
atau berjalan. Saat berdiri, ada penekanan pada telapak kaki secara terus
menerus. Proprioseptor memonitor tekanan, melanjutkan informasi ini
sampai memutuskan untuk mengubah posisi.

7
E. Pathway
faktor usia, cedera fisik, trombus pada pembuluh darah

Penurunan perfusi jaringan

Hipoksia

Iskemia

Metabolisme anaerob aktivitas elektrolit terganggu

Penurunan asam laktat pompa Na dan Kalium gagal

Asidosis lokal, H meningkat, PCO meningkat, PCO2 menurun

edema serebral TIK meningkat

perfusi otak menurun herniasi otak


Gangguan
nekrosis jaringan otak kematian
perfusi jaringan
defisit neurologis

lobus frontalis lobus temporalis lobus parietalis lobus oksipitalis

Intoleransi aktivitas Defisit perawatan


diri
Gangguan mobilisasi

F. Pengkajian Keperawatan
1. Aspek biologis
a. Usia. Faktor usia berpengaruh terhadap kemampuan melakukan
aktifitas, terkait dengan kekuatan muskuloskeletal. Hal yang perlu
dikaji diantaranya adalah postur tubuh yang sesuai dengan tahap
pekembangan individu.
b. Riwayat keperawatan. Hal yang perlu dikaji diantaranya adalah
riwayat kesehatan sekarang, dahulu dan penyakit keluarga dan
riwayat adanya gangguan pada sistem muskuloskeletal,

8
ketergantungan terhadap orang lain dalam melakukan aktivitas, jenis
latihan atau olahraga yang sering dilakukan klien dan lain-lain.
c. Pemeriksaan fisik, meliputi rentang gerak, kekuatan otot, sikap
tubuh, dan dampak imobilisasi terhadap sistem tubuh, hemodinamik,
GCS, tingkat aktifitas,
- Kategori tingkat kemampuan aktivitas

Tingkat Aktivitas/ Mobilitas Kategori


0 Mampu merawat sendiri secara penuh
1 Memerlukan penggunaan alat
2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang
lain
3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang
lain, dan peralatan
4 Sangat tergantung dan tidak dapat
melakukan atau berpartisipasi dalam
perawatan

- Rentang Gerak

9
Derajat Rentang
Gerak Sendi
Normal
Bahu Adduksi: gerakan lengan ke lateral dari 180
posisi samping ke atas kepala, telapak
tangan menghadap ke posisi yang paling
jauh.
Siku Fleksi: angkat lengan bawah ke arah 150
depan dan ke arah atas menuju bahu.
Pergelangan Fleksi: tekuk jari-jari tangan ke arah 80-90
tangan bagian dalam lengan bawah.
Ekstensi: luruskan pergelangan tangan 80-90
dari posisi fleksi
Hiperekstensi: tekuk jari-jari tangan ke 70-90
arah belakang sejauh mungkin
Abduksi: tekuk pergelangan tangan ke 0-20
sisi ibu jari ketika telapak tangan
menghadap ke atas.
Adduksi: tekuk pergelangan tangan ke 30-50
arah kelingking telapak tangan
menghadap ke atas.
Tangan dan Fleksi: buat kepalan tangan 90
jari Ekstensi: luruskan jari 90
Hiperekstensi: tekuk jari-jari tangan ke 30
belakang sejauh mungkin
Abduksi: kembangkan jari tangan 20
Adduksi: rapatkan jari-jari tangan dari 20
posisi abduksi
- Derajat kekuatan otot

Persentase kekuatan normal


Skala Karakteristik
(%)
0 0 Paralisis sempurna
1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi
otot dapat di palpasi atau
dilihat
10
2 25 Gerakan otot penuh melawan
gravitasi dengan topangan
3 50 Gerakan yang normal melawan
gravitasi
4 75 Gerakan penuh yang normal
melawan gravitasi dan
melawan tahanan minimal
5 100 Kekuatan normal, gerakan
penuh yang normal melawan
gravitasi dan tahanan penuh

2. Aspek psikologis
Aspek psikologis yang perlu dikaji di antaranya adalah bagaimana
respons psikologis klien terhadap masalah gangguan aktivitas yang
dialaminya, mekanisme koping yang digunakan klien dalam
menghadapi gangguan aktivitas dan lain-lain.
3. Aspek sosial kultural
Pengkajian pada aspek sosial kultural ini dilakukan untuk
mengidentifikasi dampak yang terjadi akibat gangguan aktifitas yang
dialami klien terhadap kehidupan sosialnya, misalnya bagaimana
pengaruhnya terhadap pekerjaan, peran diri baik dirumah, kantor
maupun sosial dan lain-lain
4. Aspek spiritual
Hal yang perlu dikaji pada aspek ini adalah bagaimana keyakinan
dan nilai yang dianut klien dengan kondisi kesehatan yang dialaminya
sekarang, seperti apakah klien menunjukan keputusasaannya?
Bagaimana pelaksanaan ibadah klien dengan keterbatasan kemampuan
fisiknya? Dan lain-lain (Asmadi, 2008).
G. Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas
2. Gangguan mobilitas fisik
3. Defisit perawatan diri (Tarwoto & Wartonah, 2003)

H. Intervensi Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kelemahan umum

11
No Diagnosa Tujuan Keperawatan Rencana Tindakan
Keperawatan ( NOC ) (NIC )
(NANDA)
1. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Asuhan Managemen Energi
berhubungan keperawatan selama …. x 24 jam : - Tentukan penyebab keletihan:
dengan Kelemahan - Klien mampu mengidentifikasi :nyeri, aktifitas, perawatan ,
umum aktifitas dan situasi yang pengobatan
menimbulkan kecemasan yang - Kaji respon emosi, sosial dan
berkonstribusi pada intoleransi spiritual terhadap aktifitas.
aktifitas. - Evaluasi motivasi dan keinginan
- Klien mampu berpartisipasi klien untuk meningkatkan
dalam aktifitas fisik tanpa aktifitas.
disertai peningkatan TD, N, RR - Monitor respon kardiorespirasi
dan perubahan ECG terhadap aktifitas : takikardi,
- Klien mengungkapkan secara disritmia, dispnea, diaforesis,
verbal, pemahaman tentang pucat.
kebutuhan oksigen, pengobatan - Monitor asupan nutrisi untuk
dan atau alat yang dapat memastikan ke adekuatan
meningkatkan toleransi terhadap sumber energi.
aktifitas.
- Monitor respon terhadap
- Klien mampu berpartisipasi pemberian oksigen : nadi, irama
dalam perawatan diri tanpa jantung, frekuensi Respirasi
bantuan atau dengan bantuan terhadap aktifitas perawatan diri.
minimal tanpa menunjukkan
- Letakkan benda-benda yang
kelelahan
sering digunakan pada tempat
yang mudah dijangkau
- Kelola energi pada klien dengan
pemenuhan kebutuhan makanan,
cairan, kenyamanan / digendong
untuk mencegah tangisan yang
menurunkan energi.
- Kaji pola istirahat klien dan
adanya faktor yang
menyebabkan kelelahan.

Terapi Aktivitas

12
- Bantu klien melakukan ambulasi
yang dapat ditoleransi.
- Rencanakan jadwal antara
aktifitas dan istirahat.
- Bantu dengan aktifitas fisik
teratur : misal: ambulasi, berubah
posisi, perawatan personal,
sesuai kebutuhan.
- Minimalkan anxietas dan stress,
dan berikan istirahat yang
adekuat
- Kolaborasi dengan medis untuk
pemberian terapi, sesuai indikasi

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan : Kerusakan sensori


persepsi.
No Diagnosa Tujuan Keperawatan Rencana Tindakan
Keperawatan ( NOC ) (NIC )
(NANDA)
2. Gangguan Setelah dilakukan asuhan Latihan Kekuatan
mobilitas fisik keperawatan selama ...x 24 jam - Ajarkan dan berikan dorongan pada
berhubungan klien menunjukkan: klien untuk melakukan program
dengan : Kerusakan - Mampu mandiri total latihan secara rutin
sensori persepsi. Latihan untuk ambulasi
- Membutuhkan alat bantu
- Membutuhkan bantuan orang - Ajarkan teknik Ambulasi &

lain perpindahan yang aman kepada


klien dan keluarga.
- Membutuhkan bantuan orang
lain dan alat - Sediakan alat bantu untuk klien
seperti kruk, kursi roda, dan walker
- Tergantung total
- Beri penguatan positif untuk
berlatih mandiri dalam batasan
Dalam hal :
yang aman.
- Penampilan posisi tubuh yang
Latihan mobilisasi dengan kursi
benar
roda
- Pergerakan sendi dan otot
- Ajarkan pada klien & keluarga

13
- Melakukan perpindahan/ tentang cara pemakaian kursi roda
ambulasi : miring kanan-kiri, & cara berpindah dari kursi roda ke
berjalan, kursi roda tempat tidur atau sebaliknya.
- Dorong klien melakukan latihan
untuk memperkuat anggota tubuh
- Ajarkan pada klien/ keluarga
tentang cara penggunaan kursi roda
Latihan Keseimbangan
- Ajarkan pada klien & keluarga
untuk dapat mengatur posisi secara
mandiri dan menjaga
keseimbangan selama latihan
ataupun dalam aktivitas sehari hari.
Perbaikan Posisi Tubuh yang Benar
- Ajarkan pada klien/ keluarga untuk
mem perhatikan postur tubuh yg
benar untuk menghindari kelelahan,
keram & cedera.
- Kolaborasi ke ahli terapi fisik untuk
program latihan.

3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan :Kerusakan neurovaskuler


No Diagnosa Tujuan Keperawatan Rencana Tindakan
Keperawatan ( NOC ) (NIC )
(NANDA)
Defisit perawatan diri Setelah dilakukan asuhan Bantuan Perawatan Diri: Mandi,
berhubungan keperawatan selama... x24 jm higiene mulut, penil/vulva, rambut,
dengan :Kerusakan Klien mampu : kulit
neurovaskuler - Melakukan ADL mandiri : - Kaji kebersihan kulit, kuku,
mandi, hygiene mulut ,kuku, rambut, gigi, mulut, perineal, anus
penis/vulva, rambut, - Bantu klien untuk mandi, tawarkan
berpakaian, toileting, makan- pemakaian lotion, perawatan kuku,
minum, ambulasi rambut, gigi dan mulut, perineal

14
- Mandi sendiri atau dengan dan anus, sesuai kondisi
bantuan tanpa kecemasan - Anjurkan klien dan keluarga untuk
- Terbebas dari bau badan dan melakukan oral hygiene sesudah
mempertahankan kulit utuh makan dan bila perlu

- Mempertahankan kebersihan - Kolaborasi dgn Tim Medis / dokter


area perineal dan anus gigi bila ada lesi, iritasi, kekeringan

- Berpakaian dan melepaskan mukosa mulut, dan gangguan

pakaian sendiri integritas kulit.


Bantuan perawatan diri :
- Melakukan keramas, bersisir,
berpakaian
bercukur, membersihkan kuku,
berdandan - Kaji dan dukung kemampuan klien
untuk berpakaian sendiri
- Makan dan minum sendiri,
meminta bantuan bila perlu - Ganti pakaian klien setelah
personal hygiene, dan pakaikan
- Mengosongkan kandung kemih
pada ektremitas yang sakit/ terbatas
dan bowel
terlebih dahulu, Gunakan pakaian
yang longgar
- Berikan terapi untuk mengurangi
nyeri sebelum melakukan aktivitas
berpakaian sesuai indikasi
Bantuan perawatan diri : Makan-
minum
- Kaji kemampuan klien untuk
makan : mengunyah dan menelan
makanan
- Fasilitasi alat bantu yg mudah
digunakan klien
- Dampingi dan dorong keluarga
untuk membantu klien saat makan
Bantuan Perawatan Diri: Toileting
- Kaji kemampuan toileting: defisit
sensorik
(inkontinensia),kognitif(menahan
untuk toileting), fisik (kelemahan
fungsi/ aktivitas)
- Ciptakan lingkungan yang

15
aman(tersedia pegangan dinding/
bel), nyaman dan jaga privasi
selama toileting
- Sediakan alat bantu (pispot, urinal)
di tempat yang mudah dijangkau
- Ajarkan pada klien dan keluarga
untuk melakukan toileting secara
teratur.

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta : Salemba
Medika.

Perry & Potter. 2006. Buku ajar fundal mental keperawatan konsep, proses
dan praktik. Edisi 4. Jakarta : EGC.

Tarwoto & Wartonah, 2003. Kebutuhan dasar manusia & proses keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika.

Wilkinson, Judith M. 2007. Buku saku diagnosa keperawatan dengan


intervensi NIC dan kriteria hasil NOC. Jakarta : EGC.

16

Anda mungkin juga menyukai