Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL

SITI AZLINDA
NIM 16010136

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr SOEBANDI JEMBER
YAYASAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL
2019
LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL

1.1 Pengertian
Psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu, baik yang
bersifat psikologik maupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik. masalah
kejiwaan dan kemasyarakatan yang mempunyai pengaruh timbal balik, sebagai
akibat terjadinya perubahan sosial dan atau gejolak sosial dalam masyarakat yang
dapat menimbulkan gangguan jiwa (Setiawan, 2016).

1.2 Tahap Perkembangan Psikososial


Delapan tahap/fase perkembangan kepribadian memiliki ciri utama setiap
tahapnya adalah di satu pihak bersifat biologis. Adapun tingkatan dalam delapan
tahap perkembangan yang dilalui oleh setiap manusia adalah sebagai berikut
(Herman, 2011):
1. Trust vs Mistrust (percaya vs tidak percaya)
a. Terjadi pada usia 0 s/d 18 bulan.
b. Dari lahir sampai usia satu tahun dan merupakan tingkatan paling dasar
dalam hidup.
c. Bayi sangat tergantung dari pengasuhan.
d. Jika anak berhasil membangun kepercayaan, dia akan merasa selamat dan
aman dalam dunia.
2. Autonomy vs Shame and Doubt (otonomi vs malu dan ragu-ragu)
a. Terjadi pada usia 18 bulan s/d 3 tahun
b. Masa awal kanak-kanak dan berfokus pada perkembangan besar dari
pengendalian diri.
c. Latihan penggunaan toilet adalah bagian yang penting.
d. Kejadian-kejadian penting lain meliputi pemerolehan pengendalian lebih
yakni atas pemilihan makanan, mainan yang disukai, dan juga pemilihan
pakaian.
e. Anak yang berhasil melewati tingkat ini akan merasa aman dan percaya diri,
sementara yang tidak berhasil akan merasa tidak cukup dan ragu-ragu
terhadap diri sendiri.
3. Initiative vs Guilt ( inisiatif dan rasa bersalah)
a. Terjadi pada usia 3 s/d 5 tahun.
b. Masa usia prasekolah mulai menunjukkan kekuatan dan kontrolnya akan
dunia melalui permainan langsung dan interaksi sosial lainnya.
c. Anak yang berhasil dalam tahap ini merasa mampu dan kompeten dalam
memimpin orang lain. Adanya peningkatan rasa tanggung jawab dan
prakarsa.
d. Mereka yang gagal mencapai tahap ini akan merasakan perasaan bersalah,
perasaan ragu-ragu, dan kurang inisiatif.
e. Rasa bersalah dapat digantikan dengan cepat oleh rasa berhasil.
4. Industry vs inferiority (tekun vs rasa rendah diri)
a. Terjadi pada usia 6 s/d pubertas.
b. Melalui interaksi sosial, anak mulai mengembangkan perasaan bangga
terhadap keberhasilan dan kemampuan mereka.
c. Anak yang didukung dan diarahkan oleh orang tua dan guru membangun
peasaan kompeten dan percaya dengan ketrampilan yang dimilikinya.
d. Anak yang menerima sedikit atau tidak sama sekali dukungan dari orang tua,
guru, atau teman sebaya akan merasa ragu akan kemampuannya untuk
berhasil.
e. Prakarsa yang dicapai sebelumnya memotivasi mereka untuk terlibat dengan
pengalaman baru.
f. Ketika beralih ke masa pertengahan dan akhir kanak-kanak, mereka
mengarahkan energi mereka menuju penguasaan pengetahuan dan
keterampilan intelektual.
g. Permasalahan yang dapat timbul pada tahun sekolah dasar adalah
berkembangnya rasa rendah diri, perasaan tidak berkompeten dan tidak
produktif.
h. Guru memiliki tanggung jawab khusus bagi perkembangan ketekunan anak-
anak.
5. Identity vs identify confusion (identitas vs kebingungan identitas)
a. Terjadi pada masa remaja, yakni usia 10 s/d 20 tahun
b. Selama remaja ia mengekplorasi kemandirian dan membangun kepakaan
dirinya.
c. Anak dihadapkan dengan penemuan siapa, bagaimana, dan kemana mereka
menuju dalam kehidupannya.
d. Anak dihadapkan memiliki banyak peran baru dan status sebagai orang
dewasa, pekerjaan dan romantisme.
e. Jika remaja menjajaki peran dg cara yang sehat dan positif maka identitas
positif akan dicapai.
f. Jika suatu identitas remaja ditolak oleh orangtua, jika remaja tidak secara
memadai menjajaki banyak peran, jika jalan masa depan positif tidak
dijelaskan, maka kebingungan identitas merajalela.
g. Bagi mereka yang menerima dukungan memadai maka eksplorasi personal,
kepekaan diri, perasaan mandiri dan control dirinya akan muncul dalam
tahap ini.
h. Bagi mereka yang tidak yakin terhadap kepercayaan diri dan hasratnya, akan
muncul rasa tidak aman dan bingung terhadap diri dan masa depannya.
6. Intimacy vs isolation (keintiman vs keterkucilan)
a. Terjadi selama masa dewasa awal (20an s/d 30an tahun)
b. Tahap ini penting, yaitu tahap seseorang membangun hubungan yang dekat
& siap berkomitmen dg orang lain.
c. Mereka yang berhasil di tahap ini, akan mengembangkan hubungan yang
komit dan aman.
d. Identitas personal yang kuat penting untuk mengembangkan hubungan yang
intim.
e. Jika mengalami kegagalan, maka akan muncul rasa keterasingan dan jarak
dalam interaksi dengan orang.
7. Generativity vs Stagnation (Bangkit vs Stagnan)
a. Terjadi selama masa pertengahan dewasa
b. Selama masa ini, mereka melanjutkan membangun hidupnya berfokus
terhadap karir dan keluarga.
c. Mereka yang berhasil dalam tahap ini, maka akan merasa bahwa mereka
berkontribusi terhadap dunia.
d. Mereka yang gagal melalui tahap ini, akan merasa tidak produktif dan tidak
terlibat di dunia ini.
8. Integrity vs depair (integritas vs putus asa)
a. Terjadi selama masa akhir dewasa.
b. Cenderung melakukan cerminan diri terhadap masa lalu.
c. Mereka yang tidak berhasil pada fase ini, akan merasa bahwa hidupnya
percuma dan mengalami banyak penyesalan.
d. Individu akan merasa kepahitan hidup dan putus asa.
e. Mereka yang berhasil melewati tahap ini, berarti ia dapat mencerminkan
keberhasilan dan kegagalan yang pernah dialami.
f. Individu ini akan mencapai kebijaksaan, meskipun saat menghadapi
kematian.
1.3 Konsep Dasar Psikososial
Dalam kebutuhan Maslow dinyatakan bahwa tingkat yang paling tinggi dalam
kebutuhan manusia adalah tercapainya aktualisasi diri untuk mencapai aktualisasi
diri diperlukan konsep diri yang sehat (Fitria, 2013).
1.3.1 Konsep diri
Konsep diri adalah semua perasaan kepercayaan dan nilai yang diketahui
tentang dirinya dan memengaruhi individu dalam bersosialisasi dengan orang lain.
Konsep diri berkembang secara bertahap saat bayi molai mengenal dan
membedakan dirinya dengan orang lain. Pembentukan konsep diri ini sangat
dipengaruhi oleh asuhan orang tua dan lingkungannya (Keliat, 2011).
a. Komponen konsep diri
1) Citra diri: adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak
sadar. Sikap ini mencakup presepsi dari pasangan tentang ukuran, bentuk,
dan fungsi penampilan tubuh saat ini dan masa lalu.
2) Ideal diri: Presepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku sesuai
dengan standar perilaku. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita dan harapan
pribadi.
3) Harga diri: Harga diri adalah penilaian terhadap hasil yang dicapai dengan
analisis, sejauh mana perilaku memenuhi ideal diri. Jika individu selalu
sukses maka cenderung harga dirinya akan tinggi dan jika mengalami
kegagalan cenderung harga diri menjadi rendah. Harga diperoleh dari diri
sendiri dan orang lain.
4) Peran diri: Peran diri adalah pola sikap, perilaku nilai yang diharapkan dari
seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat.
5) Identitas diri: Identitas diri adalah kesadaran akan dirinya sendiri yang
bersumber dari observasi dan penilaian yang merupakan sintesis dari
semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri
1) Tingkat perkembangan dan kematangan
Perkembangan anak seperti perkembangan menta, perlakuan, dan
pertumbuhan anak akan mempengaruhi konsep dirinya.
2) Budaya
Pada usia anak-anak nilai-nilai akan diadopsi dari orang tuanya,
kelompoknya, dan lingkungannya. Orang tua yang bekerja seharian akan
membawa anak lebih dekat pada lingkungannya.
3) Sumber eksternal dan internal
Kekuatan dan perkembangan pada individu sangat berpengaruh terhadap
konsep diri. Pada sumber internal misalnya, orang yang humoris koping
individunya lebih efektif. Sumber eksternal misalnya adanya dukungan
dari masyarakat dan ekonomi yang kuat.
4) Pengamatan sukses dan gagal
Ada kecenderungan bahwa riwayat sukses akan meningkatkan konsep diri
demikian pula sebaliknya.
5) Sensor
Stresor dalam kehidupan misalnya perkawinan, pekerjaan baru, ujian dan
kekuatan. Jika koping individu tidak adekuat maka akan menimbulkan
depresi, menarik diri, dan kecemasan.
6) Usia, keadaaan sakit, dan trauma
Usia tua, keadaan sakit akan mempengaruhi persepsi dirinya.
c. Faktor risiko gangguan konsep diri
1. Gangguan identitas diri
a) Perubahan perkembangan.
b) Trauma
c) Jenis kelamin yang tidak sesuai
d) Budaya yang tidak sesuai
2. Gangguan citra tubuh (body image)
a) Hilangnya bagian tubuh
b) Perubahan perkembangan
c) Kecacatan
3. Gangguan harga diri
a) Hubungan interpersonal yang tidak harmonis
b) Kegagalan perkembangan
c) Kegagalan mencapai tujuan hidup
d) Kegagalan dalam mengikuti aturan normal
4. Gangguan peran
a) Kehilangan peran
b) Peran ganda
c) Konflik peran
d) Ketidakmampuan menampilkan peran

1.3.2 Stress dan Adaptasi


Stress merupakan bagian dari kehidupan yang mempunyai efek positif dan
negatif yang disebabkan karena perubahan lingkungan. Secara sederhana stress
adalah kondisi dimana adanya respons tubuh terhadap perubahan untuk mencapai
normal. Sedangkan stressor adalah sesuatu yang dapat menyebabkan seseorang
mengalami stress. Stressor dapat berasal dari internal misalnya perubahan hormon,
sakit maupun eksternal misalnya, temperatur dan pencemaran (Hawari, 2008).
Seseorang mengalami situasi bahaya, maka respons akan muncul. Respons
yang tidak disadari pada saat tertentu disebut respons koping. Perubahan dari
suatu keadaan dari respons akibat stressor disebut adaptasi. Adaptasi
sesungguhnya terjadi apabila adanya keseimbangan antara lingkungan internal dan
eksternal. Contoh adaptasi misalnya: optimalnya semua fungsi tubuh,
pertumbuhan normal, normalnya reaksi antara fisik dan emosi, kemampuan
menolerir perubahan situasi.
a. Fisiologi Stress dan Adaptasi
Tubuh selalu berinteraksi dan mengalami sentuhan langsung dengan
lingkungan, baik lingkungan internal seperti pengaturan peredaran darah,
pernapasan. Maupun lingkungan eksternal seperti cuaca dan suhu yang
kemudian menimbulkan respons normal atau tidak normal. Keadaan diman
terjadi mekanisme relatif untuk mempertahankan fungsi normal disebut
homeostatis. Homeostatis dibagi menjadi dua yaitu homeostatis fisiologis
misalnya, respons adanya peningkatan pernapasan saat berolahraga dan
homeostatis psikologis misalnya, perasaan mencintai dan dicintai, perasaan
aman dan nyaman.
b. Respons fisiologi terhadap stress
Respons fisiologi terhadap stress dapat diidentifikasi menjadi dua yaitu
local adaptation syndrome (LAS) yaitu respons lokal tubuh terhadap stressor
misalnya kalau kita menginjak paku maka secara refleks kaki akan diangkat
atau misalnya ada proses peradangan maka reaksi lokalnya dengan
menambahkan sel darah putih pada lokasi peradangan dan general adaptation
syndrome (GAS) yaitu reaksi menyeluruh terhadap stressor yang ada.
Dalam proses GAS terdapat tiga fase:
1) Pertama, reaksi peringatan ditandai oleh peningkatan aktifitas
neuroendokrin yang berupa peningkatan pembuluh darah, nadi,
pernapasan, metabolisme, glukosa dan dilatasi pupil.
2) Kedua, fase resisten dimana fungsi kembali normal, adanya LAS, adanya
koping dan mekanisme pertahan.
3) Ketiga, fase kelelahan ditandai dengan adanya vasodilatasi, penurunan
tekanan darah, panik, krisis.
Dapat berupa depresi, marah, dan kecemasan. Kecemasan adalah respons
emosional terhadap penilaian, misalnya cemas mengikuti ujian karena
khawatir nilainya buruk. Ada empat tingkatan kecemasan, yaitu:
1) Cemas ringan
Cemas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan
sehari–hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dan individu akan
berhati–hati dan waspada. Respons cemas ringan seperti sesekali bernapas
pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada lambung, muka
berkerut dan bibir bergetar, lapang persepsi meluas, konsentrasi pada
masalah, menyelesaikan masalah secara efektif, tidak dapat duduk dengan
tenang dan tremor halus pada tangan.
2) Cemas sedang
Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap masalah menurun. Respons cemas
sedang seperti sering napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut
kering, anoreksia, gelisah, lapang pandang menyempit, rangsangan luar
tidak mampu diterima, bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur dan
perasaan tidak enak.
3) Cemas berat
Pada cemas berat lahan persepsi sangat sempit. Respons kecemasan berat
seperti napas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, berkeringat dab
sakit kepala, penglihatan kabur, ketegangan, lapang persepsi sangat sempit,
tidak mampu menyelesaikan masalah, blocking, verbalisasi cepat dan
perasaan ancaman meningkat.
4) Panik
Pada tahap ini lahan persepsi telah terganggu sehingga individu tidak dapat
mengendalikan diri sehingga individu tidak dapat mengendalikan diri lagi
dan tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa–
apa walaupun telah diberi pengarahan. Respons panik seperti napas
pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi, lapang
persepsi sangat sempit, tidak dapat berpikir logis, agitasi, mengamuk,
marah, ketakutan, berteriak–teriak, blocking, kehilangan kendali dan
persepsi kacau.
c. Faktor – faktor yang Dapat Menimbulkan Stres
1. Lingkungan yang asing
2. Kehilangan kemandirian sehingga mengalami ketergantungan dan
memerlukan bantuan orang lain
3. Berpisah dengan pasangan dan keluarga
4. Masalah biaya
5. Kurang informasi
6. Ancaman akan penyakit yang lebih parah
7. Masalah pengobatan

1.4 Konsep Keperawatan


1.4.1 Pengkajian
1. Pengkajian psikologis
a. Status emosional
1) Apakah emosi sesuai perilaku?
2) Apakah klien dapat mengendalikan emosi?
3) Bagaimana perasaan klien yang tampil seperti biasaanya?
4) Apakah perasaan hati sekarang merupakan ciri khas klien?
5) Apa yang klien lakukan jika marah atau sedih?
b. Konsep Diri
1) Bagaimana klien menilai dirinya sebagai manusia?
2) Bagaimana orang lain menilai diri klien?
3) Apakah klien suka akan dirinya?
c. Cara Komunikasi
1) Apakah klien mudah merespons?
2) Apakah spontanitas atau hanya jika ditanya?
3) Bagaimana perilaku nonverbal klien dalam berkomunikasi?
4) Apakah klien menolak untuk memberi respons?
d. Pola interaksi
1) Kepada siapa klien mau berinteraksi?
2) Siapa yang penting atau berpengaruh bagi klien?
3) Bagaimana sifat asli klien : mendominasi atau positif?
2. Pengkajian Sosial
1) Pendidikan
a) Pendidikan terakhir
b) Keterampilan yang mampu dilakukan
c) Pekerjaan klien
d) Status keuangan
2) Hubungan social
a) Teman dekat klien
b) Bagaimana klien menggunakan waktu luang?
c) Apakah klien berkecimpung dalam kelompok masyarakat?
3) Faktor kultural social
a) Apakah agama dan kebudayaan klien?
b) Bagaimana tingkat pemahaman klien tentang agama?
c) Apakah bahasa klien memadai untuk berkomunikasi dengan orang
lain?
4) Pola Hidup
a) Dimana tempat tinggal klien?
b) Bagaimana tempat tinggal klien?
c) Dengan siapa klien tinggal?
d) Apa yang klien lakukan untuk menyenangkan diri?
5) Keluarga
a) Apakah yang klien sudah menikah?
b) Apakah klien sudah punya anak?
c) Bagaimana status kesehatan klien dan keluarga?
d) Masalah apa yang terutama dalam keluarga?
e) Bagaimana tingkat kecemasan klien?

1.4.2 Diagnosa Keperawatan


1. Ansietas
2. Gangguan citra tubuh (T Heather Herdman, 2015).
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC DAN INDIKATOR SERTA SKOR URAIAN AKTIVITAS RENCANA
DAN KODE DIAGNOSA AWAL DAN SKOR TARGET TINDAKAN (NIC)
KEPERAWATAN
1 Ansietas berhubungan dengan Tujuan : Pengurangan kecemasan (5820)
perubahan status kesehatan Setelah dilakukan tidakan keperawatan selama 2 x 1. Kaji untuk tanda verbal dan non
24 jam ansietas dapat teratasi verbal
Kode diagnosa: 1. Tingkat kecemasan (1211) 2. Identifikasi pada saat terjadi
Kode Indikator SA ST perubahan tingkat kecemasan
121116 Rasa takut yang 2 4 3. Berikan aktivitas pengganti yang
disampaikan secara lisan betujuan untuk mengurangi tekanan
121107 Wajah tegang 2 4 4. Instruksikan klien untuk
121105 Perasaan gelisah 2 4 menggunakan teknik relaksasi
Keterangan 5. Motivasi keluarga untuk
1: berat mendampingi klien dengan cara yang
2: cukup berat tepat
3: sedang
4: ringan
5: tidak ada
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, N. (2013). Laporan Pendahuluan Tentang Masalah Psikososial. Jakarta:


Salemba Medika.

Hawari, D. (2008). Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Herman, A. (2011). Buku ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.

Keliat, B. d. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN (basic course).


Jakarta: EGC.

Setiawan, L. (2016). Laporan Pendahuluan Kebutuhan Psikososial. Retrieved August


27, 2019, from Academia: https://www.academia.edu

T Heather Herdman, S. K. (2015). NANDA Diagnosis Keperawatan Definisi dan


Klasifikasi. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai