Anda di halaman 1dari 43

Departemen Keperawatan Dasar Profesi (KDP)

LAPORAN PENDAHULUAN
“GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGENASI DI RUANGAN IRNA RS UNIVERSITAS MATARAM”

OLEH
Abdul Ra’uf
020.021.100

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKES) MATARAM
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN
2020/2021

LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan dengan dengan kebutuhan Oksigenasi di Rungan IRNA Rumah Sakit Universitas Mataram

Nama : Abdul Ra’uf

Asuhan keperawatan ini telah di setujui dan disahkan pada

Hari :

Tanggal :

Mengatahui

Pemimbing Lahan Pembimbing Akademik

Raudatul Jannah S.kep Ns Ns. Eva Marvia, M.MR

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN


KEBUTUHAN OKSIGENASI

A. DEFINISI

Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan
kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh ( Tarwoto dan Wartonah, 2006).   Oksigen adalah kebutuhan dasar
manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan, dan aktivitas berbagai
organ atau sel ( Carpeniti-Moyet, 2006).Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa oksigen adalah suatu
komponen gas yang merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel.

B. FISIOLOGI SISTEM PERNAFASAN

a. Hidung
Hidung terdiri dari lubang hidung, rongga hidung, dan ujung rongga hidung. Rongga hidung banyak memiliki
kapiler darah, dan selalu lembap dengan adanya lendir yang dihasilkan oleh mukosa. Didalam hidung udara
disaring dari benda-benda asing yang tidak berupa gas agar tidak masuk ke paru-paru. Selain itu udara juga
disesuaikan suhunya agar sesuai dengan suhu tubuh.
b. Faring
Faring merupakan ruang dibelakang rongga hidung, yang merupakan jalan masuknya udara dsri ronggs hidung.
Pada ruang tersebut terdapat klep (epiglotis) yang bertugas mengatur pergantian perjalanan udara pernapasan
dan makanan.
c. Laring
Laring/pangkal batang tenggorokan / kotak suara. Laring terdiri atas tulang rawan, yaitu jakun, epiglotis,
(tulang rawan penutup) dan tulang rawan trikoid (cincin stempel) yang letaknya paling bawah. Pita suara
terletak di dinding laring bagian dalam.
d. Trakhea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan pita yang tersusun atas otot polos dan tulang rawan yang berbentuk
hurup ’C’ pada jarak yang sangat teratur. Dinding trakea tersusun atas tiga lapisan jaringan epitel yang dapat
menghasilkan lendir yang berguna untuk menangkap dan mengembalikan benda-benda asing ke hulu saluran
pernapasan sebelum masuk ke paru-paru bersama udara penapasan.
e. Bronkus
Merupakan cabang batang tenggorokan yang jumlahnya sepasang, yang satu menuju ke paru-paru kiri dan yang
satunya menuju paru-paru kanan. Dinding bronkus terdiri atas lapisan jaringan ikat, lapisan jaringan epitel, otot
polos dan cincin tulang rawan. Kedudukan bronkus yang menuju kekiri lebih mendatar dari pada ke kanan. Hal
ini merupakan salah satu sebab mengapa paru-paru kanan lebih mudah terserang penyakit
f. Bronkiolus
Bronkeolus merupakan cabang dari bronkus, dindingnya lebih tipis dan salurannya lebih tipis. Bronkeolus
bercabang-cabang menjadi bagian yang lebih halus.

g. Alveolus
Saluran akhir dari saluran pernapasan yang berupa gelembung-gelembung udara. Dinding aleolus sanat tipis
setebal silapis sel, lembap dan berdekatan dengan kapiler- kapiler darah. Adanya alveolus memungkinkan
terjadinya luasnya daerah permukaan yang berperan penting dalam pertukaran gas. Pada bagian alveolus inilah
terjadi pertukaran gas-gas O2 dari udara bebas ke sel-sel darah, sedangkan perukaran CO2 dari sel-sel tubuh ke
udara bebas terjadi.
h. Paru-paru
Paru-paru terletak dalam rongga dada dibatasi oleh otot dada dan tulang rusuk, pada bagian bawah dibatasi oleh
otot dafragma yang kuat. Paru-paru merupakan himpunana dari bronkeulus, saccus alveolaris dan alveolus.
Diantara selaput dan paru-paru terdapat cairan limfa yang berfungsi untuk melindungi paru-paru pada saat
mengembang dan mengempis. Mengembang dan mengempisnya paru-paru disebabkan karena adanya
perubahan tekana rongg
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN OKSIGENASI

1. Faktor Fisiologi
a. Menurunnya kapasitas peningakatan oksigen ( misal: anemia).
b. Menurunnya konsentrasi oksigen oksigen yang diinspirasi.
c.  Hipovolemia mengakibatkan transpor oksigen terganggu akibat tekanan darah menurun.
d. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka, dll.
e. Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada ( kehamilan, obesitas ).
2. Faktor Perkembangan
a. Bayi prematur: kurangnya pembentukan surfaktan.
b. Bayi dan toddler: akibat adanya infeksi saluran nafas.
c. Anak usia sekolah dan remaja: resiko infeksi saluran pernafasan dan merokok.
d. Dewasa muda dan pertengahan: akibat diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, dan stres.
e. Dewasa tua: adanya penuaan yang mengakibatkan kemungkinan arteoriklerosis dan ekspansi paru
menurun.
3. Faktor Perilaku
a. Nutrisi: penurunan ekspansi paru pada obesitas.
b. Exerase: meningkatkan kebutuhan oksigen.
c. Merokok: nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah.
d. Substanse abuse dan nikotin: menyebabkan intake nutrisi/Fe menurun mengakibatkan penurunan Hb,
alkohol menyebabkan depresi pernafasan.
4. .Faktor Lingkungan
a. Tempat kerja ( polusi ).
b. Suhu lingkungan.
c. Ketinggian tempat dari permukaan laut.

D. MACAM-MACAM GANGGUAN YANG MUNGIN TERJADI

 Sesak napas

 Gagal napas

 Asma

E. RENCANA ASUHAN KLIEN DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan tentang fungsi kardiopulmonar klien harus mencakup :
1. Riwayat keperawatan harus berfokus pada kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan
oksigen. Riwayat keperawatan untuk mengkaji fungsi keperawatan.
a. Keletihan
Keletihan merupakan sensasi subjektif, yaitu klien melaporkan bahwa ia kehilangan daya
tahan.
b. Dispnea
Merupakan tanda klinis hipoksia dan termanifestasi dengan sesak napas. Dispnea
merupakan sensasi subjektif pada pernapasan yang sulit dan tidak nyaman.
c. Batuk
Batuk merupakan pengeluaran udara dari paru-paru yang tiba-tiba dan dapat didengar.
d. Mengi
Mengi disebabkan oleh gerakan udara berkecepatan tinggi melalui jalan nafas yng
sempit.
e. Nyeri
Nyeri jantung tidak menyertai variasi pernapasan. Nyeri ini paling sering terjadi di sisi
kiri dada dan menyebar. Nyeri pericardium, merupakan akibat inflamasi kantong perikardium,
biasanya tidak menyebar dan dapat terjadi saat inspirasi.

2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengkaji tingkat oksigenasi jaringan klien yang meliputi
evaluasi keseluruhan sistem kardiopulmonar.
a. Inspeksi
- Warna membran mukosa
- Penampilan umum\
- ingkat kesadaran
- Keadekuatan sirkulasi sistemik
- Pola pernapasan
- Gerakan dinding dada.
b. Palpasi
- Dinding thorak, adakah pulsasi, rasa nyeri, tumor, cekungan ?
- Pengembangan dinding horak, bandingkan kiri dan kana
- Taktil fremitus
Getaran meningkat pneumonia, penumpukan secret, atelektasis yang belum total,
infark atau fibrosis paru. Sedangkan getaran menurun pleural effusion, pneumothorak,
penebalan pleura, emphysema atau sumbatan bronchus.
c. Perkusi
macam suara ketukan:
sonor.
Suara yang normal terdengar diseluruh lapangan paru-paru.
Redup
Suara yang timbul akibat adanya konsolidasi paru (pemadatan) : tumor, atalektasis, cairan.
Hipersonor
Suara yang ditimbulkan lebih keras dibandingkan dengan suara sonor. Akibat adanya
udara berlebihan di paru-paru, pneumothorak, emphysema paru. \
Tympani
Akibat adanya udara dalam suatu kantong atau ruang tertutup.
suara yang terdengar nyaring seperti kalau kita memukul gendang.
Kalau terdengar di dinding thorak artinya tidak normal.
Normalnya terdengar dibawah diafragma kiri dimana terletak lambung dan usus besar.
Teknik perkusi
1. Jari tengah diletakkan di dinding thorak
2. Ujung jari tengah tangan yang lain mengetuk dibagian distal jari tengah yang berada di
dinding thorak
3. Gerakan mengetuk hanya dari pergrlangan tangan, setelah mengetuk segera diangkat.
4. Bandingkan kiri dan kanan.
5. Mulai mengetuk dari bagian atas paru, kemudian menurun.
d. Auskultasi
- Auskultasi sistem kardiovaskuler meliputi : pengkajian dalam mendeteksi bunyi S1 dan
S2 normal/tidak normal, bunyi murmur, serta bunyi gesekan. Auskultasi juga digunakan
untuk mengidentifikasi bunyi bruit di atas arteri karotis, aorta abdomen, dan arteri
femoral.
- Auskultasi bunyi paru dilakukan dengan mendengarkan gerakan udara disepanjang
lapangan paru. Suara napas tambahan terdengar, jika suatu daerah paru mengalami
kolaps, terdapat cairan atau terjadi obstruksi.
3. Pemeriksaan Diagnostik
a. EKG, menghasilkan rekaman grafik aktivitas listrik jantung, mendeteksi transmisi impuls
dan posisi listrik jantung.
b. Pemeriksaan stres latihan, digunakan untuk mengevaluasi respond jantung terhadap stres
fisik. Pemeriksaan ini memberiakn informasi tentang respond miokard terhadap peningkatan
kebutuhan oksigen dan menentukan keadekuatan aliran darah koroner.
c. Pemeriksaan untuk mengukur keadekuatan ventilasi dan oksigenasi ; pemeriksaan fungsi
paru, BGA.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan gangguan batuk.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan pemasukann oksigen yang tidak adekuat
3. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan obstruksi jalan napas.

C. Rencana Tindakan Keperawatan


1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan gangguan batuk.

o Diagnosa Keperawatan Tujuan Keperawatan Rencana Tindakan

(NANDA) ( NOC ) (NIC )

Ketidak efektifan  Status Respirasi : jalan Manajemen jalan nafas


pembersihan jalan nafas nafas paten/lancar  Jaga kepatenan jalan nafas : buka jalan nafas,
berhubungan dengan :  Status Respirasi :Ventilasi suction, fisioterapi dada sesuai indikasi
efektif  Identifikasi kebutuhan insersi jalan nafas
Obstruksi Jalan nafas
buatan
Data Subyektif  Status Respirasi :  Monitor pemberian oksigen, vital sign
Klien mengatakan : Pertukaran gas Efektif tiap ....... jam
 Tidak terjadi aspirasi  Monitor status respirasi : adanya suara nafas
 Sesak nafas tambahan.
 Sputum tak bisa keluar Setelah dilakukan asuhan  Identifikasi sumber alergi : obat,makan an,
Data Obyektif keperawatan selama …… x 24 dll, dan reaksi yang biasa terjadi
 Batuk tidak efektif jam :
 Monitor respon alergi selama 24 jam
 Dispnea /Orthopnea/  Klien mampu
mengidentifikasi dan mencegah  Ajarkan/ diskusikan dgn klien/keluraga untuk
Sianosis menghindari alergen
faktor yang dapat menghambat
 Perubahan ritme & jalan nafas  Ajarkan tehnik nafas dalam dan batuk efektif
frekuensi pernafasan  Pertahankan status hidrasi untuk menurunkan
 Menunjukkan jalan nafas
 Gelisah yang paten : klien tidak merasa viskositas sekresi
 Suara nafas tambahan : tercekik, tidak terjadi aspirasi,  Kolaborasi dgn Tim medis : pemberian O2,
rales ,crakles,ronkhi, frekuensi pernafasan dalam obat bronkhodilator, obat anti allergi, terapi
wheezing rentang normal : nebulizer, insersi jalan nafas, dan
 Sputum produktif Respirasi: pemeriksaan laboratorium: AGD
 Karakteristik sputum:…… Dewasa:16-20/mnt Penghisapan jalan nafas
 TD… mmHg N :…. x/mnt  Tidak ada suara nafas  Tentukan kebutuhan penghisapan sekret
RR……. x mnt S.…. C abnormal melalui oral maupun tracheal
 Mampu mengeluarkan  Monitor saturasi oksigen klien dan status
sputum dari jalan nafas hemodinamik selama dan setelah
 Menunjukkan pertukaran penghisapan
gas efektif  Catat tipe dan jumlah sekresi
- pH : 7.35 – 7.45 Pencegahan Aspirasi
 Monitor tingkat kesadaran, reflek batuk,
- PaCO2 : 35 – 45 %
muntah dan kemampuan menelan.
- PaO2 : 85 – 100 %  Tinggikan posisi kepala tempat tidur 30-45
derajad setelah makan, untuk mencegah
- BE : + 2 s/d – 2 meq/L aspirasi dan mengurangi dispnea.
- SaO2 : 96-97 % ( perifer)

 Tidak ada dyspnea dan Nama Perawat


sianosis, mampu bernafas dengan
mudah
 Menunjukkan ventilasi
adekuat ( .............................................)
 Ekspansi dinding dada
simetris, tidak ada : penggunaan
otot-otot nafas tambahan, retraksi
dinding dada, nafas cuping
hidung, dyspnea, taktil fremitus
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan pemasukann oksigen yang tidak adekuat.

3. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan obstruksi jalan napas.

No
No Diagnosa
DiagnosaKeperawatan
Keperawatan Tujuan Keperawatan RencanaTindakan
Rencana Tindakan

(NANDA)
(NANDA) (( NOC
NOC )) (NIC) )
(NIC
Ketidakefektifan
Tgl : polaJam :  Status pernafasan : ventilasi Manajemen Jalan Nafas
nafas berhubungan
Gangguan pertukarandengan
gas  Status respirasi : Pertukaran
adekuat  Aturjalan
Manajemen posisinafastidur untuk memaksimalkan
: gas adekuat  ventilasi.
Kaji bunyi paru, frekuensi, kedalaman,
berhubungan dengan :  Status
StatusTanda Vital: Stabil
respirasi Ventilasi  Jaga
usaha nafas, dan produksi
kepatenan sputum.
jalan nafas: suction,
pemasukan oksigen yang tidak
efektif  batuk efektif kebutuhan insersi jalan
Identifikasi
adekuat
 Hiperventilasi  Keseimbangan
Setelah dilakukan elektrolit dan  Kajidan
asuhan nafas, TTV, siapkan
dan adanya klien sianosis
untuk tindakan
Data Subyektif
 Hypoventilasi asam basa
keperawatan :selama ..... x 24 jam 
ventilasi mekanik
Pertahankan sesuai
pemberian indikasi
O2 sesuai
Klien mengatakan :  Monitor
kebutuhan vital sign tiap ...jam, adanya
 Deformitas tulang,  Sesak nafas berkurang sampai
Setelah
dengan hilangdilakukan asuhan sianosis, dan efektifitas
 Kaji adanya penurunan ventilasi danpemberian oksigen
dinding dada
 Sakit kepala keperawatan selama …. x 24 yangbunyi
dilembabkan.
nafas tambahan, kebutuhan insersi
Penurunan energi /  jam
 Gangguan Ekspirasi dada simetris
 penglihatan / :  Jelaskan
jalan nafas:penggunaan
ET, TT alat bantu yang
kelelahan: Anemia  Tidak ada penggunaan
Menunjukkan otot bantu
pertukaran gas dipakai klien : oksigen, mesin penghisap,
visual : pandangan kabur  Tentukan lokasi dan luasnya krepitasidandi
 Disfungsi
 Kelelahan neuro pernafasan,
efektif tidak ada nafas pendek alat bantu nafas
tulang dada
muscular: GBS  Bunyi- pHnafas: tambahan
7.35 – 7.45 tidak ada   Kaji Ajarkan tehnik kegelisahan,
nafas dalam, batuk
 Sesak nafas peningkatan ansietas
 Kerusakan (wheezing, ronchi, ....) efektif
 Merasa kebingungan
musculoskeletal: Cedera  Tidak - PaCO2 : 35 –dan
ada nyeri 45 cemas
% dan tersengal-sengal
  Monitor
Lakukanpola tindakan
pernafasan untuk mengurangi
(Bradipnea,
Tulang Belakang  TTV dalam :batas
- PaO2 85 – normal;
100 % konsumsi oksigen : kendalikan
takipnea, hiperventilasi): kecepatan, demam,
 Posisi
Data Obyektiftubuh yg tidak - Suhu: 36,3-37,4 C nyeri,irama,
ansietas, dan tingkatkan periode
kedalaman, dan usaha respirasi
sesuai
 Dispnea - Nadi:
- BE Bayi:
: + 2140xs/d –/menit
2 meq/L istirahat yang adekuat
 Takikardi  Monitor tipe pernafasan : Kusmaul,
 Nyeri Anak 2th: 120x /menit
- SaO2 : 96-97 %
 Kolaborasi
Cheyne Stokes,dgnBiotTim medis : pemberian
 Obesitas Anak 4th: 100x /menit O2, obat bronkhodilator, terapi nebulizer /
 Sianosis Anak
Tidak10-14th:85-
ada dyspnea90x dan/mnt.  Ajarkan teknik relaksasi kpd klien dan
inhaler, insersi jalan nafas
 Gelisah sianosis, mampu bernafas
Laki2dewasa:60-70x/ menit keluarga.
Manajemen Elektrolit & Asam-basa
 Hipoksia(penurunan
Data Subyektif PO2) dengan mudah
Premp.dewasa:70-85x /mnt  Kolaborasi Tim medis : untuk program
 Pertahankan kepatenan IV line, dan balance
Klien
 mengatakan :
Hiperkarbia(peningkatan Dewasa : 80-85x
Menunjukkan /menit
ventilasi cairan
terapi, pemberian oksigen, obat
PCO2) TD :
- adekuat, ekspansi dinding dada bronkhodilator, obat nyeri cairan,
 Sesak nafas Bayi syst. 60-80 mmHg
simetris, suara nafas bersih,
 Monitor statustindakan/
nebulizer, mental, elektrolit,medis,
pemeriksaan dan
 Irama / frekuensi kedalaman abnormalitas serum
 nafas
Nafas pendek
abnormal Anak
tidak >ada
10th: 90/60 mmHg
: penggunaan otot- pemasangan alat bantu nafas,, dan
 Tensi
Cemas Umur 10-30 th: 110/75
otot nafas tambahan, retraksi mmHg  Monitor tanda-tanda gagal nafas : hasil AGD
fisioterapi
 ………. mmHg Umur 30-40 th: 125/85 mmHg abnormal, kelelahan
Data dinding dada, nafas cuping  ..................................
 RRObyektif
…………. x /mnt Umur
hidung,40-60 th: 140/90
dyspnea, taktil mmHg  Berikan terapi oksigen sesuai indikasi
 Nadi
 Penurunan
………x/mnt tekanan
Umur
inspirasi/ekspirasi fremitus> 60 th: 150/90 mmHg  Monitor status neurologi dan atau
 SpO2 …………. % - Eupnoe
TTV (pernafasan
dalam batas normal)
normal neuromuskular Nama Perawat
: tingkat kesadaran dan
 Penggunaan otot bantu - Respirasi:
 AGDnafas / BGA abnormal  Menunjukkan orientasi adanya kebingungan, parestesia, kejang
Bayi: 30-50xmenit

 Nafas cuping hidung kognitif baik, dan status  Kolaborasi dengan Tim medis untuk
Balita: 30-40x/menit
mental adekuat pemeriksaan AGD, pencegahan dan
 Ekspirasi memanjang Anak: 22x/menit
penanganan asidosis dan alkalosis:
 Dewasa:
Menunjukkan keseimbangan
10-18 x/ mnt
 Pernafasan nasal faring elektrolit dan asam basa
( ............................................)
Respiratorik & Metabolik
 Dyspnea/Orthopnea Na : 135 – 145 meq/L Hemodynamic regulation
 RR: …...... x mnt  Monitor status hemodinamik: saturasi
 Nadi: …..... x mnt Cl : 100-106 meq /L oksigen, nadi perifer, capillary refill, suhu
 Tipe Pernafasan : dan warna ekstremitas, edema, distensi JVP
K : 3,5 – 5.5 meq/L
Kusmaul, Biot,  Kolaborasi dgn Tim Medis untuk obat
Cheynestokes. Mg :1,5 – 2,5 meq / L vasodilator dan atau vasokonstriktor
Nama Perawat
Ca : 8,5- 10,5 meq /L

BUN : 10-20 mg/dl ( ..........................................)


DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, Dan Praktik. Ed. 4. Vol. 1&2. Jakarta :
EGC.

Chayatin, Nurul. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia : Teori Dan Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta : EGC.

Andarmoyo, Sulistyo. 2012. Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi) : Konsep, Proses Dan Praktik Keperawatan.
Yogyakarta: Graham Ilmu.

Meyer, dkk. 2011. Buku ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Nanda International DIAGNOSIS KEPERAWATAN : Definisi Dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC.

Nursing Outcomes Classification (NOC), Fourth Edition.

Nursing Interventions Classification (NIC), Fourth Edition

LAPORAN ASKEP
ASUHAN KEPERAWATAN Pada Tn. P DENGAN
KEBUTUHAN OKSIGENASI IRNA RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS MATARAM

OLEH:

NAMA : ABDUL RA’UF


NPM : 020021100

PROGRAM STUDI (S-1) ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN (STIKES) MATARAM

Tahun 2021/2022
Nama mahasiswa : Abdul Ra’uf
Tempat praktek : Rumah Sakit Universitas Mataram
Tanggal : 16-02-2021

I. Identitas diri klien


Nama : Tn. P
Suku : Sasak
Umur : 55 Tahun
Pendidikan : SMA
Jemis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan :-
Alamat : Labuapi
Tanggal masuk RS : 15-02-2021
Status perkawinan : Kawin
Tanggal pengkajian : 16-02-2021
Agama : Islam
Sumber Informasi : Pasien, keluarga

II. Riwayat penyakit


1. Keluhan utama :
Lemah
2. Riwayat penyakit sekarang:
Sesak, lemas

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Klien mengatakan tidak memilliki riwayat penyakit diabetes militus

4. Diagnosa medik pada saat MRS, pemeriksaan penunjang dan tindakan yang telah
dilakukan:
CHF
Pemeriksaan penunjang yang sudah di lakukan : pemeriksaan lab
Tindakan sudah dilakukan : pemeasangan infus NACL 500cc dilengan sebelah kiri.
III. Pengkajian saat ini (mulai hari pertama saudara merawat klien)
1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan Pengetahuan tentang
penyakit/perawatan
Klien mengetakan tidak mengetahui tentang penyakitnya saat ini, klien dan keluarga tidak mengetahui cara
pemeliharaan kesehatannya.
2. Pola nutrisi/metabolic Program diit RS :
RS menyediakan makan 3x sehari.
Intake makanan:

 Sebelum sakit klien mengatakan makan 3 samapai 4 kali makan sehari


dengan lauk pauk.
 Saat sakit klien mengatakan mengatakan makan 3 dan makanan di habiskan

Intake cairan:
 Sebelum sakit klien mengatakan ninum 7-8 gelas sehari
 Saat sakit klien mengatakan minum 5-6 gelas sehari
3. Pola eliminasi
a. Buang air besar
 Sebelum sakit klien mengakatan BAB 1 kali sehari dengan warna khas berbau khas.
Berbentuk padat.
 Saat sakit klien mengakatan BAB 1 kali sehari dengan warna khas berbau khas. Berbentuk
padat

b. Buang air kePreceptorl


 Sebelum sakit klien mengatakan BAK sehari 2 kali sehari dengan warna kuning bening,
berbau khas.
 Saat sakit klien mengatakan BAK sehari 2 sehari dengan warna kuning, berbau khas.

4. Pola aktifitas dan latihan:

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4


Makan/minum V
Mandi v
Toileting v
Berpakaian v
Mobilitas di tempat tidur V
Berpindah v
Ambulasi/ROM V
0: mandiri, 1: alat Bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung total
Oksigenasi : klien terpasang oksigen 3 tpm
5. Pola tidur dan istirahat
(lama tidur, gangguan tidur, perawasan saat bangun tidur

 ebelum sakit klien mengengatakan tidur 7-8 jam perhari


 Saat sakit klien mengatakan tidur 5-6 jam dikarenakan klien kurang nyaman tidur karena
sesak.

6. Pola persepsual
(penglihatan, pendengaran, pengecap, sensasi):

 Klien mengatakan tidak ada masalah pada penglihatan

7. Pola persepsi diri


(pandangan klien tentang sakitnya, kecemasan, konsep diri)
 Klien mengatakan takut dan sedih dengan keadaannya sekarang

8. Pola seksualitas dan reproduksi


( fertilitas, libido, menstuasi, kontrasepsi, dll.)
Fertilitas : -
Libido : -
Menstuasi : -
Kontrasepsi : -

9. Pola peran hubungan


(komunikasi, hubungan dengan orang lain, kemampuan keuangan):

 Komunikasi klien dan keluraga sangat baik dan cukup efektif mudah di mengerti dan bias di
fahami

10. Pola managemen koping-stess


(perubahan terbesar dalam hidup pada akhir-akhir ini):

 Klien mengatkan prubahan terbesar dalam hidupnya akhir-akhir ini yaitu penyakit yang di
deritanya saat ini

11. Sistem nilai dan keyakinan


(pandangan klien tentang agama, kegiatan keagamaan, dll)

 Klien dan keluraga mengatakan pasrah kepada Allah Swt tentang penyakit yang diderita klien
saat ini.

IV. Pemeriksaan fisik Pernafasan


Inspeksi :
1. Bentuk Dada
Bentuk dada klien simetris kiri dan kanan
2. Pola Nafas
Frekwensi Nafas 23x/menit dengan irama regular
3. Gerakan Pernafasan
Gerakan pernafasan normal, tidak menggunakan otot bantu pernafasan

Palpasi :
1. Tractil Fremitis / Fremitus Vokal : Normal terasa pada saat dilakukan pemeriksaan pada punggung
bagian belakang.
Perkusi :
Perkusi

 Normal : terdengar suara sonor seperti


dug dugm, dug. Yang di hasilkan pada
jaringan paru
Auskultasi :
Bunyi Nafas : Normal
1. alat bantu nafas klien
Klien mengguanakan alat bantu pernafasan
Cardiovascular (Focus)
Inspeksi :
Iktus jantung tidak tampak

Palpasi :
Iktus cordis teraba pada interkosta ke v sebelah kiri

Perkusi :
Batas Jantung Kanan : interkosta ke III –IV sebelah kanan
Jantung Kiri : Intercosta ke V agak medial ke
midklavula sinistra
Auskultasi :
 Bunyi Jantung I : terdengar suara “lub” kareana penutupan katub antrioventrikel (A-v). Lokasi
auskultasi pada intracosta ke IV
 Bunyi Jantung II : tedengar suara “dub” dikarenakan penutup katub semilunaris (aorta dan
pulmonaris) pada akhir dari sistol. Lokasi auskultasi pada interkosta II
1. Nadi
Frekuensi 84x/menit reguler

2. Irama :
Normal : reguler
3. Tekanan Darah 90/64 mmHg
4. Bunyi Jantung : Normal
5. Letak jantung
Ictus cordis teraba pada intercosta ke V
6. Clubbing Finger : Tidak ada clubbing finger

Persarafan
Tingkat Kesadaran :Compos Mentis
Eye : 4 Verbal : 5 Motorik : 6
Total GCS : 15
1. Refleks : Normal
2. Koordinasi Gerak : ya
3. Kejang : tidak 5.
Penginderaan
1. Mata (Penglihatan)
a. Bentuk : normal
Visus 6/6, klien bisa melihat dengan normal dari jarak 6 meter

c. Pupil : iskor
d. Reflek Cahaya Positif
e. Gerak Bola Mata : Normal
f. Medan Penglihatan : Normal
g. Buta Warna : tidak, klien masih mampu membedakan warna
h. Tekanan Intra Okuler : Tidak

2. Hidung (Penciuman)
a. Bentuk : Normal
b. Gangguan PenPreceptoruman : Tidak

3. Telinga (Pendengaran)
a. Aurikel : normal
b. Membran tympani : utuh
c. Otorrhoea : Tidak
d. Gangguan pendengaran : tidak
e. Tinitus : tidak
4. Perasa: Normal
5. Peraba : Normal

Perkemihan
Masalah kandung kemih : tidak ada masalah

Pencernaan
1. Mulut dan Tenggorokan
a. Selaput Lendir Mulut : lembat
b. Lidah : berbentuk normal warna pucat
c. Rongga Mulut : Berbau
d. Abdomen : klien mengatakan tidak ada nyeri pada bagian abdomen
e. Pembesaran Hepar : tidak
f. Pembesaran Lien : tidak
g. Asites : tidak ada penumpukan caira
2. Masalah Usus Besar dan Rectum / Anus
BAB 1-2 x/hari : tidak ada masalah
Obat Pencahar : tidak
Lavemen : tidak

Otot, Tulang Dan Integument


1. Otot dan Tulang
Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai (ROM) : terbatas Kemampuan kekuatan otot

 Ekstermitas atas : Nilai 2 (otot bisa konstrusi tidak bisa walan gravitasi ) dan terpasang infus
NACL sebelah kanan dengan 12 tpm.
 Ekstermitas bawah : Nilai 2 (otot bisa konstrusi tidak bisa walan gravitasi )
Fraktur : Tidak
Dislokasi : Tidak
Haemotom : Tidak

2. Integumen
Warna kulit : Pucat Akral : Hangat

Turgor : Elastik

Tulang Belakang : normal


Reproduksi Laki-laki :
Kelamin Bentuk : tidak terkakaji
Kebersihan Alat Kelamin :tidak terkaji
Endokrin
1. Faktor Alergi : tidak
2. Pernah mendapat Imunisasi : pernah
3. Kelainan endokrin : tidak terkaji
Program terapi:

Program terapi Dosis Cara pemberian

Cairan NACL 500 ml 12 tpm Parental

Furosomide 20mg/8 jam IV

Omeprazole 140 mg/8 jam IV

Ondansentron 4mg/8 jam IV


Santagesik 1 gr/8 iam IV
Asam polat 1gr/82 Oral
Curcuma 0,23/8 jam Oral
Digoxin
80mg/8 jam Oral
Aspilet
2,5mg/8 jam Oral
Nitrokaf
4mg/8 jam Oral
Candesarta
500mg/8 jam Oral
Levo;axacin
IV
Hasil Pemeriksaan Penunjang dan Laboratorium

Parametaer Hasil Satuan Nilai


Albumin 3,3 g/dl 3,4-4,8
HBA1C 7,9 % 42-6,4
Ph 5,0 4,5-8,0
MAKROKOPIS URINE
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Keruh Jernih
KIMIA
Berat jenis 1.010 1.005-1.035
Leukosit +1 Ul Negatif
Nitrin Negatif Mg/dl Negatif
Protein Negatif Mg/dl Negatif
Glukosa Negatif Mg/dl Negatif
Keton Negatif Mg/dl Negatif
Uriblinogen Negatif Mg/dl Negatif
Bilirubin Negatif Mg/dl Negatif
Darah Negatif Ul Negatif
MAKROKOPIS URINE
Efitel 2-3 /LPK <10
Leukosit 20-30 /LPB 0-5
Eritrosit 0-2 /LPB 0-2
Bakteri Negatif Negatif
Kristal Negatif /LPB Negatif

ANALISA DATA

No Data (sign/symton) Etiologi Masalah Paraf

1 Ds : Tekanan pulmonal Pola nafas tidak efektif


 Klen mengatakan lemah
 Klien mengetakan sesak

Do :
 Klien tanpak lemah Edema paru
 Klien tanpak sesak
TTV

TD : 90/64 mmHg

S : 37,9 C0

N : 84x/m Ekpansi paru

RR : 23x/m

SPO2 : 97% dengan O2 3lpm

O2 3lpm 2 liter/menit pemberian \
melau nassal
Sesak

Pola nafas tidak efektif

2 Ds : Hipoksia Intoleransi Aktivitas


 Klien mengatakan lemah
Klien mengatakan aktivitas di
bantu keluarga metabolisme anerob

Do :
 Klien tanpak lemas kemah
 Klien tanpak sesak
 Ekstermitas atas : Nilai 2
 Ekstermitas bawah : Nilai 2 Intoleransi Aktivitas
TTV

TD : 90/64 mmHg

S : 37,9 C0

N : 84x/m

RR : 23x/m

SPO2 : 97% dengan O2 3lpm

O2 3lpm 2 liter/menit pemberian
melau nassal
3 Ds : Tekanan pulmonal Gangguan pola tidur
 Klien mengatakan tidur 5-6 jam
sehari

Do :
 Klien tanpak gelisah Edema paru
 Klien tanpak sesak
TTV

TD : 90/64 mmHg

S : 37,9 C0

N : 84x/m Ekpansi paru

RR : 23x/m

SPO2 : 97% dengan O2 3lpm

O2 3lpm 2 liter/menit pemberian Sesak
melau nassal
Ganguan Pola Tidur

DIAGNOSA KEPERAWATAN
(minimal 3 diagnosa keperawatan)

1. Pola nafas tidak efektif b/d Hiverpentilasi


2. I n t o l e r a s i a k t i v i t a s b/b kelemahan
3. Gangguan Pola Tidur b/d sesak

PERENCANAAN INTERVENSI KEPERAWATAN (NOC & NIC)

No Tujuan Intervensi Rasional Paraf


Dx
1 Setelah di lakukan  Posisikan klien semi fowler  Untuk memaksimalkan
tindakan keperawtan  Monitoring TTV pentilasi udara
selama 3x24 jam  Auskultasi suara nafas
harapkan kebutuhan  Kolaborasi pemberian 02.  Untuk mengetahui keadaan
cairan klien tercukupi  Monitor respirasi dan status O2 umum klien
Kriteri hasil  Mengetahui suara nafas
 Menunjukkan jalan klien
nafas yang paten  Untuk mengetahui
(klien tidak merasa kebutuhan O2 klien
tercekik, irama
nafas, frekuensi
pernafasan dalam
rentang normal,
tidak ada suara nafas
abnormal)
 Tanda Tanda vital
dalam rentang
normal.
2 Setelah di lakukan  Observasi adanya  Untuk mengetahui
tindakan keperawtan pembatasan klien dalam batasan klien dalam
selama 3x24 jam beraktivitas
harapkan kebutuhan melakukan aktivitas
 Mengetahui keadaan
nutrusi klien tercukupi  Observasi ttv
Kriteri hasil umum klien
 Obeservasi kemampuan klien  Untuk mengetahui
 Berpartisipasi dalam
aktivitas fisik tanpa  Monitor respon kardivaskuler tingkat kemampuan klien
disertai peningkatan terhadap aktivitas (takikardi,
tekanan darah, nadi disritmia, sesak nafas,
dan RR diaporesis, pucat, perubahan
 Mampu melakukan
hemodinamik)
aktivitas sehari hari
(ADLs) secara
mandiri
3 Setelah di lakukan  Kaji pola tidur klien  Mengetahui tingkat tidur klien
tindakan keperawtan  Identifikasi penyebab  Untuk mengetahui penyebab
selama 3x24 jam gangguan tidur gangguan tidur
harapkan kebutuhan  Ciptakan lingkungan yang  Mingkatkan rasanyaman klien
nutrusi klien tercukupi tenang  Memaksimalkan pentilasi udara
Kriteri hasil  Posisikan klien semi fowler
 Klien dapat tidur
sesuai dengan
kebutuhan
 Isitirahat dan tidur
cukup

IMPLEMENTASI
No Hari/tgl/jam Implementasi Evaluasi Paraf
Dx
1 Selasa , 16  Memposisikan pasien untuk S:
Februari 2021 memaksimalkan ventilasi atau 
klien mengatakan masih sesak
semi fowler 
09:00 klien mengatakan lemas
 memonitoring TTV
 Auskultasi suara nafas
 Berkolaborasi pemberian 02 O:
 Memonitor respirasi dan status 
klien masih lemes
O2 
klien tanpak sesak
TTV

TD : 100/90 mmHg

S : 36,3C0

N : 81x/m

RR : 23x/m

SPO2 : 96% dengan O2 3lpm
A : Pola nafas tidak efektif teratasi
sebagian
P: lajutkan intervesi
2 Selasa , 16  Mengobservasi adanya S: 
Klien mengatakan masih lemas
Februari 2021 pembatasan klien dalam Klien mengatkan tidak mampu
melakukan aktivitas
09:15 melakukan aktivitas O: 
 Mengobservasi ttv Kien tanpak lemes
 Mengbeservasi TTV

kemampuan klien TD : 100/90 mmHg

 Monitor respon S : 36,3C0

N : 81x/m
kardivaskuler terhadap 
RR : 23x/m
aktivitas (takikardi, 
SPO2 : 96% dengan O2 3lpm
disritmia, sesak nafas,
diaporesis, pucat, A : i n t o l e r a n s i a k t i v i t a s teratasi
sebagian
perubahan hemodinamik) P : lanjutkan intervensi

3 Selasa , 16  Mengkaji pola tidur klien S:


Februari 2021  Mengidentifikasi penyebab 
klien mengatakan lemes
gangguan tidur 
09:30 klien mengatakan tidru 6 jam
 menciptakan lingkungan yang
sehari
tenang
O:
 Memposisikan pasien untuk

memaksimalkan ventilasi atau klien tanpak lemah
semi fowler 
klien tanpak gelisah
TTV

TD : 100/90 mmHg

S : 36,3C0

N : 81x/m

RR : 23x/m

SPO2 : 96% dengan O2 3lpm
A : Gangguan pola tidru teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
IMPLEMENTASI

No Hari/tgl/jam Implementasi Evaluasi Paraf


Dx
1 Rabu , 16 Februari  Memposisikan pasien untuk S: 
Klien masih mengatakan
memaksimalkan ventilasi sesak berkurang
2021 atau semi fowler O:
 memonitoring TTV 
Klien masih lemah
10:00  mengauskultasi suara nafas TTV

 Berkolaborasi pemberian 02 TD : 110/84 mmHg

 Memonitor respirasi dan S : 36,6C0

status O2 N : 81x/m

RR : 22x/m

SPO2 : 98% dengan O2 3lpm

A : pola nafas tidak efektif teratasi


sebagian
P : intervesi dilanjukan
2 Rabu , 16 Februari  Mengobservasi adanya S :
Klien mengatkan lemes
2021 pembatasan klien dalam O :

10:16 melakukan aktivitas Klien masih lemah

 Mengobservasi ttv Klien dibantu keluraga
aktivitas
 Mengbeservasi TTV
kemampuan klien 
TD : 110/84 mmHg
 Monitor respon 
S : 36,6 C0

kardivaskuler terhadap N : 94x/m

aktivitas (takikardi, RR : 22x/m

SPO2 : 98% dengan O2 3lpm
disritmia, sesak nafas,
diaporesis, pucat, A : intiolerasi aktivitas
perubahan hemodinamik) teratasi sebagian
P : lanjukan intervensi

3 Rabu , 16 Februari  Mengkaji pola tidur klien S:


2021  Mengidentifikasi penyebab 
klien mengatakan
gangguan tidur
10:25 mengatakan tidru 5 jam
 menciptakan lingkungan yang sehari
tenang
O:
 Memposisikan klien semi

fowler klien tanpak lemah

klien tanpa gelisah
TTV

TD : 110/84 mmHg

S : 36,6 C0

N : 94x/m

RR : 22x/m\

SPO2 : 98% dengan O2 3lpm

A : Intolerani Aktivitas teratasi


teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi
IMPLEMENTASI

No Hari/tgl/jam Implementasi Evaluasi Paraf


Dx
1 Kamis , 18 Februari  Memposisikan klien untuk S: 
Klien masih mengatakan
2021 memaksimalkan ventilasi sesaknya sudah berkurng
atau semi fowler O:
10:00  memonitoring TTV 
Klien masih segar
 mengauskultasi suara nafas TTV

 Berkolaborasi pemberian 02 TD : 110/84 mmHg

 Memonitor respirasi dan S : 36,6C0

status O2 N : 74x/m

RR : 20x/m

SPO2 : 98% dengan O2 3lpm

A : pola nafas tidak efektif teratasi


sebagian
P : intervesi dilanjukan
2 Kamis , 18 Februari  Mengobservasi adanya S :  Klien mengatkan masih
2021 pembatasan klien dalam lemes
 Klien mengatakan dibantu
10:15 melakukan aktivitas kelurga dalam beraktivitas
 Mengobservasi ttv O:
 Mengbeservasi  Klien masih segar
TTV
kemampuan klien 
TD : 110/84 mmHg
 Monitor respon 
S : 36,6 C0
kardivaskuler terhadap 
N : 74x/m

aktivitas (takikardi, RR : 21x/m

disritmia, sesak nafas, SPO2 : 98% dengan O2 3lpm
diaporesis, pucat, A : i n t o l e r a s i a k t i v i a s teratasi
perubahan hemodinamik) sebagian
P : lanjukan intervensi

3 Kamis , 18 Februari  Mengkaji pola tidur klien S:


2021  Mengidentifikasi penyebab 
klien mengatakan
gangguan tidur
10:25 mengatakan tidur lebih
 menciptakan lingkungan yang enakan
tenang 
klien mengatakan tidur 7 jam
 Memposisikan klien semi
O:
fowler

klien tanpak segar
TTV

TD : 110/84 mmHg

S : 36,6 C0

N : 74x/m

RR : 21x/m

SPO2 : 98% dengan O2 3lpm

A : gangguan pola tidru teratasi


teratasi sebagian

P : lanjutkan intervens
EVALUASI
No Dx Hari/tgl/jam Evaluasi Paraf

1 Jumat, 19 februari 2021 S : 


09:15 Klien masih mengatakan sesaknya hilang
timbul
O:

Klien tanpak sesaknya berkurng
TTV

TD : 110/84 mmHg

S : 36,6C0

N : 74x/m

RR : 20x/m

SPO2 : 98% dengan O2 3lpm

A : pola nafas tidak efektif teratasi sebagian


P : intervesi dilanjukan

Berikan O2 3lpm

Posisikan klien semi fowler
No Dx Hari/tgl/jam Evaluasi Paraf
2 Jumat, 19 februari S:
 Klien mengatkan masih lemes
2021  Klien mengatakan dibantu kelurga
dalam beraktivitas
09:25 O:
 Klien tanpak lemes
TTV

TD : 110/84 mmHg

S : 36,6 C0

N : 74x/m

RR : 21x/m

SPO2 : 98% dengan O2 3lpm

A : i n t o l e r a s i a k t i v i a s teratasi sebagian
P : lanjukan intervensi

 Observasi kemampuan klien


 Monitoring kemampuan klien

No Dx Hari/tgl/jam Evaluasi Paraf


3 Jumat, 19 februari S:
2021 
klien mengatakan tidur lebih
09:35 enakan

klien mengatakan tidur 7 jam
O:

klien tanpak segar
TTV

TD : 110/84 mmHg

S : 36,6 C0

N : 74x/m

RR : 21x/m

SPO2 : 98% dengan O2 3lpm

A : gangguan pola tidru teratasi teratasi


sebagian
P : lanjutkan intervensi

Ciptakan lingkungan yang
tenang

Memposisikan klien semi
fowler

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )


OKSIGENASI

Pokok Pembahasan / Topik : Oksigenasi

Sub Pokok Bahasan : Mengenal Kebutuhan Oksigenasi bagi Tubuh

Hari / Tanggal : Kamis, 18 Januari 2021

Waktu : 15 Menit

Tempat : Ruang Irna

Sasaran : Pasien dan Keluarga Pasien

A. TUJUAN
1. Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Setelah melakukan pendidikan kesehatan tentang Oksigenasi selama 20 menit diharapkan
pasien dan keluarga dapat memahami apa itu pengertian oksigenasi, penyebab terjadinya
kekurangan oksigenasi, tanda dan gejala kekurangan oksigenasi, komplikasi akibat
kekurangan oksigenasi, dan cara mencegah terjadinya kekurangan oksigen.
2. Tujuan Intruksional Khusus (TIK)
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan ini pasien dan keluarga dapat :
1) Mengetahui pengertian oksigenasi
2) Mengetahui penyebab terjadinya kekurangn oksigen
3) Mengetahui tanda dan gejala kekurangan oksigenasi
4) Mengetahui komplikasi akibat kekurangan oksigen
5) Mengetahui cara mengatasi terjadinya kekurangan oksigen

B. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR


No Tahap Kegiatan Penyaji Kegiatan Peserta Waktu

1 Pembukaan - Mengucapkan - Menjawab 5 menit


salam salam
- Memperkenalka - Mengenal
n diri penyuluh
- Menyampaikan - Mengerti
tujuan dan tujuan dan
maksud dari maksud dari
penyuluhan penyuluhan
- Menyebutkan - Mengetahui
materi apa yang akan
penyuluhan disampaikan
yang akan - Mendengarkan
diberikan materi
- Menjelaskan penyuluhan
kontrak waktu yang diberikan
dan mekanisme
kegiatan
2 Pelaksanaan - Menjelaskan - Mendengarkan 10 menit
materi yang ,
akan memperhatikan
disampaikan serta berperan
aktif dalam
kegiatan
- Memperhatika
n dan
mendengarkan
materi
penyuluhan
yang
disampaikan

3 Tanya Jawab dan - Memberikan - Peserta 10 menit


Evaluasi kesempatan penyuluhan
peserta mengajukan
penyuluhan pertanyaan
untuk mengenai
mengajukan materi yang
pertanyaan belum
mengenai dipahami
materi yang - Mendengarkan
belum dan
dipahami memperhatikan
- Menjawab jawaban
pertanyaan penyaji
yang diajukan mengenai
peserta pertanyaan
penyuluhan peserta
- Menanyakan penyuluhan
kembali materi - Para peserta
yang telah penyuluhan
disampaikan menjawab
- Penyuluh pertanyaan
menyimpulkan yang diajukan
materi yang oleh penyaji
sudah - Para peserta
disampaikan penyuluhan
mendengarkan
kesimpulan
materi yang
disampaikan
4 Teriminasi - Mengucapkan - Peserta 5 menit
terima kasih mendengarka
- Mengucapkan - Menjawab
salam salam
- Tim penyuluh - Menerima
membagikan leaflet yang
leaflet kepada dibagikan tim
peserta penyuluh
penyuluhan

C. METODE
Ceramah dan Tanya Jawab

D. MEDIA/ALAT PERAGA
- Leafle

E. MATERI
Materi terlampir

a. Evaluasi Struktur
1) Keluarga pasien hadir dalam kegiatan pedidikan kesehatan
2) Kontrak waktu dan tempat diberikan 1 hari sebelum acara dilaksanakan.
3) Pembuatan SAP, leaflet dan lembar balik dilakukan 2 hari sebelumny
4) Pengorganisasian penyelenggaraan pendidikan kesehatan dilakukan sebelum dan
saat pendidikan kesehatan dilaksanakan
b. Evaluasi Proses
1) Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
2) Peserta mendengar dan memperhatikan penyuluhan.
3) Peserta tidak meninggalkan tempat sebelum kegiatan selesai.
4) Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan SAP yang telah disusun
5) Pengorganisasian berjalan sesuai dengan job description yang telah
disusun.
c. . Evaluasi Hasil
1) Pasien dan keluarga yang ada sejumlah 5 orang atau lebih.
2) Acara dimulai tepat waktu.
3) Keluarga dan pasien mampu menjawab dengan benar 75% dari pertanyaan penyuluh

OKSIGENASI

A. Pengertian Oksigenasi
Oksigen merupakan salah satu kebutuhan yang diperlukan dalam proses kehidupan
karena oksigen sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh. Kebutuhan oksigen didalam
tubuh harus terpenuhi karena apabila berkurang maka akan terjadi kerusakan pada jaringan
otak dan apabila berlangsung lama akan menyebabkan kematian. Proses pemenuhan
kebutuhan oksigen pada manusia dapat dilakukan dengan cara pemberian oksigen melalui
saluran pernafasan, pembebasan jalan nafas dari sumbatan yang menghalangi masuknya
oksigen, memulihkan dan memperbaiki organ pernafasan agar berfungsi secara normal
(Taqwaningtyas, Ficka (2013) dalam Hidayat dan Uliyah, 2005).
Pemberian oksigen berupa pemberian oksigen ke dalam paru-paru melalui saluran
pernapasan menggunakan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen kepada klien dapat melalui
tiga cara, yaitu melalui kateter nasal, kanula nasal, dan masker oksigen .
Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21% pada tekanan 1
atmosfer sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh. (Kristina (2013) dalam
Saryono dan Widianti, 2010).
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen kedalam system kimia dan fisika.
Oksigen (O2) merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam
proses metabolisme sel, sebagai hasilnya terbentuklah karbondioksida ,energy dan air.
Penambahan karbondioksida yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan
dampak yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel (Adityana, Rosi (2012) dalam Mubarak
dan Chayatin, 2007).
Sistem pernapasan berperan penting untuk mengatur pertukaran oksigen dan
karbondioksida antara udara dan darah. Oksigen diperlukan oleh semua sel untuk
menghasilkan sumber energy, adenosine triposfat (ATP), karbondioksida dihasilkan oleh sel-
sel yang secara metabolisme aktif dan membentuk asam, yang harus dibuang dari tubuh.
Untuk melakukan pertukaran gas, system kardiovaskuler dan system respirasi harus
bekerjasama. Sistem kardiovaskuler bertanggungjawab untuk perfusi darah melalui paru.
Sedangkan system pernapasan melakukan dua fungsi terpisah ventilasi dan rspirasi
(Maryudianto, Wahyu (2012) dalam Elisabeth J. Corwin, 2009).

B. Tanda dan Gejala Terjadinya Kekurangan Oksigenasi


Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami gangguan oksigenasi menurut
NANDA (2013), yaitu hiperventilasi, hipoventilasi, deformitas tulang dan dinding dada,
nyeri,cemas, penurunan energi, kelelahan, kerusakan neuromuscular, kerusakan
muskoloskeletal, kerusakan kognitif/ persepsi, obesitas, posisi tubuh, imaturitas neurologis
kelelahan otot pernafasan dan adanya perubahan membrane kapiler-alveoli.
Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda gangguan oksigenasi.
Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot nafas tambahan untuk bernafas, pernafasan
nafas faring (nafas cuping hidung), dispnea, ortopnea, penyimpangan dada, nafas pendek, nafas
dengan mulut, ekspirasi memanjang, peningkatan diameter anterior-posterior, frekuensi nafas
kurang, penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan gejala adanya pola nafas yang tidak efektif
sehingga menjadi gangguan oksigenasi (NANDA, 2013).

Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi, hiperkapnea,
kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia, kebingungan, sianosis, warna kulit abnormal (pucat,
kehitam-hitaman), hipoksemia, hiperkarbia, sakit kepala ketika bangun, abnormal frekuensi,
irama dan kedalaman nafas (NANDA, 2013).

C. Manifestasi Klinis Kekurangan Oksigen


1) Suara napas tidak normal.
2) Perubahan jumlah pernapasan.
3) batuk disertai dahak.
4) Penggunaan otot tambahan pernapasan.
5) Dispnea.
6) Penurunan haluaran urin.
7) Penurunan ekspansi paru.
8) Takhipnea
D. Komplikasi Akibat Kekurangan Oksigen
Komplikasi yang mungkin terjadi dari ganguan pemenuhan oksigen adalah:
1) Penurunan kesadaran
2) Hipoksia
3) Disorientas
4) Gelisah dan cemas
E. Cara Mengatasi Terjadinya Kekurangan Oksigen
Setiap orang sepakat bahwasanya oksigen merupakan hal sederhana yang paling
penting dalam upaya manusia untuk bertahan hidup. Oksigen dapat diibaratkan sebagai roh
ataupun nyawa dari tubuh kita. Bisa kita bayangkan jika kebutuhan kita akan oksigen menjadi
tidak terpenuhi atau katakanlah tubuh kita kekurangan oksigen maka semakin hari hal ini
akan berdampak buruk bagi kesehatan kita. Pada dasarnya setiap jaringan atau organ dalam
tubuh kita butuh oksigen memadai untuk dapat bertahan normal serta melakukan kinerjanya
secara optimal. Kekurangan oksigen dapat berdampak buruk mulai dari yang teringan yaitu
membuat tubuh kurang bertenaga dalam menjalani aktifitas sampai pada yang terfatal. Jika
dibiarkan tanpa penanganan tepat jiwa kita pun menjadi taruhannya. Berikut ini hal-hal yang
dapat dilakukan jika mendapati gejala tubuh kekurangan oksigen.
1) Tidur awal
Bagi para penderita dengan diagnosa kurang oksigen, maka sangat tidak dianjurkan
untuk memiliki jadwal tidur malam telat hingga sangat larut. Sangat baik bagi para
penderita ini untuk pergi beristirahat ke tempat tidur pada jam awal. Hal ini diakibatkan
oleh buruknya kondisi udara semakin larut malamnya, apalagi jika ditambah masih
harus keluyuran di udara terbuka. Seperti yang kita ketahui semakin malam maka
beragam tumbuhan tanpa adanya sinar matahari akan mengikis keberadaan oksigen dan
menggantinya dengan zat limbah karbondioksida yang menumpuk di udara bebas serta
sangat bahaya bagi tubuh penderita dengan keluhan oksigen rendah. Jika dibiarkan
lebih lanjut kondisi pasien akan semakin melemah dengan memburuknya keluhan Anda
kurang oksigen yang dirasakan
2) Cermati posisi tidur
Mungkin memang hal ini terlihat sangat sepele, namun bagaimana kondisi kita saat
tertidur pun akan sangat mempengaruhi pernafasan kita yang mana hal ini adalah
berhubungan langsung dengan paru-paru si pemasok oksigen dalam tubuh kita.
Usahakan untuk menghindari posisi yang ganjil dan tidak nyaman bagi Anda. Akan
sangat dianjurkan untuk miring ke sebelah kanan Anda, karena secara medis hal ini
berdampak sangat baik bagi kelonggaran kinerja organ dalam Anda mulai dari sistem
pencernaan yang semakin lancar maupun juga sistem pernafasan yang akan semakin
lapang, Anda hanya perlu untuk mencobanya
3) Bangun awal
Langkah sederhana yang harus Anda rutinkan dalam keseharian yakni untuk bangun
senantiasa pada awal pagi karena hal ini akan banyak menguntungkan kondisi tubuh
Anda. Pada pagi hari udara sekitar masih sangat bersih, beragam polusi pada keadaan
terendah jika dibanding waktu lain dalam sehari. Udara bersih ini pun kaya akan
oksigen yang dipasok dari pertemuan antara sinar mentari dan aktifitas tetumbuhan
hijau dari hasil fotosintesis mereka. Dengan begini maka pemasukan udara yang bisa
Anda dapat akan lebih terjaga kualitasnya. Jumlah oksigen memadai yang terjamin
kebersihannya akan memberi dampak terapi khusus bagi kondisi tubuh Anda jika Anda
telaten melanjutkan kegiatan bangun pagi sebagai kebiasaan hidup sehat Anda.
4) Gerak tubuh
5) Hal selanjutnya yang bisa Anda lakukan demi menanggulangi permasalahan kurang
oksigen yakni dengan giat menggerakkan tubuh Anda. Ingatlah bahwa pada
permulaan cukup lakukan gerak tubuh yang ringan saja jika tubuh Anda sudah mulai
menerima dan terbiasa maka Anda bisa tingkatkan pada intensitas yang lebih naik
tingkat lagi. Hal ini bagus untuk kebugaran tubuh Anda plus juga menjaga kekuatan
kondisi jantung Anda. Seperti yang kita ketahui bahwa jantung adalah organ vital
yang bertugas mengantar oksigen ke seluruh tubuh kita tanpa terkecuali, maka dengan
jantung yang sehat kemampuan tubuh dalam memeratakan pasokan oksigen pun akan
menjadi semakin optimal. Di sisi lain, berolahraga juga akan membuat organ paru-
paru kita menjadi lebih sehat, dengan melakukan gerak tubuh ini ada beragam
manfaat baik yang bisa Anda dapatkan sehubungan dengan keluhan kurang oksigen
6) Jauhi asap polusi
Jenis asap apapun itu mulai dari beragam polusi lingkungan dari kendaraan atau
bahkan yang lebih parah dari asap puntung rokok haruslah Anda hindari. Karena
keberadaan asap dalam hirupan udara Anda dan tersebar dalam darah akan semakin
merusak kualitas udara maupun oksigen dalam tubuh Anda. Dan lebih parah dari itu,
kondisi kekurangan oksigen yang Anda rasakan akan semakin memburuk karena
asap-asap tersebut memiliki kandungan senyawa racun yang mengancam pasokan
oksigen di dalam tubuh Anda.
7) Konsumsi suplemen
Dalam beberapa kondisi akan sangat dianjurkan bagi para penderita kurang oksigen
untuk mengkonsumsi beberapa jenis obat tertentu diantaranya yakni obat penambah
darah, hal ini menjadi masuk akal karena persebaran oksigen ke seluruh jaringan
tubuh bahkan dari ujung sampai ke ujung lagi sangatlah dipengaruhi oleh kondisi dari
edaran darah dalam tubuh. Secara otomatis suplemen penambah darah akan
memaksimalkan kondisi serta kinerja sel darah yang akan berdampak pada semakin
lancarnya peredaran oksigen beserta seluruh sari nutrisi pada semua anggota tubuh
kita.
8) Kendalikan asupan lemak
Langkah selanjutnya yang harus diperhatikan yakni dari segi makanan. Ada baiknya
jika beragam makanan berlemak dihindari terlebih dahulu sampai kondisi penderita
mulai membaik. Hal ini dikarenakan golongan lemak jahat dapat memperburuk
bahkan menghambat aliran darah dalam mengantar pasokan oksigen secara lebih
optimal lagi. Keberadaan lemak jahat juga terbukti mengganggu kinerja jantung
dalam memompa penyaluran darah berisi oksigen ke seluruh tubuh. Oleh karena itu,
hendaklah dicermati betul mengenai pemilihan bahan konsumsi yang tepat dan sehat
bagi penderita.
9) Minum air putih yang cukup
Seperti yang kita tahu bahwa air memiliki kandungan oksigen yang menyehatkan bagi
tubuh kita. Meminum jenis minuman sederhana tanpa banyak bahan tambahan yang
satu ini juga mampu mendetoks tubuh dari beragam zat bahaya yang mampu
mengganggu metabolisme tubuh kita. Saat tubuh kita bersih dari ragam zat bahaya
yang mengganggu, maka tak terkecuali dengan aliran darah yang mengangkut oksigen
pun akan semakin lancar dan bisa dioptimalkan.
10) Konsumsi makanan sehat
Mungkin bagi para penderita kurang darah lebih dianjurkan untuk memilih ragam
bahan pangan yang berhubungan untuk meningkatkan kadar hemoglobin yang mana
bagian tubuh inilah yang memiliki wewenang tertinggi dalam mengikat dan
mengangkut oksigen dalam aliran darah. Para penderita akan dianjurkan untuk
mengonsumsi beberapa makanan dengan bahan dasar bayam maupun daun katuk dan
juga pada bahan makanan hewani ada beberapa pilihan semisal jeroan yang utamanya
yakni pada bagian hati.
DAFTAR PUSTAKA
HIDAYAT, Alimul Aziz A.; ULIYAH, M. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Buku
2. 2005.
SARYONO, Widianti. Kebutuhan Dasar Manusia (KDM). Yogyakarta: Nuha Medika,
2010
MUBARAK, Wahit Iqbal; CHAYATIN, Nurul; ROZIKIN, Supradi. Promosi kesehatan
sebuah pengantar proses belajar mengajar dalam pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007,
30.
. ODDO, Mauro, et al. Hemoglobin concentration and cerebral metabolism in patients
with aneurysmal subarachnoid hemorrhage. Stroke, 2009, 40.4: 1275-1281.

Anda mungkin juga menyukai