Anda di halaman 1dari 42

ASKEP (PENGKAJIAN, PEMERIKSAAN FISIK,

INTERVENSI) ANALISA DATA/PATWAY DAN


DOKUMENTASI GANGGUAN PEMENUHAN
OKSIGENASI DAN SIRKULASI

Disusun Oleh :

Kelompok 5

1. Arjuna Ramli (R011201007)


2. Dewi Novita Sari (R011201023)
3. M. Ayatullah Khumaeni (R011201021)
4. Mutiara Wahyuni (R011201061)
5. Nurhikma (R011201081)
6. Mutmainna (R011201005)
7. Noce H. Ayomi (R011201105)
8. Fara Dilatus Shellafia (R011201085)
9. Andi Mulahaeri MH (R011201103)

Kelas RA

PROGRAM STUDI ILMU


KEPERAWATAN FAKULTAS
KEPERAWATAN UNIVERSITAS
HASANUDDIN MAKASSAR TAHUN
AJARAN 202
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat
terselesaikan. Tak lupa pula kita kirimkan salam dan shalawat kepada
Baginda Rasulullah Muhammad SAW.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan,


sehingga makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, Oleh karena itu
saya mengharapkan pembaca untuk memberikan saran dan kritik dari
pembaca untuk menutupi kesalahan dan kekurangan makalah ini.

Terima kasih pula kepada pihak-pihak yang telah membantu


kami sehingga terselesainya makalah kami. Terutama kami ucapkan
terima kasih setulus-tulusnya kepada Ns. Nurmaulid, S.Kep,.M.Kep.
selaku Dosen mata kuliah keperawatan dasar 2 yang telah meluangkan
waktu dan tenaganya untuk memberikan arahan kepada kami hingga
terwujudnya makalah ini.

Makassar, 25
April 2021

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................ i

DAFTAR ISI .............................................................................. ii

BAB I .......................................................................................... 1

PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan .............................................................................. 3
D. Manfaat Penulisan ............................................................................ 3

BAB II......................................................................................... 4

PEMBAHASAN ........................................................................ 4
A. Konsep dasar pemenuhan kebutuhan oksigen dan sirkulasi ............. 4
B. Asuhan Keperawatan Pemenuhan Oksigenasi ................................ 16
C. Diagnosa Keperawatan .................................................................... 27
D. Intervensi ......................................................................................... 29
E. Pathway ............................................................................................ 34
F. Dokumentasi ..................................................................................... 35

BAB III ..................................................................................... 37

PENUTUP ................................................................................ 37
Kesimpulan ........................................................................................... 37

DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 38

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh
tubuh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis atau
psikologis yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan
kesehatan (Ernawati, 2012). Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas yang
tertinggi diantara semua kebutuhan dasar yang lain.Umumnya, seseorang
yang memiliki beberapa kebutuhan yang belum terpenuhi akan lebih dulu
memenuhi kebutuhan fisiologisnya dibandingkan dengan kebutuhan yang lain
(Ambarwati, 2014).
Menurut Henderson teori keperawatan mencakup seluruh kebutuhan
dasar seorang manusia. Henderson mendefenisikan keperawatan bertugas
untuk membantu individu yang sakit dan yang sehat dalam melaksanakan
aktivitas yang memiliki kontribusi terhadap kesehatan dan penyembuhannya,
kemampuan individu untuk mengerjakan sesuatu tanpa bantuan bila
seseorang memiliki kekuatan, kemauan, dan pengetahuan yang dibutuhkan.
Kebutuhan dasar manusia menurut Henderson sering disebut dengan 14
kebutuhan dasar Henderson, yang memberikan kerangka kerja dalam
melakukan asuhan keperawatan. Salah satu kebutuhan dasar dan kebutuhan
pertama yang diungkapkan oleh Henderson adalah kebutuhan oksigenasi
yaitu tentang bernapas yang normal. Dalam pemenuhan kebutuhan oksigen
ini diperlukan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia
ini ( Potter & Perry, 2012).
Oksigen merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Oksigen
merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan
dalam metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbon dioksida,
energi, dan air. Akan tetapi, penambahan CO2 yang melebihi batas normal
pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap
aktivitas sel. Hal Poltekkes Kemenkes Padang ini menunjukkan bahwa
oksigen merupakan hal yang sangat penting bagi manusia (Ambarwati,
2014).

1
Oksigenasi sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia diperoleh
karena adanya sistem pernapasan yang membantu dalam proses bernapas.
Sistem pernapasan atau respirasi berperan dalam menjamin ketersediaan
oksigen untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh dan pertukaran gas.
Proses oksigenasi dimulai dari pengambilan oksigen di udara, kemudian
oksigen masuk melalui organ pernapasan bagian atas seperti hidung, mulut,
faring, laring, dan kemudian akan masuk ke dalam organ pernapasan bagian
dalam yang terdiri dari trakea, bronkus, dan juga alveoli. Hal ini
menunjukkan bahwa oksigen merupakan gas yang sangat penting dalam
proses pernapasan (Tarwoto & Wartonah, 2011).
Oksigen (O2) berperan penting demi kelangsungan hidup sel dan
jaringan didalam tubuh, karena oksigen diperlukan untuk proses metabolisme
tubuh yang dilakukan secara terus menerus. Oksigen memegang peranan
yang sangat penting dalam semua proses tubuh secara fungsional, karena itu
diperlukan berbagai upaya agar kebutuhan dasar ini terpenuhi dengan baik.
Tidak adanya oksigen akan menyebabkan gangguan pada proses oksigenasi
serta dapat menyebabkan terjadinya kemunduran secara fungsional pada
tubuh atau bahkan dapat menimbulkan kematian. (Asmadi, 2008).
Penyebab terjadinya gangguan oksigenasi disebabkan oleh beberapa hal
yang mempengaruhi fungsi pernapasan, yang dipengaruhi oleh beberapa
faktor penting, diantaranya adalah faktor fisiologis, status kesehatan, faktor
perkembangan, faktor perilaku dan lingkungan. Pernapasan dapat berubah
karena kondisi dan penyakit yang dapat mengubah kondisi dan struktur paru.
Otot-otot pernapasan, ruang pleura, dan juga alveoli sangat penting untuk
ventilasi, perfusi, dan juga pertukaran gas dalam pernapasan (Ambarwati,
2014).
B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi, faktor dan masalah pemenuhan oksigenasi dan sirkulasi?

2. Bagaiamana asuhan keperawatan pemenuhan oksigenasi dan sirkulasi?

3. Bagaimana analisa data/pathway pemenuhan oksigenasi dan sirkulasi?

2
4. Bagaimana dokumentasi pemenuhan oksigenasi dan sirkulasi?
C. Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui apa saja konsep dasar pemenuhan oksigenasi dan


sirkulasi.

b. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pemenuhan oksigensi dan


sirkulasi.

c. Untuk mengetahui analisis data/pathway pemenuhan oksigenasi dan


sirkulasi.

d. Untuk mengetahui dokumentasi pemenuhan oksigenasi dan sirkulasi.

D. Manfaat Penulisan

Untuk menambah wawasan penulis, sebagai sarana untuk menyusun


ide serta gagasan penulis, dan sebagai media untuk pembaca/pendengar
agar mengetahui bagaiamana asuhan keperawatan gangguan pemenuhan
oksigenasi dan sirkulasi.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep dasar pemenuhan kebutuhan oksigen dan sirkulasi
1. Pengertian oksigenasi dan sirkulasi
Oksigen merupakan salah satu unsur penting yang dibutuhkan
oleh tubuh bersama dengan unsur lain seperti hidrogen, karbon, dan
nitrogen. Oksigen merupakan unsur yang diperlukan oleh tubuh dalam
setiap menit ke semua proses penting tubuh seperti pernapasan,
peredaran, fungsi otak, membuang zat yang tidak dibutuhkan oleh
tubuh, pertumbuhan sel dan jaringan, serta pembiakan hanya berlaku
apabila terdapat banyak oksigen. Oksigen juga merupakan sumber
tenaga yang dibutuhkan untuk metabolisme tubuh (Atoilah & Kusnadi,
2013)
Oksigenasi merupakan proses penambahan oksigen (O2) ke
dalam sistem tubuh baik itu bersifat kimia atau fisika. Oksigen
ditambahkan kedalam tubuh secara alami dengan cara bernapas.
Pernapasan atau respirasi merupakan proses pertukaran gas antara
individu dengan lingkungan yang dilakukan dengan cara menghirup
udara untuk mendapatkan oksigen dari lingkungan dan kemudian udara
dihembuskan untuk mengeluarkan karbon dioksida ke lingkungan
(Saputra, 2013).
Kebutuhan Oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan dasar
manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme tubuh dalam
mempertahankan kelangsungan hidup dan berbagai aktivitas sel tubuh
dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan oksigenasi dipengaruhi oleh
beberapa factor seperti fisiologis, perkembangan, perilaku, dan
lingkungan (Ernawati, 2012).
Sedangkan, Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Sugono,
2008:1361), sirkulasi adalah suatu peredaran. Menurut Cryill M. Haris
(1975) menyebutkan bahwa sirkulasi merupakan suatu pola lalu lintas
atau pergerakan yang terdapat dalam suatu area atau bangunan. Di
dalam bangunan, suatu pola pergerakan memberukan keluwesan,

4
pertimbangan ekonomis, dan fungsional.
Sistem sirkulasi adalah prasaran penghubung vital yang
menghubungkan berbagai kegiatan dan penggunaan suatu lahan di atas
suatu area dan di dalam bangunan yang mempertimbangkan aspek
fungsional, ekonomis, keluwesan dan kenyamanan.

2. Anatomi Pernafasan dan Sirkulasi


Organ pernapasan
a) Hidung
Hidung atau naso atau nasal merupakan saluran udara yang pertama,
mempunyai dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung
(septum nasi). Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk
menyaring udara, debu, dan kotoran yang masuk ke dalam lubang
hidung.
b) Faring
Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan
pernapasan dan jalan makanan, terdapat di bawah dasar tengkorak, di
belakang rongga hidung, dan mulut sebelah depan ruas tulang leher.
Hubungan faring dengan organ-organ lain adalah ke atas berhubungan
dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang yang bernama koana,
ke depan berhubungan dengan rongga mulut, tempat hubungan ini
bernama istmus fausium, ke bawah terdapat 2 lubang (ke depan lubang
laring dan ke belakang lubang esofagus).
c) Laring
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan bertindak
sebagai pembentukan suara, terletak di depan bagian faring sampai
ketinggian vertebra servikal dan masuk ke dalam trakhea di bawahnya.
Pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh sebuah empang tenggorokan
yang biasanya disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang9 tulang rawan
yang berfungsi pada waktu kita menelan makanan menutupi laring.

5
d) Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring yang
dibentuk oleh 16 sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan
yang berbentuk seperti kuku kuda (huruf C) sebelah dalam diliputi oleh
selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia, hanya
bergerak ke arah luar. Panjang trakea 9 sampai 11 cm dan di belakang
terdiri dari jarigan ikat yang dilapisi oleh otot polos.
e) Bronkus
Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea, ada 2
buah yang terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V,
mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis set yang
sama. Bronkus itu berjalan ke bawah dan ke samping ke arah tampuk
paru-paru.Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari pada bronkus
kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih
panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12 cincin
mempunyai 2 cabang.Bronkus bercabang-cabang, cabang yang lebih
kecil disebut bronkiolus (bronkioli). Pada bronkioli tidak terdapat cincin
lagi, dan pada ujungbronkioli erdapat gelembung paru atau gelembung
hawa atau alveoli.
f) Paru-paru
Paru-paru dibagi dua yaitu paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belahan
paru), lobus pulmo dekstra superior, lobus media, dan lobus inferior.
Tiap lobus tersusun oleh lobulus. Paru-paru kiri, terdiri dari pulmo
sinistra lobus superior dan lobus inferior. Tiap-tiap lobus terdiri dari
belahan yang kecil bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai 10
segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, dan 5 buah segmen
pada inferior. Paru-paru kanan mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah
segmen pada lobus superior, 2 buah segmen pada lobus medialis, dan 3
buah segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi
menjadi belahan-belahan yang bernama lobulus. Di antara lobulus satu
dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi pembuluh

6
darah getah bening dan saraf, dan tiap lobulus terdapat sebuah
bronkiolus. Di dalam lobulus, bronkiolus ini bercabang-cabang banyak
sekali, cabang ini disebut duktus alveolus. Tiap duktus alveolus berakhir
pada alveolus yang diameternya antara 0,2- 0,3 mm. Letak paru-paru di
rongga dada datarannya menghadap ke tengah rongga dada atau kavum
mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau hilus.
Pada mediastinum depan terletak jantung. Paru-paru dibungkus oleh
selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi 2 yaitu, yang
pertama pleura visceral (selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru
yang langsung membungkus paru-paru. Kedua pleura parietal yaitu
selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar. Antara keadaan normal,
kavum pleura ini vakum (hampa) sehingga paru-paru dapat berkembang
kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk
meminyaki permukaanya (pleura), menghindarkan gesekan antara paru-
paru dan dinding dada sewaktu ada gerakan bernapas bronkioli tidak
terdapat cincin lagi, dan pada ujung bronkioli terdapat gelembung paru
atau gelembung hawa atau alveoli.

Sirkulasi
Struktur dan Fisiologi Sistem Kardiovaskular
➢ Jantung adalah organ berbentuk kerucut yang berongga yang
berukuran kira-kira sebesar kepalangan tangan. Jantung terletak di
mediastinum, antara paru dan dasar .Jantung berfungsi sebagai pompa
yang memberi tekanan pada darah untuk menghasilkan gradien tekanan
yang dibutuhkan untuk mengalirkan darah ke jaringan, dimana darah
mengalir menuruni gradien konsentrasi yaitu dari daerah bertekanan
tinggi ke tekanan rendah. (Sherwood, 2016)
➢Pembuluh darah merupakan saluran untuk mengarahkan dan
menyebarkan darah dari jantung ke semua bagian tubuh dan kemudian
dikembalikan ke jantung (Sherwood, 2016).

7
Sistem sirkulasi/kardiovaskuler
merupakan sitem transpor pada tubuh yang membawa makanan, oksigen,
air dan semua zat esensial lain ke sel-sel jaringan dan membawa kembali
produk sisanya
➢Darah berperan sebagai medium transpor didalam sistem
kardiovaskular, yang membawa oksigen dan zat gizi dari lingkungan (
melalui paru dan sistem gastrointestinal ) menuju sel.
3. Fungsi Pernafasan dan sirkulasi
Pernafasan
1. Hidung.berfungsi untuk ,menghangatkan udara yang masuk lalu
melembabkanya dan partikel asing akan dibersihkan oleh jaringan rambut
partikel asing yang berdiameter lebih dari 4-6 μ akan tersaring. sinus
berperan untuk menghangatkan udara dan resonansi suara.
2. laring-faring. Di faring terdapat percabangan 2 saluran yaitu trakea di
anterior sebagai saluran nafas dan esophagus dibagian posterior sebagai
saluran pencernaan. Trakea dan esophagus selalu terbuka, kecuali saat
menelan. Ketika bernafas, udara akan masuk ke kedua saluran tersebut.
3. trakea. Lapisan terdalam terdiri atas jaringan epitelium bersilia yang
menghasilkan banyak lendir. Lendir ini berfungsi menangkap debu dan
mikroorganisme yang masuk saat menghirup udara. Selanjutnya, debu dan
mikroorganisme tersebut didorong oleh gerakan silia menuju bagian
belakang mulut. Akhirnya, debu dan mikroorganisme tersebut dikeluarkan
dengan cara batuk. Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing
yang masuk bersama udara pernapasan
4. Bronkus,tersusun atas tulang rawan,lapisan mukosa dan otot polos.tulang
rawan berfungsi sebagai rangka bronkus,lapisan mukosa menghasilkan
lendir untuk menjebak partikel asing yang akan memasuki paru-paru,dan
otot polos membuat kita dapat bernafas secara otomatis tanpa disadari
5. Bronkiolus,berfungsi untuk menyalurkan ufara dari bronkus ke
alveolus.selain itu,bronkeolus juga berfungsi untuk mengontrol jumlah
udara yang masuk dan keluar saat proses bernafas berlangsung

8
6.Alveolus,menjadi tempat pertukaran oksigen dan karbon dioksida.Oksigen
akan dialirkan ke dalam aliran darah sementara itu,karbon dioksida yang
masuk ke alveolus melalui aliran darah,akan dikirim alveolus ke luar tubuh.

Sirkulasi
Fungsi sirkulasi yaitu, mengangkut oksigen dan karbondioksida ke dan dari
jaringan-jaringan dan paru-paru. mengangkut bahan lainnya ke seluruh tubuh
yaitu molekul-molekul makanan (seperti gula, asam amino) limbah
metabolisme (seperti urea), ion-ion dari macam-macam garam (seperti Na+,
Ca++,Cl–, HCO3–), dan hormon-hormon. mengedarkan panas dalam tubuh.
berperan aktif dalam memerangi bibit penyakit. Darah yang terdapat di dalam
tubuh kira-kira 8% dari bobot tubuh. Jadi, seorang laki-laki dengan bobot
badan 70 kg mempunyai volume darah kira-kira 5,4 liter, 55 % plasma darah
dan 45% sel-sel darah. Darah manusia terdiri atas dua komponen, yaitu sel-sel
darah yang berbentuk padatan dan plasma darah yang berbentuk cairan. Jika
darah disentrifugasi, maka darah akan terbagi menjadi beberapa bagian.
Bagian paling bawah adalah sel-sel darah merah, lapisan di atasnya adalah
lapisan berwarna kuning yang berisi sel-sel darah putih. Sedangkan, lapisan
paling atas adalah plasma darah.

4. Komponen Proses Pernafasan


A. Ventilasi Paru
Ventilasi paru dicapai melalui kerja pernapasan yang terdiri dari inspirasi
(inhalasi) saat udara mengalir ke paru dan ekspirasi (ekshalasi) saat udara
mengalir keluar dari paru. Keadekuatan ventilasi bergantung pada
beberapa faktor:
1. Kebersihan jalan napas
2. Keutuhan system saraf pusat dan pusat pernapasan
3. Keutuhan kemampuan rongga toraks untuk mengembang dan
berkontraksi
4. Keadekuatan komplians dan rekoil paru

9
B. Pertukaran gas alveolar
Setelah alveoli di ventilasi fase kedua dalam proses pernapasan adalah
difusi oksigen dari alveoli dan ke pembuluh darah paru dimulai. Difusi
adalah pergerakan gas atau partikel lain dari area bertekanan atau
berkonsentrasi rendah.
C. Transport oksigen dan karbon dioksida
Bagian ketiga dari proses pernapasan melibatkan transport gas pernapasan.
Oksigen perlu di transport dari paru kedalam jaringan dan karbon dioksida
harus di transport dari jaringan kembali ke paru. Normalnya sebagian
besar oksigen (97%) berikatan lemah dengan hemoglobin (pigmen merah
pembawa oksigen) di dalam sel darah merah dan dibawah ke jaringan
sebagai oksihemoglobin (senyawa oksigen dan hemoglobin). Sisa oksigen
kemudian dilarutkan dan di transportasikandi dalam cairan plasma dan sel.
5. Pengaturan Pernafasan
• Pengaturan saraf
Pusat pernafasan terletak di medula dan pons, yang merupakan bagian dari
batang otak medula merupakan pusat inspirasi dan ekspirasi. Pusat inspirasi
secara otomatis membangkitkan impuls dalam irama ritmis. Impuls ini
berjalan sepanjang saraf menuju otot respirasi untuk merangsang
kontraksinya
• Pengaturan kimiawi
Pengaturan kimiawi mengacu pada efek pernapasan terhadap pH darah dan
kadar oksigen dan karbondioksida dalam darah. Kemoreptor yang
mendeteksi perubahan dalam gas darah dan pH terletak di korpuskarotikus
dan aortikus dan di dalam medula itu sendiri.

6. Faktor yang mempengaruhi


1.Faktor fisiologis
- Penurunan kapasitas angkut O2
Secara fisiologis, daya angkut hemoglobin untuk membawa O2 ke jaringan
adalah 97%. Akan tetapi, nilai tersebut dapat berubah sewaktu-waktu

10
apabila terdapat gangguan pada tubuh
- Penurunan konsentrasi O2 inspirasi
Kondisi ini terjadi akibat penggunaan alat terapi pernapasan dan penurunan
kadar O2 lingkungan.
- Hipovolemia
Kondisi ini disebabkan oleh penurunan volume sirkulasi darah akibat
kehilangan cairan ekstraselular yang berlebihan
- Peningkatan laju metabolik
Kondisi ini dapat terjadi pada kasus infeksi dan demam yang terus menerus
yang mengakibatkan peningkatan laju metabolik.
- Kondisi lainnya.
Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti kehamilan,
obesitas, abnormalitas muskuloskeletal, trauma dll.
2. Faktor perkembangan
- Bayi prematur.
Bayi yang lahir prematur berisiko menderita penyakit membran hialin yang
ditandai dengan berkembangnya membran serupa hialin yang membatasi
ujung saluran pernapasan
- Bayi dan anak-anak.
Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran napas atas, seperti
faringitis, influenza, tonsilitis, dan aspirasi benda asing
Anak usia sekolah dan remaja. Kelompok usia ini berisiko mengalami
infeksi saluran napas akibat kebiasaan buruk, seperti merokok.
- Dewasa muda dan paruh baya.
Kondisi stres, kebiasaan merokok, diet yang tidak sehat, kurang berolahraga
- Lansia.
Proses penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan perubahan pada
fungsi normal pernapasa, seperti penurunan elastisitas paru, pelebaran
alveolus, dilatasi saluran bronkus, dan kifosis tulang belakang
3. Faktor posisi tubuh
Berdiri atau duduk tegak menyebabkan ekspansi (pelebaran) paru

11
paling besar. Diafragma dapat naik turun secara leluasa karena organ
abdominal tidak menekan/mendorong diafragma.
4. lingkungan
a. Ketinggian tempat.Tempat lebih tinggi mempunyai tekanan oksigen lebih
rendah, sehingga darah arteri mempunyai tekanan oksigen yang rendah..
b. Polusi udara.Polutan (hidrokarbon, oksidan) bercampur dengan oksigen
membahayakan paru. Karbon monoksida menghambat ikatan oksigen dalam
haemoglobin.Alergen (pollen, debu, makanan) menyebabkan jalan napas
sempit akibat udem, produksi mukus meningkat, dan bronkhospasme.
c. Suhu.Panas menyebabkan delatasi pembuluh darah perifer yang
mengakibatkan aliran darah ke kulit dan meningkatkan sejumlah panas yang
hilang dari permukaan tubuh.
5. Gaya hidup dan kebiasaan
Perokok lebih banyak mengalami emfisema, bronkhitis kronis, Ca
paru, Ca mulut, dan penyakit kardiovaskular daripada yang bukan
perokok..Obat-obatan dan alkohol Barbiturat, narkotik, beberapa sedative,
dan alkohol dosis tinggi dapat menekan sistem syaraf pusat dan
menyebabkan penurunan pernapasan. Alkohol menekan refleks yang
melindungi jalan napas, sehingga orang yang teracuni alkohol dapat
muntah. Pada obesitas, gerakan paru terbatas khususnya pada posisi
berbaring, menyebabkan pernapasan cepat dan dangkal, sehingga
kebutuhan oksigen meningkat. Aktivitas meningkatkan pernafasan dan
kebutuhan oksigen dalam tubuh. Emosi Takut, cemas, dan marah
menyebabkan jantung meningkat dengan jalan meningkatkan frekuensi
nadi, sehingga pernapasan dan kebutuhan oksigen meningkat untuk
membantu kerja jantung.
6. Status kesehatan
Pada orang yang sehat, sistem pernapasan dapat menyediakan
kadar oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi,
pada kondisi sakit tertentu, proses oksigenasi tersebut dapat terhambat
sehingga mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.

12
7. Gangguan fungsi pernafasan
a. Penyakit paru obstruktif menahan
Beberapa penyakit paru yang jelas secara anatomi, memberikan tanda
kesulitan pernapasan yang mirip, yaitu terbatasnya jalan udara yang kronis,
terutama bertambahannya resistensi terhadap jaln udara saat ekspirasi
B. Emfisema
Emfisema didefinisikan sebagai suatu peleburan normal dari ruang udara
paru disertai dengan destruksi dari dindingnya
C. Penyakit paru interstisial (restriktif)
Penyakit paru interstisal dimulai dengan proses peradangan interstisal
terutama yang mengenai septa-septa, sel imunokompeten yang aktif dan
kemudian terkumpul di dinding alveolar yang menjadi penyebab
kerusakan.
8. Saturasi Oksigen
Saturasi oksigen adalah presentasi hemoglobin yang berikatan dengan
oksigen dalam arteri, saturasi oksigen normal adalah antara 95 – 100 %.
Dalam kedokteran ,oksigen saturasi (SO2), sering disebut sebagai "SATS",
untuk mengukur persentase oksigen yang diikat oleh hemoglobin di dalam
aliran darah. Pada tekanan parsial oksigen yang rendah, sebagian besar
hemoglobin terdeoksigenasi, maksudnya adalah proses pendistribusian
darah beroksigen dari arteri ke jaringan tubuh ( Hidayat, 2007). Pada sekitar
90% (nilai bervariasi sesuai dengan konteks klinis) saturasi oksigen
meningkat menurut kurva disosiasi hemoglobin-oksigen dan pendekatan
100% pada tekanan parsial oksigen> 10 kPa. Saturasi oksigen atau oksigen
terlarut (DO) adalah ukuran relatif dari jumlah oksigen yang terlarut atau
dibawa dalam media tertentu. Hal ini dapat diukur dengan probe oksigen
terlarut seperti sensor oksigen atau optode dalam media cair.
9. Sistem sirkulasi kardiovaskuler
merupakan sitem transpor pada tubuh yang membawa makanan, oksigen,
air dan semua zat esensial lain ke sel-sel jaringan dan membawa kembali
produk sisanya

13
Struktur dan Fisiologi Sistem Kardiovaskular
➢ Jantung adalah organ berbentuk kerucut yang berongga yang berukuran
kira-kira sebesar kepalangan tangan. Jantung terletak di mediastinum, antara
paru dan dasar .Jantung berfungsi sebagai pompa yang memberi tekanan pada
darah untuk menghasilkan gradien tekanan yang dibutuhkan untuk
mengalirkan darah ke jaringan, dimana darah mengalir menuruni gradien
konsentrasi yaitu dari daerah bertekanan tinggi ke tekanan rendah.
(Sherwood, 2016)
➢Pembuluh darah merupakan saluran untuk mengarahkan dan menyebarkan
darah dari jantung ke semua bagian tubuh dan kemudian dikembalikan ke
jantung (Sherwood, 2016).
➢Darah berperan sebagai medium transpor didalam sistem kardiovaskular,
yang membawa oksigen dan zat gizi dari lingkungan ( melalui paru dan
sistem gastrointestinal ) menuju sel.
10. Faktor yang mempengaruhi sirkulasi Kardiovaskular
A. Faktor Risiko Nonmodifable
- Hereditas.
Jika klien memiliki orang tua yang menderita penyakit jantung, klien akan
memiliki risiko lebih tinggi karena memiliki hubungan genetik dengan
terjadinya penyakit arteri koroner.
- Usia.
Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung utama orang yang
berusia lebih dari 60 tahun.
- Jenis kelamin.
Selama masa dewasa sampai pertengahan (sampai menopause), estrogen
memiliki efek proteaktif pada wanita dengan memperlambat perburukan
asteroklerosis dam mengurangi resiko penyakit kardiovaskular.

B. Faktor resiko modifiable


- Peningkatan kadar lipid serum

14
Terdapat hubungan erat antara peningkatan lipid serum dan terjadi penyakit
jantung koroner.
- Hipertensi
meningkatkan beban kerja jantung, sehingga meningkatkan kebutuhan
oksigen dan aliran darah koroner.
- Merokok.
Nikotin meningkatkan frekuensi jantung, tekanan darah, dan tahanan
vascular perifer,yang meningkatan beban kerja jantung. Diabetes melitus
meingkatkan resiko penyakit jantung koroner, infark miokardium, dan
penyakit pembuluh darah perifer.
- Kegemukan
Orang yang kegemukan memiliki resiko tinggi mengalami penyakit jantung.
- Gaya hidup banyak duduk
Olahraga atau aktivitas fisik meningkatkan frekuensi jantung dan oleh karna
itumeningkatkan suplai oksigen didalam tubuh.
C. Faktor Lain yang Memengaruhi Fungsi Kardiovaskular
1)Panas dan Dingin
2)Status Kesehatan
3)Stres dan Koping
4)Diet
5)Alkohol
6)Peningkatan Kadar Homosistein
11. Gangguan fungsi kardiovaskuler
• Penurunan curah jantung
Walaupun jantung pada normalnya mampu meningkatkan frekuensi dan
kekutan kontraksinya guna meningkatkan curah jantung selama olahraga,
demam, atau saat lain yang memerlukan peningkatan curah jantung,
beberapa kondisis memengaruhi mekanisme ini.
• Gangguan perfusi jaringan
Aterosklerosis sejauh ini merupakan penyebab umum gangguan aliran darah
ke organ dan jaringan. Apabila pembuluh darah menyempit atau tersumbat,

15
jaringan distal mendapatkan lebih sedikit darah, oksigen, dan zat gizi.
• Gangguan darah
Karena sebagian besar oksigen ditranspor ke jaringan dalam bentuk
berikatan dengan hemoglobin, masalah ketidakadekuatan SDM, kadar
hemoglobin yang rendah, atau struktur hemoglobin yang abnormal dapat
memengaruhi oksigenasi jaringan
B. Asuhan Keperawatan Pemenuhan Oksigenasi
1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian yang dilakukan pada klien dengan gangguan oksigenasi


meliputi:

a. Identitas Klien

Meliputi nama, tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, status


kawin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, no MR, dan
diagnose medis.
b. Keluhan Utama

Keluhan utama adalah diagnos seseorang mencari pertolongan.


Keluhan utama yang biasa dikeluhkan diagnose pada pasien
gagal jantung kongestif atau congestive heart failure adalah
dispnea (sesak napas) pada saat/setelah beraktivitas, kelelahan
dan kelemahan fisik.
c. Riwayat Penyakit Sekarang

Pengkajian Riwayat penyakit sekarang yang mendukung keluhan


utama pada klien dengan gangguan kebutuhan oksigenasi adalah
sesak nafas, sesaknya seperti apa, daerah dan lamanya terjadi
gangguan pernafasan.
d. Riwayat Penyakit Dahulu

Pengkajian Riwayat penyakit dahulu yang mendukung dengan


mengkaji apakah pernah menderita gangguan pernafasan. Jika
pernah, disebabkan oleh penyakit apa misalnya seperti gangguan

16
kardiovaskuler (gagal jantung, infark miokard), gangguan
pernapasan (asma, PPOK). Termasuk riwayat imunisai,
penggunaan obat intravena sebelumnya dll.
e. Riwayat pekerjaan dan kebiasaan
Perawat menanyakan situasi tempat kerja dan lingkungannya.
Kebiasaan sosial: menanyakan kebiasaan dalam pola hidup, mis.
Minum minuman mengandung alkohol, atau obat tertentu.
Kebiasaan merokok: menanyakan tentang kebiasaan merokok
terkait sudah berapa lama, berapa batang per hari, jenis rokok
yang dikonsumsi 12 (filter, kretek), Situasi kerja: menanyakan
apakah pekerjaan penuh dengan stress, bagaimana menanggani
stress, apa dampak stress terhadap kesehatannya, apakah
lingkungan juga dipenuhi dengan polusi udara, alergen yang
berdampak dalam masalah kesehatannya, penting juga untuk
diidentifikasikan. Pengkajian psikologi

1) Persepsi/tanggapan klien terhadap masalahnya


penyakitnya

2) Pengaruh sakit terhadap cara hidup

3) Perasaan klien terhadap sakit dan therapy

4) Persepsi/tanggapan keluarga terhadap masalah yang


dihadapi klien/ penyakit dan therapy.
5) Harapan klien tentang masalah yang dihadapi sekarang (Andarm
f. Pemeriksaan Fisik

1) Mata

a) Xantelasma/lesi kuning pada kelopak mata


(dikarenakan hiperlipidemia)
b) Konjungtiva pucat (karena anemia)

c) Konjungtiva sianosis (karena hipoksemia)

17
d) Konjungtiva terdapat pethechial (karena emboli
lemak atau endokarditis akibat bakteri)
2) Hidung

a) Pernapasan dengan cuping hidung (megap-megap,


dispnea)

3) Mulut dan bibir

a) Membran mukosa sianosis (karena penurunan


oksigen)

b) Bernapas dengan mengerutkan mulut (dikaitkan


dengan penyakit paru kronik)
4) Vena leher

a) Adanya distensi/bendungan (dikaitkan dengan gagal


jantung kanan)
5) Kulit

a) Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunya aliran


darah perifer)
b) Sianosis secara umum (hipoksemia)

c) Penurunan turgor (dehidrasi)

d) Edema (dikaitkan dengan gagal jantung kiri dan gagal


jantung kanan)
e) Edema periorbital (dikaitkan dengan penyakit ginjal)

6) Jari dan kuku

a) Sianosis perifer (karena kurangnya suplai oksigen ke


perifer)

b) Clubing finger karena hipoksemia kronik)

7) Inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. IPPA Thoraks

18
A. Inspeksi

a. Pemeriksaan dada dimulai dari torak posterior,


klien pada posisi duduk
b. Dada diobservasi dengan membandingkan satu sisi
dengan yang lainnya
c. Tindakan dilakukan diatas apesks sampai kebawah

d. Infeksi torak posterior, meliputi warna kulit dan


kondisinya, skar, lesi, massa, dan gangguan tulang
belakang, seperti kifosis, skoliosis, dan lordosis.
e. Catat jumlah, irama, kedalaman pernapasan, dan
kesimetrisan pergerakan dada. Nilai normal usia
dewasa: 12- 20x/menit. (Andarmoyo, 2012)
Gambaran Pola Pernafasan Klien Dan Makna
Klinisnya:
1) Takipnea: Kegagalan pernafasan, respons pada
demam, ansietas, nafas pendek, infeksi
pernafasan dengan frekuensi nafas
>35Bradipnea: Tidur, depresi pernafasan,
overdosis obat, lesi 12iagno saraf pusat, dengan
frekuensi nafas 15 detik.
2) Bradipnea: Tidur, depresi pernafasan, overdosis
obat, lesi sistem saraf pusat, dengan frekuensi
nafas 15 detik
3) Hiperpnea: Akibat ansietas atau respon pada
nyeri, menyebabkan alkalosis pernafasan,
parastesia, tetani, konfusi telihat nyata, dengan
frekuensi nafas 16-20
4) Kussmaul: Pola takipnea berhubungan dengan
ketoasidosis diabetikum, asidosis metabolic, atau
gagal ginjal, Biasanya >35 dapat menjadi lambat

19
atau normal
5) Cheyne stokes: Pola nafas yang meningkat dan
menurun disebabkanprubahan dalam status asam
basa, masalah metabolic yang mendasari dan
menderita neuroserebral, frekuensi nafas
variabel.
6) Biot: Periode apnea dan nafas dangkal
disebabkan gangguan sistem saraf pusat,
ditemukan pada beberapa pasien sehat, frekuensi
nafas variabel.
7) Apneustik: Peningkatan pada waktu inspirasi
dengan waktu ekspirasi bunyi ngorok (grunting)
yang pendek, terlihat pada lesi sistem saraf pusat
pada pusat pernafasan, frekuensi pernafasan
meningkat. Observasi tipe pernapasan, seperti
pernapasan hidung atau pernapasan diagfragma,
dan penggunaan otot bantu pernapasan 15
f. Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase
inspirasi dan ekspirasi. Rasio pada fase ini
normalnya 1:2. Fase ekspirasi yang memanjang
menunjukkan adanyan obstruksi pada jalan napas
dan sering ditemukan pada klien 13iagnos Airflow
Limitation (CAL)/ Chronic Obstruksi Pulmanary
Diseases (COPD) Kaji konfusi dada dan
bandingkan diameter anteroposterior (AP) dengan
diameter lateral/ tranversal (T). Rasio ini normalnya
berkisar 1 : 2 sampai 5 : 7, bergantung pada cairan
tubuh klien
i. Kelainan pada bentuk dada, bentuk dada dan
deskripsinya:

1) Normal dewasa: Bentuk dada normal pada

20
orang dewasa perbandingan dada
anteroposterior dengan diameter transversal 1:2
2) Pegion chest (Pectus Carnatum): Bentuk dada
tidak normal yang ditandai dengan diameter
transversal lebih sempit, diameter antero-
posterior membesar dan sternum menonjol ke
depan, timbul pada pasien dengan
kyphoscoliosis berat.
3) Funnel chest (Pectus Excavakum): Bentuk dada
yang tidak normal merupakan kelainan bawaan
ditandai dengan diameter transversal
membesar, diameter antero- posterior mengecil
dan sternum menyempit ke dalam (kebalikan
dari pegion chest), kondisi ini dapat timbul pada
ricketsia, marfan’s syndrome atau akibat
kecelakaan kerja.
4) Barrel chest (Dada Tong): Bentuk dada tidak
normal yang ditandai dengan diameter
anteroposterior sama dengan diameter
transveral, sering terjadi pada pasien
emfisemaObservasi kesimetrisan pergerakan
dada. Gangguan pergerakan tidak adekuatnya
ekspansi dada mengidentifikasi penyakit paru
atau pleura.
j. Observasi retraksi abnormal ruang interkosta
selama inspirasi, yang dapat mengidentifikasi
obstruksi jalan nafas.

B. Palpasi

(1) Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan


pergerakan dada dan mengobservasi abnormalitas

21
(ekspansi dinding dada), mengidentifikasi
keadaan kulit, dan mengetahui vocal/tactile
premitus (vibrasi).
(2) Palpasi torak untuk mengetahui abnormalitas
yang dikaji saat inspeksi seperti : massa, lesi,
bengkak
(3) Kaji juga kelembutan kulit, terutama jika klien
mengeluh nyeri
(4) Vocal premitus, yaitu getaran dinding dada yang
dihasilkan ketika berbicara.

C. Perkusi

Perkusi adalah mengetuk struktur tubuh untuk


menghasilkan suara. Terdapat dua ternik perkusi
untuk ragio torak.
(a) Perkusi langsung, yakni pemeriksaan memukul
torak klien dengan bagian palmar jari tengah atau
keempat ujung jari tangannya yang dilipatkan.
(b) Perkusi tak langsung, yakni pemeriksaan
menempelkan suatu objek padat yang disebut
pleksimeter (biasanya satu jari tengah) pada dada
klien, lalu sebuah objek benda lain yang disebut
pleksor (jari tengah yang lain) untuk memukul
plesimeter tadi, sehingga menimbulkan suara.
Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi

pulmoner, organ yang ada disekitarnya, dan


pengembangan (ekskursi) diafragma. Berikut akan
dijelaskan berbagai jenis suara perkusi.
a) Suara Perkusi Normal

- Resonan : Bergaung, nada rendah. Dihasilkan

22
(sonor) jaringan paru normal
- Dulness : Bunyi yang pendek serta lemah,
ditemukan diatas bagian jantung, mamae dan
hati
- Timpani : Musikal, bernada tinggi dihasilkan
diatas perut yang berisi udara
b) Suara Perkusi Abnormal

- Hiperresonan : bergaung lebih rendah


(Hipersonor) dibandingkan dengan resonan
dan timbul pada bagian paru yang berisi udara.
- Flatness : Sangat 15iagnose. Oleh karena itu
nadanya lebih tinggi. Dapat didengar pada
perkusi daerah hati, dimana areanya seluruhnya
berisi jaringan.
D. Auskultasi

(1) Merupakan pengkajian yang sangat bermakna,


mencangkup mendengarkan bunyi nafas normal,
bunyi nafas tambahan (abnormal), dan suara.
(2) Suara nafas normal dihasilkan dari getaran udara
ketika melalui jalan nafas dari laring ke alveoli,
dengan sifat bersih.
(3) Suara napas normal meliputi diagnose,
bronkovesikular, dan diagnose.
(a) Bronkial. 21 Sering juga disebut dengan
tubular sound karena suara ini dihasilkan oleh
udara yang melalui suatu tube (pipa),
suaranya terdengar keras, nyaring, dan dengan
hembusan yang lembut. Fase ekspirasinya
lebih panjang daripada inspirasi, dan tidak ada
henti di antara kedua fase tersebut. Normal

23
terdengar di atas trakea atau daerah
suprastemal notch.
(b) Bronkovesikular. Merupakan gabungan dari
suara

napas 16iagnose16 dan 16iagnose16.


Suaranya terdengar nyaring dan dengan
intensitas yang sedang. Inspirasi sama panjang
dengan ekspirasi. Suara ini terdengar di
daerah torak di mana bronki tertutup oleh
dinding dada.
(c) Vesikular. Terdengar lembut, halus, seperti
angin sepoi- sepoi. Inspirasi lebih panjang
dari ekspirasi, ekspirasi terdengar seperti
tiupan. Suara napas tambahan meliputi
wheezing, ronchi, pleural friction rub, dan
crackles.
- Wheezing Terdengar selama inspirasi dan
ekspirasi, dengan karakter suara nyaring,
16iagnos, suara terusmenerus yang
berhubungan dengan aliran udara melalui
jalan napas yang menyempit.
- Ronchi Terdengar selama fase inspirasi
dan ekspirasi, karakter suara terdengar
perlahan, nyaring, dan suara mengorok
terusmenerus. Berhubungan dengan
sekresi kental dan peningkatan produksi
sputum.
- Pleural friction rub Terdengar saat
inspirasi dan ekspirasi. Karakter suara
kasar, berciut, suara seperti gesekan
akibat dari inflamasi pada daerah pleura.

24
Sering kali klien juga mengalami nyeri
saat bernapas dalam.
- Crackles Fine crackles. Lebih sering
terdengar saat inspirasi. Karakter suara
meletup, terpatahpatah akibat udara
melewati daerah yang lembap di alveoli
atau bronkiolus. Suara seperti rambut yang
digesekkan.
- Coarse crackles. Lebih menonjol saat
ekspirasi. Karakter suara lemah, kasar,
suara gesekan terpotong akibat
terdapatnya cairan atau sekresi pada jalan
napas yang besar. Mungkin akan berubah
ketika klien batuk.
g. Pemeriksaan Diagnostic
1. Pemeriksaan fungsi paru
Pemeriksaan fungsi paru dilakukan dengan menggunakan
spirometer. Klien bernapas melalui masker mulut yang
dihubungkan dengan spirometer. Pengukuran yang
dilakukan mencakup volume tidal (Vт), volume residual
(RV), kapasitas residual fungsional (FRC), kapasitas vital
(VC), kapasitas paru total (TLC).
2. Kecepatan Aliran Ekspirasi Puncak (Peak Expiratory Flow
Rate/PEFR)
PEFR adalah titik aliran tertinggi yang dicapai selama
ekspirasi maksimal dan titik ini mencerminkan terjadinya
perubahan ukuran jalan napas menjadi besar.
3. Pemeriksaan Gas Darah Arteri
Pengukuran gas darah untuk menentukan konsentrasi
hidrogen (H+), tekanan parsial oksigen (PaO2) dan karbon
dioksida (PaCO2), dan saturasi oksihemoglobin (SaO2),

25
pH, HCO3-.
4. Oksimetri
Oksimetri digunakan untuk mengukur saturasi oksigen
kapiler (SaO2), yaitu persentase hemoglobin yang
disaturasi oksigen.
5. Hitung Darah Lengkap
Darah vena untuk mengetahui jumlah darah lengkap
meliputi hemoglobin, hematokrit, leukosit, eritrosit, dan
perbedaan sel darah merah dan sel darah putih.
6. Pemeriksaan sinar X dada
Sinar X dada untuk mengobservasi lapang paru untuk
mendeteksi adanya cairan (pneumonia), massa (kanker
paru), fraktur (klavikula dan costae), proses abnormal
(TBC).
7. Bronkoskopi
Bronkoskopi dilakukan untuk memperoleh sampel biopsi
dan cairan atau sampel sputum dan untuk mengangkat
plak lendir atau benda asing yang menghambat jalan
napas.
8. CT Scann
CT scann dapat mengidentifikasi massa abnormal melalui
ukuran dan lokasi, tetapi tidak dapat mengidentifikasi tipe
jaringan.
9. Kultur Tenggorok
Kultur tenggorok menentukan adanya mikroorganisme
patogenik, dan sensitivitas terhadap antibiotik.
10. Spesimen Sputum
Spesimen sputum diambil untuk mengidentifikasi tipe
organisme yang berkembang dalam sputum, resistensi, dan
sensitivitas terhadap obat.
11. Skin Tes

26
Pemeriksaan kulit untuk menentukan adanya bakteri,
jamur, penyakit paru viral, dan tuberkulosis.
12. Torasentesis
Torasentesis merupakan perforasi bedah dinding dada dan
ruang pleura dengan jarum untuk mengaspirasi cairan
untuk tujuan diagnostik atau tujuan terapeutik atau untuk
mengangkat spesimen untuk biopsi.

C. Diagnosa Keperawatan
Setelah melakukan pengkajian, perawat mencatat semua hal
yang diperoleh pada tahap pengkajian hal tersebut akan
menentukan dalam penegakan diagnose keperawatan. Diagnosa
keperawatan utama yang muncul pada pasien dengan gangguan
kebutuhan oksigen adalah:

1) Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas


Definisi: Ketidakefektifan bersihan jalan napas adalah keadaan
dimana seseorang tidak mampu untuk membersihkan sekresi atau
obstruksi dari saluran pernapasan guna mempertahankan
kepatenan jalan napas.
Berhubungan dengan:
a. penurunan energi;
b. kelemahan;
c. infeksi trakheobronkhial;
d. obstruksi;
e. sekresi;
f. kerusakan persepsi atau kognitif;
g. trauma.
Ditandai dengan:
a. suara napas abnormal: rales, crackles, ronkhi, wheezing;
b. perubahan irama dan kedalaman pernapasan;

27
c. takhipea;
d. efektif/inefektif batuk dengan atau tanpa sputum;
e. dispnea;
f. kesulitan bersuara.
2) Kerusakan pertukaran gas
Definisi: Kerusakan pertukaran gas adalah keadaan dimana
seseorang mengalami penurunan pertukaran oksigen dan/atau
karbon dioksida antara alveoli paru dan sistem vaskular.
Berhubungan dengan:
a. ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi;
b. kerusakan alveoli;
c. pemasukan oksigen tidak adekuat.
Ditandai dengan:
a. bingung;
b. somnolen;
c. gelisah;
d. iritabilitas;
e. tidak mampu mengeluarkan sekresi;
f. hiperkapnea, hipoksia;
g. sianosis;
h. Nilai gas darah abnormal.
3) Ketidakefektifan pola napas
Definisi: ketidakefektifan pola napas adalah keadaan dimana pola
inhalasi dan/atau ekshalasi seseorang tidak memungkinkan untuk
mengembang atau mengempiskan paru secara adekuat.
Berhubungan dengan:
a. kerusakan neuromuscular;
b. nyeri;
c. kerusakan musculoskeletal;
d. kerusakan persepsi atau kognitif;
e. kecemasan;

28
f. penurunan energi;
g. kelemahan.
Ditandai dengan:
a. dispnea;
b. napas pendek;
c. takhipnea;
d. fremitus;
e. nasal flaring (pernapasan cuping hidung);
f. perubahan kedalaman pernapasan;
g. pernapasan pursed-lip atau;
h. ekspirasi panjang;
i. peningkatan diameter anteroposterior;
j. penggunaan otot-otot asesoris;
k. perubahan bentuk dada;
l. l. posisi tubuh.
D. Intervensi
Intervensi keperawatan meliputi tujuan dan rencana tindakan
keperawatan.
1. Tujuan:
a. Klien akan menunjukkan pengetahuan tentang pencegahan
disfungsi pernapasan.
b.Jaringan klien akan mempunyai oksigenasi yang adekuat.
c. Klien akan mengeluarkan sekresi pulmonar
d.Klien akan mempunyai koping yang efektif dengan
perubahan konsep diri dan gaya hidup.
2. Rencana Tindakan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Airway suction
1) Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning
2) Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning.
3) Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning

29
4) Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan.
5) Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk
memfasilitasi suksion nasotrakeal
6) Gunakan alat yang steril sitiap melakukan tindakan
7) Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah
kateter dikeluarkan dari nasotrakeal
8) Monitor status oksigen pasien
9) Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suksion
10) Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila pasien
menunjukkan bradikardi, peningkatan saturasi O2, dll.
Airway Management
1) Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust
bila perlu
2) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3) Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas
buatan
4) Pasang mayo bila perlu
5) Lakukan fisioterapi dada jika perlu
6) Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
7) Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
8) Lakukan suction pada mayo
9) Berikan bronkodilator bila perlu
10) Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
11) Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
12) Monitor respirasi dan status O2
2. Kerusakan pertukaran gas
Airway Management
1) Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw
thrust bila perlu
2) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3) Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan

30
nafas buatan
4) Pasang mayo bila perlu
5) Lakukan fisioterapi dada jika perlu
6) Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
7) Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
8) Lakukan suction pada mayo
9) Berika bronkodilator bila perlu
10) Barikan pelembab udara
11) Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
12) Monitor respirasi dan status O2

Respiratory Monitoring
1) Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha
respirasi
2) Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan
otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan
intercostal
3) Monitor suara nafas, seperti dengkur
4) Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul,
hiperventilasi, cheyne stokes, biot
5) Catat lokasi trakea
6) Monitor kelelahan otot diagfragma (gerakan
paradoksis)
7) Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak
adanya ventilasi dan suara tambahan
8) Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi
crakles dan ronkhi pada jalan napas utama
9) auskultasi suara paru setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya

31
3. ketidakefektifan pola nafas
Airway Management
1) Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw
thrust bila perlu
2) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3) Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan
nafas buatan
4) Pasang mayo bila perlu
5) Lakukan fisioterapi dada jika perlu
6) Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
7) Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
8) Lakukan suction pada mayo
9) Berikan bronkodilator bila perlu
10) Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
11) Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
12) Monitor respirasi dan status O2

Terapi Oksigen
1) Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
2) Pertahankan jalan nafas yang paten
3) Atur peralatan oksigenasi
4) Monitor aliran oksigen
5) Pertahankan posisi pasien
6) Onservasi adanya tanda tanda hipoventilasi
7) Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi

Vital sign Monitoring

1) Monitor TD, nadi, suhu, dan RR


2) Catat adanya fluktuasi tekanan darah

32
3) Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
4) Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
5) Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah
aktivitas
6) Monitor kualitas dari nadi
7) Monitor frekuensi dan irama pernapasan
8) Monitor suara paru
9) Monitor pola pernapasan abnormal
10) Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
11) Monitor sianosis perifer
12) Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
13) Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

33
E. Pathway

34
F. Dokumentasi

Dokumentasi asuhan keperawatan merupakan bagian dari proses asuhan


keperawatan yang dilakukan secara sistematis dengan cara mencatat tahap-tahap
proses perawatan yang diberikan kepada pasien. Dokumentasi asuhan
keperawatan merupakan catatan penting yang dibuat oleh perawat baik dalam
bentuk elektronik maupun manual berupa rangkaian kegiatan yang dikerjakan
oleh perawat meliputi lima tahap yaitu:
1) pengkajian,
2) penentuan diagnosa keperawatan,
3) perencanaan tindakan keperawatan,
4) pelaksanaan/implementasi rencana keperawatan, dan
5) evaluasi perawatan.
Tujuan pendokumentasian keperawatan, antara lain sebagai berikut:
a. Sebagai media untuk mendefinisikan fokus keperawatan bagi klien dan
kelompok.
b. Untuk membedakan tanggung gugat perawat dengan anggota tim kesehatan
lainnya.
c. Sebagai sarana untuk melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah
diberikan kepada klien.
d. Sebagai data yang dibutuhkan secara administratif dan legal formal.
e. Memenuhi persyaratan hukum, akreditasi dan professional.
f. Untuk memberikan data yang berguna dalam bidang pendidikan dan penelitian.

Komponen dokumentasi asuhan keperawatan yang konsisten harus meliputi


beberapa hal berikut ini:
a. Riwayat keperawatan yang terdiri dari masalah-masalah yang sedang terjadi
maupun yang diperkirakan akan terjadi.
b. Masalah-masalah yang aktual maupun potensial,.
c. Perencanaan serta tujuan saat ini dan yang akan datang.
d. Pemeriksaan, pengobatan dan promosi kesehatan untuk membantu pasien

35
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
e. Evaluasi dari tujuan keperawatan serta modifikasi rencana tindakan dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Secara spesifik lingkup dokumentasi asuhan keperawatan secara spesifik antara


lain :
a. Data awal pasien berupa identitas diri, keluhan yang dirasakan.
b. Riwayat keperawatan dan pemeriksaan.
c. Diagnosis keperawatan yang ditetapkan.
d. Rencana asuhan keperawatan yang terdiri dari rencana tindakan, tujuan,
rencana intervensi serta evaluasi dari tindakan keperawatan.
e. Pendidikan kepada pasien.
f. Dokumentasi parameter pemantauan dan intervensi keperawatan lain nya.
g. Perkembangan dari hasil yang telah ditetapkan dan yang diharapkan.
h. Evaluasi perencanaan.
i. Rasionalisasi dari proses intervensi jika diperlukan.
j. Sistem rujukan.
k. Persiapan pasien pulang.

36
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Oksigen merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Oksigen merupakan gas
yang tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam metabolisme
sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbon dioksida, energi, dan air. Akan tetapi,
penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan
dampak yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel. Kebutuhan Oksigenasi
merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk
kelangsungan diagnose tubuh dalam mempertahankan kelangsungan hidup dan
berbagai aktivitas sel tubuh dalam kehidupan sehari-hari

37
DAFTAR PUSTAKA
Andarmoyo, S. (2012). Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi) Konsep, Proses
dan Praktik
Keperawatan
Ambarwati, Fitri Respati. 2014. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta:
Dua Satria Offset
Asmadi, N. S. (2008). Konsep dasar keperawatan. Egc.
Atoilah, Elang M. Kusnadi, Engkus. (2013). Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan
Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia. Garut : In Media
Crisp, J., Taylor, C., Douglas, C., & Rebeiro, G. (2012). Potter & Perry's
Fundamentals of
Nursing. Elsevier Health Sciences.
Ernawati. (2012). Konsep dan Aplikasi Keperawatan dalam Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Manusia. (A. Rifai, Ed.). Jakarta: Trans Info Media
Herdman, T.H. (2018). NANDA International Nursing Diagnoses: definitions and
classification 2018-2020. Jakarta: EGC
Hidayat, A.A. 2007, Metode Penelitian Keperawatan dan teknik Analisa Data,.
Penerbit
Salemba medika
Potter, P. A., Perry, A. G., Hall, A., & Stockert, P. A. (Eds.). (2009).
Fundamentals of
nursing (7th ed.). Elsevier Mosby.
Saputra, 2013. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Yogyakarta : Numed
Sherwood, L. (2016). Human physiology: from cells to systems. Cengage learning
Tarwoto & Wartonah. (2011). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta:

38

Anda mungkin juga menyukai