Anda di halaman 1dari 35

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

DENGAN DYSPNEA SISTEM OKSIGENASI

Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Keperawatan Dasar 1


Dosen Pengampu oleh Bapak Taufan, S.Kep.Ns, M.Kep.

Oleh:
1. Sheila Faradilla Beauty P. W (P17210201017)
2. Desi Lestari (P17210201018)
3. Awalia Listya Pakerti (P17210201019)
4. Nuzul Fadillah T.S (P17210201020)
5. Fauzia Zheptya Chandya (P17210201021)

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Pemenuhan Kebutuhan Dasar Oksigenasi Manusia”.Makalah ini merupakan tugas dari aspek
penilaian mata pelajaran keperawatan dasar.Proses penyusunan makalah ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penyusunan makalah
ini, antara lain :
1. Budi Susatia, S.Kp., M.Kes. selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang,
2. Dr. Atti Yudiernawati, S.Kp, M.Pd selaku Ketua Progam studi D-III Keperawatan
Malang Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang,
3. Ibu Naya Ernawati, S.Kep, Ns, M.Kep. selaku penaggung jawab mata kuliah
keperawatan dasar 1 kelas 1program studi D-III Keperawatan Malang Politeknik
Kesehatan Kemenkes Malang,
4. Bapak Taufan Arif, S.Kep,Ns,M.Kep. selaku dosen pengajar mata kuliah keperawatan
dasar 1sekaligus dosen pembimbing makalah materi pokok pemenuhan kebutuhan
oksigenasi yang telah memberikan banyak bantuan, masukan, dan dukungan terkait
penyusunan makalah ini,
5. Teman-teman kelas 1A program studi D-III Keperawatan Malang Angkatan 2020
yang telah memberikan dukungan, saran, informasi terkait materi makalah, serta kerja
samanya yang sangat luar biasa.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini sehingga
diperlukan pendalaman lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pihak pembaca sehingga dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk
perbaikan dalam penyusunan makalah selanjutnya.Penulis berharap semoga makalah ini
dapat menjadi bahan bacaan yang membuka wawasan dalam bidang kesehatan bagi siapa saja
yang membacanya.

Malang, 16 Agustus 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI .ii
BAB 1PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................1
1.2 Tujuan....................................................................................................................................2
1.3 Manfaat..................................................................................................................................2
BAB 2TINJAUAN TEORI 3
2.1 Pengertian Oksigenasi.........................................................................................................3
2.2 Tujuan Oksigenasi................................................................................................................3
2.3 Sistem Tubuh yang Berperan dalam Kebutuhan Oksigenasi..........................................3
2.4Proses Oksigensi...................................................................................................................6
2.5 Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigenasi........................................................7
2.6Jenis Pernapasan dan Pengukuran Fungsi Paru.................................................................8
2.7 Gangguan pada Oksigenasi........................................................................................13
2.8Proses Keperawatan pada Masalah Kebutuhan Oksigenasi...........................................15
BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN 23
3.1 Hasil Penelitian...................................................................................................................23
3.2 Pembahasan........................................................................................................................24
BAB 4PENUTUP 28
4.1 Kesimpulan.........................................................................................................................28
4.2 Saran....................................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA 30

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Oksigen adalah salah satu elemen gas yang berperan penting dalam kehidupan
manusia. Oksigen merupakan unsur vital yang berperan secara fungsional dalam hampir
semua proses sistem tubuh terutama dalam sistem respirasi, yaitu pertukaran gas oksigen
(O2) yang dibutuhkan oleh tubuh untuk metabolisme sel dengan karbondioksida (CO 2)
sebagai hasil metabolisme tersebut yang akan diekskresikan dari tubuh melalui paru-paru.
Oksigen diperoleh manusia dengan cara menghirup udara ditandai dengan kontraksi atau
terangkatnya otot antar tulang rusuk sehingga volume rongga dada membesar dan
memungkinkan udara dari luar tubuh masuk ke dalam paru-paru.
Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka kebutuhan oksigen
akan mengalami gangguan. Banyak kondisi yang menyebabkan seseorang mengalami
gangguan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen, seperti adanya sumbatan pada saluran
pernapasan.Pada kondisi ini, individu merasakan pentingnya oksigen (Kusnanto, 2016).
Salah satu gangguan pernapasan yang terkenal di dunia medis adalah dyspnea.Secara
umum dyspnea adalah kondisi dimana seseorang mengalami kesulitan dalam
bernapas.Kesulitan bernapas ini terlihat dengan adanya kontraksi otot-otot pernapasan
tambahan. Perubahan ini biasanya terjadi dengan lambat, akan tetapi dapat pula terjadi
dengan cepat. Kesulitan bernapas disebabkan karena suplai oksigen ke dalam jaringan
tubuh tidak sebanding dengan oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh.Penyakit ini juga
dipicu oleh beberapa kondisi, salah satunya adalah asma. Saat kambuh, asma akan
menyebabkan saluran napas membengkak dan memproduksi lendir secara berlebihan,
yang akhirnya akan mengganggu aliran udara. Akibatnya, penderita asma akan
mengalami kesulitan bernapas, batuk, mengi, dan nyeri ketika sedang bernapas
Data Kemenkes mengungkap, angka prevalensi kasus Penyakit Tidak Menular (PTM)
di Indonesia selama 2013-2018 meningkat sampai 34 persen.Jenis PTM ada banyak,
namun dari sekian banyak kasus PTM, yang paling banyak diidap masyarakat adalah
asma. Data menunjukkan, 4,5 persen penduduk Indonesia menderita asma. Jumlah
kumulatif kasus asma sekitar 11.179.032 penderita.Dari data tersebut dapat disimpulkan
bahwa kemungkinan penduduk yang dapat menderita dyspnea cukup besar.Perlu
diketahui bahwa dyspnea bisa menjadi tanda dari penyakit yang serius seperti penyakit
paru obstruktif kronik (PPOK), penyakit paru interstisial, emboli paru, sleep

1
2

apnea,kelainan katup jantung dan gagal jantung.Oleh karena itu, penderita dyspnea
memerlukan asuhan keperawatan yang serius agar tidak memicu penyakit yang lebih
serius.

1.2 Tujuan
1. Menjelaskan pengertian oksigenasi
2. Menjelaskan tujuan oksigenasi
3. Menjelaskan sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi
4. Menguraikan proses oksigenasi
5. Menguraikan faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi
6. Menjelaskan jenis pernafasan dan pengukuran fungsi paru
7. Menjelaskan gangguan pada oksigenasi
8. Menjelaskan proses keperawatan pada masalah kebutuhan oksigenasi

1.3 Manfaat
1. Bagi ilmu pengetahuan
Sebagai bahan bacaan ilmiah, pengembangan penelitian dalam ilmu keperawatan,
serta acuan untuk perbaikan penyusunan karya ilmiah selanjutnya
2. Bagi masyarakat atau pembaca
Sebagai sarana untuk mengembangkan wawasan mengenai penyakit dyspnea pada
manusia
3. Bagi penulis
Sebagai wadah untuk mengembangkan kemampuan penyusunan karya ilmiah dari
ilmu yang telah diperoleh dan melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien/klien.
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Oksigenasi


Oksigenasi adalah suatu proses untuk mendapatkan oksigen (O2) dan mengeluarkan
karbondioksida (CO2). Kebutuhan fisiologi oksigenasi merupakan sebuah kebutuhan
dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk
mempertahankan hidupmu dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel tubuh.Oksigen
memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara fungsinya.
Tidak adanya oksigen menyebabkan tubuh secara fungsinya mengalami kemunduran
atau bahkan menyebabkan kematian.Oleh karena itu,kebutuhan oksigen merupakan
kebutuhan yang paling utama dan vital bagi tubuh.Pemenuhan oksigen ini tidak terlepas
dari kondisi saluran pernapasan secara fungsional.Apabila ada gangguan pada sistem
respirasi, maka pemenuhan kebutuhan oksigen akan terganggu.

2.2 Tujuan Oksigenasi


Kebutuhan fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan
untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya dan
untuk aktivitas berbagai organ atau sel. Apabila lebih dari 4 menit orang tidak
mendapatkan oksigen maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat
diperbaiki dan biasanya pasien akan meninggal.
Tujuan dari oksigenasi adalah memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh dengan
melancarkan saluran pernapasan sehingga konsentrasi oksigen dapat meningkat.Fungsi
paling utama adalah menyediakan oksigen untuk metabolisme dan mengeluarkan
karbodioksida sebagai sisa metabolisme.

2.3 Sistem Tubuh yang Berperan dalam Kebutuhan Oksigenasi


Sistem tubuh yang membantu dalam pemenuhan kebutuhan oksigen yaitu sistem
pernapasan bagian atas dansistem pernapasan bagian bawah.
A. Sistem Pernapasan Bagian Atas
1. Hidung
Hidung dilengkapi rambut hidung yang berfungsi menyaring partikel debu atau
kotoran, indra pembau, selaput lendir dan konka.Selaput lendir pada hidung
berfungsi sebagai perangkap benda asing yang masuk terhirup saat bernapas,
seperti debu, bakteri.Konka memiliki banyak kapiler darah yang berfungsi

3
4

menyamakan suhu udara yang terhirup dari luar dengan suhu tubuh. Sedangkan
indra pembau berfungsi untuk merasakan bau-bau dari lingkungan.

Gambar 2.1 Anatomi Hidung


2. Faring
Faring adalah hulu kerongkongan yang merupakan percabangan dua saluran,
yaitu antara saluran yang menghubungkan mulut dan kerongkongandisebut saluran
pencernaan atau orofarings yang berada pada bagian belakang, serta saluran yang
menghubungkan hidung dan tenggorokan disebut saluran pernapasan atau
nasofarings yang berada pada bagian depan. Faring berperan dalam proses
masuknya udara ke dalam pita suara untuk menghasilkan suara. Faring juga
menjadikan manusia mungkin untuk bernapas melalui mulut.
3. Laring

Gambar 2.2 Anatomi Laring

Laring atau kotak suara merupakan organ pada leher mamalia yang melindungi
trakea dan terlibat dalam produksi suara.Laring adalah saluran pernapasan yang
membawa udara menuju ke trakea.

4. Epiglotis
Merupakan katup tulang rawan yang bertugas membantu menutup laring saat
proses menelan.
5

B. Sistem Pernapasan Bagian Bawah

Gambar 2.3 Anatomi Paru-Paru

1. Trakea
Trakea merupakan tabung memanjang yang memiliki ukuran panjang sekitar
10-.Trakea tersusun dari 20 tulang rawan berbentuk cincin yang kuat. Dinding
tenggorokan terdiri atas tiga lapis yaitu lapisan paling luar terdiri atas jaringan
ikat,lapisan kedua terusan atas tulang cincin tulang rawan sebanyak 16-20 yang
berbentuk huruf C, dan lapisan terdalam terdiri atas epitelium bersilia yang
menghasilkan banyak lendir.
Lendir ini berfungsi untuk menangkap debu dan mikroorganisme yang masuk
saat menghirup udara. Setelah itu, debu dan mikroorganisme tersebut didorong
olehsilia menuju bagian belakang mulut.Akhirnya debu dan mikroorganisme
dikeluarkan melalui batuk.Silia-silia pada trakea berfungsi untuk menyaring benda-
benda asing yang masuk bersama udara.
Didalamrongga dada atau paru paru trakea bercabang sebanyak 2 dan
membentuk bronkus trakea.Brokus memiliki cabang kanan dan kiri membentuk
bronkiolus,diujung-ujung bronkiolus terdapat gelembung-gelembung udara yang
disebut alveolus.
2. Bronkus
Bronkus merupakan percabangan dari trakea.Organ ini memiliki 2 percabangan
menuju paru-paru kanan dan kiri.Bronkus yang ke arah kiri lebih panjang,sempit
dan mendatar dari pada bronkus yang kearah kanan.Setelah melewati bronkus,
percabangan akan diteruskan oleh bronkiolus dan berakhir di alveolus atau
gelembung udara. Bronkus dan bronkiolus berfungsi sebagai jalur udara dari trakea
menuju paru-paru.
6

3. Bronkiolus
Bronkiolus merupakan cabang dari bronkus.Bronkiolusbercabang-cabang
menjadi saluran yang semakin halus,kecil dan dindingnya semakin tipis.Setiap
bronkiolus tidak memiliki tulang rawan tetapi rongganya bersilia. Setiap
bronkiolus bermuara ke alveolus.
Disepanjang trakea,bronkus,dan bronkiolus terdapat jaringan mukosa dengan
sel-sel goblet yang diselingi sel epitel bersilia. Sel goblet menghasilkan cairan
mucus yang berfungsi untuk melembabkan udara dan menyaring partikel-partikel
asing. Partikel asing yang tertangkap akandigerakan oleh silia sel sepitel ke kavum
oris.
4. Alveolus
Struktur pembentuk alveolus berubah bola-bola mungil yang diliputi oleh
pembuluh-pembuluh darah.Epitel pipih yang melapisi alveolus memudahkan darah
didalam kapiler-kapiler darah mengikat oksigen dari udara dalam rongga alveolus.
Alveolus selalu mesekresi surfaktan yang berperan sebagai deterjen yang
untuk menurunkan tegangan permukaan paru-paru.Tetangga permukaan yang
tinggi akan membuat paru-paru sulit mengembang.Tetangga permukaan akan
diturunkan oleh surfraktan sehingga paru-paru akan lebih elastis dan mudah
mengembang.
5. Paru-paru
Paru-paru terletak pada rongga dada.Paru-paru ada dua buah yaitu paru-paru
kanan dan paru-paru kiri.Paru-paru kanan terdiri dari 3 lobus yaitu lobi atas, lobus
bawah, dan lobus tengah.Sedangkanparu-paru kiri terdiri dari 2 lobus yaitu lobus
atas dan lobus bawah.Paru-paru diselimuti oleh selaput paru(pulmo) yang disebut
pleura.Pleura berfungsi meneruskan tekanan negatif thoraks ke paru-paru sehingga
paru-paru lebih elastis dan dapat mengembang.

2.4 Proses Oksigenasi


Proses oksigenasi melibatkan sistem pernafasan dan sistem kardiovaskuler. Proses
tersebut terdiri dari 3 tahapan, yaitu ventilasi paru, difusi gas dan transportasi gas.
1. Ventilasi
Masuk dan keluarnya udara atmosfir dari alveolus ke paru-paru atau sebaliknya.
Proses keluar masuknya udara paru-paru tergantung pada perbedaan tekanan antara
7

udara atmosfir dengan alveoli.Pada inspirasi, dadamengembang, diafragma turun dan


volume paru bertambah.Sedangkan ekspirasi merupakan gerakan pasif.
2. Difusi Gas
Pertukaran gas-gas (oksigen dan karbondioksida) antara alveolus dan kapiler paru-
paru.Proses keluar masuknya udara yaitu dari darah yang bertekanan atau konsentrasi
lebih besar ke darah dengan tekanan/konsentrasi yang lebih rendah. Karena dinding
alveoli sangat tipis dan dikelilingi oleh jaringan pembuluh darah kapiler yang sangat
rapat, membran ini kadang disebut membran respirasi.Perbedaan tekanan pada gas-gas
yang terdapat pada masing-masing sisi membran respirasi sangat mempengaruhi
proses difusi.Secara normal gradien tekanan oksigen antara alveoli dan darah
yangmemasuki kapiler pulmonal sekitar 40 mmhg.
3. TransportasiGas
Pengangkutan oksigen melalui darah ke sel-sel jaringan tubuh dan sebaliknya
karbondioksida dari jaringan tubuh ke kapiler.Oksigen perlu ditransportasikan dari
paru-paru ke jaringan dan karbondioksida harus ditransportasikan dari jaringan
kembali ke paru-paru. Secara normal 97 % oksigen akan berikatan dengan hemoglobin
di dalam sel darah merah dan dibawa ke jaringan sebagai oksihemoglobin. Sisanya 3
% ditransportasikan ke dalam cairan plasma dan sel-sel.

2.5 Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigenasi


Kebutuhan tubuh terhadap oksigen tidak tetap, sewaktu-waktu tubuh memerlukan oksigen
yang banyak, oleh karena suatu sebab. Kebutuhan oksigen dalam tubuh dipengaruhi
oleh beberapa faktor, diantaranya lingkungan, latihan, emosi, gaya hidup dan status
kesehatan.
1. Lingkungan
Pada lingkungan yang panas, tubuh berespon dengan terjadinya vasodilatasi
pembuluh darah perifer. Respon demikian menyebabkan curah jantung meningkat dan
kebutuhan oksigen pun meningkat. Sebaliknya pada lingkungan yang dingin,
pembuluh darah mengalami konstriksi sehingga menurunkan kerja jantung dan
kebutuhan oksigen. Selain itu pengaruh lingkungan terhadap oksigen juga ditentukan
oleh ketinggian tempat. Pada tempat tinggi tekanan barometer akan turun, sehingga
tekanan oksigen juga turun. Dan , kadar oksigen di udara juga dipengaruhi oleh polusi
udara. Udara yang dihirup pada lingkungan yang mengalami polusi udara, konsentrasi
8

oksigennya rendah. Hal itu menyebabkan kebutuhan oksigen dalam tubuh tidak
terpenuhi secara optimal.
2. Latihan
Latihan fisik atau peningkatan aktivitas dapat meningkatkan denyut jantung dan
respirasi rate sehingga kebutuhan terhadap oksigen semakin tinggi.
3. Emosi
Takut, cemas, dan marah akan mempercepat denyut jantung sehingga kebutuhan
oksigen meningkat.
4. Gaya Hidup
Kebiasaan merokok dapat memperburuk penyakit arteri koroner dan pembuluh darah
arteri. Nikotin yang terkandung dalam rokok dapat menyebabkan vasokontriksi
pembuluh darah perifer dan pembuluh darah koroner. Akibatnya, suplai darah ke
jaringan menurun.
5. Status Kesehatan
Pada orang yang mempunyai penyakit jantung ataupun penyakit pernapasan dapat
mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.

2.6 Jenis Pernapasan dan Pengukuran Fungsi Paru


A. Jenis Pernapasan
Pernafasan dibedakan atas dua berdasarkan lokasi terjadinya, yaitu pernafasan
eksternal dan pernafasan internal.
1. Pernapasan Eksternal
Pernapasan eksternal merupakan proses masuknya O2 dan keluarnya CO2 dari
tubuh, sering disebut sebagai pernapasan biasa. Proses pernapasan ini dimulai dari
masuknya oksigen melalui hidung dan mulut pada waktu bernapas, kemudian
oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronchial ke alveoli, lalu oksigen akan
menembus membrane yang akan diikat oleh Hb sel darah merah dan dibawa ke
jantung. Setelah itu, sel darah merah dipompa oleh arteri ke seluruh tubuh,
kemudian meninggalkan paru dengan tekanan oksigen 100 mmHg.
2. Pernapasan Internal
Pernapasan internal merupakan proses terjadinya pertukaran gas antar sel jaringan
dengan cairan sekitarnya yang sering melibatkan proses semua hormon termasuk
menurunkan katekolamin dapat melebarkan saluran pernapasan.
9

Gambar 2.4 Pernapasan berdasarkan lokasi

Sedangkan berdasarkan otot yang terlibat, pernapasan juga dibagi menjadi dua yaitu
pernapasan dada dan pernapasan perut.
1. Pernapasan Dada
Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antartulang rusuk.
Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut.
a. Fase inspirasi.
Fase ini berupa berkontraksinya otot antar tulang rusuk sehingga rongga dada
membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada
tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.
b. Fase ekspirasi
Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antara tulang rusuk ke
posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada
menjadi kecil. akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar
daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon
dioksida keluar.
10

Gambar 2.5 Pernapasan dada


 Mekanisme inspirasi pernapasan dada
Otot antar tulang rusuk (muskulus intercostalis eksternal) berkontraksi → tulang
rusuk terangkat (posisi datar) → paru-paru mengembang → tekanan udara dalam
paru-paru menjadi lebih kecil dibandingkan tekanan udara luar → udara luar
masuk ke paru-paru.
 Mekanisme ekspirasi pernapasan dada
Otot antar tulang rusuk relaksasi → tulang rusuk menurun → paru-paru
menyusut → tekanan udara dalam paru-paru lebih besar dibandingkan dengan
tekanan udara luar → udara keluar dari paru-paru.

2. Pernapasan Perut
Pernapasan perut adalah pernapasan yang melibatkan otot diafragma.
Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut.
a. Fase inspirasi
Fase ini berupa berkontraksinya otot diafragma sehingga rongga dada
membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada
tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.
b. Fase ekspirasi
Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot diaframa ke posisi
semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi
kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar
daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon
dioksida keluar.
11

Gambar 2.6 Pernapasan perut


 Mekanisme inspirasi pernapasan perut
Sekat rongga dada (diafragma) berkontraksi → posisi dari melengkung menjadi
mendatar → paru-paru mengembang → tekanan udara dalam paru-paru lebih
kecil dibandingkan tekanan udara luar → udara masuk.
 Mekanisme ekspirasi pernapasan perut
Otot diafragma relaksasi → posisi dari mendatar kembali melengkung → paru-
paru mengempis → tekanan udara di paru-paru lebih besas dibandingkan tekanan
udara luar → udara keluar dari paru-paru.

B. Pengukuran Fungsi Paru


Kemampuan kerja paru dapat dinilai dari volume dan kapasitas paru.
 Volume paru
1. Volume tidal (Tidal volume / TV), yaitu jumlah udara yang masuk ke dalam dan
ke luar dari paru pada pernapasan biasa atau istirahat. Pada orang dengan berat
badan 70 kg, volume tidal berkisar 500 ml, hal ini berarti dalam kondisi relaks,
individu bernafas sebanyak 12 x per menit, menghisap dan menghembuskan
nafas sebanyak 500 x 12 = 6 liter per menit.
2. Volume cadangan inspirasi (Inspiratory Reserve Volume/ IRV) yaitu jumlah
udara yang masih dapat masuk ke dalam paru pada inspirasi maksimal setelah
inspirasi biasa. Volume ini menggambarkan seberapa banyak udara yang dapat
dihisap sebanyak mungkin diluar pernafasan biasa. Nilai normal IRV berkisar
3000 ml.
3. Volume cadangan ekspirasi (Expiratory Reserve Volume/ERV) yaitu jumlah
udara yang dikeluarkan secara aktif dari dalam paru setelah ekspirasi biasa. Nilai
normal ERV berkisar 1200 ml.
4. Volume residu yaitu jumlah udara yang tersisa dalam paru setelah ekspirasi
maksimal, tetap ada udara yang masih tersimpan di dalam paru-paru. Nilai
normal volume residual berkisar 1.2 liter.
12

 Kapasitas paru
1. Kapasitas paru total (Total Lung Capacity / TLC) yaitu jumlah total udara dalam
paru setelah inspirasi maksimal. Nilai normal TLC seseorang berkisar 6 liter.
2. Kapasitas vital (Vital Capacity / VC) yaitu jumlah udara yang dapat diekspirasi
maksimal setelah inspirasi maksimal. Kapasitas vital sebagai gambaran seberapa
besar kemampuan paru-paru seseorang untuk menggerakkan udara pada kondisi
inspirasi dan ekspirasi maksimal. Nilai normal VC berkisar 5 liter. Pada atlet VC
dapat mencapai 6.5 liter dan orang yang kurus berkisar 3 liter. Ukuran VC akan
sangat berkurang pada klien gangguan kronis parenkim paru seperti tuberkulosis.
Kapasitas vital juga akan berkurang bila mengonsumsi obat tidur danterjadi
kelemahan otot pernafasan akibat penyakit seperti polio, Guillan Barre
Syndrome, dan lain-lain.
3. Kapasitas inspirasi adalah jumlah udara maksimal yang dapat masuk ke dalam
paru setelah akhir ekspirasi biasa.
4. Kapasitas residu fungsional adalah jumlah udara dalam paru pada akhir ekspirasi
biasa.

Pengukuran fungsi paru biasannya menggunakan pemeriksaan spirometri.Spirometri


adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai fungsi paru.Spirometri dilakukan
dengan bantuan alat spirometer. Alat ini dapat mengukur jumlah udara yang masuk
dan keluar satu tarikan napas. Secara umum, spirometri bertujuan untuk menyeleksi
gangguan pernapasan tipe restriksi dan tipe obstruksi.
Berikut ini merupakan prosedur pelaksanaan spirometri :
1. Pasien diminta untuk duduk di tempat yang telah disediakan.
2. Dokter atau tenaga medis akan memasang sebuah klip penjepit di hidung untuk
menutup kedua lubang hidung.
3. Dokter akan memasang sungkup atau masker pernapasan di sekitar mulut pasien.
4. Pasien diminta untuk menarik napas dalam, menahan napas selama beberapa detik,
lalu menghembuskannya sekuat mungkin ke dalam sungkup atau masker
pernapasan tersebut.
5. Proses menarik dan hembuskan napas tersebut biasanya dilakukan setidaknya tiga
kali untuk memastikan hasil yang konsisten.

2.7 Gangguan pada Oksigenasi


1. Hipoksia
13

Hipoksia adalah kondisi rendahnya kadar oksigen di sel dan jaringan. Akibatnya
sel dan jaringan yang ada di seluruh bagian tubuh tidak dapat berfungsi dengan
normal. Hipoksia dapat disebabkan oleh rendahnya kadar oksigen di lingkungan,
adanya penyakit atau gangguan pada paru-paru dan saluran pernapasan, atau karena
efek samping obat. Setiap penderita hipoksia memiliki gejala yang berbeda-
beda.Gejala hipoksia dapat memburuk secara tiba-tiba (akut) atau berkembang secara
perlahan (kronis).Beberapa gejala hipoksia yaitu sebagai berikut :
 Napas menjadi cepat
 Sesak napas
 Detak jantung menjadi cepat atau sebaliknya menjadi lamban
 Kulit, kuku, dan bibir berwarna kebiruan (sianosis) atau justru berwarna merah
seperti ceri
 Lemas
 Linglung atau bingung
 Hilang kesadaran
 Berkeringat
 Batuk
 Sulit bicara
2. Perubahan Pola Pernapasan
a. Tachypnea
Tachypnea merupakan pernafasan yang memiliki frekuensi lebih dari 24 kali per
menit.
b. Bradypnea
Bradypneamerupakan pola pernafasan yang lambat dan kurang dari 10 kali per
menit.
c. Dyspnea
Dyspnea merupakan perasaan sesak dan berat saat pernafasan.
d. Hiperventilasi
Hiperventilasimerupakan cara tubuh dalam mengompensasi peningkatan jumlah
oksigen dalam paru-paru agar pernafasan lebih cepat dan dalam.
e. Kusmaul
Merupakan pola cepat dan dangkal yang dapat ditemukan pada orang dalam
keadaan asidosis metabolik.
14

f. Hipoventilasi
Hipoventilasi merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan karbondioksida dengan
cukup yang dilakukan pada saat ventilasi alveolar, serta tidak cukupnya jumlah
udara yang yang memasuki alveoli dalam penggunaan oksigen.
g. Ortopnea
Ortopneamerupakan kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk atau berdiri.
h. Cheyne Stokes
Cheyne stokes merupakan siklus pernafasan yang amplitudonya mula-muula naik,
kemudian menurun dan berhenti, lalu pernafasan dimulai lagi dari siklus baru.
i. Pernafasan Paradoksial
Pernafasan paradoksial adalah pernafasan dimana dinding paru-paru bergerak
berlawanan arah dari keadaan normal.
j. Biot
Biot merupakan pernafasan dengan irama yang mirip dengan cheyne stokes, akan
tetapi amplitudonya tidak beraturan.
k. Stridor
Stridormerupakan pernafasan bising yang terjadi karena penyempitan pada saluran
pernafasan.
3. Obtruksi Jalan Nafas
Obtruksi jalan nafas memiliki arti penyumbatan di bagian manapun dari jalan
napas. Jalan napas adalah sistem tabung yang kompleks yang membawa udara yang
dihirup dari hidung dan mulut ke paru-paru. Obstruksi dapat mencegah sebagian atau
seluruhnya udara masuk ke paru-paru.

2.8 Proses Keperawatan pada Masalah Kebutuhan Oksigenasi


1. Pengkajian Keperawatan
Secara umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data tentang :
a. Biodata pasien (umur, sex, pekerjaan, pendidikan)
Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara fisik
maupun psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk
mengetahuihubungan dan pengaruhnya terhadap terjadinya masalah/penyakit, dan
tingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap pengetahuan klien tentang
masalahnya/penyakitnya.
b. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)
15

Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh klien
pada saat perawat mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat keluhan utama
seharusnya mengandung unsur PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality, Regio, Skala,
dan Time).
c. Riwayat perkembangan
 Neonatus : 30 - 60 x/ menit
 Bayi : 44 x/menit
 Anak : 20 - 25 x/ menit
 Dewasa : 15 - 20 x/ menit
 Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun
d. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang mengalami masalah /
penyakit yang sama.
e. Riwayat sosial
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, seperti merokok,
pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen, dll.
f. Riwayat psikologis
Disini perawat perlu mengetahui tentang :
 Perilaku / tanggapan klien terhadap masalahnya/penyakitnya
 Pengaruh sakit terhadap cara hidup
 Perasaan klien terhadap sakit dan terapi
 Perilaku / tanggapan keluarga terhadap masalah/penyakit dan terapi
g. Riwayat spiritual
h. Pemeriksaan fisik
 Hidung dan sinus
Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum, perforasi, mukosa (warna, bengkak,
eksudat, darah), dan kesimetrisan hidung.
Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris.
 Faring
Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi, bengkak
 Trakhea
16

Palpasi : dengan cara berdiri disamping kanan pasien, letakkan jari tengah pada
bagian bawah trakhea dan raba trakhea ke atas, ke bawah dan kesamping
sehingga kedudukan trakhea dapat diketahui.
 Thoraks

2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif
Yaitu tertumpuknya sekresi atau adanya obstruksi pada saluran napas.
Tanda-tandanya :
 Bunyi napas yang abnormal
 Batuk produktif atau non produktif
 Cianosis
 Dispnea
 Perubahan kecepatan dan kedalaman pernapasan
Kemungkinan faktor penyebab :
 Sekresi yang kental atau benda asing yang menyebabkan obstruksi
 Kecelakaan atau trauma (trakheostomi)
 Nyeri abdomen atau nyeri dada yang mengurangi pergerakan dada
 Obat-obat yang menekan refleks batuk dan pusat pernapasan
 Hilangnya kesadaran akibat anasthesi
 Hidrasi yang tidak adekuat, pembentukan sekresi yang kental dan sulit untuk di
expektoran
 Imobilisasi
 Penyakit paru menahun yang memudahkan penumpukan sekresi
b. Pola napas tidak efektif
Yaitu respon pasien terhadap respirasi dengan jumlah suplay O 2 kejaringan tidak
adekuat.
Tanda-tandanya :
 Dispnea
 Peningkatan kecepatan pernapasan
 Napas dangkal atau lambat
 Retraksi dada
 Pembesaran jari (clubbing finger)
17

 Pernapasan melalui mulut


 Penambahan diameter antero-posterior
 Cianosis, flail chest, ortopnea
 Vomitus
 Ekspansi paru tidak simetris
Kemungkinan faktor penyebab :
 Tidak adekuatnya pengembangan paru akibat immobilisasi, obesitas, nyeri.
 Gangguan neuromuskuler, seperti tetraplegia, trauma kepala, keracunan obat
anasthesi.
 Gangguan musculoskeletal, seperti fraktur dada, trauma yang menyebabkan
kolaps paru.
 CPPO,seperti empisema, obstruksi bronchial, distensi alveoli.
 Hipoventilasi akibat kecemasan yang tinggi.
 Obstruksi jalan napas, seperti infeksi akut atau alergi yang menyebabkan
spasme bronchial atau oedema.
 Penimbunan CO2 akibat penyakit paru.
c. Gangguan pertukaran gas
Yaitu perubahan asam basa darah sehingga terjadi asidosis respiratori dan
alkalosis respiratori.
d. Penurunan kardiak output
Tanda-tandanya :
 Kardiak aritmia
 Tekanan darah bervariasi
 Takikhardia atau bradikhardia
 Cianosis atau pucat
 Kelemahan
 Distensi vena jugularis
 Keluaran urine berkurang
 Oedema
 Masalah pernapasan (ortopnea, dispnea, napas pendek, rales dan batuk)
Kemungkinan penyebab :
 Disfungsi kardiak output akibat penyakit arteri koroner, penyakit jantung
18

 Berkurangnya volume darah akibat perdarahan, dehidrasi, reaksi alergi dan


reaksi kegagalan jantung
 Cardiak arrest akibat gangguan elektrolit
 Ketidakseimbangan elektrolit seperti kelebihan potassiom dalam darah

3. Rencana / Intervensi Keperawatan


1. Mempertahankan terbukanya jalan napas
a. Pemasangan jalan napas buatan
Jalan napas buatan (artificial airway) adalah suatu alat pipa (tube) yang
dimasukkan ke dalam mulut atau hidung sampai pada tingkat ke-2 dan ke-3
dari lingkaran trakhea untuk memfasilitasi ventilasi dan atau pembuangan
sekresi.
Rute pemasangan :
 Orotrakheal : mulut dan trachea
 Nasotrakheal : hidung dan trachea
 Trakheostomi : tube dimasukkan ke dalam trakhea melalui suatu insisi yang
diciptakan pada lingkaran kartilago ke2 atau ke3
 Intubasi endotrakheal
b. Latihan napas dalam dan batuk efektif
Biasanya dilakukan pada pasien yang bedrest atau post operasi.
Cara kerja :
 Pasien dalam posisi duduk atau baring.
 Letakkan tangan di atas dada
 Tarik napas perlahan melalui hidung sampai dada mengembang
 Tahan napas untuk beberapa detik
 Keluarkan napas secara perlahan melalui mulut dampai dada berkontraksi
 Ulangi langkah ke-3 sampai ke-5 sebanyak 2-3 kali
 Tarik napas dalam melalui hidung kemudian tahan untuk beberapa detik
lalu keluarkan secara cepat disertai batuk yang bersuara
 Ulangi sesuai kemampuan pasien
 Pada pasien pot op. Perawat meletakkan telapak tangan atau bantal pada
daerah bekas operasi dan menekannya secara perlahan ketika pasien batuk,
untuk menghindari terbukanya luka insisi dan mengurangi nyeri
19

c. Posisi yang baik


 Posisi semi fowler atau high fowler memungkinkan pengembangan paru
maksimal karena isi abdomen tidak menekan diafragma.
 Normalnya ventilasi yang adekuat dapat dipertahankan melalui perubahan
posisi, ambulasi dan latihan
d. Pengisapan lendir (suctioning)
Adalah suatu metode untuk melepaskan sekresi yang berlebihan pada
jalannapas,suction dapat dilakukan pada oral,nasopharingeal, trakheal,
endotrakheal atau trakheostomi tube.
e. Pemberian obat bronchodilator
Adalah obat untuk melebarkan jalan napas dengan melawan oedema mukosa
bronkhus dan spasme otot dan mengurangi obstruksi dan meningkatkan
pertukaran udara.Obat ini dapat diberikan peroral, sub kutan, intra vena, rektal
dan nebulisasi atau menghisap atau menyemprotkan obat ke dalam saluran
napas.
2. Mobilisasi sekresi paru
a. Hidrasi
Cairan diberikan 2±secara oral dengan cara menganjurkan pasien
mengkonsumsi cairan yang banyak - 2,5 liter perhari, tetapi dalam batas
kemampuan/cadangan jantung.
b. Humidifikasi
Pengisapan uap panas untuk membantu mengencerkan atau melarutkan lendir.
c. Drainasepostural
Adalah posisi khuus yang digunakan agar kekuatan gravitasi dapat membantu
di dalam pelepasan sekresi bronkhial dari bronkhiolus yang bersarang di dalam
bronkhus dan trakhea, dengan maksud supaya dapat membatukkan atau dihisap
sekresinya.
Biasanya dilakukan 2 - 4 kali sebelum makan dan sebelum tidur / istirahat.
Tekniknya :
 Sebelum drainase postural, lakukan nebulisasi untuk mengalirkan secret,
perkusi sekitar 1 - 2 menit, vibrasi 4 - 5 kali dalam satu periode.
 Lakukan postural drainage, tergantung letak sekret dalam paru.
3. Mempertahankan dan meningkatkan pengembangan paru
20

a. Latihan napas
Adalah teknik yang digunakan untuk menggantikan defisit pernapasan melalui
peningkatan efisiensi pernapasan yang bertujuan penghematan energi melalui
pengontrolan pernapasan.Jenis latihan napas :
 Pernapasan diafragma
 Pursed lips breathing
 Pernapasan sisi iga bawah
 Pernapasan iga dan lower back
 Pernapasan segmental
b. Pemasangan ventilasi mekanik
Adalah alat yang berfungsi sebagai pengganti tindakan
pengaliran/penghembusan udara ke ruang thoraks dan diafragma.
Alat ini dapat mempertahankan ventilasi secara otomatis dalam periode yang
lama.Ada dua tipe yaitu ventilasi tekanan negatif dan ventilasi tekanan positif.
c. Pemasangan chest tube dan chest drainage
Chest tube drainage / intra pleural drainage digunakan setelah prosedur
thorakik, satu atau lebih chest kateter dibuat di rongga pleura melalui
pembedahan dinding dada dan dihubungkan ke sistem drainage.
Indikasinya pada trauma paru seperti hemothoraks, pneumothoraks, open
pneumothoraks, flail chest.
Tujuannya :
 Untuk melepaskan larutan, benda padat, udara dari rongga pleura atau
rongga thoraks dan rongga mediastinum
 Untuk mengembalikan ekspansi paru dan menata kembali fungsi normal
kardiorespirasi pada pasien pasca operasi, trauma dan kondisi medis dengan
membuat tekanan negatif dalam rongga pleura.
Tipenya :
 The single bottle water seal system (sistem segel air botol tunggal)
 The two bottle water (dua botol air)
 The three bottle water (tiga botol air)
4. Mengurangi / mengoreksi hipoksia dan kompensasi tubuh akibat hipoksia
Dengan pemberian O2 dapat melalui :
 Nasal kanul
21

 Bronkhopharingeal khateter
 Simple mask
 Aerosol mask / trakheostomy collars
 ETT (endo trakheal tube)
5. Meningkatkan transportasi gas dan curah jantung
Dengan resusitasi jantung paru (RJP), yang mencakup tindakan ABC, yaitu :
A :Air way adalah mempertahankan kebersihan atau membebaskan jalan napas.
B :Breathing adalah pemberian napas buatan melalui mulut ke mulut atau
mulutke hidung.
C :Circulation adalah memulai kompresi jantung atau memberikan sirkulasi
buatan.
Jadi secara umum intervensi keperawatan mencakup di dalamnya :
a. Health promotion (promosi kesehatan)
 Ventilasi yang memadai
 Hindari rokok
 Pelindung / masker saat bekerja
 Hindari inhaler, tetes hidung, spray (yang dapat menekan nervus 1)
 Pakaian yang nyaman
b. Health restoration and maintenance (pemulihan dan pemeliharaan kesehatan)
 Mempertahankan jalan napas dengan upaya mengencerkan secret
 Teknik batuk dan drainase postural
 Penyedotan lendir
 Menghilangkan rasa takut dengan penjelasan, posisi fowler/semi fowler,
significant other
 Mengatur istirahat dan aktifitas dengan memberikan HE yang bermanfaat,
fasilitasi lingkungan, tingkatkan rasa nyaman, terapi yang sesuai, ROM
(Range of Motion)
 Mengurangi usaha bernapas dengan ventilasi yang memeadai, pakaian tipis
dan hangat, hindari makan berlebih dan banyak mengandung gas, atur posisi
 Mempertahankan nutrisi dan hidrasi juga dengan oral hygiene dan makanan
yang mudah dikunyah dan dicerna
 Mempertahankan eliminasi dengan memberikan makanan berserat dan
ajarkan latihan
22

 Mencegah dan mengawasi potensial infeksi dengan menekankan


prinsipmedikal asepsis
 Terapi O2
 Terapi ventilasi
 Drainase dada

4. Implementasi Keperawatan dan Evaluasi


Implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi dan evaluasi dilakukan sesuai
tujuan dan kriteria termasuk di dalamnya evaluasi proses.
BAB 3
HASILDAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Penelitian


Usia paling banyak pada responden berdasarkan usia, mayoritas responden berusia
>60 tahun yaitu pada kelompok kontrol sebanyak 68,8% dan kelompok intervensi
sebanyak 50%. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin pada sebagian besar
adalah perempuan dengan jumlah 18 responden (56,3%). Penyakit penyerta terbanyak
pada kedua kelompok adalah hipertensi dengan prosentase 43,8% pada kelompok
intervensi dan 62,5% pada kelompok kontrol. Berdasarkan klasifikasi CHF menurut
NYHA didapatkan masing masing 50% untuk NYHA II dan NYHA III. Responden
kelompok kontrol dan intervensi mendapatkan intervensi farmakologi yang sama dengan
persentase terbesar pada pemberian obat diuretik sebanyak 43,7%. Kelompok intervensi
sebanyak 50% dan kelompok kontrol sebanyak 43,8%.

Pengaruh Deep Breathing Exercise dan Active Range of Motion terhadap Dyspnea
pada Pasien CHF
Pada kelompok intervensi adalah p<0,001 sedangkan pada kelompok kontrol adalah
p=0,001. Hal ini berarti ada penurunan nilai dyspnea yang bermakna pada hari pertama
sampai ketiga pada kedua kelompok. Hasil dari uji beda antar kelompok kontrol dan
intervensi adalah 0,004. Hal ini berarti intervensi Deep Breathing Exercice dan Active
Range of Motion lebih efektif daripada intervensi standar rumah sakit atau semi fowler
dalam menurunkan dyspnea.

23
24

3.1 Pembahasan

Tabel 3.1 Karakteristik Responden


Variabel Intervensi Kontrol Total
n(%) n(%) n(%)
Usia
18-45 tahun 2 (12,5) 1 (6,3) 4 (12,5)
46-60 tahun 6 (37,5) 4 (25,0) 9 (28,1)
>60 tahun 8 (50,0) 11 (68,8) 19 (59,4)
Jenis kelamin
Laki-laki 7 (43,8) 7 (43,8) 14 (43,8)
perempuan 9 (56,3) 9 (56,3) 18 (56,2)
Penyakit penyerta
Hipertensi 7 (43,8) 10 (62,5) 17 (53,1)
Diabetes melitus 4 (25,0) 3 (18,8) 7 (21,9)
Gagal ginjal 3 918,8) 1 (6,3) 4 (12,5)
Anemia 1 (6,3) 1 (6,3) 2 (6,2)
Gastritis 1 (6,3) 1 (6,3) 2 (6,2)
Klasifikasi CHF
NYHA II 8 (50,0) 8 (50,0) 8 (50,0)
NYHA III 8 (50,0) 8 (50,0) 8 (50,0)

Terapi farmakologi
Diuretik 8 (50,0) 6 (37,5) 14 (43,7)
Vasodilator 5 (31,3) 3 (18,8) 8 (25,0)
Diuretik dan vasodilatir 3 (18,8) 7 (43,8) 10 (31,3)
25

Tabel 3.2 Hasil Uji Beda Nilai Dyspnea Sebelum dan Sesudah Deep Breathing
Exercisedan Active Range of Mation
Kelompok Mean SD 95% CL t p
Intervensi 2,87 1,147 2,26-3,48 10,02 0,000
Kontrol 1,50 1,366 0,77-2,23 4,39 0,001

Tabel 3.3 Pengaruh Latihan Deep Breathing Exercisedan Active Range of Mationterhadap
Dyspnea Pasien CHF
Variabel Intervensi Kontrol Mann-Whitney U p
dipsnea MR±SR MR±SR
Hari 1-3 20.84±333,50 12.16±194.50 58.500 0.004

Pertambahanusiaseseorangmempengaruhijaringanpadatubuhnya. PenelitianWidagdo
(2015) menunjukkanbahwadistribusipenyakit CHF meningkatpadausia 40 tahunkeatas.
Hal inisesuaidenganhasilpenelitianbahwaresponden paling banyakberusia>60 tahun.
Hasilpenelitian yang
telahdilakukanmenunjukkandistribusirespondensebagianbesaradalah
perempuandenganjumlah 18 responden (56,3%).Sejalandenganpenelitian Caroline (2011)
yang menyatakanbahwapenyakit CHF
lebihbanyakterjadipadaperempuandenganpersentase 57,5% dalampenelitiannya.
Perempuandenganusia>60 tahunpadaumumnyamengalami menopause yang
menyebabkankolesterol LDL
meningkatsehinggaperempuanlebihbanyakmenderitapenyakitjantung.
Berdasarkan karakteristik responden perihal penyakit penyerta, hipertensiadalah
penyakit yang paling banyakdialamiolehrespondenselainpenyakit CHF yang dimiliki.
Persentasemencapai 43,8% padakelompokintervensidan 62,5% padakelompokkontrol.
Hal inidisebabkanpeningkatantekanandarah yang
bersifatkronismembuatjantungmemompadengansangatkuatuntukmendorongdarahkedalam
arterisehinggaotot-ototjantungmenebaldanmembesar.Hal
tersebutmengakibatkaniramajantungmenjadikakusehinggairamadenyutnaditidakteratur.Pe
mompaan yang kurangefektifinidapatmengakibatkangagaljantung (Riaz, 2012).
Karakteristikrespondenpemberianobatdiureticsesuaididasarkanpada guideline yang
menyatakanbahwagagaljantung yang disertaidengan overload
cairandanfungsionaldiberikandiuretik (Yancy, 2013). Diuretikbermanfaatuntuk
26

menanggulangiretensicairan yang terjadipadapasiengagaljantung.Selain itu, diuretic


berfungsiuntukmenghambatreabsorpsidarinatriumatauklorida (Felker, 2011).
Dalamanalisisujibeda, penelitianWidagdo (2015)
menunjukkanbahwaintervensiDeepBreathingExercisedanActiveRange of
Motionefektifmenurunkan dyspnea padapasien CHF. Hal
initerlihatdaripenurunansecarabermaknasebelumdan
setelahdiberikantindakan.IntervensiDeepBreathingExercisedanActiveRange of
Motionmerupakan
nonfarmakologisuntukmembantumemenuhikebutuhanoksigenasipasiendenganmengemba
ngkanteoriadaptasi Roy.Pasiendenganmasalah dyspnea
padapenyakitkardiovaskulermerupakansebuahadaptasiterhadap stimulus yang
adasehingga pernapasanmenjadihalutamauntukterbebasdarikondisitersebut.
Deep Breathing
Exerciseterbuktidapatmeningkatkankekuatanototinspirasisehinggameningkatkanpengemb
anganparudanmencegah alveoli menciutyang dapatmeningkatkanoksigenasi. Hal
initerjadikarenapadasaatinspirasipanjang,
dalam,danperlahanakanberpengaruhkepadaelastisitas recoil paru yang
akanmerangsangfungsiparukembalisepertisemuladenganmeningkatkantekanantranspulmo
naldanvolume parupadasaatinspirasi (Nurhayati, 2013). Latihan pernapasan dalam akan
melatih menghisap banyak udara dan menghembuskannya keluar. Kekuatan dan
efensiensi kerja otot rongga dada semakin bertambah sehingga meningkatkan kapasitas
vital paru serta jumlah alveoli yang berkembang semakin banyak (Sarijo, 2015).
Latihanpernafasanakanmeningkatkanrelaksasiotot, menghilangkankecemasan,
menyingkirkanpolaaktivitasotot-ototpernafasan yang tidakbergunadantidakterkoordinasi,
melambatkanfrekuensipernafasan,danmengurangikerjapernafasan. Pernafasan yang
lambat, rileksdanberiramamembantudalammengontrolkliensaatmengalami dyspnea
(Westerdahl, 2014; Muttaqin, 2012).Latihanpernapasanjuga
dapatmengoptimalkanpengembanganparudan
mengurangipenggunaanototbantupernapasan.
Range of Motionmerupakanlatihangerakdenganmenggerakkansendiseluasgeraksendi.
Latihantersebutbertujuanuntukmeningkatkanalirandarahkeototsehinggameningkatkanperf
usijaringanperifer (Babu, 2010).Faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan laju napas
dan kedalaman pernapasan adalah latihan fisik. Hal ini sebagai akibat dari pemenuhan
kebutuhan oksigen. Saturasi oksigen merupakan indikasi persentase hemoglobin jenuh
27

dengan oksigen pada saat pengukuran. Penurunan saturasi oksigen merupakan indikasi
terjadinya hipoksia. Semakin tinggi frekuensi pernapasan maka saturasi oksigen semakin
tinggi (Kathryn, 2010). Latihan rentang gerak juga dapat mencegah terjadinya kontraktur,
atropi otot, meningkatkan peredaran darah ke ekstremitas, mengurangi kelumpuhan
vaskular, dan memberikan kenyamanan pada klien (Lukman, 2013).
Pergerakantubuh yang
sifatnyateratursangatpentinguntukmenurunkanresistensipembuluhdarahperifermelaluidilat
asiarteripadaotot yang bekerjasehinggameningkatkansirkulasidarah.Sirkulasidarah yang
baikakanmelancarkantransportasioksigenkejaringansehinggakebutuhanoksigenakanterpen
uhi. Latihanfisikakanmempertahankan fungsi jantung dan pernapasan (kardiorespirasi) .
Dengan kata lain, latihan ini dapat
meningkatkancurahjantung.Peningkatancurahjantungakanmeningkatkan volume darahdan
hemoglobin sehinggaakanmemperbaikipenghantaranoksigendalamtubuh. Hal
iniakanberdampakpadapenurunan dyspnea.
Penelitianinididukungolehpenelitiansebelumnya yang
menunjukkanDeepBreathingExercisepadapasiengagaljantungdidapatkanhasilyang
sangatefektifdalammenurunkanderajat dyspnea 2,14poin (p=0,000)
sertameningkatkansaturasioksigenpadapasiengagaljantungsebesar 0,8% (p=0,000)
(Sepdianto, 2013). Hasilpenelitian lain yang dilakukanolehBernadi (1998)
didapatkanbahwadenganintervensilatihanpernapasandalamselamasatubulanpada 50
pasiengagaljantungmenunjukkanpeningkatansaturasidari 92,5% (SD 0,3) menjadi 93,2%
(SD 0,4) dengan p<0,005. Hasilpenelitian yang dilakukanolehBosnak(2011) yang
dilakukanpadapasiengagaljantungjuga
menunjangpenelitianini.Hasilmenunjukkanbahwalatihanpernafasanmenurunkandyspnea
dari 2,42 1,73 menjadi 1,42 1,31.
28
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Usia paling banyak menurut responden berusia >60% yaitu 68,8% untuk kelompok
kontrol dengan penyakit penyertanya hipetensi sebanyak 62,5% dan 50% untuk kelompok
interverensi dengan penyakit penyertanya hipetensi sebanyak 62,5%. Kedua responden
tersebut mendapat intervensi farmakologi yang sama dengan persentase terbesar pada
pemberian obat diuretik sebanyak 43,7%. Pada kelompok intervensi adalah p<0,001
sedangkan pada kelompok kontrol adalah p=0,001.
Pertambahan usia mempengaruhi jaingan pada tubuhnya. Sejalan dengan penelitian
Caroline (2011) yang menyatakan bahwa penyakit CHF lebih banyak terjadi pada
perempuan dengan persentase 57,5% dalam penelitiannya. Bedasarkan responden,
hipertensi adalah penyakit penyerta yang paling banyak dialami selain CHF dengan
presentase mencapai 43,8% pada kelompok intervensi dan 62,5% pada kelompok control.
Hal ini disebabkan oleh peningkatan darah yang kronis sehingga membuat jantung
memompa sangat kuat untuk mendorong darah kedalam arteri. Pemberian obat diuretic
sesuai didasarkan pada guideline yang menyatakan bahwa gagal jantung yang disertai
dengan overload cairan dan fungsional diberikan diuretik (Yancy, 2013). Deep Breathing
Exercise terbukti dapat meningkatkan kekuatan otot inspirasi sehingga meningkatkan
pengembangan paru dan mencegah alveoli menciut yang dapat meningkatkan oksigenasi.
Latihan pernapasan dalam akan melatih menghisap banyak udara dan
menghembuskannya keluar dan meningkatkan relaksasi otot, menghilangkan kecemasan,
menyingkirkan pola aktivitas otot-otot pernafasan yang tidak berguna dan tidak
terkoordinasi, melambatkan frekuensi pernafasan,dan mengurangi kerja pernafasan.
Dengan kata lain, latihan ini dapat meningkatkan curah jantungyang akan meningkatkan
volume darah dan hemoglobin sehingga akan memperbaiki penghantaran oksigen dalam
tubuh. Hal ini akan berdampak pada penurunan dyspnea.
Penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang menunjukkan Deep
Breathing Exercise pada pasien gagal jantung didapatkan hasil yang sangat efektif dalam
menurunkan derajat dyspnea 2,14 poin (p=0,000) serta meningkatkan saturasi oksigen
pada pasien gagal jantung sebesar 0,8% (p=0,000).

29
30

4.2 Saran
Penyakit hipertensi dan CHF dapat dikurangi dengan cara sosialisasi hidup sehat dan
penanganan yang tepat sehingga presentase dari kedua penyakit bawaan tersebut bisa
berkurang. Pasien dyspnea dapat melakukan terapi diuretik sesuai guideline nya atau
melakukan aktifitas fisik yang melibatkan kerja otot maupun latihan Deep Breathing
Exercise.
DAFTAR PUSTAKA

Kusnanto. 2016. Modul Pembelajaran Pemenuhan Oksigenasi. Fakultas Keperawatan


Universitas Airlangga
Nirmalasari, Novita. 2017. Deep Breathing Exercise dan Active Range of Motion Efektif
Menurunkan Dyspnea pada Pasien Congestive Heart Failure. Jurnal Keperawatan
Felker GM, Lee KL BD. 2011. Diuretic Strategies in Patients With Acute Decompensated
Heart Failure. N Engl J Med. 364(9).
Yancy, Clyde W., et al. 2013. ACCF/AHA Practice Guideline 2013 ACCF / AHA Guideline
for the Management of Heart Failure A Report of the American College of Cardiology
Foundation/American Heart Association Task Force on Practice Guidelines. ACCF/AHA
Practice Guideline.;128:e240-e327.
Westerdahl E, Urell C, Jonsson M, Bryngelsson I-L, Hedenstrom H, Emtner M. 2014. Deep
Breathing Exercises Performed 2 Months Following Cardiac Surgery A Randomized
Controlled Trial. Journal Cardiopulmonary Rehabilitation Prev. 34(1):34-42.
Muttaqin, Arif. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
Nurhayati. 2013. Perbandingan Antara Latihan Deep Breathing Exercise dengan
Diaphragmatic Breathing Exercise terhadap Kapasitas Inspirasi pada Pengendara Motor.
Denpasar : Skripsi.
Sarijo. 2015. Meningkatkan kapasitas vital paru pada lansia dengan latihan jurus seni
pernafasan.
Babu, Abraham Samuel. 2010. Protocol-Guided Phase-1 Cardiac Rehabilitation in Patients
with ST-Elevation Myocardial Infarction in A Rural Hospital. Heart views. 11(2):52-6.
Bosnak-guclu M, Arikan H, Savci S, Inal-ince D. 2011. Effects of inspiratory muscle training
in patients with heart failure. Respiratory Medicine. (16).
Sepdianto, Tri Cahyo dan Maria Diah Ciptaning Tyas. 2013. Peningkatan Saturasi Oksigen
Melalui Latihan Deep Diaphragmatic Breathing pada Pasien Gagal Jantung. Jurnal
Keperawatandan Kebidanan. 1(8).
Kathryn, L. 2010. Pathophysiologyn The Biologic Basic for Disease in Adult and Children
6th Edition. Canada : Mosby Elseveir.
Toree, Yesti. 2013. Asuhan Keperawatan Gerotik pada Tn.S Lanjut Usia dengan Asma.
Jurnal Keperawatan.
Nurrahmawati, Ariskha. 2011. Kebutuhan Dasar Manusia II Oksigenasi. Blogspot.

31
32

Agustiara. 2013. Perubahan Pola Napas. Blogspot.


Sasrawan, Hedi. 2013. 8 Organ Pernapasan pada Manusia. Blogspot.
Taufiq, Ihsan. 2012. Kebutuhan Oksigenasi. Blogspot(Academia.edu).

Anda mungkin juga menyukai