Oleh:
1. Sheila Faradilla Beauty P. W (P17210201017)
2. Desi Lestari (P17210201018)
3. Awalia Listya Pakerti (P17210201019)
4. Nuzul Fadillah T.S (P17210201020)
5. Fauzia Zheptya Chandya (P17210201021)
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Pemenuhan Kebutuhan Dasar Oksigenasi Manusia”.Makalah ini merupakan tugas dari aspek
penilaian mata pelajaran keperawatan dasar.Proses penyusunan makalah ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penyusunan makalah
ini, antara lain :
1. Budi Susatia, S.Kp., M.Kes. selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang,
2. Dr. Atti Yudiernawati, S.Kp, M.Pd selaku Ketua Progam studi D-III Keperawatan
Malang Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang,
3. Ibu Naya Ernawati, S.Kep, Ns, M.Kep. selaku penaggung jawab mata kuliah
keperawatan dasar 1 kelas 1program studi D-III Keperawatan Malang Politeknik
Kesehatan Kemenkes Malang,
4. Bapak Taufan Arif, S.Kep,Ns,M.Kep. selaku dosen pengajar mata kuliah keperawatan
dasar 1sekaligus dosen pembimbing makalah materi pokok pemenuhan kebutuhan
oksigenasi yang telah memberikan banyak bantuan, masukan, dan dukungan terkait
penyusunan makalah ini,
5. Teman-teman kelas 1A program studi D-III Keperawatan Malang Angkatan 2020
yang telah memberikan dukungan, saran, informasi terkait materi makalah, serta kerja
samanya yang sangat luar biasa.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini sehingga
diperlukan pendalaman lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pihak pembaca sehingga dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk
perbaikan dalam penyusunan makalah selanjutnya.Penulis berharap semoga makalah ini
dapat menjadi bahan bacaan yang membuka wawasan dalam bidang kesehatan bagi siapa saja
yang membacanya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI .ii
BAB 1PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................1
1.2 Tujuan....................................................................................................................................2
1.3 Manfaat..................................................................................................................................2
BAB 2TINJAUAN TEORI 3
2.1 Pengertian Oksigenasi.........................................................................................................3
2.2 Tujuan Oksigenasi................................................................................................................3
2.3 Sistem Tubuh yang Berperan dalam Kebutuhan Oksigenasi..........................................3
2.4Proses Oksigensi...................................................................................................................6
2.5 Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigenasi........................................................7
2.6Jenis Pernapasan dan Pengukuran Fungsi Paru.................................................................8
2.7 Gangguan pada Oksigenasi........................................................................................13
2.8Proses Keperawatan pada Masalah Kebutuhan Oksigenasi...........................................15
BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN 23
3.1 Hasil Penelitian...................................................................................................................23
3.2 Pembahasan........................................................................................................................24
BAB 4PENUTUP 28
4.1 Kesimpulan.........................................................................................................................28
4.2 Saran....................................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA 30
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
apnea,kelainan katup jantung dan gagal jantung.Oleh karena itu, penderita dyspnea
memerlukan asuhan keperawatan yang serius agar tidak memicu penyakit yang lebih
serius.
1.2 Tujuan
1. Menjelaskan pengertian oksigenasi
2. Menjelaskan tujuan oksigenasi
3. Menjelaskan sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi
4. Menguraikan proses oksigenasi
5. Menguraikan faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi
6. Menjelaskan jenis pernafasan dan pengukuran fungsi paru
7. Menjelaskan gangguan pada oksigenasi
8. Menjelaskan proses keperawatan pada masalah kebutuhan oksigenasi
1.3 Manfaat
1. Bagi ilmu pengetahuan
Sebagai bahan bacaan ilmiah, pengembangan penelitian dalam ilmu keperawatan,
serta acuan untuk perbaikan penyusunan karya ilmiah selanjutnya
2. Bagi masyarakat atau pembaca
Sebagai sarana untuk mengembangkan wawasan mengenai penyakit dyspnea pada
manusia
3. Bagi penulis
Sebagai wadah untuk mengembangkan kemampuan penyusunan karya ilmiah dari
ilmu yang telah diperoleh dan melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien/klien.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
3
4
menyamakan suhu udara yang terhirup dari luar dengan suhu tubuh. Sedangkan
indra pembau berfungsi untuk merasakan bau-bau dari lingkungan.
Laring atau kotak suara merupakan organ pada leher mamalia yang melindungi
trakea dan terlibat dalam produksi suara.Laring adalah saluran pernapasan yang
membawa udara menuju ke trakea.
4. Epiglotis
Merupakan katup tulang rawan yang bertugas membantu menutup laring saat
proses menelan.
5
1. Trakea
Trakea merupakan tabung memanjang yang memiliki ukuran panjang sekitar
10-.Trakea tersusun dari 20 tulang rawan berbentuk cincin yang kuat. Dinding
tenggorokan terdiri atas tiga lapis yaitu lapisan paling luar terdiri atas jaringan
ikat,lapisan kedua terusan atas tulang cincin tulang rawan sebanyak 16-20 yang
berbentuk huruf C, dan lapisan terdalam terdiri atas epitelium bersilia yang
menghasilkan banyak lendir.
Lendir ini berfungsi untuk menangkap debu dan mikroorganisme yang masuk
saat menghirup udara. Setelah itu, debu dan mikroorganisme tersebut didorong
olehsilia menuju bagian belakang mulut.Akhirnya debu dan mikroorganisme
dikeluarkan melalui batuk.Silia-silia pada trakea berfungsi untuk menyaring benda-
benda asing yang masuk bersama udara.
Didalamrongga dada atau paru paru trakea bercabang sebanyak 2 dan
membentuk bronkus trakea.Brokus memiliki cabang kanan dan kiri membentuk
bronkiolus,diujung-ujung bronkiolus terdapat gelembung-gelembung udara yang
disebut alveolus.
2. Bronkus
Bronkus merupakan percabangan dari trakea.Organ ini memiliki 2 percabangan
menuju paru-paru kanan dan kiri.Bronkus yang ke arah kiri lebih panjang,sempit
dan mendatar dari pada bronkus yang kearah kanan.Setelah melewati bronkus,
percabangan akan diteruskan oleh bronkiolus dan berakhir di alveolus atau
gelembung udara. Bronkus dan bronkiolus berfungsi sebagai jalur udara dari trakea
menuju paru-paru.
6
3. Bronkiolus
Bronkiolus merupakan cabang dari bronkus.Bronkiolusbercabang-cabang
menjadi saluran yang semakin halus,kecil dan dindingnya semakin tipis.Setiap
bronkiolus tidak memiliki tulang rawan tetapi rongganya bersilia. Setiap
bronkiolus bermuara ke alveolus.
Disepanjang trakea,bronkus,dan bronkiolus terdapat jaringan mukosa dengan
sel-sel goblet yang diselingi sel epitel bersilia. Sel goblet menghasilkan cairan
mucus yang berfungsi untuk melembabkan udara dan menyaring partikel-partikel
asing. Partikel asing yang tertangkap akandigerakan oleh silia sel sepitel ke kavum
oris.
4. Alveolus
Struktur pembentuk alveolus berubah bola-bola mungil yang diliputi oleh
pembuluh-pembuluh darah.Epitel pipih yang melapisi alveolus memudahkan darah
didalam kapiler-kapiler darah mengikat oksigen dari udara dalam rongga alveolus.
Alveolus selalu mesekresi surfaktan yang berperan sebagai deterjen yang
untuk menurunkan tegangan permukaan paru-paru.Tetangga permukaan yang
tinggi akan membuat paru-paru sulit mengembang.Tetangga permukaan akan
diturunkan oleh surfraktan sehingga paru-paru akan lebih elastis dan mudah
mengembang.
5. Paru-paru
Paru-paru terletak pada rongga dada.Paru-paru ada dua buah yaitu paru-paru
kanan dan paru-paru kiri.Paru-paru kanan terdiri dari 3 lobus yaitu lobi atas, lobus
bawah, dan lobus tengah.Sedangkanparu-paru kiri terdiri dari 2 lobus yaitu lobus
atas dan lobus bawah.Paru-paru diselimuti oleh selaput paru(pulmo) yang disebut
pleura.Pleura berfungsi meneruskan tekanan negatif thoraks ke paru-paru sehingga
paru-paru lebih elastis dan dapat mengembang.
oksigennya rendah. Hal itu menyebabkan kebutuhan oksigen dalam tubuh tidak
terpenuhi secara optimal.
2. Latihan
Latihan fisik atau peningkatan aktivitas dapat meningkatkan denyut jantung dan
respirasi rate sehingga kebutuhan terhadap oksigen semakin tinggi.
3. Emosi
Takut, cemas, dan marah akan mempercepat denyut jantung sehingga kebutuhan
oksigen meningkat.
4. Gaya Hidup
Kebiasaan merokok dapat memperburuk penyakit arteri koroner dan pembuluh darah
arteri. Nikotin yang terkandung dalam rokok dapat menyebabkan vasokontriksi
pembuluh darah perifer dan pembuluh darah koroner. Akibatnya, suplai darah ke
jaringan menurun.
5. Status Kesehatan
Pada orang yang mempunyai penyakit jantung ataupun penyakit pernapasan dapat
mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.
Sedangkan berdasarkan otot yang terlibat, pernapasan juga dibagi menjadi dua yaitu
pernapasan dada dan pernapasan perut.
1. Pernapasan Dada
Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antartulang rusuk.
Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut.
a. Fase inspirasi.
Fase ini berupa berkontraksinya otot antar tulang rusuk sehingga rongga dada
membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada
tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.
b. Fase ekspirasi
Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antara tulang rusuk ke
posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada
menjadi kecil. akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar
daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon
dioksida keluar.
10
2. Pernapasan Perut
Pernapasan perut adalah pernapasan yang melibatkan otot diafragma.
Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut.
a. Fase inspirasi
Fase ini berupa berkontraksinya otot diafragma sehingga rongga dada
membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada
tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.
b. Fase ekspirasi
Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot diaframa ke posisi
semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi
kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar
daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon
dioksida keluar.
11
Kapasitas paru
1. Kapasitas paru total (Total Lung Capacity / TLC) yaitu jumlah total udara dalam
paru setelah inspirasi maksimal. Nilai normal TLC seseorang berkisar 6 liter.
2. Kapasitas vital (Vital Capacity / VC) yaitu jumlah udara yang dapat diekspirasi
maksimal setelah inspirasi maksimal. Kapasitas vital sebagai gambaran seberapa
besar kemampuan paru-paru seseorang untuk menggerakkan udara pada kondisi
inspirasi dan ekspirasi maksimal. Nilai normal VC berkisar 5 liter. Pada atlet VC
dapat mencapai 6.5 liter dan orang yang kurus berkisar 3 liter. Ukuran VC akan
sangat berkurang pada klien gangguan kronis parenkim paru seperti tuberkulosis.
Kapasitas vital juga akan berkurang bila mengonsumsi obat tidur danterjadi
kelemahan otot pernafasan akibat penyakit seperti polio, Guillan Barre
Syndrome, dan lain-lain.
3. Kapasitas inspirasi adalah jumlah udara maksimal yang dapat masuk ke dalam
paru setelah akhir ekspirasi biasa.
4. Kapasitas residu fungsional adalah jumlah udara dalam paru pada akhir ekspirasi
biasa.
Hipoksia adalah kondisi rendahnya kadar oksigen di sel dan jaringan. Akibatnya
sel dan jaringan yang ada di seluruh bagian tubuh tidak dapat berfungsi dengan
normal. Hipoksia dapat disebabkan oleh rendahnya kadar oksigen di lingkungan,
adanya penyakit atau gangguan pada paru-paru dan saluran pernapasan, atau karena
efek samping obat. Setiap penderita hipoksia memiliki gejala yang berbeda-
beda.Gejala hipoksia dapat memburuk secara tiba-tiba (akut) atau berkembang secara
perlahan (kronis).Beberapa gejala hipoksia yaitu sebagai berikut :
Napas menjadi cepat
Sesak napas
Detak jantung menjadi cepat atau sebaliknya menjadi lamban
Kulit, kuku, dan bibir berwarna kebiruan (sianosis) atau justru berwarna merah
seperti ceri
Lemas
Linglung atau bingung
Hilang kesadaran
Berkeringat
Batuk
Sulit bicara
2. Perubahan Pola Pernapasan
a. Tachypnea
Tachypnea merupakan pernafasan yang memiliki frekuensi lebih dari 24 kali per
menit.
b. Bradypnea
Bradypneamerupakan pola pernafasan yang lambat dan kurang dari 10 kali per
menit.
c. Dyspnea
Dyspnea merupakan perasaan sesak dan berat saat pernafasan.
d. Hiperventilasi
Hiperventilasimerupakan cara tubuh dalam mengompensasi peningkatan jumlah
oksigen dalam paru-paru agar pernafasan lebih cepat dan dalam.
e. Kusmaul
Merupakan pola cepat dan dangkal yang dapat ditemukan pada orang dalam
keadaan asidosis metabolik.
14
f. Hipoventilasi
Hipoventilasi merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan karbondioksida dengan
cukup yang dilakukan pada saat ventilasi alveolar, serta tidak cukupnya jumlah
udara yang yang memasuki alveoli dalam penggunaan oksigen.
g. Ortopnea
Ortopneamerupakan kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk atau berdiri.
h. Cheyne Stokes
Cheyne stokes merupakan siklus pernafasan yang amplitudonya mula-muula naik,
kemudian menurun dan berhenti, lalu pernafasan dimulai lagi dari siklus baru.
i. Pernafasan Paradoksial
Pernafasan paradoksial adalah pernafasan dimana dinding paru-paru bergerak
berlawanan arah dari keadaan normal.
j. Biot
Biot merupakan pernafasan dengan irama yang mirip dengan cheyne stokes, akan
tetapi amplitudonya tidak beraturan.
k. Stridor
Stridormerupakan pernafasan bising yang terjadi karena penyempitan pada saluran
pernafasan.
3. Obtruksi Jalan Nafas
Obtruksi jalan nafas memiliki arti penyumbatan di bagian manapun dari jalan
napas. Jalan napas adalah sistem tabung yang kompleks yang membawa udara yang
dihirup dari hidung dan mulut ke paru-paru. Obstruksi dapat mencegah sebagian atau
seluruhnya udara masuk ke paru-paru.
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh klien
pada saat perawat mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat keluhan utama
seharusnya mengandung unsur PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality, Regio, Skala,
dan Time).
c. Riwayat perkembangan
Neonatus : 30 - 60 x/ menit
Bayi : 44 x/menit
Anak : 20 - 25 x/ menit
Dewasa : 15 - 20 x/ menit
Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun
d. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang mengalami masalah /
penyakit yang sama.
e. Riwayat sosial
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, seperti merokok,
pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen, dll.
f. Riwayat psikologis
Disini perawat perlu mengetahui tentang :
Perilaku / tanggapan klien terhadap masalahnya/penyakitnya
Pengaruh sakit terhadap cara hidup
Perasaan klien terhadap sakit dan terapi
Perilaku / tanggapan keluarga terhadap masalah/penyakit dan terapi
g. Riwayat spiritual
h. Pemeriksaan fisik
Hidung dan sinus
Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum, perforasi, mukosa (warna, bengkak,
eksudat, darah), dan kesimetrisan hidung.
Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris.
Faring
Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi, bengkak
Trakhea
16
Palpasi : dengan cara berdiri disamping kanan pasien, letakkan jari tengah pada
bagian bawah trakhea dan raba trakhea ke atas, ke bawah dan kesamping
sehingga kedudukan trakhea dapat diketahui.
Thoraks
2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif
Yaitu tertumpuknya sekresi atau adanya obstruksi pada saluran napas.
Tanda-tandanya :
Bunyi napas yang abnormal
Batuk produktif atau non produktif
Cianosis
Dispnea
Perubahan kecepatan dan kedalaman pernapasan
Kemungkinan faktor penyebab :
Sekresi yang kental atau benda asing yang menyebabkan obstruksi
Kecelakaan atau trauma (trakheostomi)
Nyeri abdomen atau nyeri dada yang mengurangi pergerakan dada
Obat-obat yang menekan refleks batuk dan pusat pernapasan
Hilangnya kesadaran akibat anasthesi
Hidrasi yang tidak adekuat, pembentukan sekresi yang kental dan sulit untuk di
expektoran
Imobilisasi
Penyakit paru menahun yang memudahkan penumpukan sekresi
b. Pola napas tidak efektif
Yaitu respon pasien terhadap respirasi dengan jumlah suplay O 2 kejaringan tidak
adekuat.
Tanda-tandanya :
Dispnea
Peningkatan kecepatan pernapasan
Napas dangkal atau lambat
Retraksi dada
Pembesaran jari (clubbing finger)
17
a. Latihan napas
Adalah teknik yang digunakan untuk menggantikan defisit pernapasan melalui
peningkatan efisiensi pernapasan yang bertujuan penghematan energi melalui
pengontrolan pernapasan.Jenis latihan napas :
Pernapasan diafragma
Pursed lips breathing
Pernapasan sisi iga bawah
Pernapasan iga dan lower back
Pernapasan segmental
b. Pemasangan ventilasi mekanik
Adalah alat yang berfungsi sebagai pengganti tindakan
pengaliran/penghembusan udara ke ruang thoraks dan diafragma.
Alat ini dapat mempertahankan ventilasi secara otomatis dalam periode yang
lama.Ada dua tipe yaitu ventilasi tekanan negatif dan ventilasi tekanan positif.
c. Pemasangan chest tube dan chest drainage
Chest tube drainage / intra pleural drainage digunakan setelah prosedur
thorakik, satu atau lebih chest kateter dibuat di rongga pleura melalui
pembedahan dinding dada dan dihubungkan ke sistem drainage.
Indikasinya pada trauma paru seperti hemothoraks, pneumothoraks, open
pneumothoraks, flail chest.
Tujuannya :
Untuk melepaskan larutan, benda padat, udara dari rongga pleura atau
rongga thoraks dan rongga mediastinum
Untuk mengembalikan ekspansi paru dan menata kembali fungsi normal
kardiorespirasi pada pasien pasca operasi, trauma dan kondisi medis dengan
membuat tekanan negatif dalam rongga pleura.
Tipenya :
The single bottle water seal system (sistem segel air botol tunggal)
The two bottle water (dua botol air)
The three bottle water (tiga botol air)
4. Mengurangi / mengoreksi hipoksia dan kompensasi tubuh akibat hipoksia
Dengan pemberian O2 dapat melalui :
Nasal kanul
21
Bronkhopharingeal khateter
Simple mask
Aerosol mask / trakheostomy collars
ETT (endo trakheal tube)
5. Meningkatkan transportasi gas dan curah jantung
Dengan resusitasi jantung paru (RJP), yang mencakup tindakan ABC, yaitu :
A :Air way adalah mempertahankan kebersihan atau membebaskan jalan napas.
B :Breathing adalah pemberian napas buatan melalui mulut ke mulut atau
mulutke hidung.
C :Circulation adalah memulai kompresi jantung atau memberikan sirkulasi
buatan.
Jadi secara umum intervensi keperawatan mencakup di dalamnya :
a. Health promotion (promosi kesehatan)
Ventilasi yang memadai
Hindari rokok
Pelindung / masker saat bekerja
Hindari inhaler, tetes hidung, spray (yang dapat menekan nervus 1)
Pakaian yang nyaman
b. Health restoration and maintenance (pemulihan dan pemeliharaan kesehatan)
Mempertahankan jalan napas dengan upaya mengencerkan secret
Teknik batuk dan drainase postural
Penyedotan lendir
Menghilangkan rasa takut dengan penjelasan, posisi fowler/semi fowler,
significant other
Mengatur istirahat dan aktifitas dengan memberikan HE yang bermanfaat,
fasilitasi lingkungan, tingkatkan rasa nyaman, terapi yang sesuai, ROM
(Range of Motion)
Mengurangi usaha bernapas dengan ventilasi yang memeadai, pakaian tipis
dan hangat, hindari makan berlebih dan banyak mengandung gas, atur posisi
Mempertahankan nutrisi dan hidrasi juga dengan oral hygiene dan makanan
yang mudah dikunyah dan dicerna
Mempertahankan eliminasi dengan memberikan makanan berserat dan
ajarkan latihan
22
Pengaruh Deep Breathing Exercise dan Active Range of Motion terhadap Dyspnea
pada Pasien CHF
Pada kelompok intervensi adalah p<0,001 sedangkan pada kelompok kontrol adalah
p=0,001. Hal ini berarti ada penurunan nilai dyspnea yang bermakna pada hari pertama
sampai ketiga pada kedua kelompok. Hasil dari uji beda antar kelompok kontrol dan
intervensi adalah 0,004. Hal ini berarti intervensi Deep Breathing Exercice dan Active
Range of Motion lebih efektif daripada intervensi standar rumah sakit atau semi fowler
dalam menurunkan dyspnea.
23
24
3.1 Pembahasan
Terapi farmakologi
Diuretik 8 (50,0) 6 (37,5) 14 (43,7)
Vasodilator 5 (31,3) 3 (18,8) 8 (25,0)
Diuretik dan vasodilatir 3 (18,8) 7 (43,8) 10 (31,3)
25
Tabel 3.2 Hasil Uji Beda Nilai Dyspnea Sebelum dan Sesudah Deep Breathing
Exercisedan Active Range of Mation
Kelompok Mean SD 95% CL t p
Intervensi 2,87 1,147 2,26-3,48 10,02 0,000
Kontrol 1,50 1,366 0,77-2,23 4,39 0,001
Tabel 3.3 Pengaruh Latihan Deep Breathing Exercisedan Active Range of Mationterhadap
Dyspnea Pasien CHF
Variabel Intervensi Kontrol Mann-Whitney U p
dipsnea MR±SR MR±SR
Hari 1-3 20.84±333,50 12.16±194.50 58.500 0.004
Pertambahanusiaseseorangmempengaruhijaringanpadatubuhnya. PenelitianWidagdo
(2015) menunjukkanbahwadistribusipenyakit CHF meningkatpadausia 40 tahunkeatas.
Hal inisesuaidenganhasilpenelitianbahwaresponden paling banyakberusia>60 tahun.
Hasilpenelitian yang
telahdilakukanmenunjukkandistribusirespondensebagianbesaradalah
perempuandenganjumlah 18 responden (56,3%).Sejalandenganpenelitian Caroline (2011)
yang menyatakanbahwapenyakit CHF
lebihbanyakterjadipadaperempuandenganpersentase 57,5% dalampenelitiannya.
Perempuandenganusia>60 tahunpadaumumnyamengalami menopause yang
menyebabkankolesterol LDL
meningkatsehinggaperempuanlebihbanyakmenderitapenyakitjantung.
Berdasarkan karakteristik responden perihal penyakit penyerta, hipertensiadalah
penyakit yang paling banyakdialamiolehrespondenselainpenyakit CHF yang dimiliki.
Persentasemencapai 43,8% padakelompokintervensidan 62,5% padakelompokkontrol.
Hal inidisebabkanpeningkatantekanandarah yang
bersifatkronismembuatjantungmemompadengansangatkuatuntukmendorongdarahkedalam
arterisehinggaotot-ototjantungmenebaldanmembesar.Hal
tersebutmengakibatkaniramajantungmenjadikakusehinggairamadenyutnaditidakteratur.Pe
mompaan yang kurangefektifinidapatmengakibatkangagaljantung (Riaz, 2012).
Karakteristikrespondenpemberianobatdiureticsesuaididasarkanpada guideline yang
menyatakanbahwagagaljantung yang disertaidengan overload
cairandanfungsionaldiberikandiuretik (Yancy, 2013). Diuretikbermanfaatuntuk
26
dengan oksigen pada saat pengukuran. Penurunan saturasi oksigen merupakan indikasi
terjadinya hipoksia. Semakin tinggi frekuensi pernapasan maka saturasi oksigen semakin
tinggi (Kathryn, 2010). Latihan rentang gerak juga dapat mencegah terjadinya kontraktur,
atropi otot, meningkatkan peredaran darah ke ekstremitas, mengurangi kelumpuhan
vaskular, dan memberikan kenyamanan pada klien (Lukman, 2013).
Pergerakantubuh yang
sifatnyateratursangatpentinguntukmenurunkanresistensipembuluhdarahperifermelaluidilat
asiarteripadaotot yang bekerjasehinggameningkatkansirkulasidarah.Sirkulasidarah yang
baikakanmelancarkantransportasioksigenkejaringansehinggakebutuhanoksigenakanterpen
uhi. Latihanfisikakanmempertahankan fungsi jantung dan pernapasan (kardiorespirasi) .
Dengan kata lain, latihan ini dapat
meningkatkancurahjantung.Peningkatancurahjantungakanmeningkatkan volume darahdan
hemoglobin sehinggaakanmemperbaikipenghantaranoksigendalamtubuh. Hal
iniakanberdampakpadapenurunan dyspnea.
Penelitianinididukungolehpenelitiansebelumnya yang
menunjukkanDeepBreathingExercisepadapasiengagaljantungdidapatkanhasilyang
sangatefektifdalammenurunkanderajat dyspnea 2,14poin (p=0,000)
sertameningkatkansaturasioksigenpadapasiengagaljantungsebesar 0,8% (p=0,000)
(Sepdianto, 2013). Hasilpenelitian lain yang dilakukanolehBernadi (1998)
didapatkanbahwadenganintervensilatihanpernapasandalamselamasatubulanpada 50
pasiengagaljantungmenunjukkanpeningkatansaturasidari 92,5% (SD 0,3) menjadi 93,2%
(SD 0,4) dengan p<0,005. Hasilpenelitian yang dilakukanolehBosnak(2011) yang
dilakukanpadapasiengagaljantungjuga
menunjangpenelitianini.Hasilmenunjukkanbahwalatihanpernafasanmenurunkandyspnea
dari 2,42 1,73 menjadi 1,42 1,31.
28
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Usia paling banyak menurut responden berusia >60% yaitu 68,8% untuk kelompok
kontrol dengan penyakit penyertanya hipetensi sebanyak 62,5% dan 50% untuk kelompok
interverensi dengan penyakit penyertanya hipetensi sebanyak 62,5%. Kedua responden
tersebut mendapat intervensi farmakologi yang sama dengan persentase terbesar pada
pemberian obat diuretik sebanyak 43,7%. Pada kelompok intervensi adalah p<0,001
sedangkan pada kelompok kontrol adalah p=0,001.
Pertambahan usia mempengaruhi jaingan pada tubuhnya. Sejalan dengan penelitian
Caroline (2011) yang menyatakan bahwa penyakit CHF lebih banyak terjadi pada
perempuan dengan persentase 57,5% dalam penelitiannya. Bedasarkan responden,
hipertensi adalah penyakit penyerta yang paling banyak dialami selain CHF dengan
presentase mencapai 43,8% pada kelompok intervensi dan 62,5% pada kelompok control.
Hal ini disebabkan oleh peningkatan darah yang kronis sehingga membuat jantung
memompa sangat kuat untuk mendorong darah kedalam arteri. Pemberian obat diuretic
sesuai didasarkan pada guideline yang menyatakan bahwa gagal jantung yang disertai
dengan overload cairan dan fungsional diberikan diuretik (Yancy, 2013). Deep Breathing
Exercise terbukti dapat meningkatkan kekuatan otot inspirasi sehingga meningkatkan
pengembangan paru dan mencegah alveoli menciut yang dapat meningkatkan oksigenasi.
Latihan pernapasan dalam akan melatih menghisap banyak udara dan
menghembuskannya keluar dan meningkatkan relaksasi otot, menghilangkan kecemasan,
menyingkirkan pola aktivitas otot-otot pernafasan yang tidak berguna dan tidak
terkoordinasi, melambatkan frekuensi pernafasan,dan mengurangi kerja pernafasan.
Dengan kata lain, latihan ini dapat meningkatkan curah jantungyang akan meningkatkan
volume darah dan hemoglobin sehingga akan memperbaiki penghantaran oksigen dalam
tubuh. Hal ini akan berdampak pada penurunan dyspnea.
Penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang menunjukkan Deep
Breathing Exercise pada pasien gagal jantung didapatkan hasil yang sangat efektif dalam
menurunkan derajat dyspnea 2,14 poin (p=0,000) serta meningkatkan saturasi oksigen
pada pasien gagal jantung sebesar 0,8% (p=0,000).
29
30
4.2 Saran
Penyakit hipertensi dan CHF dapat dikurangi dengan cara sosialisasi hidup sehat dan
penanganan yang tepat sehingga presentase dari kedua penyakit bawaan tersebut bisa
berkurang. Pasien dyspnea dapat melakukan terapi diuretik sesuai guideline nya atau
melakukan aktifitas fisik yang melibatkan kerja otot maupun latihan Deep Breathing
Exercise.
DAFTAR PUSTAKA
31
32