Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH

KEGAWATDARURATAN DENGAN OVER DOSIS OBAT


ALKOHOL DAN KERACUNAN
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat
Dosen Pengampu : Sunardi Adi W, S.Kep., M.H.Kes

Disusun oleh:

1. Erma Mauliddian T 6. Wahyu Sarwono Aji


(108116001) (108116008)
2. Ajeng Ciptaning DAM 7. Hana Fahrun Nisa
(108116004) (108116009)
3. Siti Rohayati 8. Dudi Tri Wibowo
(108116005) (108116010)
4. Dhefi Hutami 9. Fiorentina Angie Al Fadli
(108116006) (108116011)
5. Annisa Purnamasari 10. Badriatus Sa’diyah
(108116007) (108116012)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
AL-IRSYAD AL ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN 2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat
yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyusun makalah ini
dengan sebaik-baiknya.
Penyusunan makalah ini atas dasar tugas mata kuliah Keperawatan Gawat
Darurat “KEGAWATDARURATAN DENGAN OVER DODIS OBAT
ALKOHOL DAN KERACUNAN” untuk melengkapi materi berikutnya.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada nara sumber yang telah
membantu penulis dalam penyusunan makalah ini. Mohon maaf penulis
sampaikan apabila terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini, karena
kami masih dalam tahap belajar.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagai referensi untuk menambah
wawasan kepada pembaca. Penulis sadari dalam penyusunan makalah ini
masih terdapat banyak kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan saran
dan kritik guna perbaikan di masa yang akan datang. Terima kasih.

Cilacap, 14 November 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
Cover.......................................................................................................... i
Kata Pengantar ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ........................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................... 3
A. KERACUNAN ............................................................................... 3
B. OVERDOSIS ................................................................................ 19
C. ALKOHOL ................................................................................... 30
BAB III PENUTUP ............................................................................... 38
A. Kesimpulan ................................................................................... 38
B. Saran ............................................................................................ 38
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 39

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan berbagai
cara yang menghambat respons pada sistem biologis dan dapat menyebabkan
gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Keracunan sering
dihubungkan dengan pangan atau bahan kimia.
Menelan zat racun atau racun dapat terjadi di berbagai lingkungan dan pada
kelompok usia yang berbeda-beda. Keracunan di rumah biasannya terjadi jika
anak menelan pembersih alat rumah tangga atau obat-obatan. Penyimpanan
yang tidak semestinya bahan-bahan ini dapat menjadi penyebab kecelakaan
tersebut. Tanaman, pestisida, dan produk cat juga merupakan zat beracun yang
potensial di rumah tangga. Karena gangguan mental atau penglihatan, buta
huruf, atau masalah bahasa, lansia dapat menelan obat-obatan dengan jumlah
yang salah.
Hal yang sama, keracunan juga dapat terjadi di lingkungan perawatan
kesehatan jika obat-obatan yang normalnya hanya diberikan melalui rute
subkutan atau intramuscular diberikan lewat, atau jika obat-obatan yang salah
disuntikan. Keracunan karena suntikan juga dapat terjadi di lingkup
penyalahgunaan seperti jika [ecandu heroin tidak sengaja menyuntiki pemutih
atau heroin yang terlalu banyak.

Karena ingin cepat sembuh kadang orang yang sakit mengonsumsi obat
berlebihan. Tentu saja ini berbahaya. penggunaan obat secara berlebihan atau
melebihi dosis yang ditentukan tidak akan memberikan manfaat bagi
kesehatan, tapi justru memicu munculnya gangguan kesehatan yang lain. hal
ini karena obat bisa menjadi racun jika digunakan secara tidak tepat.
Jika obat yang dikonsumsi tidak membuat penyakit sembuh atau membaik
setelah dikunsumsi beberapa kai, sebaiknya hentikan penggunaannya. Dan
sebaiknya tidak mencoba untuk menambahkan dosis sendiri tanpa adanya
nasihat dari dokter karena memicu terjadinya overdosis. Jadi overdosis terjadi

1
jika seseorang mengkonsumsi terlalu banyak obat (kombinasi dari sejumlah
obat). Overdosis mempengaruhi tubuh kita khususnya otak, hati, jantung,paru-
paru dan ginjal. Jika ini terjadi maka tubuh akan kehilangan kemampuan untuk
mengantisipasi obat yang bersangkutan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kegawatdaruratan pada keracunan?
2. Bagaimana kegawatdaruratan pada overdosis obat?
3. Bagaimana kegawatdaruratan pada alcohol?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami kegawatdaruratan dari keracunan.
2. Untuk memahami kegawatdaruratan dari overdosis obat.
3. Untuk memahami kegawatdaruratan dari alcohol.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. KERACUNAN
a) Definisi Keracunan
Racun adalah suatu zat yang memiliki kemampuan untuk merusak sel
dan sebagian fungsi tubuh secara tidak normal (Arisman, 2009).
Keracunan adalah reaksi dalam tubuh yang apabila kemasukan suatau
bahan yang bersifat toksik dan membahayakan tubuh, bahan-bahan tersebut
dapat masuk melalui mulut, hidung, kulit atau mata. (Priharjo, Robert, 2007).
Keracunan obat adalah reaksi tubuh yang muncul secara negative akibat
mengkonsumsi obat atau menggunakan obat tertentu yang akan berakibat
fatal jika tidak ditangani. (Michael J. Neal. 2008).
Keracunan adalah suatu kejadian apabila substansi yang berasal dari
alam ataupun buatan yang pada dosis tertentu dapat menyebabkan kerusakan
pada jaringan hidup yang bisa menyebabkan cedera atau kematian. Racun
dapat memasuki jaringan hidup melalui beberapa cara yaitu termakan,
terhirup, disuntikkan, dan terserap melalui kulit. (Merriam-Webster, 2014).

b) Klasifikasi Keracunan
1. Keracunan Korosif
Keracunan yang disebabkan oleh zat korosif yang meliputi produk alkali,
pembersih toilet, deterjen
2. Keracunan Non korosif
Keracunan yang disebabkan oleh zat non korosif meliputi makanan, obat-
obatan, gas.

c) Etiologi Keracunan
Keracunan dapat terjadi karena berbagai macam penyebab yang
mengandung bahan berbahaya dan potensial dapat menjadi racun. Penyebab-
penyebab tersebut antara lain:

3
1. Polusi limbah industri yang mengandung logam berat,
2. Bahan makanan yang terkontaminasi oleh mikroorganisme seperti
kuman, bakteri, protozoa, parasit, jamur beracun.
3. Begitu pula berbagai macam obat jika diberikan melampaui
dosis normal, tidak menyembuhkan penyakitnya melainkan
memberikan efek samping yang merupakan racun bagi tubuh.

d) Manifestasi Klinis Keracunan


Akibat keracunan makanan bisa menimbulkan gejala pada sistem saraf
dan saluran cerna. Suarjana (2013) menyatakan tanda gejala yang biasa
terjadi pada saluran cerna adalah sakit perut, mual, muntah, bahkan dapat
menyebabkan diare. Tanda gejala yang biasa terjadi pada sistem saraf adalah
adanya rasa lemah, kesemutan (parastesi), dan kelumpuhan (paralisis) otot
pernafasan (Arisman, 2009).
Berikut beberapa manifestasi klinis pada keracunan, diantaranya:
1. Mual
2. Dehidrasi
3. Muntah-muntah
4. Kram perut
5. Diare
6. Kejang
7. Hipertermi atau hipotermia
8. Mulut kering
9. Sering BAB, kadang bercampur darah, nanah atau lendir
10. Rasa lemas dan mengigil
11. Hilang nafsu makan

Gejala keracunan makanan bisa terlihat berkisar empat sampai 24 jam


setelah terkontaminasi makanan beracun. Gejala ini bisa berlangsung tiga
sampai empat hari.

4
e) Patofisiologi Keracunan
Keracunan dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya faktor bahan
kimia, mikroba, makanan, toksin, dan lain-lain. Penyebab tersebut
mempengaruhi vaskuler sistemik sehingga terjadi penurunan organ dalam
tubuh. Biasanya akibat dari keracunan menimbulkan mual, muntah, diare,
perut kembung. gangguan pernafasan, gangguan sirkulasi darah dan
kerusakan hati (sebagai akibat keracunan obat dan bahan kimia).
Makanan yang telah terkontaminasi toksik atau zat racun sampai di
lambung, lalu lambung akan mengadakan perlawanan sebagai adaptasi
pertahanan diri terhadap benda atau zat asing yang masuk ke dalam lambung
dengan gejala mual, lalu lambung akan berusaha membuang zat tersebut
dengan cara memuntahkannya. Karena seringnya muntah maka tubuh akan
mengalami dehidrasi akibat banyaknya cairan tubuh yang keluar bersama
dengan muntahan. Karena dehidrasi yang tinggi maka lama kelamaan tubuh
akan lemas dan banyak mengeluarkan keringat dingin. Banyaknya cairan
yang keluar, terjadinya dehidrasi, dan keluarnya keringat dingin akan
merangsang kelenjar hipopisis anterior untuk mempertahankan homeostasis
tubuh dengan terjadinya rasa haus. Apabila rasa haus tidak segera diatasi
maka dehidrasi berat tidak dapat dihindari, bahkan dapat menyebabkan
pingsan sampai kematian.
Penyebab terbanyak keracunan adalah pada sistem saraf pusat dengan
akibat penurunan tingkat kesadaran dan depresi pernapasan. Fungsi
kardiovaskuler mungkin juga terganggu,sebagian karena efek toksik
langsung pada miokard dan pembuluh darah perifer,dan sebagian lagi karena
depresi pusat kardiovaskular diotak.Hipotensi yang terjadi mungkin berat dan
bila berlangsung lama dapat menyebabkan kerusakan ginjal, hipotermia
terjadi bila ada depresi mekanisme pengaturan suhu tubuh. Gambaran khas
syok mungkin tidak tampak karena adanya depresi sistem saraf pusat dan
hipotermia, Hipotermia yang terjadi akan memperberat syok,asidemia,dan
hipoksia. (Brunner and Suddarth, 2010).

5
f) Pemeriksaan Penunjang Keracunan
Pemeriksaan penunjang yang bermanfaat dalam diagnosis toksikologi
adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium biasanya dilakukan tes darah, tes urin,
tes kondisi tinja, dan pemeriksaan parasit. Tes-tes ini bertujuan untuk
mengetahui jenis organisme penyebab terjadinya keracunan.
Pemeriksaan laboratorium sederhana dapat dilakukan di layanan
kesehatan primer yang memiliki fasilitas, misalnya: pemeriksaan
mikroskopis feses untuk keberadaan telur cacing dan parasit; pewarnaan
Gram, KOH dan metilenblue Loeffler untuk membantu membedakan
antara penyakit invasif dan non-invasif (PMK No. 5 Tahun 2014).
2. Gas Darah Arteri
Hipoventilasi akan menyebabkan peningkatan PCO2 (hiperkapnia).
PO2 dapat rendah dengan aspirasi pneumonia atau obat-obat yang
menginduksi edema paru. Oksigenisasi jaringan . yang kurang akibat
hipoksia, hipotensi. Atau keracunan sianida akan menghasilkan asidosis
metabolik. PO2 hanya mengukur oksigen yang larut dalam plasma dan
bukan merupakan total oksigen dalam darah. karena itu pada keracunan
karbon monoksida mungkin PO2 tampak normal meskipun ada defisiensi
oksihemoelobin yang nyata dalam darah.
3. Uji Fungsi Ginjal
Beberapa toksin mempunyai efek nefrotoksik; dalam kasus lain, gagal
ginjal merupakan akibat syok, koagulasi intravaskular yang menyebar
(disseminated irrtravascular coagulation, DTC), atau mioglohinuria.
Tingkat kadar nitrogen urea darah dan kreatinin harus diukur dan
dilakukan urinalisis.
4. Osmolalitas Serum
Perhitungan osmolalitas serum terutama bergantung pada natrium serum,
glukosa serum serta nitrogen urea darah.
5. Elektrokardiogram

6
Pelebaran lama kompleks QRS yang lebih besar dari 0,1 detik adalah
khas untuk takar lajak antidepresan trisiktik dan kuinidin.
6. CT-Scan
Fotopolos abdomen mungkin berguna, karena beberapa tablet,
khususnya besi dan kalium, dapat berbentuk radiopaque. Foto toraks
dapat menunjukkan pneumonia aspirasi, pneumonia hidrokarbon, atau
edema paru. Bila dicurigai adanya trauma kapitis, dianjurkan untuk
pemeriksaan CT-scan.

g) Komplikasi Keracunan
1. Henti nafas
2. Henti jantung
3. Syok, sindrom gawat pernafasan akut
4. Koma

h) Penatalaksanaan Keracunan
Pertolongan pertama keracunan makanan yang dapat dilakukan adalah
dengan mengupayakan penderita untuk memuntahkan makanan yang telah
dikonsumsi penderita. Cara yang bisa dilakukan untuk merangsang muntahan
adalah dengan memberikan minuman susu. Selain itu, cara yang bisa
dilakukan adalah dengan meminum segelas air yang telah dicampur dengan
satu sendok teh garam dan berikan minuman teh pekat (Junaidi, 2011).
Menurut Noriko (2013) tanaman teh memiliki potensi sebagai
antibakteria karena mengandung bioaktif yaitu senyawa tanin. Tanin adalah
senyawa fenolik yang terkandung dalam berbagai jenis tumbuhan hijau
dengan kadar yang berbeda-beda. Manfaat tanin selain antibakteria adalah
sebagai antiseptik dan mempunyai sifat sebagai agent pengkelat logam karena
adanya pengaruh fenolik. Pengaruh fenolik bisa memberikan antioksidan bagi
tubuh.
Menurut Hardisman (2014) menyatakan pertolongan pertama keracunan
makanan adalah dengan minum air putih yang banyak, pemberian larutan air

7
yang telah dicampur dengan garam. Pertolongan pertama yang bisa dilakukan
adalah dengan mengganti cairan dan elektrolit yang hilang akibat muntah atau
diare. Menghindari terjadinya dehidrasi pada korban segera berikan air
minum dan larutan elektrolit yang banyak untuk korban (Sentra informasi
keracunan nasional & Badan pemeriksaan Makanan dan obat SIKERNAS &
BPOM, 2012).
Menurut Bahri, Sigit, dkk. (2012) cairan elektrolit dapat diperoleh dari
air kelapa. Air kelapa murni tanpa tambahan gula sedikit menginduksi
urinisasi, sedangkan air kelapa yang ditambah dengan gula banyak
menginduksi urinisasi. Penyebab banyaknya menginduksi urinisasi adalah
karena konsentrasi gula yang tinggi, sehingga absobsi air menjadi lambat dan
urinisasi meningkat.
1. Stabilisasi
a. Jalan nafas (A)
b. Pernafasan (B)
c. Sirkulasi (C)
2. Dekomentaminasi
a. Mata
Irigasi dengan air bersih suam-suam kuku atau larutan NaCl 0,9 %
selama 15-20 menit, jika belum yakin bersih cuci kembali
b. Kulit, cuci (scrubbing) bagian kulit yang terkena larutan dengan air
mengalir dingin atau hangat selama 10 menit
c. Gastroinstestinal
Segera beri minum air atau susu secepat mungkin untuk
pengenceran.
Dewasa maksimal 250cc untuk sekali minum, anak-anak maksimal
100cc untuk sesekali minum.
Pasang NGT setelah pengenceran jika diperlukan.
3. Eliminasi
Indikasi melakukan eliminasi:
a. Tingkat keracuan berat

8
b. Terganggu rute elimiunasi normal (gagal ginjal)
c. Menelan zat dengan dodsis letal
d. Pasien dengan klinkis yang dapat memperpanjang koma
Tindakan eliminasi:
a. Dieresis paksa:
Furosemida 250 mg dalam 100cc D5% habis dalam 30 menit.
b. Alkalinisasi urine:
Na-Bic 50-100meq dalam !liter D5% atau NaCl 2,25%, dengan
infuse continue 2-3cc/kg/jam
c. Hemodialisa
Dilakukan di RS yang memiliki fasilitas Hemodialisa. Obat-obat
yang dapat dieleminasi dengan tehnik ini berukuran kecil dengan
berat molekul kurang dari 500 dalton, larut dalam air dan berikatan
lemah dengan protein.

Penatalaksanaan keperawatan pasien keracunan meliputi:


1. Penatalaksanaan syok bila terjadi.
2. Pantaulah tanda vital secara berkala.
3. Pantau keseimbangan cairan dan elektrolit.
4. Bantu mendapatkan spesimen darah, urine, isi lambung dan muntah.
5. Pantau dan atasi komplikasi seperti hipotensi dan kejang.
6. Bila pasien merasa mual dan ingin muntah, anjurkan untuk memiringkan
kepalanya ke samping.
7. Kompres hangat pada perut. Hal ini akan meringankan kejang dan nyeri di
perut dan kecenderungan untuk muntah.

9
i) Pengkajian Keracunan
1. Survei Primer
Penatalaksanaan awal pasien koma, kejang, atau perubahan keadaan
mental lainnya harus mengikuti cara pendekatan yang sama tanpa
memandang jenis racun penyebab. Usaha untuk membuat diagnosis
toksikologi khusus hanya memperlambat penggunaan tindakan suportif
yang merupakan bentuk dasar “ABCD” pada pengobatan keracunan.
Pertama, saluran napas (A) harus dibersihkan dan muntah atau
beberapa gangguan lain dan, bila diperlukan, suatu alat yang mengalirkan
napas melalui oral atau dengan memasukkan pipa endotrakea. Pada
kebanyakan pasien, penempatan pada posisi sederhana dalam posisi
dekubitus lateral cukup untuk menggerakkan lidah yang kaku (flaccid)
keluar dan saluran napas. Pernapasan (B) yang adekuat harus diuji
dengan mengobservasi dan mengukur gas darah arteri. Pada pasien
dengan insufisiensi pernapasan harus dilakukan intubasi dan ventilasi
mekanik. Sirkulasi (C) yang cukup harus diuji dengan mengukur denyut
nadi, tekanan darah, urin yang keluar, dan evaluasi perfusi perifer. Alat
untuk intravena harus dipasang dan darah diambil untuk penentuan
serum glukosa dan untuk pemeriksaan rutin lainnya.
Pada waktu ini, setiap pasien dengan keadaan mental yang berubah
harus diberi larutan dekstrosa pekat (D). Orang dewasa diberikan larutan
dekstrosa sebanyak 25 g (50 mL larutan dekstrosa 50% secara intravena).
Dekstrosa ini harus diberikan secara rutin, karena pasien koma akibat
hipoglikemia yang dengan cepat dan ireversibel akan kehilangan sel-sel
otak. Pasien hipoglikemia mungkin tampak sebagai pasien keracunan,
dan tidak ada metode yang cepat dan dapat dipercaya untuk
membedakannya dan pasien keracunan. Pada umumnya pemberian
glukosa tidak berbahaya sementara menunggu hasil pemeriksaan gula
darah. Pada waktu ini, pasien alkoholik atau malnutrisi juga harus diberi
100 mg tiamin intramuskular untuk mencegah timbulnya sindrom
Wernicke.

10
Antagonis narkotik nalokson (Narcan) dapat diberikan dengan dosis
0,4-2 mg intravena. Nalokson akan memulihkan pernapasan dan depresi
sistem saraf pusat akibat semua jenis obat narkotika. Ada manfaatnya
untuk mengingat bahwa obat-obat ini menimbulkan kematian terutama
akibat depresi pernapasan; karena itu, bila bantuan pernapasan dan
pembebasan saluran pernapasan telah diberikan, nalokson mungkin tidak
diperlukan lagi. Antagonis benzodiazepin flumazenil bermanfaat pada
pasien dengan kecurigaan takar lajak benzodiazepin, tetapi tidak boleh
digunakan bila terdapat riwayat kejang atau takar lajak antidepresan
trisiklik, dan obat ini tidak boleh digunakan sebagai pengganti
penatalaksanaan saluran napas secara hati-hati.
Penatalaksanaan keracunan memerlukan suatu pengetahuan tentang
bagaimana mengobati hipoventilasi, koma, syok, kejang, dan psikosis.
Pertimbangan toksikokinetik yang mendetil titik banyak artinya bila
fungsi-fungsi vital tidak dipertahankan. Hipoventilasi dan koma
memerlukan perhatian khusus pada penatalaksanaan saluran napas. Gas
darah arteri harus sering diperiksa, dan aspirasi isi lambung harus
dicegah. Penatalaksanaan cairan dan elektrolit mungkin kompleks.
Monitoring berat badan, tekanan vena sentral, tekanan yang mendesak
kapiler paru, dan gas darah arteri diperlukan untuk memastikan
pemberian cairan mencukupi tetapi tidak berlebihan. Dengan tindakan
suportif yang tepat untuk koma, syok, kejang, dan agitasi, umumnya
memberikan harapan hidup bagi pasien keracunan.
2. Survei Sekunder
Setelah dilakukan intervensi awal yang esensial, dapat dimulai
evaluasi yang terinci untuk membuat diagnosis spesifik. Hal ini meliputi
pengumpulan riwayat yang ada dan melakukan pemeriksaan fisik singkat
yang berorientasi pada toksikologi. Penyebab koma lainnya atau kejang
seperti trauma pada kepala, meningitis, atau kelainan metabolisme harus
dicari dan diobati.

11
a. Riwayat: Pernyataan dengan mulut tentang jumlah dan jenis obat
yang ditelan dalam kedaruratan toksik mungkin tidak dapat
dipercayai. Bahkan anggota keluarga, polisi, dan pemadam
kebakaran atau personil paramedis harus ditanyai untuk
menggambarkan lingkungan di mana kedaruratan toksik ditemukan
dan semua alat suntik, botol-botol kosong, produk rumah tangga,
atau obat-obat bebas di sekitar pasien yang kemungkinan dapat
meracuni pasien harus dibawa ke ruang gawat darurat.
b. Pemeriksaan Fisik: Pemeriksaan yang cepat harus dilakukan dengan
penekanan pada daerah yang paling mungkin memberikan petunjuk
ke arah diagnosis toksikologi. Hal ini termasuk tanda-tanda vital,
mata dan mulut, kulit, abdomen, dan sistem saraf.
1) Tanda-tanda vital. Evaluasi dengan teliti tanda-tanda vital
(tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, dan suhu tubuh)
merupakan hal yang esensial dalam kedaruratan toksikologi.
Hipertensi dan takikardia adalah khas pada obat-obat
amfetamin, kokain, fensiklidin, nikotin, dan antimuskarinik.
Hipotensi dan bradikardia, merupakan gambaran karakteristik
dan takar lajak narkotika, kionidin, sedatif-hipnotik dan beta
bloker. Takikardia dan hipotensi sering terjadi dengan
antidepresan trisiklik, fenotiazin, dan teofihin. Pernapasan yang
cepat adalah khas pada amfetamin dan simpatomimetik lainnya,
salisilat, karbon monoksida dan toksin lain yang menghasilkan
asidosis metabolik. Hipertermia dapat disebabkan karena obat-
obat simpatomimetik, antimuskarinik. salisilat dan obat-obat
yang menimbulkan kejang atau kekakuan otot. Hipotermia
dapat disebabkan oleh takar lajak yang berat dengan obat
narkotik, fenotiazin, dan obat sedatif, terutama jika disertai
dengan pemaparan pada lingkungan yang dingin atau infus
intravena pada suhu kamar.

12
2) Mata. Mata merupakan sumber informasi toksikologi yang
berharga. Konstriksi pupil (miosis) adalah khas utituk
keracunan narkotika, klonidin, fenotiazin, insektisida
organofosfat dan penghambat kolinesterase lainnya, serta koma
yang dalam akibat obat sedatif. Dilatasi pupil (midriasis)
umumnya terdapat pada amfetamin, kokain, LSD, atropin, dan
obat antirnuskarinik lain. Nistagmus riorizontal dicirikan pada
keracunan dengan fenitoin, alkohol, barbiturat, dan obat seclatit
lain. Adanya nistagmus horizontal dan vertikal memberi kesan
yang kuat keracunan fensiklidin. Ptosis dan oftalmoplegia
merupakan gambaran karakteristik dari botulinum.
3) Mulut. Mulut dapat memperlihatkan tanda-tanda luka bakar
akibat zat-zat korosif. atau jelaga dan inhalasi asap. Bau yang
khas dan alkohol, pelarut hidrokarbon. Paraldehid atau amonia
mungkin perlu dicatat. Keracunan dengan sianida dapat dikenali
oleh beberapa pemeiriksa sebagai bau seperti bitter almonds.
Arsen dan organofosfat telah dilaporkan menghasilkan bau
seperti bau bawang putih.
4) Kulit. Kulit sering tampak merah, panas, dan kering pada
keracunan dengan atropin dan antimuskarinik lain. Keringat
yang berlebihan ditemukan pada keracunan dengan
organofosfat, nikotin, dan obat-obat simpatomimetik. Sianosis
dapat disebabkan oleh hipoksemia atau methemoglohinemia.
Ikterus dapat memberi kesan adanya nekrosis hati akibat
keracunan asetaminofen atau jamur A manila phailoides.
5) Abdomen. Pemeriksaan abdomen dapat menunjukkan ileus,
yang khas pada keracunan dengan antimuskarinik, narkotik, dan
obat sedatif. Bunyi usus yang hiperaktif, kram perut, dan diare
adalah urnum terjadi pada keracunan dengan organofosfat, besi,
arsen, teofihin, dan A.phalloides.

13
6) Sistem saraf. Pemeriksaan neurologik yang teliti adalah
esensial. Kejang fokal atau defisit motorik lebih
menggambarkan lesi struktural (seperti perdarahan intrakranial
akibat trauma) daripada ensefalopati toksik atau metabolik.
Nistagmus, disartria, dan ataksia adalah khas pada keracunan
fenitoin, alkohol, barbiturat, dan keracunan sedatif lainnya.
Kekakuan dan hiperaktivitas otot umum ditemukan pada
metakualon, haloperidol, fensiklidin (PCP), dan obat-obat
simpatomimetik. Kejang sering disehabkan oleh takar lajak
antidepresan trisiktik, teotilin, isoniazid, dan fenotiazin. Koma
ringan tanpa refleks dan bahkan EEG isoelektrik mungkin
terlihat pada koma yang dalam karena obat narkotika dan
sedatif-hipnotik, dan mungkin menyerupai kematian otak.
3. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium. Laboratorium rutin (darah, urin, feses,
lengkap) tidak banyak membantu.
b. Pemeriksaan darah lengkap, kreatinin serum (N: 0,5-1,5 mg/dl),
elektrolit serum (termasuk kalsium (N: 9-11 mg/dl).
c. Foto thorax kalau ada kecurigaan udema paru.
d. Pemeriksaan EKG. Pemeriksaan ini juga perlu dilakukan pada kasus
keracunan karena sering diikuti terjadinya gangguan irama jantung
yang berupa sinus takikardi, sinus bradikardi, takikardi
supraventrikuler, takikardi ventrikuler, fibrilasi ventrikuler, asistol,
disosiasi elektromekanik. Beberapa faktor predosposisi timbulnya
aritmia pada keracunan adalah keracunan obat kardiotoksik,
hipoksia, nyeri dan ansietas, hiperkarbia, gangguan elektrolit darah,
hipovolemia, dan penyakit dasar jantung iskemik.

j) Diagnosa
1. Nyeri akut b/d agen cedera biologis.
2. Pola nafas tidak efektif b/d distress pernafasan.

14
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d intake tidak
adekuat (anoreksia, mual dan muntah), kesulitan menelan.
4. Defisit volume cairan b/d muntah, diare.
5. Hambatan mobilitas fisik b/d paralisis, ketidakmampuan otot
berkontraksi.
6. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik.

k) Intervensi
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Setelah dilakukan tindakan 1) Lakukan pengkajian nyeri
keperawatan 1x 24 jam diharapkan secara komprehensif
nyeri berkurang, menghilang termasuk lokasi, durasi
dengan kriteria hasil: frekuensi, karakteristik,
Pain level, dibuktikan dengan kualitas dan faktor
respon nonverbal pasien presipitasi
menunjukkan tidak ada nyeri, tanda 2) Observasi reaksi nonverbal
vital dalam batas normal, tidak ada dari ketidaknyamanan
masalah pola tidur, pasien 3) Bantu pasien dan keluarga
melaporkan nyeri berkurang. untuk mencari dan
Pain control, dibuktikan dengan menemukan dukungan
pasien dapat melakukan teknik 4) Kontrol lingkungan yang
nonfarmakologis untuk mengurangi dapat mempengaruhi nyeri
nyeri. seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
5) Kurangi faktor presipitasi
nyeri
6) Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi
7) Ajarkan tentang teknik non
farmakologi: napas dalam,

15
relaksasi, distraksi, kompres
hangat/ dingin
8) Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri:
9) Tingkatkan istirahat
10) Berikan informasi tentang
nyeri seperti penyebab nyeri,
berapa lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur
11) Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
2. Setelah dilakukan tindakan 1) Monitor vital sign
keperawatan 1x 24 jam diharapkan 2) Identifikasi kebutuhan insersi
pola nafas menjadi efektif dengan jalan nafas buatan
kriteria hasil: 3) Posisikan pasien untuk
NOC : Status Pernapasan : memaksimalkan ventilasi
Pertukaran Gas tidak akan 4) Monitor status respirasi:
terganggu dibuktikan dengan : adanya suara nafas tambahan
Kesadaran composmentis, TTV 5) Kolaborasi dengan tim medis:
menjadi normal, pernafasan pemberian oksigen
menjadi normal yaitu tidak
mengalami nafas
Dangkal

16
3. Setelah dilakukan tindakan 1) Monitor intake dan output
keperawatan selama 1 x 24 jam makanan/cairan dan hitung
pemenuhan nutrisi dapat masukan kalori perhari sesuai
adekuat/terpenuhi dengan kriteria kebutuhan
hasil: 2) Kaji kebutuhan nutrisi
Status Gizi Asupan Makanan dan parenteral
Cairan ditandai pasien nafsu makan 3) Pilih suplemen nutrisi sesuai
meningkat, mual dan muntah hilang, kebutuhan
pasien tampak segar 4) Bantu pasien memilih
Status Gizi; Nilai Gizi terpenuhi makanan yang lunak dan
dibuktikan dengan BB meningkat, lembut
BB tidak turun. 5) Berikan nutrisi yang
dibutuhkan sesuai batas diet
yang dianjurkan
6) Kolaborasikan pemberian anti
emesis sesuai indikasi
4. Setelah dilakukan tindakan 1) Monitor intake dan output,
keperawatan selama 1x24 jam karakter serta jumlah feses
diharapkan kebutuhan cairan 2) Observasi kulit kering
terpenuhi dengan kriteria hasil: berlebihan dan membran
a. Tidak adanya tanda-tanda mukosa, penurunan turgor
dehidrasi kulit
b. Vital sign dalam batas normal 3) Anjurkan klien untuk
meningkatkan asupan cairan
per oral
4) Kolaborasi pemberian cairan
paranteral sesuai indikasi
5. Setelah dilakukan tindakan 1) Tentukan batasan pergerakan
keperawatan selama 1x24 jam sendi dan efeknya terhadap
diharapkan kemampuan mobilitas fungsi sendi

17
fisik meningkat dengan kriteria 2) Monitor lokasi dan
hasil: kecenderungan adanya nyeri
a. Kekuatan otot meningkat dan ketidaknyamanan selama
b. Tidak ada kaku sendi pergerakan/aktivitas
c. Dapat bergerak dengan mudah 3) Lakukan latihan ROM pasif
atau ROM dengan bantuan,
sesuai indikasi
4) Jelaskan pada pasien atau
keluarga manfaat dan tujuan
melakukan latihan sendi
5) Dukung pasien untuk melihat
gerakan tubuh sebelum
memulai latihan
6. Setelah dilakukan tindakan 1) Observasi adanya pembatasan
keperawatan selama 1x24 jam klien dalam melakukan
diharapkan klien dapat memenuhi aktivitas
kebutuhan dirinya dengan kriteria 2) Kaji adanya fakor yang
hasil: menyebabkan kelelahan
a. Ketidaknyamanan setelah 3) Monitor nutrisi dan sumber
beraktivitas berkurang energi yang adekuat
b. Dapat memenuhi kebutuhan 4) Bantu klien dalam memenuhi
sehari-hari kebutuhannya
5) Bantu klien dalam melakukan
aktivitas sehari-hari

18
B. OVERDOSIS OBAT
a) Pengertian
Overdosis merupakan keracunan pada penggunaan obat baik yang tidak
disengaja maupun disengaja dengan maksud bunuh diri.
Overdosis merupakan keadaan dimana seseorang mengalami gejala
terjadinya keracunan yang mengakibatkan ketidaksadaran akibat obat yang
melebihi dosis yang bisa diterima oleh tubuh. Overdosis obat sering
disangkutkan dengan terjadinya heroin digunakan bersama alcohol.
(Wikipedia, 14 april 2013 02:05 ).
Overdosis/intoksikasi adalah kondisi fisik dan perilaku abnormal akibat
penggunaan zat yg dosisnya melebihi batas toleransi tubuh.

b) Etiologi
1. Keadaan ini sering terjadi dan faktor penyebabnya adalah :
a. Usia. Lansia sering lupa bahwa ia sudah minum obat, sehingga sering
terjadi kesalahan dosis karena lansia minum lagi
b. Merek dagang. Banyaknya merek dagang untuk obat yang sama,
sehingga pasien bingung, misalnya furosemid (antidiuretik) dikenal
sebagai lasix, uremia dan unex.
c. Penyakit. Penyakit yang menurunkan metabolisme obat dihati atau
sekresi obat melalui ginjal akan meracuni darah.
d. Gangguan emosi dan mental. Menyebabkan ketagihan penggunaan
obat untuk terapi penyakit (habituasi) misalnya barbiturate,
antidepresan dan tranquilizer.
e. Mengkonsumsi lebih dari satu jenis narkoba misalnya mengkonsumsi
putau hamper bersamaan dengan alcohol atau obat tidur seperti
valium, megadom/ BK, dll.
f. Mengkonsumsi obat lebih dari ambang batas kemampuannya,
misalnya jika seseorang memakai narkoba walaupun hanya seminggu,
tetapi apabilah dia memakai lagi dengan takaran yang sama seperti
biasanya kemungkinan besar terjadi OD.

19
g. Kualitas barang dikonsumsi berbeda.

2. Faktor ketidakpatuhan terhadap pengobatan :


a. Kurang pahamnya pasien tentang tujuan pengobatan itu
b. Tidak mengertinya pasien tentang pentingnya mengikuti aturan
pengobatan yang ditetapkan sehubungan dengan prognosisnya
c. Memperoleh obat diluar rumah sakit
d. Mahalnya harga obat
e. Kurangnya perhatian dan kepedulian keluarga, yang mungkin
bertanggung jawab atas pembelian atau pemberian obat itu kepada
pasien
f. Efek samping dapat timbul akibat menaikan dosis obat yang biasanya
tidak bereaksi, mengganti cara pemberian obat, atau memakai obat
dengan merek dagang lain.

Keracunan obat dapat terjadi, baik pada penggunaan untuk maksud terapi
maupun pada penyalahgunaan obat.Keracunan pada penggunaan obat
untuk maksud terapi dapat terjadi karena dosis yang berlebih (overdosis)
baik yang tidak disengaja maupun disengaja dengan maksud bunuh diri,
karena efek samping obat yang tidak diharapkan dan sebagai akibat
interaksi beberapa obat yang digunakan secara bersama-sama.Kematian
akibat penggunaan obat jarang terjadi.Hal yang dapat menimbulkan reaksi
dan mungkin mengakibatkan kematian, terutama pada penggunaan obat
secara IV, penggunaan obat golongan depresan, penisilin dan turunannya,
golongan anti koagulan, obat jantung, k-klorida golongan diuretik dan
insulin.

c) Manefestasi klinis overdosis umum


1. Penurunan kesadaran
2. Frekuensi pernapasan kurang dari 12kali/menit
3. Pupil miosis

20
4. Adanya riwayat pemakaian obat-obat terlarang
5. Suhu tubuh menurun.
6. Kuku, bibir menjadi kebiru- biruan.
7. Adanya suara- suara mengorok atau mendengkur yang berasal dari
tenggorokkan yang menandakan bawha seorang itu mengalami kesulitan
dalam melakukan pernafasan yang benar.

d) Jenis-jenis
Beberapa jenis intoksikasi/overdosis yang sering ditemui pada kasus
penggunaan NAPZA diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Intoksikasi opioida
2. Intoksikasi sedatif hipnotik (Benzodiazepin)
3. Intoksikasi Amfetamin
4. Intoksikasi Alkohol
5. Intoksikasi Kokain
Salah satu jenis overdosis yang lebih spesifik adalah overdosis yang
diakibatkan oleh amfetamin.
1. Over Dosis Amfetamin
Amfetamin adalah kelompok obat psikoaktif sintesis yang disebut
sistem saraf pusat (SSP) stimulant. Amfetamin merupakan satu jenis
narkoba yang dibuat secara sintesis dan kini terkenal diwilayah asia
tenggara. Amfetamin dapat berupa bubuk putih, kuning, maupun coklat,
atau bubuk putih Kristal kecil.
Secara klinis, efek amfetamin sangat mirip dengan kokain, tetapi
amfetamin memliki waktu paruh lebih panjang dibandingkan dengan
kokain (waktu paruh amfetamin 10-15 jam) dan durasi yang memberikan
efek euforianya 4-8kali lebih lama dibandingkan kokain. Hal ini
disebabkan oleh stimulator-stimulator tersebut mmengaktivasi “ reserve
power” yang ada didalam tubuh manusia dan ketika efek yang
ditimbulkan oleh amfetamin melemah, tubuh memberikan “signal”
bahwa tubuh membutuhkan senyawa itu lagi.

21
Cara yang paling umum dalam menggunakan amfetamin adalah
dihirup melalui tabung.Amfetamin dapat membuat seseorang merasa
energik, efek amfetamin termasuk rasa kesejahteraan dan membuat
seseorang merasa lebih percaya diri. Perasaan ini bias bertahan sampai
12 jam, dan beberapa orang terus menggunakan untuk menghindari turun
dari obat.
Obat-obat yang termasuk kedalam amfetamin : Amfetamin,
Metamfetamin, Metilendioksimetamfetamin (ektasi).
1. Metilendioksimetamfetamin (ektasi).
Shabu-shabu / metilendioksimetamfetamin/ ekstasi atau 3,4-
metilen-dioksimetamfetamin karena efek neurotoksisitas dan
potensial disalahgunakan, diinggris telah dimasukkan dalam
golongan A dari “misuse of drug Act” pada tahun 1971 dan
diamerika serikat dilarang sejak tahun 1985. Dinggris, atau kapsul
ekstasi digunakan pada pesta dengan gerakan dansa yang cepat dan
lama, sehingga efek farmakologinya bercampur dengan penggunaan
tenaga yang berlebihan dan dehidrasi berat.
a. Gejala klinis :
Tanda dan gejala intoksikasi/overdosis amfetamin biasanya
ditunjukkan dengan adanya dua atau lebih gejala-gejala seperti:
1) Takikardi atau bradikardi
2) Dilatasi pupil
3) Peningkatan atau penurunan tekanan darah
4) Banyak keringat atau kedinginan
5) Mual atau muntah
6) Penurunan BB,
7) Agitasi atau retardasi psikomotor
8) Kelelahan otot,
9) Depresi sistem pernapasan,
10) Nyeri dada atau aritmia jantung
11) Kebingungan

22
12) Kejang-kejang,
13) Diskinesia, distonia atau koma.

Pada penyalahgunaan yang ringan, gejala yang timbul, antara


lain agitasi, takikardi, hipertensi, dilatasi pupil yang kelihatan
jelas, trimus, dan berkeringat.Pada kasus yang berat dapat
terjadi hipertermia, koagulasi intravaskuler yang menyebar,
rhabdomiolisis, dan gagal ginjal akut.Kematian mungkin terjadi
dan jika sembuh dapat terjadi kerusakan hati dengan mekanisme
yang belum diketahui.

e) Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Primary survey
Sebelum penyalahgunaan terjadi biasanya dalam bentuk
pendidikan, penyebaran informasi mengenai bahaya narkoba,
pendekatan melalui kekuarga, dan lain-lain. Instansi pemerintah
seperti halnya BKKBN, lebih banyak berperan pada tahap intervensi
ini. Kegiatan yang dilakukan seputar pemberian informasi melalui
berbagai bentuk materi KTE yang di tunjukkan kepada remaja
langsung dan keluarga.
B1 : Breath, kaji pernapasana klien. Apakah klien mengalami
gangguan dalam bernapas
B2 : Blood, kaji apakah terjadi perdarahan yang menyumbat jalan
napas dan cek tekanan darah pasien.
B3 : Brain, kaji apakah klien mengalami gangguan pada proses
berfikir.
B4 : Bladder, kaji apakah ada terjadi kerusakan pada daerah ginjal
yang dikarenakan overdosis karna keasaman obat tersebut.
B5 : Bowel, kaji intake dan output pasien
1) Airway support

23
Pada klien dengan overdosis yang perlu diperhatikan adalah ada
tidaknya sumbatan pada jalan napas seperti lidah. Lidah
merupakan penyebab utama tertutupnya jalan napas pada klien
tidak sadar karena pada kondisi ini lidah klien akan terjatuh ke
belakang rongga mulut. Hal ini akan mengakibatkan
tertutupnya trakea sebagai jalan napas. Sebelum diberikan
bantuan pernapasan, jalan napas harus terbuka. Teknik yg dapat
digunakan adalah cross finger (silang jari). Jika terdapat
sumbatan bersihkan dengan teknik finger sweep (sapuan jari).

Gbr. 3.1 cross finger

Gbr. 3.2 finger sweep

Adapun Teknik untuk membuka jalan napas :


a) Head tilt / chin lift
Teknik ini dapat digunakan jika penderita tidak mengalami
cedera kepala, leher dan tulang belakang

24
Gbr. 3.3 headtilt/chinlift

b) Jaw trust

Gbr. 3.4 jaw trust

2) Breathing support
Setelah dipastikan bahwa jalan napas aman, maka langkah
selanjutnya adalah melakukan penilaian status pernapasan klien,
apakah masih bernapas atau tidak. Teknik yg digunakan adalah
LOOK, LISTEN and FEEL (LLF). LLF dilakukan tidak lebih
dari 10 menit, jika klien masih bernapas, tindakan yg dilakukan
adalah pertahankan jalan napas agar tetap terbuka, jika klien
tidak bernapas, berikan 2 x bantuan pernapasan dgn volume yg
cukup.

25
3) Circulation support
Circulation support adalah pemberian ventilasi buatan dan
kompresi dada luar yang diberikan pada klien yang mengalami
henti jantung. Selain itu untuk mempertahankan sirkulasi
spontan dan mempertahankan sistem jantung paru agar dapat
berfungsi optimal dilakukan bantuan hidup lanjut (advance life
support)
4) Disability
Pemantauan status neurologis secara cepat meliputi tingkatan
kesadaran dan GCS, dan ukur reaksi pupil serta tanda-tanda
vital.
5) Exposure
Lakukan pengkajian head to toe.
6) Folley kateter
Pemasangan kateter pada klien overdosis biasanya dilakukan
untuk melakukan perhitungan balance cairan.
7) Heart monitor
Lakukan pemantauan peningkatan detak jantung, peningkatan
tekanan darah dan kerusakan sistem kardiovaskuler.
Setelah primary survey dan intervensi krisis selesai, perawat harus
mengkaji riwayat pasien :
A : Allergies ( jika pasien tidak dapat memberikan informasi
perawat bisa menanyakan keluarga atau teman dekat tentang riwayat
alergi pasien )
M : Medication ( overdosis obat : ekstasi )
P : Past medical history ( riwayat medis lalu seperti masalah
kardiovaskuler atau pernapasan
L : Last oral intake ( obat terakhir yang dikonsumsi : ekstasi)
E : Even ( kejadian overdosisnya obat, dekskripsi gejala,
keluhan utama, dan mekanisme overdosis)

26
b. Secondary survey
Pada saat penggunaan sesudah terjadi dan diperlukan upaya
penyembuhan (treatmen). Fase ini meliputi : fase penerimaan awal
(intialintek) antara 1-3 hari dengan melakukan pemeriksaan fisik dan
mental dan fase detoksifikasi dan terapi komplikasi medic, antara 1-3
minggu untuk melakukan pengurangan ketergantungan bahan-bahan
adiktif secara bertahap. Tindakan yang harus dilakukan adalah
melakukan tindakan keperawatan head to toe.

2. Diagnosa keperawatan
1) Bersihan jalan napas tidak efektif b.d intoksikasi
2) Pola napas tidak efektif b.d depresi susunan syaraf pusat
3) Gangguan perfusi jaringan perifer b.d penurunan konsentrasi
hemoglobin dalam darah
4) Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif (konsumsi
psikotropika yang berlebihan secara terus menerus)
5) Resiko distress pernapasan b.d asidosis metabolik

3. Intervensi keperawatan
1) Diagnosa 1
Tujuan : pasien menunjukkan bersihan jalan napas yang efektif
Kriteria : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam,
pasien menunjukkan kemudahan bernapas, pergerakan sumbatan keluar
dari jalan napas
Intervensi :
a) Kaji frekuensi, kedalaman dan upaya pernapasan
b) Pengisapan jalan napas : mengeluarkan sekret dari jalan napas
dengan memasukkan sebuah kateter pengisap ke dalam jalan napas
oral dan/atau trakea
c) Auskultasi bagian dada anterior dan posterior untuk mengetahui
penurunan atau ketiadaan ventilasi dan adanya suara napas tambahan

27
d) Ajarkan pasien dan keluarga tentang makna perubahan pada sputum,
seperti warna, karakter jumlah dan bau
e) Konsultasikan dengan tim medis dalam pemerian oksigen, jika perlu

2) Diagnosa 2
Tujuan : Pasien menunjukkan pola pernapasan efektif
Kriteria : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam,
pasien menunjukkan status pernapasan : status ventilasi dan pernapasan
yang tidak terganggu, kedalaman inspirasi dan kemudahan bernapas
Intervensi :
a) Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan upaya pernapasan
b) Pantau pola pernapasan
c) Auskultasi suara napas, perhatikan area penurunan/tidak adanya
ventilasi dan adanya suara napas tambahan
d) Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang teknik relaksasi
untuk memperbaiki pola pernapasan

3) Diagnosa 3
Tujuan : keadekuatan aliran darah melalui pembuluh darah kecul
ekstremitas untuk mempertahankan fungsi jaringan.
Kriteria : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam suhu,
hidrasi, warna kulit, nadi perifer, tekanan darah, dan pengisisan kapiler
baik dan lancar dan dalam batas normal
Intervensi:
a) Kaji terhadap sirkulasi perifer pasien (nadi perifer, edema, warna,
suhu dan pengisisan ulang kapiler pada ekstremitas)
b) Manajemen sensasi perifer
c) Ajarkan pasien / keluarga tentang : menghindari suhu ekstrempada
ekstremitas
d) Kolaborasi : berikan obat antitrombosit atau antikoagulan

28
4) Diagnosa 4
Tujuan : pengembalian volume cairan klien
Kriteria : setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam hidrasi
adekuat dan status nutrisi adekuat maupun keseimbangan cairan pasien
dalam batas normal
Intervensi :
a) Pantau cairan elektrolit pasien (intake/output)
b) Manajemen cairan (timbang berat badan, ttv, intake/output)
c) Anjurkan pasien untuk menginformasikan perawat bila haus
d) Kolaborasi : laporkan dan catat haluaran kurang/lebih dari batas
normal dan berikan terapi IV sesuai program.

5) Diagnosa 5
Tujuan :Pasien mempertahankan pernapasannya secara efektif .
Kriteria : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam,
pasien bebas dari sianosis dan tanda – tanda syok.
Intervensi :
a) Pantau frekuensi, irama, kedalaman pernapasan
b) Angkat kepala tempat tidur sesuai aturannya (semi/fowler)
c) Anjurkan pasien melakukan latihan napas dalam
d) Kolaborasi : pemberian oksigen (non rebirthing)

29
C. ALKOHOL
a) Pengertian
Alkohol adalah golongan senyawa kimia alifatik yang mempunyai 1
gugusan OH. Keracunan alkohol dapat mengakibatkan gangguan sistim saraf
pusat yang berat, gangguan abdomen dan ginjal bahkan kematian.Golongan
alcohol banyak digunakan sebagai pelarut dan yang paling sering kita jumpai
adalah methanol, etanol, dan esopropanol. Senyawa yang sering kita kenal
sebagai alcohol adalah etanol. Sedangkan glikol atau etilen glikol adalah
senyawa etan dengan 2 gugusan –OH.
Alkohol merupakan obat yang dapat menekan sistem syaraf pusat. Bila
diminum secara terus- menerus atau berlebihan, minuman beralkohol seperti bir,
arak, anggur akan menyebabkan kemampuan mental dan fisik terganggu.
Keracunan alkohol sangat berbahaya karena dapat melumpuhkan alat-alat
pernafasan sehingga kematian dan kebutaan.
Alkohol adalah salah satu dari zat yang sering disalah gunakan, karena
konsumsi alkohol untuk orang dewasa tidak dilarang undan-undang. Konflik
akan terjadi jika peminum alkohol minum dalam jumlah yang berlebihan.
Sehingga terjadi gangguan kepribadian pada orang tersebut yang dapat
membahayakan bagi orang lain, misalnya menyebabkan kecelakaan lalu lintas,
penganiayaan, pemerkosaan, dan tindakan melanggar hukum lainnya.

b) Etiologi
Alkohol merupakan istilah umum untuk etanol, dimana sebagian besar
alcohol diproduksi melalui fermentasi dari beberapa bahan makanan, yang
paling sering barley, hops dan anggur. Beberapa tipe alcohol lain yang sering
dijumpai seperti methanol (pembersih kaca), isopropyl alcohol (rubbing alcohol)
dan etilen glikol (automobile antifreeze solution), yang mempunyai tingkat
racun yang tinggi apabila tertelan walaupun dengan jumlah kecil.
Ada beberapa jenis alcohol yang dapat menyebabkan keracunan,
yaitu etanol yang sering menyebabkan asidosis alkoholik, intoksikasi
methanol, etilen glikol, dietilen glikol, propilen glikol dan ispropanol.

30
c) Gejala
Ciri-ciri gejala keracunan etanol sangat bervariasi dari yang sifatnya
ringan yaitu ataksia (sempoyongan) sampai berat yaitu koma (tidak sadarkan
diri). Pada intoksikasi yang berat, penderita menunjukkan gejala stuppor (tidak
bereaksi) atau menjadi koma (Damono, 2005).
Orang yang keracunan alkohol biasanya nafasnya akan berbau alkohol dan
mengalami muntah-muntah. Jika korban pingsan, denyut nadinya semkain cepat,
tetapi lemah. Matanya kemerah-merahan dengan biji mata tampak melotot atau
terbelalak, sedangkan muka penderita tampak bengkak dan kering.

d) Patofisiologi
Metanol, isopropanol dan propilen glikol diabsorbsi melalui kulit normal,
sebaliknya etilen glikol dan dietilen glikol di absorbsi hanya sejumlah kecil
setelah menembus kulit. Inhalasi methanol atau absorbs topical dari etilen glikol,
propilen glikol, isopropanol dan etilen glikol dapat menyebabkan intoksikasi,
tetapi kebanyakan intoksikasi terjadi setelah meminum atau menelan secara oral,
atau pada kasus propilen glikol setelah pemberian intravena.

e) Efek yang Ditimbulkan dari Penggunaan Alkohol


1. Hangover
Rasa nyeri yang biasanya menyerang setelah mengkonsumsi alkohol
berlebihan. Gejala hangover umumnya muncul sekitar 4 sampai 6 jam setelah
meminum alkohol dan hilang sekitar 48 sampai 72 jam setelah meminum
minuman yang terakhir. Gejala-gejala yang berhubungan dengan hangover
adalah sakit kepala, kelelahan, sakit perut, mudah marah, penilaian lemah,
dan sensitif terhadap cahaya.
2. Jackpot (muntah)
lni terjadi akibat kadar asam lambung berlebih di dalam perut yang dipicu
oleh alkohol. Lewat muntah, alkohol dan racun yang ada di dalam perut akan
berkurang dan dikeluarkan. Tapi terlalu banyak muntah juga dapat
menyebabkan lambung teriritasi oleh asam sehingga timbul nyeri di perut.

31
3. Sakit Kepala
Alkohol menyebabkan terjadinya dehidrasi atau hilangnya cairan tubuh,
sehingga tubuh mencoba mengganti air yang hilang dengan mengambil air
termasuk dari otak. Akibatnya volume otak menjadi menciut dan
menyebabkan rasa sakit kepala.
4. Sering berkemih
Dehidrasi setelah minum alkohol salah satunya terjadi karena peminum
menjadi lebih sering berkemih atau buang air kecil. Dengan minum alkohol
maka tubuh akan membuang cairan tubuh empat kali lebih banyak dibanding
kondisi normal. Selain itu, akibat dehidrasi mulut dan tenggorokan pun terasa
kering.
5. Kanker
Alkohol dapat meningkatkan risiko kanker di beberapa bagian tubuh tertentu,
melalui berbagai mekanisme. Salah satunya, alkohol mengaktifkan enzim-
enzim tertentu yang mampu memproduksi senyawa penyebab kanker. Selain
di saluran pencernaan, kanker juga dapat terjadi pada hati, paru, dan
tenggorokan.
6. Gangguan Reproduksi
Alkohol dapat mengganggu keseimbangan hormon yang membawa pada
gangguan siklus menstruasi dan ketidaksuburan. Penting sekali diingat.
bahwa konsumsi alkohol pada kehamilan sangatlah berbahaya. Hal ini bisa
menyebabkan terjadinya keguguran, atau bisa juga terjadi sindrom alkohol
pada bayi yang dilahirkan seperti pertumbuhan yang lamban, kecacatan,
gangguan pada organ bayi atau bahkan kematian dalam kandungan.

f) Langkah-langkah penanganan intoksikasi alkohol:


1. Deteksi dini dan tegakkan diagnosis dengan segera.
2. Lakukan anamnesis dan pemeriksaan dengan segera dan dalam waktu
singkat.
3. Pemeriksaan fisik dan laboratorium

32
a. Gejala utama : Waspada berlebihan, kegelisahan, agitasi psikomotor,
mondar-mandir, banyak bicara dan tekanan pada pembicaraan, rasa
nyaman dan elasi. Sering kali agresif, perilaku kekerasan dan daya nilai
terganggu, takikardi, hipertensi, dilatasi pupil, mengigil dan diaforesis,
anoreksia, mual dan muntah dan insomnia
b. Breath analyzer
4. Terapi
a. Bilas lambung, induksi muntah, atau gunakan karbon aktif untuk
mengeluarkan alkohol dari saluran cerna (gastrointestinal) jika pasien
datang kurang dari 60 menit setelah minum alkohol
b. Pemberian etanol atau fomepizole untuk memperlambat atau mencegah
terbentuknya metabolit toksik
c. Dialisis (hemodialysis, peritoneal dialysis) berguna untuk mengeluarkan
alkohol dan metabolit toksik yang mungkin terbentuk dan pemberian basa
pada pasien untuk mengatasi metabolik asidosis
d. Kondisi Koma:
1) Posisi miring untuk mencegah aspirasi
2) Observasi ketat tanda vital setiap 15 menit
e. Injeksi Thiamine 100 mg iv untuk profilaksis terjadinya Wernicke
Encephalopathy

g) Golongan Alkohol
1. Metanol
Metanol atau metal alcohol banyak digunakan sebagai pelarut, dan
digunakan juga dalam bahan antifreeze, de-icing, penghapus cat, dan dalam
sintesa senyawa kimia. Untuk bahan antifreeze, dapat digunakan etanol,
isopropanol atau etilen glikol. Sedangkan yang disebut spiritus adalah etanol
yang dicampur dengan methanol 5%.
Metabolit methanol berupa senyawa formaldehid dan formiat yang
menjadikan methanol bersifat toksik. Peningkatan kadar format disertai
akumulasi ion hydrogen yang menimbulkan asidosis metabolic. Keracunan

33
methanol dapat terjadi melalui mulut atau inhalasi dan dosis fatal methanol
60-250ml. Batas paparan methanol 200 ppm. Akibat keracunan methanol,
terutama gangguan penglihatan dan asidosis.
a. Gejala Klinis
1) Mual
2) Muntah
3) Sakit perut
4) Takipnea
5) Koma
b. Komplikasi: Komplikasi yang dapat terjadi : asidosis, depresi pernapasan
dan mata buta.
c. Tindakan Pencegahan:
Semua barang yang mengandung methanol, supaya diberi tanda racun.
Jika bekerja menggunakan methanol, sebaiknya dilakukan di tempat yang
mempunyai ventilasi cukup.
d. Tindakan Gawat Darurat:
Dalam waktu 2 jam setelah keracunan, dapat diberi sirup ipeca supaya
muntah. Lakukan pengurasan lambung dengan 2-4 liter air, ditambah
natrium bikarbonat 20 g/liter.

2. Etanol
Etanol atau etil alcohol digunakan sebagai pelarut, antiseptika, dalam
campuran obat batuk, anggur obat, dalam minuman keras dan minuman lain
yang mengandung alcohol.
Akibat keracunan etanol antara lain depresi pernapasan, pneumonitis
aspirasi, hipoglikemia yang menyebabkan kejang-kejang, asidosis laktat,
hipotermia, koma dan kematian karena gagal pernapasan. Pada penggunaan
yang terus-meneus dapat menyebabkan, antara lain ketergantungan (dengan
gejala hipertensi, takikardia halusinasi, tremor dan konvulsi), sirosis hati,
varises esophagus, pancreatitis, malnutrisi, koma hepatic, gangguan darah

34
dan hematoma subdural kronik karena trauma kepala berulang-ulang karena
mabuk.
a. Gejala Klinis:
1) Efek depresan dari etanol pada system saraf pusat tergantung pada
kadar etanol dalam darah.
2) Etanol merupakan vasodilator perifer yang menyebabkan terjadi
hypothermia dan hipotensi pada penderita yang koma.
3) Hipoglikemia merupakan komplikasi yang terjadi, terutama pada anak-
anak atau jika keracunan etanol terjadi setelah puasa, olah raga atau
malnutrisi kronik.
4) Asidosis laktat merupakan komplikasi yang tidak biasa terjadi pada
keracunan etanol akut, tapi dapat terjadi pada penderita penyakit hati
parah, pancreatitis atau sepsis, dan penderita diabetes yang
menggunakan obat golongan biguanida. Selain itu dapat terjadi
hipovolemia yang sering menyetai keracunan parah dan mempermudah
terjadinya asidosis laktat.
5) Dapat terjadi ketoasidosis alkoholik pada penderita kecanduan alcohol,
yang disebabkan oleh efek kombinasi dari dehidrasi, glukopenia,
peningkatan lipolisis dan ketogenesis.
b. Tindakan Pencegahan: perlu untuk diketahui bahaya penggunaan dan
keracuan etanol termasuk minuman keras.
c. Tindakan Penanggulangan:
1) Keracunan akut:
Tindakan gawat darurat: Usahakan muntah atau lakukan pengurasan
lambung dengan air.
Tindakan umum:
a) Usahakan penderita mendapat udara yang cukup dan jika perlu
berikan pernapasan buatan.

b) Usahakan suhu badan tetap normal

35
c) Berikan 2 g natrium bikarbonat tiap 2 jam agar urin netral atau
sedikit. Hindari pemberian cairan yang berlebihan dan obat anti
depresan.
d) Jika terjadi hipoglikemia, berikan larutan glukosa 5-10% secara IV
ditambah 100 mg vitamin B-1 secara IM.
e) Jika kadar etanol darah diatas 5mg/ml, disarankan untuk dilakukan
hemodialisa.

2) Keracunan kronik
Tindakan gawat darurat:
a) Pada etanol akut, mula-mula diberi 10 mg diazepam secara IV
perlahan-lahan, kemudian 5mg secara IV setiap 5-10 menit sampai
gejala maniak dapat dikendalikan. Selanjutnya jika perlu berikan 5-
10 mg/jam
b) Hindari pengekangan fisik dan usahakan agar suasana tenang
Tindakan Umum:
a) Jika penderita pernah mengalami serangan kejang-kejang, berikan
fenixin 500 mg dan diulangi 4-6 jam kemudian. Selanjutnya sehari
300 mg

b) Berikan diet dengan protein dan vitamin tinggi, ditambah vitamin B-


1 sehari 3 kali 100mg, vitamin B-6 100mg/hari, asam folat sehari 3
kali 5mg dan vitamin C sehari 2 kali 500mg.
c) Berikan cairan per oral sampai 4 liter sehari. Jika tidak mungkin per
oral, berikan 1-2 liter infuse dekstrosa 5% dalam larutan garam
normal.

3. Isopropanol
Isopropanol atau isopropyl alcohol digunakan sebagai desinfektan
dapat sampai 70%, terjadi dalam after shave lotion, cairan pembersih dan juga
anti freeze. Selain itu juga digunakan dalam sponge alcohol dan lain-lain.
Isopropanol 2 kali lebih toksik dibandingkan dengan etanol.

36
Keracunan isopropanol dapat terjadi melalui mulut, inhalasi dan
absorpsi melalui kulit. Akibat keracunan isopropanol, antara lain
trakesbronkitis, bronkopneumonia dan pendarahan edema paru. Kerusakan
paru terjadi karena pengeluaran isopropanol melalui paru.
a. Gejala Klinis:
Gejala keracunan yang timbul seperti pada keracunan etanol, terutama
mual, muntah, depresi pernapasan, oliguria diikuti dieresis. Komplikasi
yang dapat terjadi selain koma juga hipotensi, syok, hipothermi, napas
terhambat, pneumonia, aspirasi dan ketosis.
b. Tindakan penanggulangan.
Keracunan akut:
1) Jika terjadi depresi pernapasan, berikan pernapasan buatan dengan
oksigen. Jangan dirangsang untuk muntah

2) Berikan karbon aktif. Pengurasan lambung dengan saluran arus udara


yang dilindungi akan berguna, meskipun terlambat.
3) Tekanan darah perlu mendapat perhatian
4) Berikan larutan glukosa secara IV dan atasi dehidrasi serta
ketidakseimbangan elektrolit.

37
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keracunan adalah reaksi dalam tubuh yang apabila kemasukan
suatau bahan yang bersifat toksik dan membahayakan tubuh, bahan-bahan
tersebut dapat masuk melalui mulut, hidung, kulit atau mata. (Priharjo,
Robert, 2007).
Pertolongan pertama keracunan makanan yang dapat dilakukan
adalah dengan mengupayakan penderita untuk memuntahkan makanan
yang telah dikonsumsi penderita. Cara yang bisa dilakukan untuk
merangsang muntahan adalah dengan memberikan minuman susu.
Overdosis merupakan keadaan dimana seseorang mengalami
gejala terjadinya keracunan yang mengakibatkan ketidaksadaran akibat
obat yang melebihi dosis yang bisa diterima oleh tubuh. Overdosis obat
sering disangkutkan dengan terjadinya heroin digunakan bersama alcohol.
(Wikipedia, 14 april 2013 02:05 ).
Alkohol merupakan obat yang dapat menekan sistem syaraf pusat.
Bila diminum secara terus- menerus atau berlebihan, minuman beralkohol
seperti bir, arak, anggur akan menyebabkan kemampuan mental dan fisik
terganggu. Keracunan alkohol sangat berbahaya karena dapat
melumpuhkan alat-alat pernafasan sehingga kematian dan kebutaan.
B. Saran
Kegawatan pada pasien dengan keracunan dan overdosis sangat
penting untuk segera ditangani. Bila hal ini dibiarkan tentu akan berakibat
fatal bagi korban atau pasien bahkan bias menimbulkan kematian. Oleh
karena itu kita sebagai petugas kesehatan hendaknya perlu memahami
penanganan kegawatdaruratan pada pasien dengan keracunan dan
overdosis secara tepat, cermat dan tepat sehingga hal-hal tersebut dapat
kita hindari.

38
DAFTAR PUSTAKA

https://caridokumen.com/queue/makalah-askep-keracunan-kgd-
_5a46ccc5b7d7bc7b7a1fc27f_pdf?queue_id=-1 Diakses Pada Tanggal 14 November
2019
https://www.academia.edu/35321088/Materi_keracunan Diakses Pada Tanggal 14
November 2019

39

Anda mungkin juga menyukai