1
Glaukoma sudut tertutup, (closed angel glaucoma, acute congestive
glaukoma).
2. Glaukoma sekunder
Timbul sebagai akibat penyakit lain dalam bola mata, disebabkan oleh:
a. Kelainan lansia
Luksasi
Pembengkakan (intumesen)
fakoltik
b. kelainan uva
uveitis
tumor
c. trauma
perdarahan dalam bilik mata depan (hifema).
Perforasi kornea dan prolaps iris, yang menyebabkan leukoma
adheren
d. Pembedahan
Bilik mata depan yang tidak cepat terbentuk setelah bembedahan
katarak.
e. Penyebab glaukoma sekunder lain
Rubeosis iridis (akibat trombosis vena retina sentral)
Penggunaan kartikosteroid topikal berlebih
3. Glaukoma kongenital
Glaukoma kongenital primer atau glaukoma infantil (buftalmos,
hidroftalmos). Glaukoma yang berkaitan dengan kongenital lain.
4. Glaukoma absolut
Keadaan terakhir suatu glaukoma, yaitu dengan kebutaan total dan bola
mata nyeri.
2
Beberapa penyebab glaukoma menurut jenis glaukoma:
3
Gambar 2.4. Struktur interna dari mata manusia
A. Korpus siliaris
1. Otot siliaris
4
Tiap prosesus siliaris dibentuk oleh epitel dua lapis
(lapisan berpigmen di bagian luar dan lapisan tanpa
pigmen di bagian dalam) dengan stroma vaskular. Sel-sel
tanpa pigmen menghasilkan suatu sawar yang mencegah
terjadinya difusi bebas ke bilik posterior. Sel-sel ini secara
aktif mentranspor unsur-unsur plasma tertentu ke dalam
bilik posterior sehingga terbentuk aqueous humour
(Junqueria,2007).
3. Parsplana
1. Jalinan trabekulum
5
Ketiga bagian ini terlibat dalam proses outflow aqueous
humour, yaitu
6
vena episklera.
3. Saluran kolektor
7
2.1.6 Pathways
Faktor-faktor
Usia 40 tahun
Diabetes Melitus
Penggunaan kortikosteroid jangka
panjang
Miopia
Trauma mata
Kebutaan
8
2.1.7 Manifestasi Klinis Glaukoma
a. Sebagaian besar pasien tidak menyadari bahwa mereka
mengalami penyakit sampai mereka mengalami perubahan visual
dan penurunan pandangan.
Gejalanya yaitu:
pandangan kabur atau “bola” di sekitar cahaya
kesulitan memfokuskan penglihatan
kesulitan menyesuaikan mata dalam cahaya redup
kehilangan penglihatan mata perifer
rasa sakit atau ketidaknyamanan disekitar mata
sakit kepala
b. Pucat dan cekunganya lempeng/diskus saraf, rusaknya persepsi
visual diarea tersebut menghilang ketika kerusakan saraf otik
bertambah parah.
9
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
Kartu mata Snellen / mesin Telebinokular (tes ketajaman
penglihatan dan sentral penglihatan).
Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous
atau vitreushumor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf
atau penglihatan ke retina atau jalan optik.
Lapang penglihatan.
penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor pada
hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau
glaukoma.
Pengukuran tonografi
Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg).
Pengukuran gonioskopi
Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
glaukoma.
Tes Provokatif
Digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal
atau hanya meningkat ringan.
Pemeriksaan oftalmoskopi
Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng
optik, papil edema, perdarahan retina, dan mikro aneurisma.
2.1.9 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
10
Tujuan dari semua terapi glaukoma adalah pencegahan
kerusakan saraf optic. Terapi seumur hidup hampir selalu
diperlukan karena glaucoma tidak dapat disembuhkan. Terapi
berfokus pada terapi farmakologis, prosedur laser, pembedahan,
atau kombinasi pendekatan-pendekatan ini, semuanya berpotensi
menyebabkan komplikasi dan efek samping. Meskipun terapi
tidak dapat mengembalikan fungsi saraf optic yang telah rusak,
kerusakan lebih lanjut dapat dikontrol.
Terapi Farmakologis
Penatalaksanaan medis glaucoma tergantung pada
medikasi ocular sistemik dan topical yang mengurangi IOP
(intraocular pressure). Pemeriksaan tindak lanjut secara
periodik penting untuk memantau IOP, penampilan saraf
optikus, lapang padang, dan efek samping obat. Terapi
memperhatikan pula kesehatan pasien dan stadium glaucoma
pasien.
Pasien biasanya memulai terapi pada dosis medikasi
topical terendah dan kemudian berlanjut ke konsentrasi yang
lebih tinggi sampai kadar IOP yang diinginkan tercapai dan
dipertahankan. Satu mata ditangani terlebih dahulu, dan mata
yang lain berfungsi sebagai control dalam menentukan
efektivitas medikasi.
Beberapa tipe medikasi ocular digunakan untuk mengatasi
glaucoma, termasuk miotik (medikasi yang menyebabkan
konstriksi pupil), agonis adrenergic (yi., agens
simpatomimetik), penyekat beta, agonis alfa, (yi., agnes
adregenik), inhibitor anhydrase karbonat, dan prostaglandin.
Penatalaksanaan Bedah
1. Trabekulopati atau iridotomi diindikasikan ketika IOP
tidak dapat dikontrol secara adekuat oleh medikasi.
2. Prosedur penyaringan lubang atau fistula dijejaring
trabecular trabekulektomi adalah teknik dasar.
3. Implan drainase atau bedah pjntas mungkin dilakukan.
11
4. Bedah trabektomi dilakukan hanya untuk pasien yang
telah menjalani terapi farmakologis dan/atau
trabekuloplasti laser, tetapi tidak adekuat dalam
mengontrol IOP.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
12
2.2 KONSEP ASUHAN
2.2.1 Pengkajian
Identitas
Nama
Alamat
Jenis kelamin
Umur, glaukoma primer terjadi pada individu berumur > 40
tahun.
Ras, kulit hitam mengalami kebutaan akibat glaukoma paling
sedikit 5 kali dari kulit putih.
Pekerjaan, terutama yang beresiko besar mengalami trauma
mata
13
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan
oftalmoskop untuk mengetahui adanya cupping dan atrofi
diskus optikus. Diskus optikus menjadi lebih luas dan lebih
dalam. Pada glaucoma akut primer, kamera anterior dangkal,
akues humor keruh dan pembuluh darah menjalar keluar dari
iris.
Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut
lapang pandang cepat menurun secara signifikan dan keadaan
kronik akan menurun secara bertahap.
Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk mengetahui adanya
inflamasi mata, sklera kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil
sedang yang gagal bereaksi terhadap cahaya. Sedangkan
dengan palpasi untuk memeriksa mata yang mengalami
peningkatan TIO, terasa lebih keras dibanding mata yang lain.
Uji diagnostik menggunakan tonometri, pada keadaan kronik
atau open angle didapat nilai 22-32 mmHg, sedangkan
keadaan akut atau angle closure ≥ 30 mmHg. Uji dengan
menggunakan gonioskopi akan didapat sudut normal pada
glaukoma kronik. Pada stadium lanjut, jika telah timbul
goniosinekia (perlengketan pinggir iris pada kornea/trabekula)
maka sudut dapat tertutup. Pada glaukoma akut ketika TIO
meningkat, sudut COA akan tertutup, sedang pada waktu TIO
normal sudutnya sempit.
Gonioskopi memungkinkan halo oftamologi melihat secara
langsung ruang naterior untuk membedakan antara glukoma
sudut tertutup dan glukoma sudut terbuka
Oftalmoskopi memungkinkan pemeriksa melihat secara
langsung diskus optik dan struktur mata internal.
Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman
penglihatan dan sentral penglihatan) : Mungkin terganggu
dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau vitreus humor,
kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke
retina atau jalan optik.
Tes Provokatif : digunakan dalam menentukan tipe glaukoma
jika TIO normal atau hanya meningkat ringan.
Darah lengkap, LED : Menunjukkan anemia sistemik/infeksi.
EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan
aterosklerosisi,PAK.
Tes Toleransi Glukosa : menentukan adanya DM.
14
2.2.5 Diagnosa Keperawatan
2.2.5.1 Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIO yang ditandai dengan
mual dan muntah
2.2.5.2 Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan
penerimaan ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif
2.2.5.3 Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan ditandai
dengan ketakutan
2.2.5.4 Kurang pengetahuan tentang pengobatan berhubungan dengan
kurang terpajan pengetahuan
2.2.6 Intervensi
2.2.6.1 Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIO yang ditandai
dengan mual dan muntah
Tujuan: nyeri hilang atu berkurang
Kriteria hasil:
1. Pasien mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian
pengontrolan nyeri
2. Pasien mengatakan nyeri berkurang/hilang
3. Ekspresi wajah rileks
Intervensi:
15
Rasional : Sinar dan stress menimbulkan TIO yang
mencetuskan nyeri.
4. Atur posisi fowler atau dalam posisi nyaman.
Rasional : Pada tekanan mata sudut ditingkatkan bila sudut
datar.
5. Berikan analgesik sesuai anjuran
Rasional : Untuk mengontrol nyeri yang disebabkan TIO
16
kekacauan,atur perabot, ingatkan memutar kepala ke
subjek yang terlihat, perbaiki sinar suram, dan masalah
penglihatan malam.
Rasional: Menurunkan bahaya keamanan b/d perubahan
lapang pandang atau kehilangan penglihatan dan akomodasi
pupil terhadap sinar lingkungan.
5. Kolaborasi obat sesuai dengan indikasi.
Rasional: Memisahkan badan siliar dari sclera untuk
memudahkan aliran keluar aquos humor.
2.2.6.3 Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
ditandai dengan ketakutan
Tujuan: Cemas hilang atau berkurang
Kriteria Hasil:
1. Pasien tampak rileks dan melaporkan ansitas menurun
sampai tingkat dapat diatasi.
2. Pasien menunjukkan ketrampilan pemecahan masalah.
3. Pasien menggunakan sumber secara efektif.
Intervensi:
1. Kaji tingkat ansietas, derajat pengalaman nyeri/timbul nya
gejala tiba-tiba dan pengetahuan kondisi saat ini.
Rasional: Faktor ini mempengaruhi persepsi pasien terhadap
ancaman diri, potensial siklus insietas, dan dapat
mempengaruhi upaya medik untuk mengontrol TIO.
2. Berikan informasi yang akurat dan jujur.
Rasional: Menurunkan ansiets b/d ketidak tahuan/harapan
yang akan datang dan memberikan dasar fakta untuk membuat
pilihan info tentang pengobatan.
3. Dorong pasien untuk mengakui masalah dan
mengekspresikan perasaan.
Rasional: Memberi kesempatan pasien menerima situasi nyata,
mengklarifikasi salah konsepsi dan pemecahan masalah.
17
4. Identifikasi sumber/orang yang menolong.
Rasional: Memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri
dalam menghadapi masalah.
18
Rasional: Dapat mempengaruhi rentang dari ketidak
nyamanan sampai ancaman kesehatan berat.
4. Dorong pasien membuat perubahan yang perlu untuk pola
hidup.
Rasional: Pola hidup tenang menurunkan respon emosi thd
stres, mencegah perubahan okuler yang mendorong iris
kedepan, yang dpt mencetuskan serangan akut.
5. Dorong menghindari aktivitas,seperti mengangkat
berat/mendorong, menggunakan baju ketat dan sempit.
Rasional: Dapat meningkatkan TIO yang mencetuskan
serangan akut.
6. Diskusikan pertimbangan diet, cairan adekuat dan
makanan berserat.
Rasional: Mempertahankan konsistensi feses untuk
menghindari konstipasi.
7. Tekankan pemeriksaan rutin.
Rasional: Untuk mengawasi kemajuan penyakit dan
memungkinkan intervensi dini dan mencegah kehilangan
penglihatan lanjut.
19
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 URAIAN KASUS
Ny. Marsiyem, 59 tahun mengeluh sejak sebulan yang lalu mata kiri
cekot-cekot, merah dan bengkak. Pandangan kabur dan sering sakit
kepala. Saat melihat cahaya , akan tampak lingkaran di sekeliling
cahaya tersebut. Tekanan bola mata 36 mmHg.
3.2 PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Identitas
Nama : Ny.Marsiyem
Usia : 59 tahun
Keluhan utama : Mata kiri cekot-cekot, merah, dan bengkak
Data Objektif:
TIO: 36 mmHg
20
Kondisi penglihatan: pandangan kabur dan sering sakit kepala, saat
melihat cahaya akan tampak lingkaran di sekeliling cahaya tersebut.
Data Subjektif:
Pasien mengatakan mata kiri cekot-cekot, merah, dan bengkak.
3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN
3.3.1.1 Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIO yang
ditandai dengan mata cekot-cekot
3.3.1.2 Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan
penerimaan ditandai dengan kehilangan lapang pandang
progresif
3.3.1.3 Kurang pengetahuan tentang pengobatan berhubungan
dengan kurang terpajan pengetahuan
[ CITATION NAN15 \l 1057 ].
21
1. Nyeri Tujuan: nyeri 1. Kaji nyeri 1. Memudahkan
berhubungan hilang atau tingkat nyeri tingkat nyeri
dengan berkurang 2. Pantau derajat untuk
peningkatan Kriteria hasil: nyeri mata interevensi
TIO yang - Pasien setiap 30 menit selanjutrnya
ditandai mendemons selama masa 2. Untuk
dengan mata trasikan akut. mengindentifik
cekot-cekot pengetahuan 3. Atur intensitas asi kemajuan
akan cahaya dan atau
penilaian ketenangan penyimpanan
pengontrola dalam cahaya. dari hasil yang
n nyeri 4. Atur posisi diharapkan
- Pasien fowler atau 3. Sinar dan
mengatakan dalam posisi stress
nyeri nyaman. menimbulakan
berkurang/h 5. Berikan TIO yang
ilang analgesik sesuai mencetuskan
- Ekspresi anjuran. nyeri
wajah rileks 4. Pada tekanan
mata sudut
ditekankan bila
sudut datat.
5. Untuk
mengontrol
nyeri yang
disebabkan
TIO
2. Gangguan Tujuan: 1. Pastikan 1. Sementara
persepsi pengguan derajat/tipe intervensi dini
sensorik penglihatan kehilangan mencegah
berhubungan yang optimal. penglihatan. kebutaan,
22
dengan Kriteria hasil: 2. Dorong pasien
gangguan 1. Pasien akan mengekspresika menghadapi
penerimaan berpatisipasi n perasaan kemungkinan
ditandai dalam tentang atau
dengan program kehilangan/kem mengalami
kehilangan pengobatan. ungkinan pengalaman
lapang 2. Pasien akan kehilangan kehilangan
pandang mempertaha penglihatan. penglihatan
progresif nkan lapang 3. Tunjukkan sebagian atau
ketajaman pemberian tetes total.
penglihatan mata, 2. Mempengaruhi
tanpa contoh: harapan masa
kehilangan menghitung depan pasien
lebih lanjut. tetesan, dan pilihan
mengikuti intervensi.
jadwal, tidak 3. Mengontrol
salah dosis. TIO,
4. Lakukan mencegah
tindakan kehilangan
membantu penglihatan.
pasien yang 4. Menurunkan
mengalami bahaya
keterbatasan keamanan b/d
penglihatan, perubahan
contoh kurangi lapang
kekacauan, atur pandang atau
perabot, kehilangan
ingatkan penglihatan
memutar kepala dan akomodasi
ke subjek yang pupil terhadap
terlihat, sinar
23
perbaiki sinar lingkungan.
suram, dan 5. Memisahkan
masalah badan siliar
penglihatan dari sclera
malam. untuk
5. Kolaborasi obat memudahkan
sesuai dengan aliran keluar
indikasi. aquos humor.
3. Kurang Tujuan: 1. Tunjukan teknik 1. Meningkatkan
pengetahuan Klien yang benar saat keefektifan
tentang mengetahui pemberian pengobatan.
pengobatan tentang tetesmata Memberikan
berhubungan prognosis dan 2. Kaji pentingnya kesempatan
dengan pengobatan mempertahanka pasien
kurang Kriteria hasil: n jadwal obat. menunjukan
terpajang 1. Pasien Contoh tetes kompetensi
pengetahuan menyatakan mata. dan
pemahaman Diskusikan obat menanyakan
kondisi yang harus pertanyaan.
prognosis, dihindari, 2. Penyakit ini
dan contoh: dapat dikontrol
pengobatan kelebihan dan
2. Mengidentif pemakaian mempertahank
ikasi steroid topical an konsistensi
hubungan 3. Identifikasi efek program obat
antar gejala samping atau adalah control
atau tanda reaksi vital. Beberapa
dengan merugikan dari obat
proses pengobatan menyebabkan
penyakit (penurunan dilatasi pupil,
3. Melakukan nafsu makan, peningkatkan
24
prosedur mual muntah, TIO dan
dengan kelemahan, potensial
benar dan jantung tak kehilangan
menjelaskan teratur, dll). penglihatan
alasan 4. Dorong pasien tambahan.
tindakan membuat 3. Dapat
perubahan yang mempengaruhi
perlu untuk pola tentang rentang
hidup dari
5. Dorong pasien ketidaknyaman
untuk an sampai
menghindari ancaman
aktivitas, seperti kesehatan berat
mengangkat 4. Pola hidup
berat atau tenang
mendorong, menurunkan
menggunakan respons emosi
baju ketat dan terhadap stress,
sempit. mencegah
6. Diskusikan perubahan
perkembangan okuler yang
diet, cairan mendorong iris
adekuat dan kedepan yang
makanan dapat
berserat. mencetuskan
7. Tekankan serangan akut.
pemeriksaan 5. Dapat
rutin. meningkatkan
TIO yang
mencetuskan
serangan akut.
25
Mempertahank
an konsistensi
feses untuk
menghindari
konstipasi
6. Untuk
mengawasi
kemajuan
penyakit dan
memungkinka
nintervensi
dini dan
mencegah
kehilangan
penglihatan
lanjut.
3.5 IMPLEMENTASI
No. Diagnosa keperawatan Implementasi
1. Nyeri yang berhubungan 1. Mengkaji tingkat nyeri
26
dengan peningkatan TIO 2. Memantau derajat nyeri mata setiap 30
yang ditandai dengan mata menitselama masa akut
cekat-cekot. 3. Mengatur intensitas cahaya dan ketenangan
dalam ruangan
4. Memberikan analgesik sesuai anjuran
5. Mengatur posisi flower atau dalam posisi
nyaman
2. Gangguan persepsi sensori 1. Memastikan derajat atau tipe kehilangan
berhubungan dengan penglihatan
gangguan penerimaan 2. Mendorong mengekspresikan perasaan
ditandai dengan lapang tentang kehilangan atau kemungkinan
pandang progresif kehilangan penglihatan
3. Menunjukkan pemberian tetes mata contoh
mengihtung tetesan, menghitung jadwal, tidak
salah dosis.
4. Melakukan tindakan untuk membantu pasien
yang mengalami keterbatasan penglihatan,
contoh kurangi kekacauan, atur perabot,
ingatkan memutar kepala ke subyek yang
terlihat, perbaiki sinar suram, dan masalah
penglihatan malam.
5. Mengkolaborasi obat sesuai dengan indikasi
27
4. Mengatur pola hidup tenang menurunkan
respons emosi terhadap stress mencegah
perubahan okuler yang mendorong iris
kedepan, yang dapat mencetuskan serangan
akut
5. Meningkatkan TIO yang mencetuskan
serangan akut
6. Mempertahankan konsistensi feses untuk
menghindari konstipasi
7. Mengawasi kemajuan penyakit dan
memungkinkan intervensi dini dan mencegah
kehilangan penglihatan lanjut.
3.6 EVALUASI
Data Subjektif
1. Klien mengatakan nyeri mata cekot cekot berkurang
2. Klien mengatakan sakit kepala berkurang
3. Klien mengatakan bengkak di mata berkurang
Data Objektif
1. Ekspresi wajah terlihat rileks
2. Mata tidak terlihat merah
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Glaukoma adalah suatu keadaan di mana di tandai dengan
peningkatan tekanan intra okuler yang dapat merusak saraf mata sehingga
mengakibatkan kebutaan. Glaukoma diklasifikasikan Antara lain glaukoma
28
primer, glukoma sekundra, glauckma congenital dan glaukoma absolut.
Penyebabnya tergantung dari klasifikasi glaukoma itu sendiri tetapi padau
mumnya disebabkan karena aliran aquos humor terhambat yang biasa
meningkatkan TIO. Tanda dan gejalanya kornea suram, sakit kepala, nyeri,
lapang pandang menurun, dll. Komplikasi dari glaukoma adalah kebutaan.
Penatalaksanaannya dapat dilakukan pembedahan dan obat-obatan.
4.2 Saran
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mengenai
Glaukoma dan hendaknya jika mengalami tanda gejala glaukoma secara
cepat melakukan pemeriksaan dini agar glaukoma dapat ditangani.
DAFTAR PUSTAKA
29
Kesehatan Republik Indonesia:
www.depkes.go.id/article/view/16031600002/glaucoma-is-danger-
the-thief-of-sight.html
Kementerian Kesehatan RI. (2015, Maret 8-14). Situasi dan Analisis
Glaukoma. infoDatin , p. 2.
Kowalak, J. (2011). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Mosby. Nursing Interventions Classification (NIC), 6th Edition. Kidlington:
Elsevier Inc, 2013.
—. Nursing Outcomes Classification (NOC), 5th Edition. Kidlington:
Elsevier Inc, 2013.
NANDA. (2015). DIAGNOSIS KEPERAWATAN Definisi dan Klasifikasi
2015-2017 Edisi 10. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Pro/H-2. (2017, Maret 15). Glaukoma, Penyebab Kebutaan yang Terabaikan.
Retrieved Oktober 2, 2019, from Media Indonesia:
https://www.google.com/amp/s/m.mediaindonesia.com/amp/amp_det
ail/96418-glaukoma-penyebab-kebutaan-yang-terabaikan
PUSDATIN KEMENKES RI. (2019, Agustus 5). Situasi Glaukoma di
Indonesia. Retrieved Oktober 2, 2019, from Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia:
www.pusdatin.kemkes.go.id/article/view/19080500002/situasi-
glaukoma-di-indonesia.html
Suddart, B. &. (2013). KEPERAWATAN MEDIKAL-BEDAH (12 ed.). (E. A.
Mardella, Ed., & D. Yulianti, Trans.) Jakarta: EGC.
30