Anda di halaman 1dari 30

BAB II

TINJAUAN TEORI ASKEP

2.1 KONSEP PENYAKIT


2.1.1 Definisi Glaukoma
Mata memiliki ruang anterior dan posterior, yang masing-masing
memiliki batas yang jelas. Ruang anterior pada mata diselubungi oleh kornea
di depan dan iris serta bagian tengah lensa di belakang dan ruang posterior
merupakan ruang yang sempit di belakang iris, di depan ligamen suspensori
lensa dan proses silier. Dalam ruang tersebut ada keseimbangan konstan
antara produksi cairan aqueous dan reabsorbsinya serta aliran keluar cairan
aqueous.
Lebih dari 60 juta orang memiliki glaukoma dan menyebabkan
kebutaan. Glaukoma merupakan neuropati optik yang berkaitan dengan
peningkatan tekanan intraoular (TIO) pada sebagian besar pasien (80%-85%)
yang biasanya ditandai dengan kehilangan kemampuan melihat. Gangguan
glaukoma meliputi glaukoma sudut tertutup primer, glaukoma sudut terbuka
primer, dan glaukoma sekunder [ CITATION Mar16 \l 1057 ].
Glaukoma adalah kelompok penyakit dengan karakteristik neuropati
optik yang berhubungan penyakit okuler atau sistemik yang mengakibatkan
peningkatan resistensi terhadap akuos outflow. Glaukoma primer biasanya
mengenai kedua mata. Sedangkan untu glaukoma sekunder berkaitan dengan
penyakit sistemik yang berperan dalam penurunan cairan akuos outflow.
Penyakit yang menyebabkan glaukoma sekunder sering asimetris atau
unilateral.
2.1.2 Klasifikasi Glaukoma
Glaukoma dibagi atas glautoma primer, sekunder, dan glautoma kongenital.
1. Glaukoma primer
tidak diketahui penyebabnya, terapi didapatkan bentuk:
 Glaukoma sudut terbuka (POAG), (open angel glaukoma, chronic
simple glaucoma).

1
 Glaukoma sudut tertutup, (closed angel glaucoma, acute congestive
glaukoma).
2. Glaukoma sekunder
Timbul sebagai akibat penyakit lain dalam bola mata, disebabkan oleh:
a. Kelainan lansia
 Luksasi
 Pembengkakan (intumesen)
 fakoltik
b. kelainan uva
 uveitis
 tumor
c. trauma
 perdarahan dalam bilik mata depan (hifema).
 Perforasi kornea dan prolaps iris, yang menyebabkan leukoma
adheren
d. Pembedahan
Bilik mata depan yang tidak cepat terbentuk setelah bembedahan
katarak.
e. Penyebab glaukoma sekunder lain
 Rubeosis iridis (akibat trombosis vena retina sentral)
 Penggunaan kartikosteroid topikal berlebih
3. Glaukoma kongenital
Glaukoma kongenital primer atau glaukoma infantil (buftalmos,
hidroftalmos). Glaukoma yang berkaitan dengan kongenital lain.
4. Glaukoma absolut
Keadaan terakhir suatu glaukoma, yaitu dengan kebutaan total dan bola
mata nyeri.

2.1.3 Etiologi Glaukoma

Glaukoma berkaitan dengan berbagai kondisi yang dapat


mengganggu aliran cairan aqueous melewati kanal Schlemm atau
ketidakseimbangan faktor berikut:

 Laju produksi dan sekresi cairan aqueous oleh badan silier


 Tahanan terhadap aliran aqueous dari ruang posterior ke ruang
anterior
 Tahanan tehadap drainase melalui jaringan trabekular ke dalam
kanal Schlemm

2
Beberapa penyebab glaukoma menurut jenis glaukoma:

1. Glaukoma sudut terbuka primer


Merupakan jenis glaukoma yang paling sering terjadi, penyebabnya
adanya awitan yang tersembunyi, perlahan, dan membahayakan
akibat abnormalitas struktural di dalam jaringan trabekular, yang
dapat menyebabkan penurunan aliran keluar cairan aqueous.
Glaukoma sudut terbuka primer sering terjadi pada individu paruh
baya dan lansia karena penuaan sehingga terjadi penurunan fungsi
pada lensa. Peningkatan TIO yangtelah ada sebelumnya juga dapat
memperburuk respons terhadap cairan aqueous tambahan, riwayat
keluarga memiliki glaukoma juga dapat meningkatkan risiko
terjadinya glaukoma.

2. Glaukoma sudut tertutup primer


Penyebabnya adalah obstruksi secara tiba-tiba pada sudut ruang
anterior oleh iris perifer. Dapat bersifat akut (kedaruratan medis),
sub-akut, atau kronis.
3. Glaukoma sekunder
Faktor yang dapat memicu terjadinya glaukoma sekunder yaitu
kondisi inflamasi pada mata dengan edema menutup kanal
Schlemm, tumor intraokular yang menghalangi aliran keluar cairan
aqueous, trauma dengan perdarahan intraokular yang menghalangi
kanal Schlemm, trauma dalam bentuk edema kornea dan jaringan
parut dapat menghambat aliran ke luar cairan aqueous.
2.1.4 Anatomi Glaukoma

Struktur dasar mata yang berhubungan dengan aqueous


humour adalah korpus siliriaris, sudut kamera okuli anterior dan
sistem aliran aqueous humour.

3
Gambar 2.4. Struktur interna dari mata manusia
A. Korpus siliaris

Korpus siliaris atau badan siliar yang terletak di belakang iris


menghasilkan cairan bilik mata (aqueous humour), yang dikeluarkan
melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris di batas kornea
dan sklera. Korpus siliaris memiliki panjang 6 mm, berbentuk segitiga
pada potongan melintang, membentang ke depan dari ujung anterior
koroid ke pangkal iris. Korpus siliaris dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:

1. Otot siliaris

Terdiri dari otot polos yang tersusun dalam satu cincin


yang menutupi prosesus siliaris. Dipersarafi oleh saraf
parasimpatis melalui saraf kranialis ketiga. Otot siliaris
bertanggung jawab untuk perubahan ketebalan dan
kelengkungan lensa selama akomodasi.

2. Prosesus siliaris (parsplikata)

Prosesus ini bertugas untuk mensekresi aqueous humour.

4
Tiap prosesus siliaris dibentuk oleh epitel dua lapis
(lapisan berpigmen di bagian luar dan lapisan tanpa
pigmen di bagian dalam) dengan stroma vaskular. Sel-sel
tanpa pigmen menghasilkan suatu sawar yang mencegah
terjadinya difusi bebas ke bilik posterior. Sel-sel ini secara
aktif mentranspor unsur-unsur plasma tertentu ke dalam
bilik posterior sehingga terbentuk aqueous humour
(Junqueria,2007).

3. Parsplana

Pars plana terdiri dari stroma yang relatif avaskular yang


ditutupi oleh lapisan epitel 2 lapis. Dibatasi oleh lapisan
epitel yang berpigmen dan tanpa pigmen. Sel-sel tanpa
pigmen menghasilkan acid mucopolysaccharide yang
merupakan komponen dari vitreous humour.

B. Kamera okuli anterior

Kamera okuli anterior yang dibentuk jaringan korneosklera


dengan pangkal iris. Pada bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan
bilik mata. Kamera okuli anterior ini berdekatan dengan jalinan
trabekulum (trabecular meshwork), kanal Schlemm, baji sklera, garis
Schwalbe dan jonjot iris.

C. Sistem aliran aqueous humour

Melibatkan jalinan trabekulum, kanal Schlemm, saluran


kolektor. Vena aqueous dan vena episklera.

1. Jalinan trabekulum

Jalinan yang menyerupai saringan ini ada di sudut kamera


okuli anterior, dilewati 90% aqueous humour saat keluar
dari mata. Jalinan trabekulum ini terdiri dari 3 bagian.

5
Ketiga bagian ini terlibat dalam proses outflow aqueous
humour, yaitu

a. Jalinan uveal (uvealmeshwork)

Jalinan uveal merupakan bagian terdalam


dengan struktur menyerupai kawat jala yang melintang
dari akar iris sampai ke garis Schwalbe. Ruangan
intertrabekular relatif luas dan memberikan tahanan
untuk aliran aqueous. Setiap lapisan trabekular di
jalinan uveal dan korneosklera tersusun dari jaringan
ikat dengan inti dikelilingi oleh serat elastik, membran
jernih, dan endotel trabekular.

b. Jalinan korneosklera (corneoscleralmeshwork)

Bagian tengah yang melintang dari baji sklera ke


garis Schwalbe. Lapisan seperti jala dan ruang
intertrabekular lebih kecil dibandingkan jalinan uveal.

c. Jalinan endotelial (juxtacnalicular atau


endothelial meshwork)
Bagian terluar dari trabekulum yang mana
menghubungkan jalinan korneosklera dengan bagian
terdalam endotel kanal Schlemm. Jalinan endotelial ini
memberikan tahanan yang besar untuk aliran aqueous.
2. Kanal Schlemm

Dinding bagian dalam kanal Schlemm dibatasi oleh sel


endotel yang ireguler yang memiliki vakuola yang besar.
Dinding terluar dari kanal dibatasi oleh sel rata yang halus
dan mencakup pembukaan saluran pengumpul yang
meninggalkan kanal Schlemm pada sudut miring dan
berhubungan secara langsung atau tidak langsung dengan

6
vena episklera.

3. Saluran kolektor

Saluran kolektor disebut juga pembuluh aqueous


intrasklera. Pembuluh ini dibagi menjadi dua sistem.
Pembuluh besar berjalan sepanjang intrasklera dan
berakhir langsung ke dalam vena episklera (sistem direk)
dan beberapa saluran kolektor membentuk pleksus
intrasklera sebelum memasuki vena episklera (sistem
indirek).

2.1.5 Patofisiologi Glaukoma


Glaukoma sudut-terbuka yang kronis terjadi karena produksi
berlebihan humor akueus atau obstruksi saluran keluar humor akueus
melalui jaring trabekular (trabecular meshwork) atau kanalis
schlenim sehingga terjadi peningkatan tekanan intraokuler dan
kerusakan pada nervus optikus. Pada glaukoma sekunder, keadaan
seperti trauma dan pembedahan ini akan meningkatkan risiko
obstruksi aliran keluar cairan intraokuler yang disebabkan oleh edema
atau proses abnormal lain.
Glaukoma sudut-tertutup yang akut terjadi karena obstruksi
pada aliran keluar humor akueus. Obstruksi dapat disebabkan oleh
sudut antara bagian anterior iris dan permukaan posterior kornea yang
secara anatomis sempit, kamera okuli anterior yang dangkal,
penebalan iris yang menyebabkan penutupan sudut pada saat terjadi
pelebaran pupil, atau disebabkan oleh iris yang menonjol serta
menekan trabekula sehingga membuat sudut tersebut menutup
(sinekle anterior perifer). Setiap keadaan ini dapat menyebabkan
tekanan intraokuler naik secara tiba-tiba[ CITATION Kow11 \l
1057 ].

7
2.1.6 Pathways

Faktor-faktor
Usia 40 tahun
Diabetes Melitus
Penggunaan kortikosteroid jangka
panjang
Miopia
Trauma mata

Obstruksi jaringan trabekuler Peningkatan tekanan vitreous

Hambatan pengaliran cairan


Pergerakan iris ke depan
humor aqueous

Nyeri TIO meningkat Glaukoma TIO meningkat

Gangguan saraf optik Tindakan operasi

Perubahan penglihatan Ansietas Kurang pengetahuan


perifer

Gangguan persepsi sensori


penglihatan

Kebutaan

8
2.1.7 Manifestasi Klinis Glaukoma
a. Sebagaian besar pasien tidak menyadari bahwa mereka
mengalami penyakit sampai mereka mengalami perubahan visual
dan penurunan pandangan.

Gejalanya yaitu:
 pandangan kabur atau “bola” di sekitar cahaya
 kesulitan memfokuskan penglihatan
 kesulitan menyesuaikan mata dalam cahaya redup
 kehilangan penglihatan mata perifer
 rasa sakit atau ketidaknyamanan disekitar mata
 sakit kepala
b. Pucat dan cekunganya lempeng/diskus saraf, rusaknya persepsi
visual diarea tersebut menghilang ketika kerusakan saraf otik
bertambah parah.

9
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
 Kartu mata Snellen / mesin Telebinokular (tes ketajaman
penglihatan dan sentral penglihatan).
Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous
atau vitreushumor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf
atau penglihatan ke retina atau jalan optik.
 Lapang penglihatan.
penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor pada
hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau
glaukoma.
 Pengukuran tonografi
Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg).
 Pengukuran gonioskopi
Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
glaukoma.
 Tes Provokatif
Digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal
atau hanya meningkat ringan.
 Pemeriksaan oftalmoskopi
Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng
optik, papil edema, perdarahan retina, dan mikro aneurisma.

 Darah lengkap, LED


Menunjukkan anemia sistemik/infeksi.
 EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid
Memastikan adanya arterosklerosis.
 Tes Toleransi Glukosa
Menetukan adanya DM.

2.1.9 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis

10
Tujuan dari semua terapi glaukoma adalah pencegahan
kerusakan saraf optic. Terapi seumur hidup hampir selalu
diperlukan karena glaucoma tidak dapat disembuhkan. Terapi
berfokus pada terapi farmakologis, prosedur laser, pembedahan,
atau kombinasi pendekatan-pendekatan ini, semuanya berpotensi
menyebabkan komplikasi dan efek samping. Meskipun terapi
tidak dapat mengembalikan fungsi saraf optic yang telah rusak,
kerusakan lebih lanjut dapat dikontrol.
 Terapi Farmakologis
Penatalaksanaan medis glaucoma tergantung pada
medikasi ocular sistemik dan topical yang mengurangi IOP
(intraocular pressure). Pemeriksaan tindak lanjut secara
periodik penting untuk memantau IOP, penampilan saraf
optikus, lapang padang, dan efek samping obat. Terapi
memperhatikan pula kesehatan pasien dan stadium glaucoma
pasien.
Pasien biasanya memulai terapi pada dosis medikasi
topical terendah dan kemudian berlanjut ke konsentrasi yang
lebih tinggi sampai kadar IOP yang diinginkan tercapai dan
dipertahankan. Satu mata ditangani terlebih dahulu, dan mata
yang lain berfungsi sebagai control dalam menentukan
efektivitas medikasi.
Beberapa tipe medikasi ocular digunakan untuk mengatasi
glaucoma, termasuk miotik (medikasi yang menyebabkan
konstriksi pupil), agonis adrenergic (yi., agens
simpatomimetik), penyekat beta, agonis alfa, (yi., agnes
adregenik), inhibitor anhydrase karbonat, dan prostaglandin.
 Penatalaksanaan Bedah
1. Trabekulopati atau iridotomi diindikasikan ketika IOP
tidak dapat dikontrol secara adekuat oleh medikasi.
2. Prosedur penyaringan lubang atau fistula dijejaring
trabecular trabekulektomi adalah teknik dasar.
3. Implan drainase atau bedah pjntas mungkin dilakukan.

11
4. Bedah trabektomi dilakukan hanya untuk pasien yang
telah menjalani terapi farmakologis dan/atau
trabekuloplasti laser, tetapi tidak adekuat dalam
mengontrol IOP.

b. Penatalaksanaan Keperawatan

 Buat rencana pendidikan kesehatan mengenai sifat penyakit


dan pentingnya mematuhi regimen medikasi yang tepat untuk
membantu memastikan kepatuhan.

 Tinjau program medikasi pasien, terutama interaksi medikasi


pengontrol glaucoma dengan obat lain.

 Jelaskan efek medikasi pengontrol glaucoma pada penglihatan


(mis., miotik dan simpatomimetik menghasilkan perubahan
focus oleh sebab itu, pasien perlu berhati-hati ketika
menelusuri lingkungan sekitar mereka).

 Rujuk pasien ke pelayanan yang akan membantu pelaksanaan


aktivitas hidup sehari-hari, jika diperluksn.

 Rujuk pasien dengan gangguan mobilitas untuk mendapatkan


layanan bagi penderita gangguan penglihatan dan rehabilitasi;
pasien yang memenuhi kriteria untuk kebutaan legal harus
dirujuk ke lembaga yang dapat membantu mereka
mendapatkan bantuan dari negara bagian.

 Tenangkan pasien dan berikan dukungan emosional.

 Libatkan keluarga pasien dalam rencana asuhan, dan karena


penyakit memiliki kecenderungan familial, dorong anggota
keluarga untuk menjalabi pemeriksaan minimal setiap 2 tahun
untuk mendeteksi glaucoma sejak dini [ CITATION Sud13 \l
1033 ].

12
2.2 KONSEP ASUHAN
2.2.1 Pengkajian
Identitas
 Nama
 Alamat
 Jenis kelamin
 Umur, glaukoma primer terjadi pada individu berumur > 40
tahun.
 Ras, kulit hitam mengalami kebutaan akibat glaukoma paling
sedikit 5 kali dari kulit putih.
 Pekerjaan, terutama yang beresiko besar mengalami trauma
mata

2.2.2 Riwayat kesehatan

 Keluhan utama: Pasien biasanya mengeluh berkurangnya


lapang pandang dan mata menjadi kabur.
 Riwayat kesehatan sekarang: Pasien mengatakan matanya
kabur dan sering menabrak, gangguan saat membaca
 Riwayat kesehatan dahulu: kaji adanya masalah mata
sebelumnya atau pada saat itu, riwayat penggunaan
antihistamin (menyebabkan dilatasi pupil yang akhirnya
dapat menyebabkan Angle Closume Glaucoma), riwayat
trauma (terutama yang mengenai mata), penyakit lain yang
sedang diderita (DM, Arterioscierosis, Miopia tinggi).
 Riwayat kesehatan keluarga: kaji apakah ada kelurga yang
menglami penyakit glaucoma sudut terbuka primer.
2.2.3 Psikososial
Kaji kemampuan aktivitas, gangguan membaca, resiko jatuh, dan
pada saat berkendara.
2.2.4 Pemeriksaan Fisik

13
 Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan
oftalmoskop untuk mengetahui adanya cupping dan atrofi
diskus optikus. Diskus optikus menjadi lebih luas dan lebih
dalam. Pada glaucoma akut primer, kamera anterior dangkal,
akues humor keruh dan pembuluh darah menjalar keluar dari
iris.
 Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut
lapang pandang cepat menurun secara signifikan dan keadaan
kronik akan menurun secara bertahap.
 Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk mengetahui adanya
inflamasi mata, sklera kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil
sedang yang gagal bereaksi terhadap cahaya. Sedangkan
dengan palpasi untuk memeriksa mata yang mengalami
peningkatan TIO, terasa lebih keras dibanding mata yang lain.
 Uji diagnostik menggunakan tonometri, pada keadaan kronik
atau open angle didapat nilai 22-32 mmHg, sedangkan
keadaan akut atau angle closure ≥ 30 mmHg. Uji dengan
menggunakan gonioskopi akan didapat sudut normal pada
glaukoma kronik. Pada stadium lanjut, jika telah timbul
goniosinekia (perlengketan pinggir iris pada kornea/trabekula)
maka sudut dapat tertutup. Pada glaukoma akut ketika TIO
meningkat, sudut COA akan tertutup, sedang pada waktu TIO
normal sudutnya sempit.
 Gonioskopi memungkinkan halo oftamologi melihat secara
langsung ruang naterior untuk membedakan antara glukoma
sudut tertutup dan glukoma sudut terbuka
 Oftalmoskopi memungkinkan pemeriksa melihat secara
langsung diskus optik dan struktur mata internal.
 Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman
penglihatan dan sentral penglihatan) : Mungkin terganggu
dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau vitreus humor,
kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke
retina atau jalan optik.
 Tes Provokatif : digunakan dalam menentukan tipe glaukoma
jika TIO normal atau hanya meningkat ringan.
 Darah lengkap, LED : Menunjukkan anemia sistemik/infeksi.
 EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan
aterosklerosisi,PAK.
 Tes Toleransi Glukosa : menentukan adanya DM.

14
2.2.5 Diagnosa Keperawatan
2.2.5.1 Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIO yang ditandai dengan
mual dan muntah
2.2.5.2 Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan
penerimaan ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif
2.2.5.3 Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan ditandai
dengan ketakutan
2.2.5.4 Kurang pengetahuan tentang pengobatan berhubungan dengan
kurang terpajan pengetahuan

2.2.6 Intervensi
2.2.6.1 Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIO yang ditandai
dengan mual dan muntah
Tujuan: nyeri hilang atu berkurang
Kriteria hasil:
1. Pasien mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian
pengontrolan nyeri
2. Pasien mengatakan nyeri berkurang/hilang
3. Ekspresi wajah rileks

Intervensi:

1. Kaji tingkat nyeri


Rasional : Memudahkan tingkat nyeri untuk intervensi
selanjutnya
2. Pantau derajat nyeri mata setiap 30 mentit selama masa
akut.
Rasional : Untuk mengidentifikasi kemajuan atau
penyimpanan dari hasil yang diharapkan.
3. Atur intensitas cahaya dan ketenangan dalam ruangan

15
Rasional : Sinar dan stress menimbulkan TIO yang
mencetuskan nyeri.
4. Atur posisi fowler atau dalam posisi nyaman.
Rasional : Pada tekanan mata sudut ditingkatkan bila sudut
datar.
5. Berikan analgesik sesuai anjuran
Rasional : Untuk mengontrol nyeri yang disebabkan TIO

2.2.6.2 Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan


penerimaan ditandai dengan kehilangan lapang pandang
progresif
Tujuan: Penggunaan penglihatan yang optimal
Kriteria Hasil:
1. Pasien akan berpartisipasi dalam program pengobatan.
2. Pasien akan mempertahankan lapang ketajaman
penglihatan tanpa kehilangan lebih lanjut.
Intervensi:
1. Pastikan derajat/tipe kehilangan penglihatan.
Rasional: Sementara intervensi dini mencegah kebutaan,
pasien menghadapi kemungkinan/mengalami pengalaman
kehilangan penglihatan sebagian atau total.
2. Dorong mengekspresikan perasaan tentang
kehilangan/kemungkinan kehilangan penglihatan.
Rasional: Mempengaruhi harapan masa depan pasien dan
pilihan intervensi.
3. Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh : menghitung
tetesan, mengikuti jadwal, tidak salah dosis.
Rasional: Mengontrol TIO, mencegah kehilangan penglihatan
lanjut.
4. Lakukan tindakan untuk membantu pasien yang
mengalami keterbatasan penglihatan, contoh : kurangi

16
kekacauan,atur perabot, ingatkan memutar kepala ke
subjek yang terlihat, perbaiki sinar suram, dan masalah
penglihatan malam.
Rasional: Menurunkan bahaya keamanan b/d perubahan
lapang pandang atau kehilangan penglihatan dan akomodasi
pupil terhadap sinar lingkungan.
5. Kolaborasi obat sesuai dengan indikasi.
Rasional: Memisahkan badan siliar dari sclera untuk
memudahkan aliran keluar aquos humor.
2.2.6.3 Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
ditandai dengan ketakutan
Tujuan: Cemas hilang atau berkurang
Kriteria Hasil:
1. Pasien tampak rileks dan melaporkan ansitas menurun
sampai tingkat dapat diatasi.
2. Pasien menunjukkan ketrampilan pemecahan masalah.
3. Pasien menggunakan sumber secara efektif.
Intervensi:
1. Kaji tingkat ansietas, derajat pengalaman nyeri/timbul nya
gejala tiba-tiba dan pengetahuan kondisi saat ini.
Rasional: Faktor ini mempengaruhi persepsi pasien terhadap
ancaman diri, potensial siklus insietas, dan dapat
mempengaruhi upaya medik untuk mengontrol TIO.
2. Berikan informasi yang akurat dan jujur.
Rasional: Menurunkan ansiets b/d ketidak tahuan/harapan
yang akan datang dan memberikan dasar fakta untuk membuat
pilihan info tentang pengobatan.
3. Dorong pasien untuk mengakui masalah dan
mengekspresikan perasaan.
Rasional: Memberi kesempatan pasien menerima situasi nyata,
mengklarifikasi salah konsepsi dan pemecahan masalah.

17
4. Identifikasi sumber/orang yang menolong.
Rasional: Memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri
dalam menghadapi masalah.

2.2.6.4 Kurang pengetahuan tentang pengobatan berhubungan dengan


kurang terpajan pengetahuan
Tujuan: Klien mengetahui tentang kondisi,prognosis dan
pengobatannya.
Kriteria Hasil:
1. Pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan
pengobatan.
2. Mengidentifikasi hubungan antar gejala/tanda dengan
proses penyakit.
3. Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan
alasan tindakan.
Intervensi:
1. Tunjukkan tehnik yang benar pemberian tetes mata.
Rasional: Meningkatkan keefektifan pengobatan. Memberikan
kesempatan pasien menunjukan kompetensi dan menanyakan
pertanyaan.
2. Kaji pentingnya mempertahankan jadwal obat, contoh :
tetes mata. Diskusikan obat yang harus dihindari, contoh :
midriatik, kelebihan pemakaian steroid topikal.
Rasional: Penyakit ini dapat di kontrol dan mempertahankan
konsistensi program obat adalah kontrol vital. Beberapa obat
menyebabkan dilatasi pupil, peningkatan TIO dan potensial
kehilangan penglihatan tambahan.
3. Identifikasi efek samping/reaksi merugikan dari
pengobatan (penurunan nafsu makan, mual/muntah,
kelemahan, jantung tak teratur, dll).

18
Rasional: Dapat mempengaruhi rentang dari ketidak
nyamanan sampai ancaman kesehatan berat.
4. Dorong pasien membuat perubahan yang perlu untuk pola
hidup.
Rasional: Pola hidup tenang menurunkan respon emosi thd
stres, mencegah perubahan okuler yang mendorong iris
kedepan, yang dpt mencetuskan serangan akut.
5. Dorong menghindari aktivitas,seperti mengangkat
berat/mendorong, menggunakan baju ketat dan sempit.
Rasional: Dapat meningkatkan TIO yang mencetuskan
serangan akut.
6. Diskusikan pertimbangan diet, cairan adekuat dan
makanan berserat.
Rasional: Mempertahankan konsistensi feses untuk
menghindari konstipasi.
7. Tekankan pemeriksaan rutin.
Rasional: Untuk mengawasi kemajuan penyakit dan
memungkinkan intervensi dini dan mencegah kehilangan
penglihatan lanjut.

19
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 URAIAN KASUS
Ny. Marsiyem, 59 tahun mengeluh sejak sebulan yang lalu mata kiri
cekot-cekot, merah dan bengkak. Pandangan kabur dan sering sakit
kepala. Saat melihat cahaya , akan tampak lingkaran di sekeliling
cahaya tersebut. Tekanan bola mata 36 mmHg.
3.2 PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Identitas
Nama : Ny.Marsiyem
Usia : 59 tahun
Keluhan utama : Mata kiri cekot-cekot, merah, dan bengkak
Data Objektif:
TIO: 36 mmHg

20
Kondisi penglihatan: pandangan kabur dan sering sakit kepala, saat
melihat cahaya akan tampak lingkaran di sekeliling cahaya tersebut.
Data Subjektif:
Pasien mengatakan mata kiri cekot-cekot, merah, dan bengkak.
3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN
3.3.1.1 Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIO yang
ditandai dengan mata cekot-cekot
3.3.1.2 Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan
penerimaan ditandai dengan kehilangan lapang pandang
progresif
3.3.1.3 Kurang pengetahuan tentang pengobatan berhubungan
dengan kurang terpajan pengetahuan
[ CITATION NAN15 \l 1057 ].

3.4 RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


. Keperawatan Hasil Keperawatan

21
1. Nyeri  Tujuan: nyeri 1. Kaji nyeri 1. Memudahkan
berhubungan hilang atau tingkat nyeri tingkat nyeri
dengan berkurang 2. Pantau derajat untuk
peningkatan  Kriteria hasil: nyeri mata interevensi
TIO yang - Pasien setiap 30 menit selanjutrnya
ditandai mendemons selama masa 2. Untuk
dengan mata trasikan akut. mengindentifik
cekot-cekot pengetahuan 3. Atur intensitas asi kemajuan
akan cahaya dan atau
penilaian ketenangan penyimpanan
pengontrola dalam cahaya. dari hasil yang
n nyeri 4. Atur posisi diharapkan
- Pasien fowler atau 3. Sinar dan
mengatakan dalam posisi stress
nyeri nyaman. menimbulakan
berkurang/h 5. Berikan TIO yang
ilang analgesik sesuai mencetuskan
- Ekspresi anjuran. nyeri
wajah rileks 4. Pada tekanan
mata sudut
ditekankan bila
sudut datat.
5. Untuk
mengontrol
nyeri yang
disebabkan
TIO
2. Gangguan  Tujuan: 1. Pastikan 1. Sementara
persepsi pengguan derajat/tipe intervensi dini
sensorik penglihatan kehilangan mencegah
berhubungan yang optimal. penglihatan. kebutaan,

22
dengan  Kriteria hasil: 2. Dorong pasien
gangguan 1. Pasien akan mengekspresika menghadapi
penerimaan berpatisipasi n perasaan kemungkinan
ditandai dalam tentang atau
dengan program kehilangan/kem mengalami
kehilangan pengobatan. ungkinan pengalaman
lapang 2. Pasien akan kehilangan kehilangan
pandang mempertaha penglihatan. penglihatan
progresif nkan lapang 3. Tunjukkan sebagian atau
ketajaman pemberian tetes total.
penglihatan mata, 2. Mempengaruhi
tanpa contoh: harapan masa
kehilangan menghitung depan pasien
lebih lanjut. tetesan, dan pilihan
mengikuti intervensi.
jadwal, tidak 3. Mengontrol
salah dosis. TIO,
4. Lakukan mencegah
tindakan kehilangan
membantu penglihatan.
pasien yang 4. Menurunkan
mengalami bahaya
keterbatasan keamanan b/d
penglihatan, perubahan
contoh kurangi lapang
kekacauan, atur pandang atau
perabot, kehilangan
ingatkan penglihatan
memutar kepala dan akomodasi
ke subjek yang pupil terhadap
terlihat, sinar

23
perbaiki sinar lingkungan.
suram, dan 5. Memisahkan
masalah badan siliar
penglihatan dari sclera
malam. untuk
5. Kolaborasi obat memudahkan
sesuai dengan aliran keluar
indikasi. aquos humor.
3. Kurang  Tujuan: 1. Tunjukan teknik 1. Meningkatkan
pengetahuan Klien yang benar saat keefektifan
tentang mengetahui pemberian pengobatan.
pengobatan tentang tetesmata Memberikan
berhubungan prognosis dan 2. Kaji pentingnya kesempatan
dengan pengobatan mempertahanka pasien
kurang  Kriteria hasil: n jadwal obat. menunjukan
terpajang 1. Pasien Contoh tetes kompetensi
pengetahuan menyatakan mata. dan
pemahaman Diskusikan obat menanyakan
kondisi yang harus pertanyaan.
prognosis, dihindari, 2. Penyakit ini
dan contoh: dapat dikontrol
pengobatan kelebihan dan
2. Mengidentif pemakaian mempertahank
ikasi steroid topical an konsistensi
hubungan 3. Identifikasi efek program obat
antar gejala samping atau adalah control
atau tanda reaksi vital. Beberapa
dengan merugikan dari obat
proses pengobatan menyebabkan
penyakit (penurunan dilatasi pupil,
3. Melakukan nafsu makan, peningkatkan

24
prosedur mual muntah, TIO dan
dengan kelemahan, potensial
benar dan jantung tak kehilangan
menjelaskan teratur, dll). penglihatan
alasan 4. Dorong pasien tambahan.
tindakan membuat 3. Dapat
perubahan yang mempengaruhi
perlu untuk pola tentang rentang
hidup dari
5. Dorong pasien ketidaknyaman
untuk an sampai
menghindari ancaman
aktivitas, seperti kesehatan berat
mengangkat 4. Pola hidup
berat atau tenang
mendorong, menurunkan
menggunakan respons emosi
baju ketat dan terhadap stress,
sempit. mencegah
6. Diskusikan perubahan
perkembangan okuler yang
diet, cairan mendorong iris
adekuat dan kedepan yang
makanan dapat
berserat. mencetuskan
7. Tekankan serangan akut.
pemeriksaan 5. Dapat
rutin. meningkatkan
TIO yang
mencetuskan
serangan akut.

25
Mempertahank
an konsistensi
feses untuk
menghindari
konstipasi
6. Untuk
mengawasi
kemajuan
penyakit dan
memungkinka
nintervensi
dini dan
mencegah
kehilangan
penglihatan
lanjut.

3.5 IMPLEMENTASI
No. Diagnosa keperawatan Implementasi
1. Nyeri yang berhubungan 1. Mengkaji tingkat nyeri

26
dengan peningkatan TIO 2. Memantau derajat nyeri mata setiap 30
yang ditandai dengan mata menitselama masa akut
cekat-cekot. 3. Mengatur intensitas cahaya dan ketenangan
dalam ruangan
4. Memberikan analgesik sesuai anjuran
5. Mengatur posisi flower atau dalam posisi
nyaman
2. Gangguan persepsi sensori 1. Memastikan derajat atau tipe kehilangan
berhubungan dengan penglihatan
gangguan penerimaan 2. Mendorong mengekspresikan perasaan
ditandai dengan lapang tentang kehilangan atau kemungkinan
pandang progresif kehilangan penglihatan
3. Menunjukkan pemberian tetes mata contoh
mengihtung tetesan, menghitung jadwal, tidak
salah dosis.
4. Melakukan tindakan untuk membantu pasien
yang mengalami keterbatasan penglihatan,
contoh kurangi kekacauan, atur perabot,
ingatkan memutar kepala ke subyek yang
terlihat, perbaiki sinar suram, dan masalah
penglihatan malam.
5. Mengkolaborasi obat sesuai dengan indikasi

3. Kurang pengetahuan 1. Menunjukan teknik yang benar saat


tentang pengobatan pemberian tetes mata
berhubungan dengan 2. Mengkaji pentingnya mempertahankan jadwal
kurang terpajan obat, contoh tetes mata.
pengetahuan. 3. Mengidentifikasi efek samping merugikan
dari pengobatan (penurunan nafsu makan,
mual atau muntah, kelemahan jantung,
jantung tak teratur dll)

27
4. Mengatur pola hidup tenang menurunkan
respons emosi terhadap stress mencegah
perubahan okuler yang mendorong iris
kedepan, yang dapat mencetuskan serangan
akut
5. Meningkatkan TIO yang mencetuskan
serangan akut
6. Mempertahankan konsistensi feses untuk
menghindari konstipasi
7. Mengawasi kemajuan penyakit dan
memungkinkan intervensi dini dan mencegah
kehilangan penglihatan lanjut.

3.6 EVALUASI
 Data Subjektif
1. Klien mengatakan nyeri mata cekot cekot berkurang
2. Klien mengatakan sakit kepala berkurang
3. Klien mengatakan bengkak di mata berkurang
 Data Objektif
1. Ekspresi wajah terlihat rileks
2. Mata tidak terlihat merah

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Glaukoma adalah suatu keadaan di mana di tandai dengan
peningkatan tekanan intra okuler yang dapat merusak saraf mata sehingga
mengakibatkan kebutaan. Glaukoma diklasifikasikan Antara lain glaukoma

28
primer, glukoma sekundra, glauckma congenital dan glaukoma absolut.
Penyebabnya tergantung dari klasifikasi glaukoma itu sendiri tetapi padau
mumnya disebabkan karena aliran aquos humor terhambat yang biasa
meningkatkan TIO. Tanda dan gejalanya kornea suram, sakit kepala, nyeri,
lapang pandang menurun, dll. Komplikasi dari glaukoma adalah kebutaan.
Penatalaksanaannya dapat dilakukan pembedahan dan obat-obatan.

4.2 Saran
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mengenai
Glaukoma dan hendaknya jika mengalami tanda gejala glaukoma secara
cepat melakukan pemeriksaan dini agar glaukoma dapat ditangani.

DAFTAR PUSTAKA

Hurst, M. (2016). Belajar Mudah Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:


EGC.
Kementerian Kesehatan RI. (2016, Maret 15). Glaukoma Bahaya si Pencuri
Penglihatan. Retrieved Oktober 2, 2019, from Kementerian

29
Kesehatan Republik Indonesia:
www.depkes.go.id/article/view/16031600002/glaucoma-is-danger-
the-thief-of-sight.html
Kementerian Kesehatan RI. (2015, Maret 8-14). Situasi dan Analisis
Glaukoma. infoDatin , p. 2.
Kowalak, J. (2011). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Mosby. Nursing Interventions Classification (NIC), 6th Edition. Kidlington:
Elsevier Inc, 2013.
—. Nursing Outcomes Classification (NOC), 5th Edition. Kidlington:
Elsevier Inc, 2013.
NANDA. (2015). DIAGNOSIS KEPERAWATAN Definisi dan Klasifikasi
2015-2017 Edisi 10. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Pro/H-2. (2017, Maret 15). Glaukoma, Penyebab Kebutaan yang Terabaikan.
Retrieved Oktober 2, 2019, from Media Indonesia:
https://www.google.com/amp/s/m.mediaindonesia.com/amp/amp_det
ail/96418-glaukoma-penyebab-kebutaan-yang-terabaikan
PUSDATIN KEMENKES RI. (2019, Agustus 5). Situasi Glaukoma di
Indonesia. Retrieved Oktober 2, 2019, from Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia:
www.pusdatin.kemkes.go.id/article/view/19080500002/situasi-
glaukoma-di-indonesia.html
Suddart, B. &. (2013). KEPERAWATAN MEDIKAL-BEDAH (12 ed.). (E. A.
Mardella, Ed., & D. Yulianti, Trans.) Jakarta: EGC.

30

Anda mungkin juga menyukai