Anda di halaman 1dari 24

PIRAI / GOUT

Dosen
Prof. Dr. Elin Yulinah S.,Apt
Disusun Oleh:
Kelompok 1 C
Helpiza Aguslia Sari

(3351162175)

Olivia Oktaviani

(3351162163)

Rinanti Fauziah

(3351162133)

Rita Kumala Sari

(3351162161)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
2016

BAB I
PENDAHULUAN

2.1.

Latar Belakang
Pirai merupakan gangguan metabolik yang sudah dikenal oleh hipokrates

pada zaman yunani kuno. Saat itu gout dianggap sebagai penyakit kalangan sosial
elite yang disebabkan karena terlalu banyak konsumsi makanan tinggi purin dan
minum anggur.
Ketika kita mengkonsumsi makanan, zat purinyang terkandung didalamnya
berpindah kedalam tubuh kita. Makanan yang masuk akan diolah oleh tubuh,
melalui proses metabolisme dan menghasilkan asam urat normal dalam tubuh.
Pada umumnya tubuh manusia sudah menyediakan 85% senyawa purin untuk
kebutuhan sehari-hari yang berarti kebutuhan purin dalam makanan hanya sekitar
15%. Penyakit pirai terjadi jika kadar asam urat berlebih.
Penyakit pirai tidak dapat disembuhkan secara total, kadang-kadang
kombinasi obat yang disarankan harus dikonsumsi dalam jangka panjang.
Sebagian besar penderita gout termasuk hiperurisemia asimtomatik, mempunyai
latar belakang penyebab primer, sehingga memerlukan pengendalian kadar asama
urat jangka panjang. Sehingga diperlukan komunikasi yang baik dengan pasien
untuk mencapai tujuan terapi dengan memberikan edukasi diet rendah purin,
mengurangi konsumsi alkohol dan penurunan berat badan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Nama/Jenis Penyakit
Arthritis gout adalah suatu proses inflamasi (peradangan) yang terjadi karena

deposisi kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi (tofi). Gout juga merupakan
istilah yang dipakai untuk sekelompok gangguan metabolik yang ditandai dengan
meningkatnya konsentrasi asam urat (Hiperurisemia).
2.2.

Definisi Penyakit
Pirai merupakan kondisi asam urat yang kadarnya terlalu berlebihan didalam

darah, bisa mencapai lebih dari 7 mg /dl. Akibatnya akan menyebabkan rasa nyeri
yang teramat sangat dan sakit dipersendiaan. Bahkan jika sudah sangat parah,
Maka si penderita akan sulit untuk berjalan. Karena, kebanyakan dari penderita
pirai mengalami kerusakan pada sendi dan diakhiri dengan cacat.
Pirai merupakan salah satu penyakit yang paling banyak diderita. Hal ini
berkaitan dengan ketidakmampuan tubuh untuk memproses asam urat yang
diwariskan secara genetik. Asam urat merupakan hasil pemecahan purin yang
merupakan

bagian

dari

sebgaian

besar

makanan

yang

kita

makan.

Ketidakmampuan tubuh dalam memproses asam urat dapat menyebabkan


serangan rasa sakit pada bagian sendi, batu ginjal, dan menyumbatan tubulus
penyaring ginjal oleh asam urat yang dapat mengakibatkan gagal ginjal. Disisi
lain, pada beberapa pasien dapat terjadi peningkatan kadar asam urat didalam
darah (Hiperurisemia) tanpa arthritis atau gangguan pada ginjal.
Hiperurisemia merupakan suatu kondisi tidak bergejala dimana terjadinya
peningkatan kadar asam urat dalam darah secara abnormal. Konsentrasi asam urat
didalam serum yang lebih besar dari 7.0 mh/dl adalah tidak normal dan berkaitan
dengan peningkatan risiko untuk gout.

2.3.

Prevalensi dan Insidensi


Satu survei epidemiologik yang dilakukan di Bandungan, Jawa Tengah atas

kerjasama WHO-COPCORD ( Communicaty Oriented Program for the Control


Of Rheumatic Diseases) terhadap 4.683 sampel berusia antara 15-45 tahun di
dapatkan bahwa prevalensi hiperurisemia sebesar 24,3% pada laki-laki dan 11,7%
pada wanita. Secara keseluruhan prevalensi kedua jenis kelamin adalah 17,6% .
penyakit ini dapat di kelompokkan menjadi bentuk gout primer yang umumnya
terjadi (90% kasus) penyebabnya tidak diketahui dengan jelas, tapi diperkiraan
akibat kelainan proses metabolisme dalam tubuh, yang pasti ada hubungannya
dengan obesitas, hipertensi, dan diabetes mellitus. Gout umumnya di alami oleh
laki-laki berusia lebih dari 30 tahun. Sedangkan gout sekunder (10% kasus) di
alami oleh wanita setelah menopause karena gangguan hormon. Sedangkan di
kecamatan Gajah Mungkur terjadi peningkatan kejadian gout sebesar 17,26%
pada tahun 2011.
2.4 Patofisiologi
Asam urat merupakan hasil akhir dari metabolisme purin, suatu produk
sisa yang tidak mempunyai peran fisiologi. Akumulasi yang berlebih ini dapat
disebabkan overproduksi dan penurunan ekskresi. Purin yang menghasilkan asam
urat dapat berasal dari tiga sumber, yaitu purin dari makanan, konversi asam
nukleat jaringan menjadi nukleotida purin, dan sintesis de novo basa purin.
Purin diubah menjadi asam urat didalam hati. Sebagian besar asam urat
akan memasuki aliran darah dan masuk ke ginjal untuk diekskresikan melalui
urin. Sementara itu, sebagian kecil lainnya masuk ke dalam usus kecil, kemudian
pemecahannya dibantu oleh bakteri-bakteri usus dan diekskresukan melalui feses.
Dalam kondisi normal, kedua mekanisme tersebut dapat mempertahankan kadar
asam urat normal plasma, yaitu dibawah 7,0 mg/dL. Namun pada kondisi tertentu,
tubuh memproduksi terlalu banyak asam urat dan hanya sedikit yang
diekskresikan. Hal ini menyebabkan konsentrasi asam urat di dalam darah
meningkat di atas 7,0 mg/dL, maka akan terbentuk kristal monosodium urat yang
berbentuk seperti jarum. Jika kristal-kristal ini mengendap pada persendian, maka

akan terjadi inflamasi disertai rasa sakit yang mengkarakteristikkan terjadinya


gout.
2.4. 1. Tahapan Gout
1. Asimtomatik Hiperurisemia
Merupakan suatu kondisi abnormal konsentrasi asam urat didalam
serum, dengan atau tanpa gout atau nefrolithiasis. Hal ini dikarakterisasi oleh
konsentrasi asam urat dalam serum <7 mg/dl, konsentrasi rata-rata dimana
asam urat telah lewat jenuh dalam plasma.
2. Gout Akut
Dikarakterisasi oleh rasa sakit tiba-tiba, erythema, terbatasnya
pergerakan yang disertai pembengkakan pada sendi. Insiden puncak gout akut
pada pasien berumur 30-50 tahun. 90% penderita mengalami serangan
monoartikular pada serangan pertama. Lebih dari setengah penderita gout
mengalami serangan pertama pada sendi pertama metatarsal (ibu jari kaki),
yang dikenal dengan podagra.
3. Intercritical Gout
Setelah mengalami tahap penyembuhan gout akut pasien memasuki fase
asimtomatik berikutnya, perantara antara gout akut dan kronis yaitu
intercritical

gout.

Dokter

biasanya

memfokuskan

pada

penyebab

hiperurisemia sekunder dengan mengontrol diet pasien dan mengurangi


konsumsi alkohol.
4. Gout Kronis
Sekitar 60% pasien mengalami serangan kedua <1 tahun dan hanya 7%
pasien tidak mengalami serangan ulang dalam periode 10 tahun. Karakterisasi
fase ini ialah frekuensi serangan meningkat, melibatkan serangan poliartikular
dan terkadang gejalanya menyerupai artritis seperti reumatoid artritis, erosife,
osteoartritis pada wanita sehingga diperlukan analisis cairan synovial untuk
mengidentifikasi kristal monosodium urat.

5. Tophaceous Gout

Tophi adalah tumpukan kristal monosodium urat yang terdeposit pada


sendi. Terjadi pada pasien dengan kondisi penumpukan kristal asam urat pada
banyak sendi, kadar asam urat serum >9 mg/dl dan terbentuk tophi adalah
lingkar telinga, tendon achilles, serta jari-jari tangan dan kaki. Durasi antara
serangan gout pertama dan munculnya tophi sangat bervariasi mulai dari 3-42
tahun dan sangat dipengaruhi oleh kadar asam urat dalam serum.
2.5.

Etiologi
Penyebab timbulnya gejala gout akut adalah reaksi inflamasi jaringan

terhadap pembentukan kristal monosodium urat monohidrat. Kelainan ini


berhubungan dengan gangguan metabolisme asam urat. Asam urat dapat terjadi
karena 2 hal yaitu :
1. Pembentukan asam urat yang berlebihan
a. Gout primer metabolik
Sebanyak 99% penyebab penyakit gout primer belum diketahui atau idiopatik
diduga penyakit ini berkaitan dengan faktor genetik dan faktor hormonal yang
menyebabkan gangguan metabolisme sehingga terjadi peningkatan produksi asam
urat atau berkurangnya pengeluaran asam urat dari dalam tubuh.
b. Gout sekunder metabolik (dapatan)
Penyakit gout sekunder metabolik disebabkan oleh kondisi-kondisi yaitu
- Nutrisi: kelebihan asupan purin,etanol dan fruktosa
- Hematologi: kelainan myeloproliferatif dan lymphoproliferative,
polycythemia. Hal ini mengakibatkan perombakan secara besar-besaran dan
menimbun sampah purin yang merupakan prekursor pembentukan asam
urat.
- Obat:
- Obat-obat sitotoksik bersifat memicu perombakan sel dan menimbulkan
tumpukan sampah purin.
- Vitamin B12 bersifat meningkatkan produksi hemoglobin dan eritrosit.
- Lain-lain: obesitas psoriasis, hypertriglyceridemia.
2. Kurangnya pengeluaran asam urat melalui ginjal
Hal ini merupakan penyebab utama hiperurisemia.eksresi asam urat melalui
ginjal meliputi proses filtrasi glomerulus, reabsorbsi, sekresi dan reabsorbsi
postsekretori. Oleh karena itu, perubahan eksresi asam urat diakibatkan oleh
penurunan filtrasi (terkait dengan hiperurisemia primer: akibat insufisiensi ginjal),

penurunan sekresi tubular (terjadi pada pasien yang mengalami asidosis), dan
peningkatan reabsorbsi tubular (beberapa senyawa organik yang terakumulasi
berkompetisi dengan asam urat).
-

Gout primer renal: hiperurisemia diakibatkan oleh insufisiensi ginjal


Gout sekunder renal
Obat-obatan: etanol, siklosporin, tiazid, furosemid, dan obat-obat diuretik

lainnya, etambutol, pirazinamid, aspirin, levodopa, nikotinik acid.


Renal: hipertensi polycystic kidney disease, gagal ginjal kronis.
Metabolisme:
dehidrasi,
asidosis
laktat,
ketosis,
hipotiroidisme,

hiperparatiroidisme.
Preeclamsia dan eclamsia (hipertensi pada kehamilan): pada kehamilan normal,
kadar asam urat serum dibawah normal maka hal ini merupakan diagnosis pada

hiperurisemia.
Lain-lain: obesitas, sarcoidosis
2.6. Gejala dan Tanda
Panas, kemerahan dan pembengkakan pada sendi yang tipikal dan tiba-tiba.
Persendian yang sering terkena adalah persendian kecil pada basis dari ibu jari
kaki. Beberapa sendi lain yang dapat terkena ialah pergelangan kaki, lutut,

pergelangan tangan, jari tangan dan siku.


Kulit berwarna merah atau ungu di sekitar persendian
Demam dan nyeri hebat yang biasanya bertahan berjam-jam sampai seharian

dengan atau tanpa pengobatan


Terbentuknya batu ginjal
Kristal-kristal asam urat dapat membentuk tofi (benjolan keras tidak nyeri
disekitar sendi) diluar persendian.
2.7.

Kriteria Diagnostik
Berdasarkan sub komite The American Rheumatism Association :

a. Adanya kristal uratyang khas dalam cairan sendi


b. Thopus terbukti mengandung kristal asam urat berdasarkan pemeriksaan
kimiawi dan mikroskopik dengan sinar terpolarisasi
c. TerjadI hal-hal berikut :
1. Lebih dari sekali mengalami serangan arthritis akut
2. Terjadi peradangan secara maksimal dalam 1 hari
3. Oligoarthritis ( jumlah sendi yang meradang >4)
4. Kemerahan disekitar sendi yang meradang

5. Sendi metatharso phalangeal pertama ( ibu jari kaki)terasa sakit atau


membengkak.
6. Serangan unilateral ( satu sisi) pada sendi metatharso phalangeal pertama.
7. Serangan unilateral pada sendi tarsal ( jari kaki).
8. Thopus ( deposit besar dan tidak teratur dari natrium urat) di kartilago
artikular (tulang rawan sendi) dan kapsula sendi
9. Hiperurisemia kadar asam urat dalam darah lebih dari 7.5 mg/dL
10. Serangan arthtritis akut berhenti secara menyeluruh
Diagnosis gout ditetapkan ketika didapatkan kriteria A dan/atau kriteria B
dan/atau hal atau lebih dari kriteria C.
2.8.

Faktor Resiko
Lebih dari

99% kasuss

gout primer adalah ideopatik

(penyebab

hiperuresmianya tidak dapat ditentukan). Gout primer dapat disebabkan oleh


kombinasi faktor-faktor hormon, genetik, dan makanan, sedangkan gout sekunder
dapat disebabkan oleh terapi obat atau berbagai gangguan kondisi klinis yang
dialami pasien.
Faktor resiko untuk gout adalah :
1. Usia
Dewasa (middle-aged adults). Gout cenderung menyerang pria dewasa 40
tahun. Hal ini umumnya disebabkan oleh keadaan fisiologi yang terganggu. Gout
seperti obesitas, tekanan darah tinggi, kadar kolesterol darah yang tinggi, dan
konsumsi alkohol dalam jumlah besar.
Dewasa (elderly). Gout juga dapat terjadi pada usia yang lebih tua dengan
resiko yang sama bagi pria dan wanita. Pada kelompok ini, gout sering
bersasosiasi dengan gangguan ginjal dan penggunaan diuretik, jerang berasosiasi
dengan penggunaan alkohol.Gout jarang terjadi pada anak-anak, kecuali ada
kelainan genetik yang dapat menyebabkan hiperurisemia.
2. Jenis Kelamin
Pria lebih cenderung terkena gout atau serangan pirai dibanding wanita. Pada
pria, kadar asam urat darah meningkat pada usia pubertas. Ada sekitar 5-8%

populasi pria di amerika, kadar asam urat dalam darah meningkat hingga diatas7
mg/dl (cenderung hiperuresimia).
Wanita sebelum memasuki masa menopause, kecenderungan wanita
mengalami serangan pirai lebih rendah daripada pria. Hal ini disebabkan oleh
adanya aktifitas protektif estrogen yang memfasilitasi eksresi asam urat melalui
ginjal. Setelah menopause,resiko gout pada wanita meningkat. Pada usia 60 tahun
keatas, insidensi gout pada pria dan wanita sama, dan diatas usia 80 tahun, resiko
gout pada wanita lebih tinggi daripada pria.

3. Genetik
Menurut data National Institute of Arthritis and Musculoskeletal and Skin
Diseases, lebih dari 18% penderita gout memiliki riwayat keluarga pernah
terserang gout. Beberapa orang dengan riwayat keluarga pernah mengalami gout
memiliki kelainan enzim dapat mengganggu metabolisme purin, terutama
pemecahan purin dalam tubuh.
4. Obesitas
Pada suatu penelitian di jepang, di ketahui bahwa orang overweight atau
mengalami obesitas memiliki kecenderungan menderita hiperuresimia 2 hingga 3
kali lebih besar dibandingkan orang dengan berat badan normal. Anak-anak yang
obesitas mungkin memiliki resiko terkena gout yang lebih besar daripada dewasa.
Keadaan obesitas juga akan memperparah penyakit gout karena sendi-sendi yang
terserang akan bekerja lebih keras dengan menahan bobot tubuh yang lebih berat.
5. Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti diuretik, aspirin, siklosporin, atau
levodopa
Diuretik thiazide sering digunakan untuk mengontrol hipertensi,obat ini
sering diasosiasikan dengan timbulnya gout. Berdasarkan data, 75% pasien gout
mengalami gout pada usia tua dilaporkan menggunakan diuretik. Beberapa obatobatan lain yang dapat meningkatkan kadar asam urat antara lain:
-

Aspirin-aspirin dengan dosis rendah menurunkan eksresi asam urat dan


meningkatkan resiko hiperuresemia. Hal ini cenderung menjadi masalah bagi

pasien penyakit jantung yang mengkonsumsi aspirin 81 mg (baby aspirin)


-

sebagai protektfor serangan jantung.


Niacin-digunakan untuk mengatasi masalah kolesterol.
Pyrazinamide dan ethambutol-digunakan untuk mengobati tuberculosis.

6. Makanan dengan Kadar Purin Tinggi


Suatu penelitian di tahun 2004 menemukan bahwa konsumsi makanan dengan
kadar purin tinggi seperti daging dan makanan laut meningkatkan resiko gout
secara signifikan. Namun-namun sayur-sayuran kaya purin tidak meningkatkan
risiko gout.
7. Konsumsi Alkohol
Konsumsi alkohol dalam jumlah besar dapat meningkatkan resiko gout.
Alkohol meningkatkan kadar asam urat dalam darah melalui tiga cara, yaitu:
-

Merupakan sumber tambahan purin yang merupakan komponen pembentukan

asam urat.
Mengintensifkan produksi asam urat tubuh
Mengganggu kemampuan ginjal untuk mengekskresikan asam urat

8. Transplantasi Organ
Transplantasi organ menimbulkan resiko gout dan insufisiensi ginjal yang
besar. Selain itu, transplantasi organ lain, seperti hati dan jantung, juga
meningkatkan resiko gout. Prosedur transplantasi organ itu sendiri,yaitu
penggunaan obat-obatan (siklosporin) untuk mencegah penolakan organ, juga
meningkatkan resiko gout. Siklosporin juga berinteraksi dengan indomethacin
yang digunakan sebagai pengobatan gout yang umum.
9. Masalah Tiroid
Beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa gout lebih umum terjadi pada
penderita hipotiroidisme. Hipotiroidisme cenderung memicu gout.
10. Penyakit lain sperti leukimia, lymphoma, dan kelainan hemoglobin
Penyakit-penyakit ini menyebabkan perombakan sel secara besar-besaran dan
menghasilkan sampah purin yang berlimpah sehingga kadar asam urat serum naik.

2.9.

Terapi Artritis Pirai

Sasaran umum terapi gout adalah;


1. Menghentikan serangan akut
2. Mencegah kekambuhan serangan
3. Mencegah atau mengurangi komplikasi deposisi kristal urat pada send, ginjal
atau pada area serangan lainnya.
a. Terapi Non Farmakologi
Terapi non farmakologi untuk gout dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
- Perubahan gaya hidup (life style)
Aktivitas yang meningkatkan kebutuhan tubuh akan energi meningkatkan
-

metabolisme purin dan pembentukan asam urat.


Rekomendasi diet
Menghindari konsumsi makanan yang kadar purinnya tinggi misalnya daging,
oitmeal, bayam, asparagus, jamur, sea food, produg susu (seperti yogurt, susu
skim, keju), memiliki efek protektif terhadap gout. Konsumsi 500 mg vitamin
C setiap hari dapat menurunkan kadar asam urat didalam darah. Makanan lain
dengan kadar purin rendah antara lain kopi, sereal, buah-buahan, coklat, roti,

gandum, pasta, nasi, minyak zaitun, gula, tomat, dan sayuran hijau.
Konsumsi cairan yang cukup
Cairan berguna untuk melarutkan asam urat yang terakumulasi dipersendian
serta mempermudah proses eliminasi asam urat diginjal.
Jika pasien mengalami over weight dianjurkan

untuk

melakukan

penatalaksanaan berat badan dengan para ahli


Hindari konsumsi alkohol
Alkohol dapat memicu metabolisme purin dan pembentukan asam urat
sehingga kadar asam urat meningkat. Alkohol juga menurunkan eksresi asam

b.
1)
1.
a.

urat.
Hindari cidera pada sendi
Terapi Farmakologi
Terapi Farmakologi Untuk Mengurangi Inflamasi
Antiinflamasi Non Steroid
Mekanisme Kerja
- Menghambat enzim cyclo-oxygenase sehingga menghambat pembentukan
mediator inflamasi. Seperti: Golongan salisilat (asetosal, benorilat, dan
diflunisal), golongan asetat (diklofenak, indometasin), golongan propionat

(ibuprofen, ketoprofen, nafroksen), golongan oksikam (piroksikam,


tenoksikam dan meloxikam), dan golongan pirazolon (fenilbutazon dan
azapropazon).
- Menghambat COX-2 seperti celecoxib, refocoxib, valdecoxib.
b. Indikasi
- Rematoid artritis (kecuali asam mefenamat,ketorolak dan meloxicam) dan
osteoartritis (kecuali ketorolac dan asam mefenamat) untuk meredakan
-

gejala.
Nyeri ringan hingga sedang (kalium diklofenak, etodolak, fenoprofen,
ibuprofen,

ketoprofen,

ketorolak,

meklofenamat,

asam

mefenamat,

naproksen, dan rofecoxib).


c. Kontra Indikasi
AINS dikontraindikasikan untuk pasien dengan riwayat hipersensitifitas
terhadap asetosal atau AINS lainnya, termasuk mereka yang mengalami
serangan asma, angioderma, urtikaria atau rinitis yang dipicu oleh asetosal dan
AINS lainnya. AINS sebaiknya tidak diberikan kepada pasien yang mengidap
tukak lambung aktif. Pasien yang sebelumnya atau sedang mengidap tukak
lambung atau pendarahan saluran cerna, lebih baik menghindari AINS dan
menghentikannya jika muncul lesi saluran cerna.
d. Peringatan
AINS harus digunakan dengan hati-hati pada pasien usia lanjut, pada gangguan
alergi, selama kehamilan dan menyusui, dan pada gangguan koagulasi.
Pada pasien gagal ginjal, payah jantung, gagal hati, dibutuhkan kehati-hatian
sebab pengguna AINS bisa mengakibatkan memburuknya fungsi ginjeksial,
dosis haruss dijaga serendah mungkin dan fungsi ginjeksial harus dipantau.
AINS sebaiknya tidak diberikan kepada pasien yang mengidap tukak lambung
aktif.
e. Efek Samping
Efek samping beragam tingkat keparahannya. Kadang timbul rasa yang tidak
nyaman pada saluran cerna, mual, diare, dan kadang pendarahan pada tukak,
dispepsiabisa ditekan dengan meminum obat ini bersama makanan atau susu.
Efek

samping

lainnya

hipersensitifitas

(ruam

kulit,

angioderma,

bronkospasme), sakit kepala, pusing, vertigo, tinnitus, fotosensitifitas,

hematuria, gangguan pada darah, retensi cairan. Gagal ginjeksial mungkin


dipicu oleh AINS khususnya pada pasien yang mengidap gangal ginjeksial
sebelumnya. Efek samping yang jarang terjadi nekrosis papilar atau fibrosis
intestitial yang bisa mengarah kepada gagal ginjeksial. Meningitis aseptik
jarang terjadi dengan AINS yang terutama rentan mungkin pada pasien yang
mengalami jaringan ikat seperti lupus eritematosus. Kerusakan hati, alveolitis,
pangkreatitis, dan perubahan pada mata merupakan efek samping yang jarang
terjadi.
2. Kortikosteroid
a. Mekanisme Kerja
Kortikosteroid memiliki aktivitas glukokortikoid dan mineralokortikoid
sehingga efeknya beragam meliputi efek terhadap metabolisme karbohidrat,
protein dan lipid; efek terhadap kesetimbangan air dan elektrolit; dan efek
terhadap pemeliharaan fungsi berbagai sistem dalam tubuh. Kerja obat ini
dibedakan atas efek retensi Na, efek terhadap metabolisme karbohidrat
(glukoneogenesis) dan efek antiinflamasi. Kortikosteroid bekerja dengan cara
berinteraksi dengan reseptor yang spesifik di organ target untuk mengatur suatu
ekspresi genetik yang selanjutnya akan menghasilkan perubahan dalam sintesis
protein lain. Protein yang terakhir inilah yang mengubah fungsi organ seluler
organ target sehingga diperoleh: efek glukoneogenesis, meningkatnya asam
lemah, meningkatnya reabsorbi Na, meningkatnya reaktifitas pembuluh
terhadap zat vasuaktif dan efek antiinflamasi.
b. Indikasi
- Sebagai penyelamat jiwa atau memperpanjang hidup
Pada leukimia akut, pemfigus, dermatitis ekploliatif, reaksi penolakan akut
terhadap cangkokan, maka kortikosteroid digunakan dalam dosis besar
dalam jangka lama tetapi untuk penyakit yang relatif ringan seperti artritis
-

rematoid.
Kolitis ulseratif memerlukan kortikosteroid sistemik dan topikal.
Hiperplasia adrenal kongenital memerlukan glukokortikoid untuk menekan
sekresi kortikotropin yang dosisnya disesuaikan dengan kadar androgen dan
17-B hidroksil progesteron. Efek penekanan poros hipotalamus, hipofisis
adrenal lebih kuat dan lama bila obat diberikan malam hari sehingga

betametason dan dexametason 1 mg pada malam hari cukup untuk supresi


-

24 jam.
Udem otak juga diobati dengan betametason dan dexametason yang tidak

menambah resiko retensi cairan.


Reaksi hipersensitifitas akut seperti angioudem dan syok anafilaksis
memerlukan adrenalin sebagi antagonis faalan. Kortiksteroid merupakan

oabt tambahan, dengan dosis 100-300 mg hidrokortison intravena


Kortikosteroid efektif menekan radang pada demam rematik, hepatitis, dan
sarkoidosis juga menyebabkan remisi pada anemia hemolitik sebagai kasus

sindrom nefrotik khususnya pada anak dan purpura trombositopenia.


Prognosis sistemik lupus eritematosus, arteritis temporal dan poli arteritis
nodosa diperbaiki dengan pemberian kortikosteroid, perjalanan penyakit
dihambat dan gejala dihilangkan tetapi kelainan dasarnya menetap walaupun
akhirnya dapat dihilangkan keganasannya. Kasus ini pengobatan dimulai
dengan dosis yang cukup tinggi misalnya prednison 40-60 mg perhari
kemudian diturunkan kedosis terendah yang masih dapat mengendalikan

penyakit.
c. Kontra Indikasi
Infeksi sistemik, kecuali bila diberikan antibiotik sitemik, hindari vaksinasi
dengan virus aktif pada pasien yang menerima dosis imunosupresive.
d. Peringatan
Supresi adrenal dapat terjadi pada penggunaan jangka lama dan bertahan
beberapa tahun setelah pengobatan dihentikan. Pengurangan dosis yang tibatiba setelah penggunaan lama (lebih dari 7 hari) dapat menyebabkan
insufisiensi adrenal akut, hipotensi, dan kematian. Oleh karena itu penghentian
harus bertahap.
Efek supresi adrenal ini paling kecil bila obat diberikan pagi hari. Untuk
mengurangi efek ini lebih lanjut, dosis total 2 hari sebaiknya diberikan sebagai
dosis tunggal berselang sehari. Cara ini cocok untuk terapi rematoid artritis,
tetapi tidak cocok untuk asma bronkial. Efek supresi ini juga dapat dikurangi
dengan pemberian intermiten.
e. Efek Samping
Penggunaan kortikosteroid jangka lama akan menimbulkan efek samping
akibat khasiat glukokortikoid maupun mineralokortikoid. Efek samping
kortikoid meliputi diabetes dan osteoporosis yang terutama bahaya bagi usia

lanjut. Pemberian dosis tinggi dapat menyebabkan nekrosis avaskuler dan


sindrom cushim yang sifatnya reversibel. Dapat juga terjadi gangguan mental,
yuporia, dan miopati. Hubungan penggunaan kortikosteroid dengan timbulnya
tukak pektik tidak begitu jelas. Pada anak, kortikosteroid dapat menimbulkan
gangguan pertumbuhan sedangkan pada wanita hamil dapat memperngaruhi
pertumbuhan adrenal anak. Efeknya terhadap reaksi jaringan dapat
menyebabkan tanda klinik, infeksi tidak muncul sehingga infeksi menyebar
tanpa diketahui. Efek samping mineralo kortikoid adalah hipertensi, retensi Na
dan cairan, dan hipokalemia. Efek ini paling jelas pada fudrokortison dan
cukup jelas pada kortison, hidrokortison, kortikotropin. Sementara itu, efek
mineralo

kortikoid

betametason

dan

dexametason

boleh

diabaikan

dibandingkan dengan efek glukokortikoid lainnya yang sangat kuat. Prednison,


prednisolon, metilprednisolon, triamsinolon memperlihatkan efek mineralo
kortikoid yang ringan.
2) Terapi Farmakologi Untuk Mengurangi Kadar Pirai
Obat yang digunakan untuk mengatasi pirai dibedakan menjadi obat untuk
penanganan serangana akut pirai dan obat yang digunakan untuk penanganan
jangka panjang penyakit pirai. Obat jangka panjang akan menimbulkan
kekambuhan dan perpanjangan manifestasi akut bisa dimulai saat serangan.
Serangan pirai akut biasanya diobati dengan AINS dosis tinggi. Kolkisin bisa
dijadikan alternatif yang mungkin sama efektifnya dengan AINS. Untuk
pengendalian pirai dalam jangka panjang pembentukan asam urat dan purin bisa
dikurangi dengan penghambatan xantin oksidase alupurinol atau urikosurik seperti
probenesid atau sulfinpirazon obat tersebut bisa digunakan untuk meningkatkan
eksresi asam urat dalam urin.
1. Kolkisin
a. Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja kolkisin masih belum diketahui. Kolkisin menunjukkan
efeknya dengan mengurangi respon inflamasi terhadap kristal yang terdeposit
dan juga mengurangi fagositosis. Kolkisin mengurangi produksi asam laktat

oleh leukosit secara langsung dan dengan mengurangi fagositosis sehingga


mengganggu sisklus desposisi kristal urat dan respon inflamasi.
b. Indikasi
Indikasi pirai akut profilaksis jangka pendek selama terapi awal dengan
allupurinol dan urikosurik.
c. Kontra Indikasi
Wanita hamil dan menyusui
d. Peringatan
Siklosporin mungkin meningkatkan resiko nefrotoksisitas dan miotoksisitas
(kenaikan kadar plasma siklosporin).
e. Efek samping
Mual, muntah, dan nyeri pada perut. Dosis yang berlebih juga dapat
menyebabkan diare berat, pendarahan saluran cerna, ruam, kerusakan pada
ginjeksial, dan hati. Efek samping yang jarang ditemui, neutritis perifer,
neopati, alupesia, dan gangguan darah pada pengobatan yang lama.
2. Alupurinol
a. Mekanisme kerja
Allupurinol dan metabolit utamanya, oksipurinol merupakan inhibitor xantin
oksidase dan mempengaruhi perubahan hipoxantin menjadi xantin dan xantin
menjadi asam urat. Allupurinol juga menurunkan konsentrasi intraseluler
PRPP. Olehkarena itu waktu paruh metabolitnya yang panjang allupurinold
dapat diberikan sekali sehari. Dosis oral harian sebesar 300 mg mencukupi.
Adakalanya diperlukan dosis sebesar 600-800 mg/ hari
b. Indikasi
Profilaksis pirai dan batu asam urat dan kalsium oksalat di ginjeksial.
c. Kontraindikasi
Bukan pengobatan untuk pirai akut tetapi diteruskan jika terjadi serangan
ketika sudah memakai allupurinol dan atasi serangan secara khusus.
d. Peringatan
Berikan kolkisin profilaktif atau AINS (bukan asetosal atau salisilat) hingga
setidaknya satu bulan setelah hiperurisemia dikoreksi, pastikan asupan cairan
memadai (2 liter perhari), gagal hati dan ginjeksial. Dalam kondisi neuplastik,
pengobatan dengan allupurinol (bila perlu) harus dimulai sebelum pemberian
obat sitotoksik.
e. Efek samping

Ruam (hentikan terapi: jika ruam ringan, gunakan kembali dengan hati-hati
namun hentikan segera apabila muncul kembali reaksi kulit dikaitkan dengan
pengelupasan kulit, demam, limfadenopati, arthralgia dan eusinofia, sindrom
mirip sindrom stevens johnson atau lyell, jarang terjadi) gangguan saluran
cerna, efek samping yang jarang, malaise, sakit kepala, vertigo,mengantuk,
gangguan pengecapan, hipertensi, deposit xantin di otot tanpa gejala, alopesia,
hepatotoksisitas, paratestia, dan neuropati.
3. Probenesid
a. Mekanisme kerja
Probenesid merupakan agen pemblok tubulus ginjeksial. Obat ini secara
kompetitif menghambat reabsorbsi asam urat pada tubulus proksimal sehingga
meningkatkan eskresi asam urat dan mengurangi konsentrasi urat serum.
b. Indikasi
Profilaksis pirai (untuk mengoreksi hiperuriasemia) pengurangan eksresi
tubular penisilin dan sefalosporin tertentu.
c. Kontra Indikasi
Riwayat gangguan darah nefrolitiasis, porfiria,serangan pirai akut, hindari
asetosal dan salisilat.
d. Peringatan
Selama awal terapi pirai, berikan kolkisin profilaktik atau AINS (jangan
asetosal, salisilat), pastikan asupan cairan yang memadai usahakan agar urine
bersifat basa jika asam urat sangat tinggi, tukak lambung, gagal ginjeksial
(hindari jika parah) memberikan hasil positif palsu sementara pada uji
benedict, defisiensi G6PD.
e. Efek Samping
Efek samping yang tidak sering, mual, muntah, sering buang air kecil, sakit
kepala, muka merah, pusing, ruam; efek samping yang jarang terjadi
hipersensitifitas, sindrom nefrotik, nekrosis hati dan anemia aplastik.
4. Sulfinpirazon
a. Mekanisme Kerja
b. Indikasi
Profilaksis pirai, hiperurisemia
c. Kontra Indikasi

Riwayat gangguan darah nefrolitiasis, porfiria,serangan pirai akut, hindari


asetosal dan salisilat. Dianjurkan secara rutin melakukan hitung darah, hindari
pada hipersensitifitas terhadap AINS, penyakit jantung (bisa menyebabkan
retensi garam dan air).
d. Efek Samping
Gangguan saluran cerna, kadang timbul reaksi alergi kulit, retensi garam dan
air, efek samping yang jarang terjadi gangguan darah, tukak dan pendarahan di
saluran cerna, gagal ginjeksial akut, enzim-enzim hati meningkat, ikaterus dan
hepatitis.

2.10. Interaksi Obat


Obat
AINS

Interaksi
Inhibitor ACE

Keterangan
Antagonis
efek
hipotesis
meningkatkan
resiko
kerusak
ginjeksial dan menaikkan resiko
hiperkalsemia
pada
pemberian
bersama indometasin dan mungkin
AINS lainnya
Analgetik lain
Hindari pemberian bersamaan 2 atau
lebih AINS termasuk asetosal
(menambah efek samping)
Resin
penukar Kolestiramin menurunkan absorbsi
anion
penibutanol
Interaksi antasida Antasida
menurunkan
absorbsi
dan absorben
diflunisa
antibakteriseizure AINS dengan 4-quinolon mungkin
meningkatkan resiko
antikoaguloan
Meningkatkan resiko pendarahan
dengan ketorolac dan semua
natikoagulan (termasuk heparin
dosisi rendah)
antidepresan
Moklobemid
menambah
efek
ibuprofen dan mungkin AINS

antidiabetika
antiepileptik
antihipertensi
Beta bloker
bifosfonat
Glikosida jantung

kortikosteroid
siklosporin

sitotoksika

desmopresin
diuretika

litium

lainnya.
Efek peniton ditingkatkan oleh
azapropazon dan fenilbutazon.
Efek feniton ditingkkatkan oleh
azapropazon dan fenilbutazon
Antagonisme efek hipotesis
Antagonisme efek hipotesis
Ketersediaan hayati asam tiludronat
ditingkatkan oleh indometasin
AINS dapat menyebabkan kambuh
gagal jantung, menurunkan laju
filtrasi glomerulus, dan menaikkan
kadar plasma glikosida jantung.
Menambah resiko pendarahan dan
ulserasi saluran cerna
Menambah resiko nefrotoksisitas,
siklrosporin
menaikkan
kadar
plasma diklofenak (menurunkan
dosis diklofenak separuhnya)
Ekskresi metotreksat diturunkan
oleh
acetosal,
azapropazon,
diklofenak, indometasin, ketoprofen,
naproxen,
fenilbutazon,
dan
mungkin AINS lainnya (menambah
resiko toksisitas)
Efek dipotensiasi oleh endometasin
Resiko
neprotoksisitas
AINS
ditingkatkan,
AINS
terutama
indometasin melawan efek diuretik,
indometasin dan mungkin AINS lain
menambah resiko hiperkalsemia
dengan diuretik hemat kalium,
kadang
dilaporkan
tentang
menurunnya fungsi ginjeksial jika
indometasin diberikan bersama
triamteren
Ekskresi litium diturunkan oleh
azapropazon, diklofenak, ibuprofen,
indometasin,
ketolorac,
asam
mefenamat, naproksen, fenilbutazon,
piroksikam, dan mungkin AINS lain

(kemungkinan toksisitas)
Disarankan
untuk menghindari
pemberian asetosal dan AINS hingga
8-12 hari
setelah
pemberian
mifepriston
Relaksan otot
Ibuprofen dan mungkin AINS lain
menurunkan
eksresi
baklofen
(meningkatkan resiko toksisitas)
tiroksin
Kadar total plasma tiroksin rendah
palsu dengan fenilbutazon
Obat-obat tukak Kadar
plasma
azapropazon
lambung
dinaikkan oleh simetidin
urikosurik
Probenesid
menunda
ekskresi
indometasin, ketoprofen, ketorolac,
dan naproksen (menaikkan kadar
plasma)
vasodilator
Resiko pendarahan yang menyeratai
ketorolac
ditingkatkan
oleh
okspentifilin
analgetik
Dengan acetosal dengan AINS
resiko pendarahan dan ulserasi
saluran cerna ditingkatkan
Antibakteri
Rimpafisin
mempercepat
metabolisme
kostiosteroid
(menurunkan efek)
antidiabetika
Antagonisme efek hipotensif
antiepileptika
karbamazepin,
fenolbarbiton,
fenitoin, dan primidon mempercepat
metabolisme
kostikosteroid
(menurunkan efek)
Glikosida jantung Meningkatkan toksisitas jika terjadi
hipokalemia dengan kortikosteroid
mifepriston

Kortikosteroid

Siklosporin

Diuretik

Antagonis

Kadar plasma siklosporin dinaikkan


oleh metilprednisolon dosis tinggi,
siklosporin meningkatkan kadar
plasma prednisolon.
Antagonisme
efek
diuretik,
asetazolamid, diuretik kuat, dan
tiazida
meningkatkan
resiko
hipokalemia
Aminoglutetimid
mempercepat

hormon

Alopurinol

Obat-obat
antiulkus
Inhibitor ACE

antikoagulan
Siklosporin

Sitotoksik

Probenesid

Inhibitor ACE
Analgetik

Antibakteri

Antivirus

Sitotoksisitas

Sulfinpirazon

Analgetik
Antibakteri
Antikoagulan
Antidiabetika
antipikleptika
teofilin

metabolisme
kortikosteroid
(menurunkan efek)
Karbenoksolon meningkatkan resiko
hipokalemia
Kaptopril akan menaikkan resiko
keracunan, terutama pada gangguan
ginjeksial.
Kerja nikumalon dan warparin
mungkin ditingkatkan
Kemampuan
kadar
plasma
siklosporin ditingkatkan (resiko
nefrotoksisitas)
Efek
dari
azatioprin
dan
merkatopurin di pertinggi dengan
meningkatkan toksisitas
Mengurangi ekskresi kaptopril
Asetosal melawan efek ekskresi
indometasin, ketoprofen, ketorolak,
dan naproksen tertunda (menaikkan
kadar plasma)
Mengurangi ekskresi sepalosporin,
sinoksasin, deapson, asanalidiksat,
nitropurantoin, norploksasin, dan
penisilin (menaikkan kadar plasma)
dilawan oleh pirazinamid
Menurunkan ekskresi asiklovir,
zidovudin, dan mungkin famsiklovir
serta gansiklovirs, (menaikkan kadar
ploasma dan toksisitas)
Tidak sering kadang mual dan
muntah, sering buang air kecil, sakit
kepala, muka merah, pusing, ruam,
jarang hipersensitifitas, syndrom
netrofrik, nekrosis hati, anemia
aflastik.
Asetosal melawan efek urikosurik
Pirasinamid melawan efek
Efek antikoagulan nikumalon dan
warfarin di tingkatkan
Efek sulfinilurea ditingkatkan
Kadar plasma fenitoin dinaikkan
Kadar plasma teofilin diturunkan

2.11. Terminologi Medik


Arthralgia: nyeri sendi
Arthrocentesis: fungsi dan aspirasi suatu sendi
Articular: dari atau yang berkenaan dengan sendi
Cartilage: jaringan penyambung fibrosa
Tophus: penumpukan natrium urat yang berkapur yang terjadi pada penyakit
pirai; bentuk tophi paling sering mengelilingi sendi-sendi pada
Nefrolitiasis: pembentukan batu ginjal
Hiperurikemia: kadar asam urat yang tinggi pada plasma
Artritis: peradangan pada sendi
Inflamasi: peradangan
Pirai/akut: asam urat
Antihiperurisemia: obat untuk menurunkan kadar asam urat
2.12. Studi Kasus
1. Seorang wanita bernama Ny. Tety berusia 52 tahun mengeluh nyeri pada
kaki kiri dan siku kiri 2 hari yang lalu nyeri dirasakan berdenyut dan tidak
hilang walau istirahat dan tidak mempengaruhi aktivitas. Satu hari
kemudian timbul bengkak dan kemerahan pada sendi ibu jari tersebut dan
timbul sakit di sikut. Pasien mengeluh tidak enak badan dan demam
ringan. Pasien diketahui sebelumnya memakan banyak makan yang tinggi
purin yaitu soto babat dan sate jeroan yang diberi oleh tetangganya. Pasien
pernah mengalami penyakit serupa dan berkurang setelah mengkonsumsi
obat anti nyeri dari dokter. Diketahui dari pemeriksaan klinis tekanan
darah: 130/85 mmHg, denyut nadi: 88 kali per menit, suhu tubuh: 37,7
subfebris, Hb: 12,5 md/L, leukosit: 12000, asam urat: 12 mg/dL, LED: 40
mm/jam.
Pembahasan :
Kadar asam urat tinggi yaitu 12 mg/dL sedangkan normalnya 6 mg/dL
untuk wanita. Suhu tubuh diatas normal yang menandakan pasien
terserang demam ringan.
Terapi yang disarankan kepada pasien yaitu :
1. Diet rendah purin
2. Banyak minum air putih 2,5 liter per hari atau 10 gelas
3. Dianjurkan konsumsi makanan yang mengandung karbohidrat
kompleks seperti nasi, singkong, diatas 100 mg per hari untuk
membatu pembuangan asam urat melalui urin.
4. Konsumsi buah-buahan yang kaya akan air dan serat,

5. Diberiresep AINS Indometasin untuk mengurangi sakit dengan


dosis 15-200 mg selama 2-3 hari kemudian dosis diturunkan 75100 mg/ hari sampai minggu berikutnya atau nyeri berkurang.
6. Berikan Allupurinol sehari 100 mg sesudah makan dosis
ditingkatkan setiapminggu dengan dosis maksimum 800 mg/hari.
2. Seorang pria bernama Tn. Darma berusia 65 tahun mengeluhkan sakit
pada persendian terhadap seorang apoteker. Diketahui pria tersebut
mempunyai riwayat penyakit hipertensi dengan tekanan darah 150/90
mmHg sehingga harus mengkonsumsi obat-obat hipertensi captopril dan
furosemid. Sebenarnya beberapa bulan yang lalu pria tersebut juga pernah
merasakan sakit yang sama dan hanya mengkonsumsi suplemen vitamin C
untuk menambah stamina namunsakit yang dirasakan tidak separah kali ini
dan Tn Darma baru memeriksan diri ke dokter, dan dinyatakan bahwa ika
juga menderita hiperurisemia berdasarkan pemeriksaan klini asam urat Tn.
Darma 8,5 mg/dL.
Pembahasan :
Diketahui bahwa pasien tersebut menderita gout akut dan memiliki
riwayat penyakit hipertensi dan faktor resiko mengkonsumsi suplemen
Vitamin C. Maka pengobatan yang dianjurkan :
1. Diet makanan rendah purin ( mengelola makanan)
2. Memperbanyak minum air putih dan berolahraga
3. Kurangi obat penghambat ACE atau diganti dengan ARB
4. Konsumsi obat diuretik diberi interval 2-3 jam.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2006. Pharmaceutical Care untuk pasien Penyakit Arthritis Rematik.
Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Diantari, Ervi. 2012. Pengaruh Asupan Purin Dan Cairan Terhadap Kadar Asam
Urat Pada Wanita Usia 50-60 Tahun Di Kecamatan Gajah Mungkur,
Semarang. Skripsi Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro.
Hoan, T.T., Rahardja. K. 2007. Obat-Obat Penting. (Edisi VI). Jakarta. PT. Elex
Media Komputindo
Sukandar, Elin Yulinah, dkk. 2013.ISO Farmakoterapi. Jakarta: ISFI
Nur Amalina Dianati.2015.Gout And Hyperuricemia.J.MAJORITY. Volume 4
Nomor 3. Hal.1-2.

Anda mungkin juga menyukai