OSTEOPOROSIS
Disusun oleh :
Kelompok6/ProfesiApoteker C
SantiPermataDewi
FaradhillaYunita Sari
LuqmanFauziResmana
Tiara Ayuningtyas
Desi Dian Purnamasari
(3351162046)
(3351162050)
(3351162091)
(3351162103)
(3351162178)
Kelompok11/ProfesiApoteker D
Rina Nursepti Rosdiana
Ratna Endah Lestari
Desi Purnamasari Nasution
Dinanda Adelia
(3351162019)
(3351162177)
(3351162011)
(3351162204)
2016
OSTEOPOROSIS
I.
EPIDEMIOLOGI
Osteoporosis sebenarnya merupakan kondisi yang dapat dicegah, namun
dewasa ini telah menjadi masalah kesehatan umum yang mengganggu.
Penurunan massa, kualitas, dan kekuatan tulang berkontribusi meningkatkan
risiko osteoporosis dan fraktur. Patah tulang (fraktur) yang berkaitan dengan
osteoporosis umumnya menyebabkan nyeri, kifosis, keterbatasan fisik, bahkan
kematian.
Prevalensi tepatnya tidak diketahui, namun hampir separuh dari penduduk
amerika usia 50 tahun ke atas,atau 44 juta orang, memiliki massa tulang yang
rendah. Jumlah ini diperkirakan meningkat hingga lebih dari 60 juta orang
selama 15 tahun ke depan. Kejadiannya sangat bervariasi dalam subpopulasi dan
tergantung dari banyak faktor risiko, daerah rangka yang diukur, dan teknologi
radiologi yang digunakan. Pada akhir tahun 1990an, berdasarkan pengukuran
densitas mineral tulang (BMD) periferal, 40% wanita postmenopause mengalami
osteopenia dan 7% mengalami osteoporosis.
Saat klasifikasi BMD WHO diaplikasikan pada data dari National Health and
Nutrition Examination Survey ketiga (NHANES III, dari tahun 1988-1994),
prevalensi osteopenia dan osteoporosis pada penduduk Amerika adalah sebagai
berikut :
- Wanita non hispanic kulit putih : 52% dan 20%
- Wanita non hispanik kulit hitam : 35% dan 5%
- Wanita Amerika-meksiko : 49% dan 10%
- Pria dari segala ras : 47% dan 6%, menggunakan rerata BMD pria usia
muda
- Pria dari segala ras : 33% dan 4%, menggunakan rerata BMD wanita usia
muda
Kejadian osteoporosis meningkat dengan meningkatnya usia. Prevalensi
osteoporosis bahkan lebih tinggi pada penghuni panti jompo. Ratusan dan
ribuan fraktur terjadi setiap tahun di Amerika Serikat. Risiko seumur hidup
wanita kulit putih mengalami fraktur adalah 50%. Risiko fraktur meningkat
seiring meningkatnya usia dan rendahnya massa densitas tulang.
Kemudian di Indonesia, hasil penelitian white paper yang dilaksanakan
bersama Perhimpunan Osteoporosis Indonesia tahun 2007, melaporka bahwa
DEFINISI
Osteoporosis adalah suatu kondisi yang ditandai dengan penurunan kepadatan
3. Osteoporosis sekunder
Merupakan osteoporosis yang disebabkan oleh penyakit atau penggunaan
obat tertentu. Penyebab paling umum osteoporosis sekunder adalah defisiensi
vitamin D dan terapi glukokortikoid (Dipiro et al, 2005).
Defisiensi vitamin D akan menyebabkan penurunan absorpsi kalsium di
usus, sehingga kalsium dalam darah akan turun, sehingga untuk memenuhi
kalsium darah akan diambil kalsium dari tulang yang dapat menyebabkan
kerapuhan tulang.
Terapi dengan glukokortikoid secara terus menerus juga menyebabkan
efek samping berupa osteoporosis. Kortikosteroid menyebabkan penurunan
V. DIAGNOSIS
Untuk mendiagnosa osteoporosis pada pasien diperlukan :
1. Riwayat penyakit dan pengobatan pasien
2. Identifikasi faktor risiko
3. Pemeriksaan fisik lengkap
4. Tes laboratorium untuk mengidentifikasi kemungkinan osteoporosis
sekunder. Parameter laboratorium yang umum digunakan adalah kadar
1,25 (OH)2 vitamin D serum, sebagai indikator status vitamin D total
tubuh. Kadar 1,25 (OH) 2 vitamin D serum dalam berbagai kondisi :
Normal
: 30 ng/mL
Insufisiensi : 11 29 ng/mL
Defisiensi vit D : < atau sama dengan 10 ng/mL
5. Pengukuran massa tulang
Terdapat berbagai metode pengukuran massa tulang, namun yang
menjadi standar diagnosis osteoporosis saat ini adalah pengukuran densitas
mineral tulang sentral (tulang punggung dan panggul) dengan Dual Energy
X-Ray Absorptiometry (DXA). Tulang punggung dan pinggul dikelilingi
berbagai jaringan halus, termasuk lemak, otot, pembuluh darah, dan organorgan perut. DXA memungkinkan untuk melakukan pengukuran massa
tulang di permukaan maupun bagian yang lebih dalam.
Densitas mineral tulang dari pengukuran tersebut dapat dinyatakan
dengan T-score. Nilai T-score dalam berbagai kondisi :
Tulang normal : -1 (10% di bawah SD rata-rata atau lebih tinggi)
Osteopenia
: -1 sampai -2,5 (10-25% di bawah SD rata-rata)
Osteoporosis : < atau samadengan 2,5 (25% di bawah SD rata-rata)
VI.
PROGNOSIS
Prognosisnya baik dalam pencegahan osteoporosis setelah menopause jika
terapi farmakologi dengan estrogen atau raloxifen dimulai sedini mungkin dan
bila terapi dipertahankan dengan baik dalam jangka waktu yang panjang
(bertahun-tahun).
Penggunaan
bifosfonat
dapat
memperbaiki
keadaan
SASARAN TERAPI
Sasaran terapi osteoporosis bagi individu dengan kategori usia hingga 20-30
tahun adalah mencapai kepadatan tulang yang optimal. Sedangkan untuk
individu
dengan
kategori
usia
diatas
30
tahun,
sasarannya
adalah
IX.
2. Terapi Farmakologi
Algoritma Pencegahan Osteoporosis
memadai
Aktivitas fisik yang optimal (berat badan, penguatan otot, ketangkasan,
keseimbangan)
Gaya hidup yang sehat (tidak merokok, tidak minum alcohol, dan kafein).
Pencegahan terhadap kecelakaan atau trauma
maka
pilihan
pengobatannya
adalah
Biphosphonate
10
11
Kontraindikasi
Kalsium dikontraindikasikan pada pasien dengan hiperkalsemia dan fibrilasi
ventrikuler
Efek samping
Efek samping yang terjadi ketika mengkonsumsi kalsium yaitu gangguan
gastrointestinal ringan, bradikardia, aritmia, dan iritasi pada injeksi intravena
(Anonim, 2008).
B. Vitamin D
Mekanisme kerja obat
Vitamin D merupakan vitamin larut lemak yang diperoleh dari sumber alami
(minyak hati ikan) atau dari konversi provitamin D (7-dehidrokolesterol dan
ergosterol). Pada manusia, suplai alami vitamin D tergantung pada sinar ultraviolet
untuk konversi 7-dehidrokolesterol menjadi vitamin D3 atau ergosterol
menjadi
(1,25-[OH]2-D3atau
kalsitriol)
dan
24,25-
Efek samping yang terjadi ketika mengkonsumsi biofosfonat yaitu mual, nyeri
abdomen dan dyspepsia (Anonim, 2008).
D. Selective Estrogen Receptor Modulators (SERMs)
Raloxifene merupakan agonis estrogen pada jaringan tulang tetapi merupakan
antagonis pada payudara dan uterus. Raloxifen meningkatkan BMD tulang belakang
dan pinggul sebesar 2-3% dan menurunkan fraktur tulang belakang. Fraktur nonvertebral tidak dapat dicegah dengan raloxifene.
Mekanisme kerja
Raloxifene merupakan reseptor estrogen selektif yang mengurangi resorpsi tulang
dan menurunkan pembengkokan tulang.
Data farmakokinetik
1. Absorpsi
Raloxifene diabsorpsi secara cepat setelah pemberian oral dengan sekitar 60%
dosis oral absorpsi.
2. Distribusi
Volume distribusi nyata sebesar 2348L/kg dan tidak tergantung dosis. sekitar
95% raloxifene dan konjugat monoglukoronid terikat pada protein plasma.
3. Metabolisme
Raloxifene mengalami metabolisme lintas pertama menjadi konjugat
glukoronid dan tidak dimetabolisme melalui jalur sitokrom P450.
4. Ekskresi
Raloxifene terutama diekskresikan pada feses dan urin.
Kontraindikasi
Kontraindikasi pada SERMs ini yaitu pada wanita hamil dan menyusui.
hipersensitif raloxifene (Anonim, 2008).
E. Kalsitonin
Mekanisme kerja
Bersama dengan hormon paratiroid, kalsitonin berperan dalam mengatur
homeostasis Ca dan metabolisme Ca tulang. Kalsitonin dilepaskan dari kelenjar
tiroidketika terjadi peningkatan kadar kalsium serum.
Efek samping
Efek samping yang terjadi ketika mengkonsumsi kalsitonin yaitu mual, muntah,
flushing (Anonim, 2008).
F. Estrogen dan terapi hormonal
Mekanisme kerja
13
14
yang
berkaitandengantingkatlanjutusiaperempuan.
Demineralisasitulang :suatu proses pengambilankalsiumdarijaringantulang.
Defisiensiestrogen :kekurangan hormone estrogen.
Resorpsitulang
:tahappertamadari
proses
remodeling
tulang
kerusakanginjaldenganrentangwaktulebihdari 3 bulan.
Hiperkalsemia
:kadarkalsiumdarah
demikiancepatnyasehinggafrekuensinyasulitdihitung.
Kalsitriol :bentukaktifdari vitamin D.
Hipoparatiroid :kelainanlangkaberuparendahnyajumlah hormone paratiroid
yang dihasilkandalamtubuh.
Efekhipotensif :penurunantekanandarah.
Hipoglikemia
:gangguankesehatan
terjadiketikakadarguladalamdarahberada di bawahkadar normal.
15
proses
yang
yang
XI.
KASUS
KASUS OSTEOPOROSIS
tahun
yang
16
Pemeriksaan urin
Protein 0
Pemeriksaanradiologis
Pemeriksaanhysterocopic : Normal
Pemeriksaanpenunjang lain
Hasil pap smear danmammogram : Normal
Diagnosa
Osteoporosis post menopause
Soal
1. Bagaimanaetiologiterjadinya osteoporosis padapasientersebut ?
Pemeriksaan
(laboratorik
radiologi)
apa
yang
Wanita yang memiliki ukuran tulang yang lebih kecil, massa tulang puncak
lebih rendah dan insidensi jatuh lebih banyak daripada pria.
17
Hasil Pemeriksaan
160/100
Normal
Nilai Normal
120/80
Keterangan
Tinggi
Dalam batas normal
RR dbn
Kolesterol total
237
150-199
Tinggi
LDL
HDL
Trigliserida
Serum kreatinin
Kalsium
Phospor
BUN
Pemeriksaan urin:
135
60
160
0,9
9,0
4,0
30
0
Protein
Pemeriksaan
Normal
Normal
Normal
Normal
mg/dL
<100
60
<150
0,5-1 mg/dL
9-11 mg/dL
2,5-4,5 mg/dL
8-25 mg/dL
Cukup tinggi
Tinggi
Cukup tinggi
Normal
Normal
Normal
Tinggi
Normal
radiologis:
Pemeriksaan
hysterocopic
Pemeriksaan
penunjang lain:
Hasil pap smear dan
mammogram
Untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan:
18
Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan laboratorium seperti yang disebut di atas, biasanya masih dalam
batas normal untuk keadaan osteoporosis. Oleh karena itu, perlu dilakukan
pemeriksaan tambahan yaitu penentuan massa tulang secara radiologis
dengan pesawat X-ray absorptiometry: densitometer DEXA (Dual Energy Xray Absorptiometry). Pertimbangan memilih DEXA dibandingkan dengan alat
diagnosa lain adalah:
-
Dapat mengukur dari banyak lokasi seperti anterior dan lateral sehingga
presisi pengukuran lebih tajam jika dibandingkan dengan DPA (Dual
Photon Absorptiometry).
: T-score -1
Osteopenia
19
Dosis
: 60 mg/hari (1 tablet/hari)
Aturan pakai
Biaya
Mekanisme aksi
Efek samping
Interaksi obat
:-
Alasan pemilihan :
20
2. Suplemen Tulang
Kalsium dan Vitamin D
Nama Sediaan
: 1 tablet/hr
Aturan pakai
Biaya
: 3 x 10 (Rp.34.000,-)
Mekanisme aksi
Efek samping
: konstipasi
Interaksi obat
:-
Alasan pemilihan :
3. Antinyeri
Na Diklofenak
21
a. Untuk mengatasi nyeri punggung dan tulang belakang yang dialami nyonya
AK tetapdipilih Na Diklofenakdenganbentuksediaan gel.
Nama Sediaan : ValtodiproduksiolehNufarindo
Dosis
: Oleskan 3x/hr
Aturan pakai
Biaya
diklofenakdengansediaan
gel
yang
NSAID
yang
berefeklokaldantidakmemperparah ulcer.
Tidakdapatmenggunakanobatantinyerigolongan
bekerjamenghambat
COX-2
karenagolongantersebuttidakdapatdigunakanbagipenderita
yang
memilikipenyakitkardiovaskulkerkarenadapatmenyebabkanvasokonstriktor
(penyempitanpembuluhdarah).
TidakmenggunakangolonganOksikam
memilikiresikolebihkecilterhadaplambungdibanding
yang
Na
diklofenak,
karenagolongantersebutberinteraksidenganobatantihipertensi
yang
dapatmenurunkanefekantihipertensitersebut.
b. Antihipertensi
Terapi antihipertensi pasien sebelumnya, tetap diteruskan untuk mengendalikan
tekanan darah, dan karena tidak ada keluhan atau masalah yang timbul dari
penggunaan obat.
Kaptopril
Nama Sediaan
Dosis
Aturan pakai
22
Biaya
: 12,5 mg x 10 x 10 (Rp.181.500,-)
Mekanisme aksi
:Menghambatsistem renin-angiotensin-
Interaksi obat
:-
Alasan pemilihan :
Dalamkasus,
hipertensi
yang
dideritapasientermasuk
stage
dimanapengobatannyadenganmenggunakankombinasiterapiobatantihiperte
nsi.
Dari
riwayatpenyakit
yang
diketahui,
bahwapasientidakmengalamibatukkering
yang
merupakanefeksampingdariKaptopril,
makapemberianKaptopriltetapdiberikan.
Nifedipin
Nama Sediaan
Dosis
Aturan pakai
grapefruit
Biaya
: 10 mg x 10 x 10 (Rp.33.000,-)
Mekanisme aksi
:Antagoniskalsiumdenganmenghambatarus
ion
kalsiummasukkedalamototjantungdariluar sel.
Efek samping
: hipotensi, palpitasi
Interaksi obat
:-
Alasan pemilihan :
Dalamkasus,
hipertensi
yang
dideritapasientermasuk
stage
dimanapengobatannyadenganmenggunakankombinasiterapiobatantihiperte
nsi.
Nifedipintetapdiberikankarenatekanandarahpasientetapterjagatetapibelum
mencapai target.
MONITORING dan FOLLOW UP
23
Suplemen
Nifedipin
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008a, ISO Farmakoterapi, Jakarta : PT ISFI Penerbitan.
Anonim, 2008b, MIMS Indonesia PetunjukKonsultasi, Edisi 8 2008/2009,
Jakarta: Info Master.
24
25