DIURETIK OSMOSIS
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
1. Balqis Qatrunnada (1748401010)
2. Lia Nurhayati (1748401033)
3. Nisrina Ariesa Salsabila (1748401034)
4. Novia Rahmawati (1748401013)
5. Shelly Evita (1748401025)
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah Farmakologi I yang berjudul
“Diuretik Osmosis”. Penulisan makalah adalah merupakan salah satu tugas. Dalam
penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Maka
kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan diuretik
b. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan diuretik
c. Untuk mengetahui apa saja golongan obat diuretic osmosis
d. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme kerja diuretic osmosis
1.4 Manfaat
a. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian diuretik
b. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian diuretic osmosis
c. Mahasiswa dapat mengetahui golongan obat diuretic
d. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana mekanisme kerja diuretic osmosis
BAB II
PEMBAHASAN
3. Duktus Koligentes
Diuretik osmotik ini bekerja pada Duktus Koligentes dengan cara
menghambat reabsorpsi natrium dan air akibat adanya kecepatan aliran filtrat
yang tinggi, atau adanya faktor lain. Istilah diuretik osmotik biasanya dipakai
untuk zat bukan elektrolit yang mudah dan cepat diekskresi oleh ginjal.
ginjal. Hanya sebagian kecil ion natrium yang ikut keluar bersamaaan dengan
substansi mannitol ini.
1. Manitol
Farmakologi
Manitol merupakan obat diuretik osmotik. Manitol disaring dengan mudah
di glomerulus ginjal, tidak direabsorpsi dan tidak disekresi di tubulus
ginjal. Manitol mempengaruhi reabsorpsi air di tubulus serta meningkatkan
ekskresi natrium dan klorida dengan cara meningkatkan osmolaritas dari
filtrat glomerulus. Peningkatan osmolaritas ekstraseluler akibat pemberian
Manitol secara intravena akan menginduksi perpindahan air intraseluler
menuju ekstraseluler dan intravaskuler
Sedian Obat: Manitol produksi otsuka, Larutan Injeksi 20% dalam 250 ml
atau 500 ml (MIMS petunjuk konsultasi, 2005/2006. halaman 149).
Kontra indikasi
Manitol dikontraindikasikan pada penyakit ginjal dengan anuria, kongesti atau
udem paru yang berat, dehidrasi hebat dan perdarahan intrakranial kecuali bila
akan dilakukan kraniotomi. Infus manitol harus segera dihentikan bila terdapat
tanda-tanda gangguan fungsi ginjal yang progresif, payah jantung atau
kongesti paru.
Farmakodinamik
Tempat kerja utama manitol adalah pada tubuli proksimal, ansa henle, dan
duktus koligentes.
Pada sistem ginjal bekerja membatasi reabsobsi air terutama pada segmen
dimana nefron sangat permeable terhadap air, yaitu tubulus proksimal dan
ansa henle desenden. Adanya bahan yang tidak dapat direbasobsi air normal
dengan masukkan tekanan osmotic yang melawan keseimbangan. Akibatnya,
volume urine meningkat bersamaan dengan ekskresi manitiol. Peningkatan
dalam laju aliran urin menurunkan waktu kontak antara cairan dan epitel
tubulus sehingga menurunkan reabsobsi Na+. Namun demikian, natriureis
yang terjadi kurang berarti dibandingkan dengan diureisi air, yang mungkin
menyebabkan Hipernatremia. Karena diuretic Osmotik untuk meningkatkan
ekskresi air dari pada ekskresi natrium,
Farmakokinetika
Manitol sangat sedikit dimetabolisme oleh tubuh, lebih kurang 7%
dimetabolisme di hati dan hanya 7% diabsorpsi. Sebagian besar manitol
(>90%) dikeluarkan oleh ginjal dalam bentuk utuh pada urin dalam waktu 30
– 60 menit setelah pemberian.
Efek Samping
a. Resiko pada penyakit gagal jantung dan edema paru karena peningkatan
volume plasma pada awal pemberian
b. Hiponatremia dan hypovolemia
c. Reaksi hipersensitivitas
2. Urea
Suatu kristal putih dengan rasa agak pahit dan mudah larut dalan air. Sediaan
intravena mengandung urea sampai 30% dalam dekstrose 5% (iso-osmotik)
sebab larutan urea murni dapat menimbulkan hemolisis. Pada tindakan bedah
saraf, urea diberikan intravena dengan dosis 1-1,5g/kgBB. Sebagai diuretik,
urea potensinya lebih lemah dibandingkan dengan manitol, karena hampir
50% senyawa urea ini akan direabsorbsi oleh tubuli ginjal.
3. Gliserin
Diberikan peroral sebelum suatu tindakan optalmologi dengan tujuan
menurunkan tekanan intraokuler. Efek maksimal terlihat satu jam sesudah
pemberian obat dan menghilang sesudah 5 jam.
Dosis untuk orang dewasa yaitu 1-1,5g/KgBB dalam larutan 50 atau 75%.
Gliserin ini cepat dimetabolisme, sehingga efek diuresisnya relative kecil.
4. Isosorbid
Diberikan secara oral untuk indikasi yang sama dengan gliserin. Efeknya
juga sama, hanya isosorbid menimbulkan diuresis yang lebih besar daripada
gliserin, tanpa menimbulkan hiperglikemia. Dosis berkisar antara 1-
3g/kgBB, dan dapat diberikan 2-4 kali sehari.
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urine.
Dan diuretik osmotik adalah jenis diuretik yang menghambat reabsorpsi air
dan natrium (Na).
Tempat kerja diuretic osmosis adalah pada tubulus proksimal, lengkung henle
dan duktus koligentes
Golongan obat yang termasuk diuretic osmosis :
1. Manitol, merupakan golongan obat yang paling sering digunakan
2. Urea
3. Gliserin
4. Isosobrid
DAFTAR PUSTAKA
Sulistia dkk (editor), (2005). Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Penerbit Gaya Baru.
Drs. Tjah tan hoan & Drs Rahardja kirana. (2008). Obat-obat penting. Jakarta : PT
Gramedia
https://dokumen.tips/documents/diuretikpdf-55cac7a08e23d.html
http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-2-sistem-kardiovaskuler-0/25-diuretika/254-diuretika-
osmotik
https://www.alodokter.com/diuretik.html