DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
a. Trombus Serebral
Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehinnga menyebabkan
iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti disekitarnya.
(Muttaqin, 2008)
b. Emboli
Emboli serebri merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah, lemak
dan udara. Emboli menyebabkan edema dan nekrosis diikuti thrombosis. (Muttaqin, 2008)
c. Iskemia
Penurunan aliran darah ke area otak. (Smeltzer, 2005)
Faktor Resiko
3) Gangguan persepsi
Ketidakmampuan untuk menginterpretasikan sensasi. Stroke dapat mengakibatkan
disfungsi persepsi visual, gangguan dalam hubungan visual-spasial dan kehilangan
sensori.
4) Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik
Disfungsi ini dapat ditunjukkan dengan kesulitan dalam pemahaman, lupa, dan
kurang motivasi, yang menyebabkan pasien ini menghadapi masalah frustasi
dalam program rehabilitasi mereka.
5) Disfungsi kandung kemih
Setelah stroke pasien mungkin mengalami inkontinensia urinarius sementara
karena konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan, dan
ketidakmampuan untuk menggunakan urinal/bedpan.
Gejala stroke dapat berbeda pada tiap penderitanya, tetapi gejala
yang paling sering dijumpai adalah:
1) Tungkai mati rasa
2) Bicara menjadi kacau
3) Wajah terlihat menurun
Pengobatan dan
Pencegahan Stroke
a. Stroke iskemik
Menurut Smeltzer dan Bare (2002), penatalaksanaan stroke dapat dibagi menjadi dua,yaitu :
a. Phase Akut
1. Pertahankan fungsi vital seperti : jalan nafas, pernafasan, oksigenisasi dan sirkulasi.
2. Reperfusi dengan trombolityk atau vasodilation : Nimotop.Pemberian ini diharapkan
mencegah peristiwa trombolitik/emobolik.
3. Pencegahan peningkatan TIK. Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi
dan rotasi kepala yang berlebihan,pemberian dexamethason.
4. Mengurangi edema cerebral dengan diuretik
5. Pasien di tempatkan pada posisi lateral atau semi telungkup dengan kepala tempat tidur
agak ditinggikan sampai tekanan vena serebral berkurang
A. Identitas
Identitas Klien
•Nama klien : Ny. R
•Usia : 76 Tahun
•Jenis Kelamin : Perempuan
•Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
•Agama : Islam
•Status perkawinan : Kawin
•Pendidikan terakhir : Tidak terkaji dalam kasus
•Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga (IRT)
•Alamat : Tidak terkaji dalam kasus
Identitas Penanggung Jawab
•Nama :-
•Umur :-
•Jenis Kelamin : Laki-laki
•Agama :-
•Alamat :-
•Hubunga : Suami
4. Riwayat Alergi
Tidak terkaji dalam kasus.
D. Riwayat Kebiasaan Sehari-hari 6.Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
1. Pola Nutrisi Tidak terkaji dalam kasus.
Terpasang NGT 7. Pola Nilai dan Keyakinan
2. Pola Eliminasi Klien beragama Islam
BAK :Tidak terkaji dalam kasus. 8. Pola Seksual
BAB :1 – 2 x /hari lembek kuning Tidak terkaji dalam kasus.
pekat 9. Pola Peran dan Hubungan
3. Pola Personal Higiene Pasien selama di RS di temani
Tidak terkaji dalam kasus. keluarganya/suaminya
4. Pola Istirahat Dan Tidur 10. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Pasien tampak lemah dan sering Tidak terkaji dalam kasus.
tertidur 11. Pola Koping-Toleransi Stress
5. Pola Aktivitas Dan Latihan Tidak terkaji dalam kasus.
Klien mengalami hemiparase kiri 12. Pola Kognitif-Persepsi
sehingga mengalami kelemahan otot Tidak terkaji dalam kasus.
pada alat gerak sebelah kiri, alat gerak 13. Pola Persepsi Kesehatan
sebelah kanan tampak aktif Tidak terkaji dalam kasus.
2. Pemeriksaan Fisik Review Of System (ROS)
E. Pemeriksaan Fisik
1)Sistem Pernafasan
a. Respirasi : 28 x/menit
1. Pemeriksaan Umum
•Keadaan umum : Lemah dan sakit berat b. Keluhan : Batuk
•Kesadaran Sekret : Terjadi peningkatan sputum
: Semi koma GCS (E2 V1
Konsistensi : Tidak terkaji pada kasus
M4)
•Tanda –Tanda Vital : Warna : Tidak terkaji pada kasus
Bau : Tidak terkaji pada kasus
TD : 150/100 mmHg
c. Penggunaan otot bantuh nafas : Tidak terkaji pada
Nadi : 98 x/menit
kasus
RR : 28 x/menit
d. PCH : Tidak terkaji pada kasus
Suhu : 360 C
e. Irama nafa : Teratur
f. Pleura friction : Tidak terkaji pada kasus
g. Pola nafas : Tidak terkaji pada kasus
h. Suara nafas : Ronki
i. Alat bantuh nafas : Oksigen 8 L/menit (NRM)
j. Penggunaan WSD : -
k. Trocheostomi : -
3) Sistem Persyarafan
•GCS : E2 V1 M4
2) Sistem Kardiovaskuler •Refleks psikologis : Tidak terkaji pada kasus
•TD : 150/100 mmHg •Refleks patologis : Tidak terkaji pada kasus
•Nadi : 98 x/menit •Keluhan pusing: Tidak terkaji pada kasus
•Keluhan nyeri dada : Tidak terkaji pada •Pemeriksaan saraf kranial
kasus NI : Tidak terkaji pada kasus
•Irama jantung : S1 S1 reguler N II : Tidak terkaji pada kasus
•Bunyi jantung : Murni N III IV VI :Refleks Pupil (+) bulat isokor
•Letus : Tidak terkaji pada kasus NV :Tidak dapat bicara, kesulitan membuka
•CRT : < 2 detik mulut
•JVP : Tidak terkaji pada kasus N VII : Ekspresi apatis
•CVP : Tidak terkaji pada kasus N VIII : Tidak terkaji pada kasus
•CTR : Tidak terkaji pada kasus N IX : Tidak terkaji pada kasus
•EGC & Interpretasinya : Tidak terkaji pada NX : Tidak terkaji pada kasus
kasus N XI : Otot tubuh kiri lemah, bagian kanan
•Lain –lain :- aktif
N XII : Tidak terkaji pada kasus
•Kekuatan otot : 4/0/4/0
•Pupil : Isokor
•Sklera : Tidak terkaji pada kasus
•Konjungtiva : Tidak terkaji pada kasus
•Istirahat/tidur : Sering tertidur
5) Sistem Pencernaan
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d. Adanya peningkatan sputum d.d:
DS : Sehari sebelum masuk RS klien mengeluh batuk
DO :
•Adanya peningkatan sputum
•Ronkhi (+)
•RR 28 X / menit
•Terpasang NRM Oxygen
•Kesulitan membuka mulut
4.Gangguan (NOC): Komunikasi dapat berjalan dengan a. Lakukan komunikasi dengan wajar, bahasa
komunikasi verbal b.d. baik jelas, sederhana dan bila perlu diulang
Kerusakan Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 b. Dengarkan dengan tekun jika pasien mulai
neuromuskular jam gangguan komunikasi teratasi berbicara
Kriteria hasil : c. Berdiri di dalam lapang pandang pasien
a. Klien dapat mengekspresikan perasaan pada saat bicara
b. Memahami maksud dan pembicaraan d. Latih otot bicara secara optimal
orang lain e. Libatkan keluarga dalam melatih
c. Pembicaraan pasien dapat dipahami komunikasi verbal pada pasien
f. Kolaborasi dengan ahli terapi wicara