Anda di halaman 1dari 20

LOGBOOK KEPERAWATAN JIWA

KONSEP NAPZA DAN ASKEP KETERGANTUNGAN NAPZA

DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Yuliana S.kep.,M.kep

DISUSUN OLEH:
Nur Ayu Hijratun Nikmah (G1B118011)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
KASUS TUTOR

Tn.M umur 17 tahun tinggal di Jln Slamet Riyadi Kelurahan legok Kota jambi,Tn.M
di antar oleh keluarga ke RSJ karena mengamuk dan memukul tetangganya. Tn.M
mempunyai banyak teman ,setiap hari Tn.M selalu bermain bersama temannya.sampai pada
suatu hari datang seorang teman dan menawarkan untuk mencoba meminum sebuah obat
yang berbentuk tablet yang bisa membuat Tn. M senang, Tn.M mencoba mengkonsumsi obat
yang kata temannya tadi bisa membuat pasien senang.akhirnya Tn.M terbiasa untuk
mengkonsumsi obat tersebut.Berdasarkan pengkajian pada keluarga Tn.M semenjak Tn.M
mengkonsumsi obat tersebut Tn.M sering hilang kesdaran, sering bekelahi dengan teman –
temannya di sekolah,sering mengambil uang ibunya, pola tidur berubah,sering tidak
menyelesaikan tugas sekolah,membolos dari sekolah, sehingga prestasi Tn.M menurun
sampai Tn. M dikeluarkan dari sekolah.Pada saat pengkajian Tn. M mengatakan kesal dengan
keluarganya yang membawa Tn. M ke RSJ,Tn.M mengatakan ingin rasanya memukul
keluarganya, Tn. M juga mengatakan mengantuk karna tadi malam tidak bisa tidur,mengeluh
sering terjaga pada malam hari,mengeluh pola tidur berubah. berdasarkan observasi yang
dilakukan perawat klien tampak melotot, pandangan tajam, tangan mengepal, rahang
mengatup, gelisah, mondar mandir, mudah tersinggung,nada suara
tinggi,sarkasme,disorientasi, klien tampak menguap dan aktivitas menurun.

Learning Objektif
1. Definisi NAPZA
2. Definisi ketergantungan fisik,dan psikologis
3. Macam- macam Napza
4. Faktor- faktor yg mempengaruhi penyalahgunaan dan ketergantungan Napza
5. Tanda dan Gejala
6. Pengobatan dan pemulihan
7. Pengkajian dan diagnosis keperawatan
8. Tindakan keperawatan
STEP 1
1. Sarkasme
 Sarkasme adalah salah satu jenis majas. Tujuan dari sarkasme dimaksudkan untuk
menyindir, atau menyinggung seseorang atau sesuatu. Sarkasme dapat berupa
penghinaan yang mengekspresikan rasa kesal dan marah dengan menggunakan kata-
kata kasar. Majas ini dapat melukai perasaan seseorang.

2. Disorientasi
 Disorientasi adalah perubahan kondisi mental yang membuat seseorang kebingungan
dan tidak mengetahui lokasinya berada, identitas dirinya, dan tanggal atau jam di
situasi tersebut. Perubahan kondisi mental tersebut dapat disebabkan oleh beragam
hal, mulai dari penyakit tertentu atau pengaruh obat-obatan. Biasanya, disorientasi
juga diiringi oleh beberapa gejala penyerta yaitu :
- Kebingungan, yakni tidak dapat berpikir dengan tingkat kejernihan normal seperti
biasanya
- Delirium atau menjadi bingung dan terganggunya konsentrasi
- Delusi, yakni memercayai hal-hal yang sebenarnya tidak terjadi
Agitasi, yakni perasaan marah dan gelisah
Halusinasi, yakni melihat atau mendengar hal-hal yang sebenarnya tidak ada
- Bepergian tanpa arah

STEP 2
1. Berapa lama durasi pemakaian obat sehingga bisa dikatakan kecanduan?
2. Terapi lingkungan dan keluarga seperti apa yg perawat bisa lakukan?
3. bagaimana penanganan pada Tn.m agar kondisi nya kembali dan tidak
ketergantungan?
4. Apa saja masalah keperawatan pada kasus tersebut?
5. Berdasarkan ciri dan efek yang di timbulkan klien, nama obat yang digunakan klien
adalah?
6. Bagaimana peran dan fungsi perawat dalam penanggulangan penyalahgunaan napza?
7. Narkoba disebut zat psikoaktif. Ada beberapa macam pengaruh narkoba pada kerja
otak. Bagaimanakah cara kerja otak dalam penghambat nya, serta hal seperti apa yang
perlu kita waspadai dalam memberikan edukasi kepada Remaja-remaja agar terhindar
dari hal seperti dikasus?

STEP 3
1. Dengan penggunaan narkoba berulang kali, jumlah reseptor zat narkoba dalam tubuh
akan semakin banyak. Akibatnya, orang tersebut akan mengalami keinginan untuk
menggunakan narkoba lagi setelah efek narkoba tersebut habis.
Kecanduan/ketagihan adalah kebutuhan yang berkonotasi negatif, termasuk ke
dalam penyalahgunaan (abuse), karena merupakan keinginan yang kuat tanpa
didasari alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Tujuannya adalah untuk
mendapatkan efek yang diinginkan, lebih ke arah perasaan daripada kebutuhan
kesehatan.Misalnya: Mengkonsumsi obat penenang seperti kokain atau
metamfetamin untuk menghilangkan stres; Injeksi testosteron untuk membangun
otot. Saat seseorang mulai mengonsumsi narkoba, terdapat kemungkinan besar
untuk mengalami kecanduan. Makin lama, pengguna akan membutuhkan dosis yang
lebih tinggi demi dapat merasakan efek yang sama. Ketika efek narkoba mulai
hilang, pengguna akan merasa tidak nyaman akibat munculnya gejala putus obat dan
akan ingin kembali memakainya.
Obat-obatan adiktif merangsang jalur kesenangan dan motivasi di otak jauh
lebih kuat ketimbang ketika itu terjadi secara alami. Karenanya paparan berulang
terhadap obat-obatan ini dapat membodohi otak untuk memprioritaskan
pengambilan obat pada aktivitas normal dan sehat.

2. Model Terapi Sosial.Model ini memakai konsep dari program terapi komunitas,
dimana adiksi terhadap obat-obatan dipandang sebagai fenomena penyimpangan
sosial (social disorder). Tujuan dari model terapi ini adalah mengarahkan perilaku
yang menyimpang tersebut ke arah perilaku sosial yang lebih layak. Hal ini
didasarkan atas kesadaran bahwa kebanyakan pecandu narkoba hampir selalu
terlibat dalam tindakan a-sosial termasuk tindakan kriminal. Kelebihan dari model
ini adalah perhatiannya kepada perilaku adiksi pecandu narkoba yang bersangkutan,
bukan pada obat-obatan yang disalah gunakan. Prakteknya dapat dilakukan melalui
ceramah, seminar, dan terutama terapi berkelompok (encounter group).
Terapi lingkungan yg bisa dilakukan salah satunya dengan kegiatan terapi
rekreasi dimana kegiatan yang dilakukan pada waktu luang, bertujuan agar pasien
dapat melakukan kegiatan secara konstruktif dan menyenangkan juga
mengembangkan kemampuan hubungan sosial. Di dalam ruang perawatan yang
bertugas sebagai pemimpin terapi adalah perawat, dimana perawat harus
menyesuaikan kegiatan dengan tingkat umur pasien. Contohnya, kegiatan yang
banyak mengeluarkan seperti bulu tangkis, berenang, basket, dan lain-lain diberikan
kepada pasien dengan tingkatan umur remaja, sedangkan untuk kegiatan yang tidak
banyak mengeluarkantenaga seperti bermain catur, karambol, kartu, dan sebagainya
dapat diberikan kepada pasien dengan tingkatan umur dewasa (orangtua).

3. bagaimana penanganan pada Tn.m agar kondisi nya kembali dan tidak
ketergantungan?
a Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan tidak hanya oleh dokter tetapi juga terapis.
Pemeriksaan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kecanduan yang
dialami dan adakah efek samping yang muncul. Jika si pemakai mengalami
depresi atau bahkan gangguan perilaku, maka terapis akan menyembuhkan
efek tersebut baru melakukan rehabilitasi.
b Detoksifikasi
Mengatasi kecanduan harus melalui beberapa tahapan dan salah satu
yang cukup berat adalah detoksifikasi. Di sini pengguna harus 100% berhenti
menggunakan obat-obatan berbahaya tersebut. Reaksi yang akan dirasakan
cukup menyiksa mulai dari rasa mual hingga badan terasa sakit. Disamping itu
pecandu akan merasa tertekan karena tidak ada asupan obat penenang yang
dikonsumsi seperti biasa.
Selama proses detoksifikasi, dokter akan meringankan efek yang tidak
mengenakkan tersebut dengan memberikan obat. Di samping itu, pecandu juga
harus memperbanyak minum air agar tidak terkena dehidrasi serta
mengkonsumsi makanan bergizi untuk memulihkan kondisi tubuh. Lamanya
proses ini sangat bergantung pada tingkat kecanduan yang dialami serta tekad
yang dimiliki oleh si pemakai untuk sembuh.
c Stabilisasi
Setelah proses detoksifikasi berhasil dilewati, selanjutnya dokter akan
menerapkan langkah stabilisasi. Tahapan ini bertujuan untuk membantu
pemulihan jangka panjang dengan memberikan resep dokter. Tidak hanya itu,
pemikiran tentang rencana ke depan pun diarahkan agar kesehatan mental
tetap terjaga dan tidak kembali terjerumus dalam bahaya obat-obatan
terlarang.
d Pengelolaan Aktivitas
Jika sudah keluar dari rehabilitasi, pecandu yang sudah sembuh akan
kembali ke kehidupan normal. Diperlukan pendekatan dengan orang terdekat
seperti keluarga dan teman agar mengawasi aktivitas mantan pemakai. Tanpa
dukungan penuh dari orang sekitar, keberhasilan dalam mengatasi kecanduan
obat terlarang tidak akan lancar.
Banyak pemakai yang sudah sembuh lantas mencoba menggunakan
kembali obat-obatan tersebut karena pergaulan yang salah. Karena itulah
pengelolaan aktivitas sangat penting agar terhindar dari pengaruh negatif.
e Atasi dengan Layanan Rehabilitasi BNN
Untuk mengatasi masalah kecanduan obat-obatan terlarang, Badan
Narkotika Nasional atau lebih dikenal dengan BNN Pecandu atau
penyalahgunaan narkoba akan dipulihkan sepenuhnya baik dari segi fisik
maupun mental.
f Rehabilitasi Medis
Rehabilitasi secara medis meliputi detoksifikasi, pemeriksaan
kesehatan, penanganan efek buruk dari penyalahgunaan narkoba, psiko terapi,
rawat jalan, dan lain-lain.
g Rehabilitasi Sosial
Aktivitas yang dilakukan pada tahapan rehabilitasi ini meliputi
seminar, konseling individu, terapi kelompok, static group, dan sebagainya.
h Kegiataan Kerohanian
Tahapan ini bertujuan untuk mempertebal mental pecandu agar
semakin kuat mempertahankan niat untuk sembuh dari kecanduan.
i Peningkatan Kemampuan
Kegiatan di lembaga rehabilitasi juga diisi oleh aktivitas positif salah
satunya adalah mengasah skill yang dimiliki oleh pecandu agar rasa tak enak
karena tidak mengkonsumsi obat-obatan teralihkan.
4. Perilaku kekerasan dan kopling maladaptif

5. Obat yang digunakan yaitu napza, dmna NAPZA itu adalah zat / bahan yang
berbahaya yang mempengaruh kondisi kejiwaan atau psikologi seseorang, baik itu
pikiran, prilaku ataupun perasaan seseorang dimana efek samping dari penggunaan
obat ini adalah kecanduan atau menyebabkan ketergantungan terhadap zat atau
bahan nya. Ada pun jenis napza yang digunakan yaitu narkotika Narkotika yaitu zat
atau obat yang berasal dari tanaman maupun bukan dari tanaman baik itu sintesis
maupun semisintesis yang dapat menyebabkan penurunan dan perubahan kesadaran,
mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

6. Fungsi Perawat dlm penanggulangan dan penanganan napza diantaranya :


 Independent
Dalam fungsi ini tindakan perawat dalam penanganan klien pengguna NAPZA
tidak memerlukan perintah dokter. Tindakan perawat bersifat mandiri,
berdasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan. Dalam kaitan dengan
penanggulangan penggunaan NAPZA tindakan perawat diantaranya :
-Pengkajian klien pengguna NAPZA.
-Membantu klien pengguna NAPZA memenuhi kegiatan sehari-hari.
-Mendorong klien berperilaku secara wajar.
 Interdependent
Tindakan perawat berdasar pada kerja sama dengan tim perawatan atau tim
kesehatan lain. Fungsi ini dilaksanakan dengan pembentukan tim yang dipimpin
oleh seorang dokter. Dan anggota tim kesehatan lain bekerja sesuai
kompetensinya masing-masing. Contoh tindakannya adalah melakukan
kolaborasi rehabilitasi klien pengguna NAPZA, dimana perawat bekerja dengan
psikiater, social worker, ahli gizi juga rohaniwan,
 Dependent

Dalam fungsi ini perawat bertindak membantu dokter dalam meberikan pelayanan
medik Peran Perawat
Peran perawat ini diterjemahkan dalam perannya sebagai provider, edukator,
advokator, dan role model.

a. Provider/Pelaksana
Peran ini menekankan kemampuan perawat sebagai penyedia layanan
keperawatan (praktisi). Perawat baik secara langsung maupun tidak langsung
memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan ketergantungan
obat0obatan terlarang baik secara individu, keluarga, atau pun masyarakat.
Peran ini biasanya dilaksanakan oleh perawat di tatanan pelayanan seperti
rumah sakit khusus ketergantungan obat, unit pelayanan psikiatri, puskesmas
atau di masyarakat. Untuk mencapai peran ini seorang perawat harus
mempunyai kemampuan bekerja secara mandiri dan kolaborasi, memiliki
pengetahuan tentang ilmu dan kiat keperawatan, mempunyai pengetahuan
tentang NAPZA, keterampilan, sikap empati dalam memberikan asuhan
keperawatan. Dalam menjalankan peran sebagai care giver, perawat
menggunakan metode pemecahan masalah dalam bentuk asuhan proses
keperawatan untuk membantu klien mengatasi masalah kesehatannya.
b. Edukator/Pendidik
Peran ini menekankan kepada tindakan promotif. Perawat melakukan
pendidikan kesehatan tentang NAPZA dan dampaknya bagi kesehatan
kepada klien baik individu, keluarga atau kelompok yang berada di bawah
tanggungjawabnya. Untuk melaksanakan peran ini, perawat harus
mempunyai keterampilan dalam hubungan interpersonal yang efektif,
mengetahui prinsip yang dianut oleh klien, mempunyai kemampuan proses
belajar dan mengajar dan mempunyai pengetahuan yang cukup tentang
NAPZA.
c. Advokat.
Hal yang tidak pernah disadari adalah pengguna NAPZA sebenarnya
”korban”.
d. Role model
Keperawatan merupakan sebuah profesi dimana masyarakat memandang
perawat sebagai seorang tokoh yang dihargai, diangga orang yang paling
banyak tahu tentang kesehatan. Hal ini menjadikan seorang perawat terikat
oleh kode etik profesi dalam menjalankanperannya baik di tatanan pelayanan
maupun di kehidupan sosial masyarakat

7. Otak berfungsi sebagai pusat kendali pada tubuh. Pada otak kita terdapat
sistem limbus yang bertanggung jawab atas naik turunnya suasana perasaan.
Narkoba juga menstimulasi kerja otak sehingga menimbulkan rasa segar, se-
mangat, dan meningkatnya rasa percaya diri. Dalam sel otak juga terdapat
bermacam-macam zat kimia yang disebut neurotransmitter. Zat ini berkerja
pada sambungan sel syaraf (sinaps). Sejumlah neurotransmitter ini mirip
dengan beberapa jenis Narkoba sehingga zat narkotika akan dapat langsung
bereaksi.
Apabila disalah gunakan, bahaya narkoba dapat mempengaruhi
susunan syaraf, mengakibatkan ketagihan, dan ketergantungan, karena
mempengaruhi susunan syaraf. Dari ketergantungan inilah bahaya narkoba
akan mempengaruhi fisik, psikologis, maupun lingkungan sosial.
a. Bahaya narkoba terhadap fisik
Gangguan pada system syaraf (neurologis) Gangguan pada jantung dan
pembuluh darah (kardiovaskuler)Gangguan pada kulit (dermatologis)
Gangguan pada paru-paru (pulmoner) Sering sakit kepala, mual-mual dan
muntah, murus-murus, suhu tubuh meningkat, pengecilan hati dan insomnia
Gangguan terhadap kesehatan reproduksi yaitu gangguan padaendokrin,
seperti: penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron,
testosteron), serta gangguan fungsi seksual.Gangguan terhadap kesehatan
reproduksi pada remaja perempuan antara lain perubahan periode menstruasi,
ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid) Bagi pengguna
narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik secara
bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan
HIVBahaya narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi over dosis yaitu
konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over
dosis bisa menyebabkan kematian
b. Bahaya narkoba terhadap psikologi
Kerja lamban dan ceroboh, sering tegang dan gelisah Hilang rasa
percaya diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga Agitatif, menjadi ganas dan
tingkah laku yang brutal Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan
Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri
c. Bahaya narkoba terhadap lingkungan social
Gangguan mental Anti-sosial dan asusila Dikucilkan oleh lingkungan
Merepotkan dan menjadi beban keluarga Pendidikan menjadi terganggu dan
masa depan suram.
STEP IV

Tn.M (17thn)

Diantar keluarganya
masuk keRSJ karena
memukuli tetanggaanya

Sebelumnya Tn.M sering mengosumsi


obat berbentuk tablet yang diberikan
temannya dan bisa membuat senang

Sejak Tn.M sering hilang kesadaran sering


berkelahi sering mengambil uang
ibunya.pola tidur berubah, tugas sekolah
tidak selesai sehingga prestasi turun.

DO : DS :
 Tn.M tampak melotot  Tn.M ingin
 Pandangan tajam memukul
 Tangan mengepal keluarganya
 Rahang mengatup  Mengatakan tidak
 Gelisah mondar bisa tidur
mandir  Sering terjaga pada
 Mudah tersinggung malam hari
 Nada suara tinggi  Mengeluh pola tidur
 Sarkasme dan berubah
diarientasi

Konsep Napza dan Askep


Ketergantungan Napza
STEP V

Learning Objektif
1. Definisi NAPZA
 NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif ) adalah bahan/zat/obatyang
bila masuk ke dalam tubuh manusia akan memengaruhi tubuh terutama
otak/susunan saraf pusat, sehingga dapat menyebabkan gangguan kesehatan
fisik, psikis,dan fungsi sosialnya. Selain itu, penggunaan NAPZA dapat
merusak fungsi sosialkarena terjadi kebiasaan, ketagihan, dan ketergantungan.
 NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif ) adalah zat-zat kimiawi
(obat-obat berbahaya) yang mampu merubah fungsimental dan perilaku
seseorang, yang dimasukkan kedalam tubuh
manusia, baik melalui mulut, dihirup maupun disuntikkan.
 NAPZA merupakan kepanjangan dari narkotika dan obat berbahaya sering
disebut juga (narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya). Istilah NAPZA
umumnya digunakan oleh pihak kedokteran yang menitikberatkan pada upaya
penanggulangan dari segi kesehatan fisik, psikis, dan sosial (Martaatmadja,
2007).

2. Definisi ketergantungan fisik,dan psikologis


 Ketergantungan fisik Keadaan sakit/gangguan fisik yang akan diderita seseorang
apabila berhenti memakai obat untuk dalam jangka waktu tertentu dalam hal ini
akan timbul gejala-gejala putus obat/sindroma putus obat, yang berupa rasa sakit
seluruh badan
 Ketergantungan psikologis adalah keadaan yang melibatkan gejala penarikan
motivasi emosional, misalnya kecemasan dan anhedonia , setelah penghentian
penggunaan narkoba atau perilaku tertentu. Ketergantungan psikologis, juga
disebut habituasi, ditandai oleh hasrat terus-menerus atau sebentar-sebentar (yaitu
keinginan kuat) untuk penggunaan zat untuk menghindari keadaan disforik
3. Macam- macam Napza
a. Narkotika
Menurut UU RI No 22 / 1997, Narkotika adalah: zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Narkotika terdiri dari 3 golongan :
 Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta
mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh :
Heroin, Kokain, Ganja.
 Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai
pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Morfin, Petidin.
 Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan
dalam terapi dan/atau tujuan pengebangan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Codein.

b. Psikotropika
Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah : zat atau obat, baik alamiah
maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas
mental dan perilaku. Psikotropika terdiri dari 4 golongan:
 Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Ekstasi.
 Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan
dalan terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Amphetamine.
 Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan
dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Phenobarbital.
 Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas
digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh :
Diazepam, Nitrazepam (BK, DUM).
c. Zat Adiktif Lainnya
Yang termasuk Zat Adiktif lainnya adalah : bahan / zat yang berpengaruh psikoaktif
diluar Narkotika dan Psikotropika, meliputi :
 Minuman Alkohol : mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh
menekan susunan saraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan
manusia sehari – hari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan bersamaan
dengan Narkotika atau Psikotropika akan memperkuat pengaruh obat/zat itu
dalam tubuh manusia. Ada 3 golongan minuman beralkohol : Golongan A :
kadar etanol 1-5 % (Bir). Golongan B : kadar etanol 5-20 % (Berbagai
minuman anggur). Golongan C : kadar etanol 20-45 % (Whisky, Vodca,
Manson House, Johny Walker).
 Inhalasi ( gas yang dihirup ) dan solven ( zat pelarut ) mudah menguap berupa
senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah
tangga, kantor, dan sebagai pelumas mesin. Yang sering disalahgunakan
adalah : Lem, Tiner, Penghapus Cat Kuku, Bensin.
 Tembakau : pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di
masyarakat.Dalam upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian
rokok dan alkohol terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya
pencegahan, karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk
penyalahgunaan NAPZA lain yang berbahaya.

4. Faktor- faktor yg mempengaruhi penyalahgunaan dan ketergantungan Napza


 Faktor yang mempengaruhi penyalaguaan NAPZA :

a. Faktor Individu
 Ingin diterima kelompok
 Mengikuti kecenderungan
 Mencari kenikmatan
 Keingintahuan
b. Faktor Lingkungan.
Faktor keluarga yang menjadi penyebab penyalahgunaan narkotika
antara lain :
 Keluarga tidak harmonis
 Kontrol sosial
 Orangtua yang kurang komunikatif dengan anaknya
 Orangtua yang terlalu banyak mengatur anak atau selalu menuruti
kehendak anak
 Orangtua yang menuntut secara berlebihan agar anak berprestasi di luar
kemampuannya atau keinginannya misalnya dalam hal memilih jurusan
 Disiplin orangtua yang tidak konsisten
 Sikap ayah dan ibu yang tidak sepaham terutama dalam hal pendidikan
anak

c. Faktor Narkotika
Tersedianya Narkoba dimana-mana menyebabkan meningkatnya
penyalahgunaan narkoba

 Faktor yang mempengaruhi ketergantungan Napza


Menurut Alatas,Husein.H (2001.23). ada beberapa faktor yang menyebabkan
individu mengkonsumsi narkoba :
Faktor Internal

 Kepribadian individu memiliki peranan yang besar dalam penyalahgunaan

Narkoba. Individu yang memiliki kepribadian yang lemah (mudah

kecewa, tidak mampu menerima kegagalan) lebih rentan terhadap

penyalahgunaaan narkoba dibandingkan dengan individu yang memiliki

kepribadian yang kuat (individu mengetahui mana yang benar dan mana

yang salah, berani mengatakan tidak, tidak mudah dipengaruhi oleh orang

lain).

 Intelegensi. Dalam konseling sering dijumpai bahwa kecerdasan pemakai

narkoba lebih banyak berada pada taraf rat-rata dan dibawah rata-rata

kelompok seusianya.

 Usia Mayoritas. pemakai narkoba adalah kaum remaja. Hal ini disebabkan

karena kondisi sosial psikologis yang butuh pengakuan, identitas dan


kelabilan emosi sementara individu yang berada pada usia yang lebih tua

menggunakan narkoba sebagai penenang.

 Dorongan kenikmatan Narkoba dapat memberikan kenikmatan yang unik

dan tersendiri. Perasaan enak mulanya diperoleh dari mulai coba-coba lalu

lama- lama akan menjadi suatu kebutuhan.

 Perasaan ingin tahu adalah kebutuhan setiap orang. Proses awal

terbentuknya seorang pemakai diawali dengan coba-coba karena rasa ingin

tahu, kemudian menjadi iseng, menjadi pemakai tetap dan pada akhirnya

akan menjadi seorang pemakai yang tergantung.

5. Tanda dan Gejala


Ketika penyalahgunaan NAPZA tidak dihentikan dan terjadi terus-menerus,
hal itu dapat menyebabkan kecanduan. Pada fase ini, gejala yang dirasakan dapat
berupa:

 Keinginan untuk menggunakan obat terus-menerus, setiap hari atau bahkan


beberapa kali dalam sehari.
 Muncul dorongan kuat untuk menggunakan NAPZA, yang bahkan mampu
mengaburkan pikiran lain.
 Seiringnya berjalannya waktu, dosis yang digunakan akan dirasa kurang dan
muncul keinginan untuk meningkatkannya.
 Muncul kebiasaan untuk selalu memastikan bahwa NAPZA masih tersedia.
 Melakukan apa pun untuk mendapatkan atau membeli NAPZA, bahkan hingga
menjual barang pribadi.
 Tanggung jawab dalam bekerja tidak terpenuhi, dan cenderung mengurangi
aktivitas sosial.
 Tetap menggunakan NAPZA meski sadar bahwa penggunaan NAPZA tersebut
memberikan dampak buruk pada kehidupan sosial maupun psikologis.
 Ketika sudah tidak memiliki uang atau barang yang dapat dijual, pecandu
NAPZA mulai berani melakukan sesuatu yang tidak biasa demi mendapatkan zat
yang diinginkan, misalnya mencuri.
 Melakukan aktivitas berbahaya atau merugikan orang lain ketika di bawah
pengaruh NAPZA yang digunakan.
 Banyak waktu tersita untuk membeli, menggunakan, hingga memulihkan diri dari
efek NAPZA.
 Selalu gagal saat mencoba untuk berhenti menggunakan NAPZA.

Ketika penderita telah mencapai fase kecanduan dan mencoba untuk


menghentikan penggunaan, dia akan mengalami gejala putus obat atau sakau. Gejala
putus obat itu sendiri dapat berbeda-beda pada tiap orang, tergantung keparahaan dan
jenis NAPZA atau narkoba yang digunakan. Apabila NAPZA yang digunakan adalah
heroin dan morfin (opioid), maka gejalanya dapat berupa:

 Hidung tersumbat.
 Gelisah.
 Keringat berlebih.
 Sulit tidur.
 Sering menguap.
 Nyeri otot.

Setelah satu hari atau lebih, gejala putus obat dapat memburuk. Beberapa gejala
yang dapat dialami adalah:

 Diare.
 Kram perut.
 Mual dan muntah.
 Tekanan darah tinggi.
 Sering merinding.
 Jantung berdebar.
 Penglihatan kabur/buram.
Sedangkan apabila NAPZA yang disalahgunakan adalah kokain, maka gejala
putus obat yang dirasakan dapat berbeda. Beberapa di antaranya adalah:

 Depresi.
 Gelisah.
 Tubuh terasa lelah.
 Terasa tidak enak badan.
 Nafsu makan meningkat.
 Mengalami mimpi buruk dan terasa sangat nyata.
 Lambat dalam beraktivitas.

Fase kecanduan terhadap penyalahgunaan NAPZA yang terus dibiarkan,


bahkan dosisnya yang terus meningkat, berpotensi menyebabkan kematian akibat
overdosis. Overdosis ditandai dengan munculnya gejala berupa:

 Mual dan muntah.


 Kesulitan bernapas.
 Mengantuk.
 Kulit dapat terasa dingin, berkeringat, atau panas.
 Nyeri dada.
 Penurunan kesadaran.

6. Pengobatan dan pemulihan


a. Pengobatan
Rehabilitasi merupakan upaya yang dilakukan untuk menangani kecanduan
NAPZA. Pasien dapat mengajukan rehabilitasi pada Institusi Penerima Wajib
Lapor (IPWL) yang tersebar di banyak daerah, terdiri dari rumah sakit, puskesmas,
hingga lembaga khusus rehabilitasi. Dengan mengajukan rehabilitasi atas kemauan
dan kehendak sendiri, sesuai dengan pasal 55 ayat (2) UU No. 35 tahun 2009
tentang narkotika, pasien tidak akan terjerat tindak pidana.Di Indonesia,
rehabilitasi memiliki tiga tahap, yakni:
 Detoksifikasi. Detoksifikasi adalah tahap di mana dokter memberikan obat
tertentu yang bertujuan untuk mengurangi gejala putus obat (sakau) yang
muncul. Sebelum pasien diberikan obat pereda gejala, dokter terlebih dahulu
akan memeriksa kondisinya secara menyeluruh.
 Terapi perilaku kognitif. Pada tahap ini, pasien akan dibantu psikolog atau
pskiater berpengalaman. Terapis terlebih dahulu akan melakukan pemeriksaan
kondisi guna menentukan tipe terapi yang sesuai. Beberapa tujuan
dilakukannya terapi perilaku kognitif, antara lain adalah untuk mencari cara
mengatasi keinginan menggunakan obat disaat kambuh, dan membuat strategi
untuk menghindari dan mencegah kambuhnya keinginan menggunakan obat.
 Bina lanjut. Tahap ini memungkinkan pasien ikut serta dalam kegiatan yang
sesuai dengan minat. Pasien bahkan dapat kembali ke sekolah atau tempat kerja,
namun tetap dalam pengawasan terapis.

b. Pemulihan
Adapun strategi yang terakhir menurut Yayasan Sekar Mawar, yaitu
Family Fupport Group (FSG) dan Family Association (FA). Yaitu kegiatan yang
beranggotakan keluarga para korban NAPZA serta anggota masyarakat lainnya.
Tujuan FSG dan FA adalah mendorong peran aktif anggota keluarga dalam proses
pemulihan korban penyalahgunaan NAPZA. Keluarga memiliki peran penting
dalam proses pemulihan yang tengah dijalani oleh rehabilitan. Dukungan keluarga
dapat memberikan motivasi agar rehabilitan bersedia dan memiliki komitmen kuat
untuk kembali bersih dari belenggu Napza.
Beberapa hal penting yang dapat dilakukan saat anggota keluarga menjadi
korban penyalahgunaan Napza adalah

 Ajak bicara
 Beri penguatan positif
 Hindari menghakimi dan memberi  stigma
 Menghubungi fasilitas kesehatan terdekat atau datang langsung ke klinik
subspesialis Napza RSJRW

7. Pengkajian dan diagnosis keperawatan


8. Tindakan keperawatan

Anda mungkin juga menyukai