Anda di halaman 1dari 79

PENGGUNAAN OBAT PADA

LANSIA

RINO WAHYUDI
Program Studi S1 Farmasi
Universitas Moeh. Natsir - Bukittinggi
Drug induced delirium
Acute Confusional State (=
sindroma delirium)

adalah delirium yang dapat disebabkan oleh
obat.

adalah gangguan kognitif global yang disertai dengan
perubahan kesadaran, siklus tidur dan aktivitas
psikomotor yang terjadi akut dan fluktuatif. Farmakokinetik obat


adalah aspek kinetika yang mencakup nasib obat dalam
darah yaitu absorbsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi.
Bioavailability (= ketersediaan
hayati)
Farmakodinamik obat

adalah jumlah obat dalam persen terhadap
dosis yang mencapai sirkulasi sistemik dalam ●
adalah aspek efek obat terhadap berbagai
bentuk utuh/aktif. organ tubuh dan mekanisme kerjanya.
First-pass metabolism (=
llmu Geriatri
metabolisme lintas pertama)


adalah ilmu yang mempelajari pengelolaan pasien berusia

adalah obat yang sebagian akan dimetabolisme oleh enzim
lanjut dengan beberapa karakteristik (multipatologi, daya
di dinding usus pada pemberian oral dan/atau di hati pada
cadangan faali menurun, tampilan tak khas, penurunan status
lintasan pertamanya melalui organ-organ tersebut.
fungsional dan gangguan nutrisi).

High first-pass effect Pasien/penderita


adalah meningkatnya dosis yang masuk ke ●
adalah orang sakit/orang yang menjalani
sirkulasi akibat destruksi obat berkurang
pengobatan untuk kesembuhan penyakitnya
pada penyerapan awal.
Pelayanan Kefarmasian
Pemberian Informasi dan Edukasi
Pharmaceutical Care


adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung

adalah kegiatan yang dilakukan oleh apoteker dalam rangka
memberikan penjelasan dan edukasi kepada pasien dan keluarga
profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk tentang hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan obat, dimana
meningkatkan kualitas hidup pasien. kegiatan ini berlangsung melalui tatap muka dan bersifat interaktif.

Pemantauan Penggunaan Obat Penyiapan dan Pemberian Obat


adalah proses kegiatan yang dilakukan oleh apoteker setelah obat diberikan ●
adalah proses kegiatan yang dilakukan oleh tenaga
kepada pasien untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang berkaitan
dengan penggunaan obat, melakukan pencegahan terhadap masalah yang farmasi mulai dari penerimaan resep/instruksi pengobatan
berpotensi untuk terjadi atau mengatasi masalah yang telah terjadi. sampai dengan obat siap untuk diberikan kepada pasien.
Terapi obat

Telaah Ulang Rejimen Obat ●


adalah usaha untuk memulihkan kesehatan
orang yang sedang sakit dengan
menggunakan obat-obatan.

Usia lanjut

adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh
apoteker sebelum obat disiapkan atau sesudahnya
untuk menilai kesesuaian terapi obat dengan indikasi
kliniknya, mengevaluasi kepatuhan pasien,
mengidentifikasi kemungkinan adanya efek yang ●
adalah seorang yang telah mencapai
merugikan akibat penggunaan obat, serta
memberikan rekomendasi penyelesaian masalah. usia 60 tahun ke atas
BATASAN USIA LANJUT

Menurut who meliputi :


Usia pertengahan (middle age) : 45 - 59 tahun

Lanjut usia (elderly) : 60 - 74 tahun

Lanjut usia tua (old) : 75 - 90 tahun

Usia sangat tua (very old) : > 90 tahun

UU No. 4 tahun 1965 pasal 1 :


“seorang dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan
mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk
keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain”.

UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan


lansia


Lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun
keatas.
PENDAHULUAN

PROSES MENUA


adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri/mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga
tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita

(nugroho, 2000)
PENDAHULUAN

Pasien usia lanjut, BUKAN


pasien dewasa yang ditambah ∑ pasien usia lanjut bertambah
umurnya


Tidak hanya sekedar mengurangi dosis ●
pengelolaan khusus tersebut

Banyak aspek lain yang ditilik bertambah penting

Perlu pemahaman dan


Mempunyai karakteristik perhatian khusus agar tidak
tertentu sehingga terjadi salah-kelola
pengelolaannya berbeda (mismanagement/
mistreatment)
Bagaimana KARAKTERISTIK USIA
LANJUT ?

Proses proses penuaan mengakibatkan terjadinya


beberapa perubahan fisiologi, anatomi, psikologi dan
sosiologi

Perubahan fisiologi terkait usia dapat menyebabkan


perubahan yang bermakna dalam penatalaksanaan obat

Peresepan yang tidak tepatdan polifarmasi merupakan


problem utama terapi dengan obat pada pasien usia lanjut
PERUBAHAN FISIK PADA LANSIA

1. Sel 7. Sistem respirasi

2. Sistem persarafan 8. Sistem gastrointestinal

3. Sistem pendengaran 9. Sistem reproduksi

4. Sistem penglihatan 10. Sistem perkemihan

5. Sistem kardiovaskuler 11. Sistem endokrin

6. Sistem pengaturan temperatur 12. Sistem kulit ( sistem


tubuh integumen )
PERUBAHAN FISIK PADA LANSIA

1. Sel 2. Sistem persarafan


Lebih sedikit jumlahnya. Berat otak menurun 10-20%( Sel sarat
otak berkurang setiap harinya).
Lebih besar ukurannya. Cepatnya menurun hubungan
persarafan.
Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan
berkurangnya cairan intraseluler. Lambat dalam respon dan waktu untuk
Menurunnya proporsi protein di otak, otot, bereaksi, khususnya dengan stres.
ginjal, darah, dan hati.
Mengecilnya saraf panca indra (Penglihatan,
pendengaran, pencium dan perasa berkurang).
Jumlah sel otak menurun.
Sensitif terhadap perubahan suhu
Terganggunya mekanisme perbaikan sel. (Kurang tahan dingin).

Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-


10%. Kurang sensitif terhadap sentuhan.
PERUBAHAN FISIK PADA LANSIA

3. Sistem pendengaran 4. Sistem penglihatan


Sklerosis dan hilangnya respon terhadap
Presbiakusis ( gangguan dalam sinar.
pendengaran ).
Kornea lebih berbentuk sferis (bola).

Hilangnya kemampuan pendengaran terutama terhadap bunyi suara atau
nada-nada tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% pada usia >
65 tahun.

Kekeruhan pada lensa (katarak)


Otosklerosis akibat atrofi membran
tympani . Meningkatnya ambang pengamatan sinar dan
daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat

Terjadi pengumpulan serumen dapat


mengeras karena meningkatnya Hilangnya daya akomodasi.
keratin.
Menurunnya lapangan pandang
Pendengaran bertambah menurun
pada lanjut usia yang mengalami
ketegangan jiwa/ stres. Sulit membedakan warna biru atau hijau.
PERUBAHAN FISIK PADA LANSIA
5. Sistem kardiovaskuler 6. Sistem pengaturan
temperatur tubuh
Elastisitas dinding aorta menurun.


Perubahan posisi menyebabkan tekanan darah menurun  pusing
mendadak.

Temperatur tubuh menurun ( hipotermia )


Katup jantung menebal dan menjadi kaku. secara fisiologis akibat metabolisme yang
menurun.

Kemampuan jantung memompa darah


menurun  menurunnya kontraksi dan
volumenya.

Kehilangan elastisitas pembuluh darah 


kurangnya efektivitas oksigenasi pembuluh
darah perifer Keterbatasan refleks menggigil dan tidak
dapat memproduksi panas akibatnya
Tekanan darah meninggi akibat meningkatnya aktivitas otot menurun.
resistensi pembuluh darah perifer.
PERUBAHAN FISIK PADA LANSIA
7. Sistem respirasi 8. Sistem gastrointestinal
Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan Kehilangan gigi akibat periodontal disease,
dan menjadi kaku. kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.

Indera pengecap menurun, hilangnya sensitivitas


Menurunnya aktivitas dari silia. saraf pengecapm di lidah terhadap rasa manis, asin,
asam, dan pahit.

Paru-paru kehilangan elastisitas, menarik nafas lebih


berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun, Eosephagus melebar.
dan kedalaman bernafas menurun.

Alveoli ukuranya melebar dari biasa Rasa lapar menurun, asam lambung
dan jumlahnya berkurang. menurun.

Peristaltik lemah dan biasanya timbul


Kemampuan untuk batuk berkurang.
konstipasi.

Kemampuan kekuatan otot pernafasan akan


Daya absorbsi melemah
menurun seiring dengan pertambahan usia.
PERUBAHAN FISIK PADA LANSIA
9. Sistem reproduksi 10. Sistem perkemihan

Menciutnya ovari dan uterus.


Ginjal

Atrofi payudara. ●
Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme
tubuh melalui urin, darah yang masuk ke ginjal disaring di
glomerulus (nefron).
Pada laki-laki testis masih dapat
memproduksi spermatozoa meskipun
adanya penurunan secara berangsur-angsur. Nefron menjadi atrofi dan aliran darah ke
ginjal menurun sampai 50%.
Kehidupan seksual dapat diupayakan
sampai masa lanjut usia asal kondisi
kesehatan baik.
Otot-otot vesika urinaria menjadi lemah,
frekuensi buang air kecil meningkat dan
Selaput lendir vagina menurun. terkadang menyebabkan retensi urin pada
pria.
PERUBAHAN FISIK PADA LANSIA
11. Sistem endokrin 12. Sistem kulit ( sistem
integumen )
Produksi semua hormon menurun. Kulit mengerut atau keriput akibat
kehilangan jaringan lemak.

Menurunnya aktivitas tyroid, menurunnya Permukaan kulit kasar dan bersisik karena
kehilangan proses keratinisasi, serta perubahan
bmr (basal metabolic rate), dan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis.
menurunnya daya pertukaran zat.
Kulit kepala dan rambut menipis
berwarna kelabu.
Menurunnya produksi aldosteron.
Rambut dalam hidung dan telinga
menebal.
Menurunya sekresi hormon kelamin
misalnya, progesteron, estrogen, dan Berkurangnya elastisitas akibat dari
testosteron. menurunya cairan dan vaskularisasi
Karakteristik Pasien Geriatri Berkaitan
Dengan Terapi Obat
KARAKTERISTI
PERUBAHAN PERUBAHAN K LAIN YANG
FARMAKOKI FARMAKODI BERKAITAN
NETIKA NAMIKA DENGAN
TERAPI OBAT

Oral ●
Multi Patologi

Sensitifitas
bioavailability ●
Polifarmasi
jaringan

Distribusi obat ●
Mekanisme
terhadap obat

Metabolic interaksi

Sensitifitas
clearance ●
Pengaruh
jaringan

Faal hepar kondisi mental
terhadap obat

Faal ginjal dan kognitif
PERUBAHAN FARMAKOKINETIK
Bioavailabilitas Oral

Aklorhidria (berkurangnya
Pengaruh enzim gut-associated
produksi asam lambung) dengan
cytochrom P-450 
bertambahnya usia


Aklorhidria

Obat mengalami destruksi saat penyerapan dan
metabolisme awal di hepar (first-pass metabolism di

Usia 80 tahun : 20-25% hepar)

Usia 30 tahun : 5% ●
Terjadi perubahan bioavailability akibat proses menua.

Obat yang absorbsi di lambung dipengaruhi oleh ●
Obat yang mengalami destruksi sebanyak 95 % pada
keasaman lambung akan terpengaruh first-pass metabolism (yang masuk ke sirkulasi tinggal 5

Ketokonazol, flukonazol, indometasin, tetrasiklin %)  karena proses menua destruksi obat mengalami
dan siprofloksasin. penurunan jadi 90 % (10% masuk ke sirkulasi)
PERUBAHAN FARMAKOKINETIK
Distribusi Obat Akibat Perubahan Komposisi
Tubuh

Komposisi tubuh manusia PENGARUH PERUBAHAN


KOMPOSISI TUBUH


Bayi  cairan tubuh sangat dominan

Anak remaja  massa otot yang sebagian besar
berisi cairan ●
Distribusi obat di dalam plasma.

Dewasa ke lebih tua  cairan tubuh berkurang

Obat larut lemak (lipofilik) meningkat,

Obat larut air (hidrofilik) menurun.
akibat berkurang massa otot. ●
Konsentrasi Obat di plasma

Usia lanjut  terjadi peningkatan komposisi lemak ●
Obat hidrofilik meningkat karena jumlah cairan tubuh menurun.
tubuh. ●
Pemberian Dosis

Dosis obat hidrofilik harus diturunkan

Interval waktu pemberian

Obat lipofilik harus dijarangkan.
PERUBAHAN FARMAKOKINETIK
Distribusi Obat Akibat Perubahan Kadar
Albumin

Kadar albumin dan a1-acid


glycoprotein mempengaruhi
distribusi obat dalam tubuh. Pengaruh kadar albumin sangat
besar pada obat-obat yang
afinitasnya terhadap albumin
cukup kuat

proses menua

penyakit yang diderita.


Contoh naproxen.
Kadar naproxen bebas dalam plasma sangat
Hipoalbuminemia disebabkan

dipengaruhi oleh afinitasnya pada albumin.


oleh ●
Pada kadar albumin normal maka kadar obat bebas
juga normal;

pada kadar albumin yang rendah maka kadar obat
bebas akan sangat meningkat sehingga bahaya efek
samping lebih besar
PERUBAHAN FARMAKOKINETIK
Metabolic Clearance

Clearance (= bersihan)


adalah volume darah yang di bersihkan dari suatu zat persatuan waktu oleh
hati, ginjal, atau tubuh secara keseluruhan.

Metabolic Clearance


adalah metabolisme volume darah yang dibersihkan dari suatu zat
persatuan waktu oleh hati, ginjal, atau tubuh secara keseluruhan
PERUBAHAN FARMAKOKINETIK
Metabolic Clearance terkait Faal Hepar

Faal Hepar, Pada usia > 50 tahun REAKSI FASE SATU

Berupa oksidasi, reduksi maupun hidrolisis;


Massa hepar berkurang



obat menjadi kurang aktif atau menjadi tidak aktif sama sekali.

aliran darah ke hepar berkurang. ●
melalui sistem sitokhrom P- 450, tidak memerlukan energi

biasanya terganggu dengan bertambahnya umur seseorang.

BIOTRANSFORMASI OBAT DI
HEPAR (METABOLISME) REAKSI FASE DUA


terjadi di retikulum endoplasmik hepatosit dibantu enzim mikrosom.

mengakibatkan molekul obat jadi lebih polar  kurang larut dalam lemak  mudah ●
berupa konyugasi molekul obat dengan gugus glukuronid, asetil atau sulfat;
dikeluarkan melalui ginjal.

Reaksi kimia yang terjadi dibagi dua yaitu

memerlukan energi dari ATP;

reaksi oksidatif (fase 1)

metabolit menjadi inaktif.

reaksi konyugasi (fase 2). ●
Tidak mengalami perubahan dengan bertambahnya usia.
PERUBAHAN FARMAKOKINETIK
Metabolic Clearance terkait Faal Hepar

Reaksi oksidatif dipengaruhi oleh


merokok,

indeks ADL's (= Activities of Daily Living) Barthel serta

berat ringannya penyakit yang diderita pasien geriatri.

Keadaan-keadaan tersebut mengakibatkan kecepatan


biotransformasi obat berkurang  kemungkinan terjadinya
peningkatan efek toksik obat.
PERUBAHAN FARMAKOKINETIK
Metabolic Clearance terkait Faal Ginjal

Fungsi ginjal akan mengalami


penurunan sejalan dengan
pertambahan umur. GFR dapat diperhitungkan dengan


= [ 140-umur ] tahun x BB (kg)

72 x [kreatinin plasma] mg/L

dikali 0,85 untuk pasien perempuan. ●
mengukur kreatinin urin 24 jam;

dibandingkan dengan kreatinin plasma.
Kalkulasi fungsi ginjal dengan
menggunakan kadar kreatinin plasma
tidak tepat sehingga sebaiknya
menggunakan rumus Cockroft-Gault,
GFR menurun pada usia lanjut

CLEARANCE CREATININ
(dalam ml/menit ●
Perlu penyesuaian dosis obat (sama seperti usia dewasa muda dengan
gangguan faal ginjal)

Penyesuaian dosis juga dipengaruhi skor ADL’s Barthel.

Jika tanpa memperhitungkan faal ginjal akan berdampak pada kemungkinan
terjadinya akumulasi obat yang bisa menimbulkan efek toksik.
PERUBAHAN FARMAKOKINETIK
Metabolic Clearance terkait Faal Ginjal

Patokan penyesuaian dosis dari waktu paruh obat.


T 1/2 = 0,693 x volume distribusi

clearance

Antipyrine,


distribusi plasma menurun,

clearance menurun sehingga hasil akhir T 1/2 tidak berubah.

flurazepam


terdapat sedikit peningkatan volume distribusi dan

sedikit penurunan clearance

hasil akhirnya adalah meningkatnya waktu paruh yang cukup besar.
PERUBAHAN FARMAKODINAMIK
Perubahan Sensitifitas Jaringan Terhadap Obat

Sensitivitas jaringan terhadap Warfarin


obat berubah sesuai sesuai
pertambahan umur seseorang. ●
perubahan respon akibat perubahan farmakodinamik.

Sensitivitas yang meningkat akibat berkurangnya sintesis faktor-faktor
pembekuan pada usia lanjut.


degenerasi reseptor obat di jaringan, mengakibatkan

kualitas reseptor berubah atau Nitrazepam

jumlah reseptornya berkurang.


Sensitivitas Lansian terhadap nitrazepam meningkat.

Diazepam iv pada pasien lansia perlu dosis lebih kecil dari dewasa muda,

Efek sedasi lebih kuat dibandingkan dewasa muda.

Perubahan farmakodinamik
dipengaruhi oleh
Triazolam


Pada usia lanjut mengakibatkan postural sway-bertambah
besar secara signifikan dibandingkan dewasa muda.
PERUBAHAN FARMAKODINAMIK
Perubahan Sensitifitas Obat

Terlihat pada propranolol.


Penurunan frekuensi denyut nadi setelah pemberian propranolol pada usia 50-65 tahun lebih rendah
dibandingkan mereka yang berusia 25-30 tahun.

Efek tersebut adalah pada reseptor b1; efek pada reseptor b2 yakni penglepasan insulin dan vasodilatasi
akibat pemberian isoprenalin tidak terlihat.

Perubahan sensitivitas menunjukkan bahwa terdapat perubahan


pada pasca-reseptor intraselular.
LANGKAH PRAKTIK DALAM PEMANTAUAN
PENGGUNAAN OBAT PDA GERIATRI

Mencatat semua obat yang dipakai saat ini Menghentikan pemberian obat tanpa
(resep dan non- resep, termasuk jamu) manfaat penyembuhan

Mengenali nama generik dan golongan Menghentikan pemberian obat tanpa


obat indikasi klinik

Mengenali indikasi klinik untuk setiap Mengganti dengan obat yang lebih
obat aman, bila perlu

Mengetahui profil efek samping setiap Tidak menangani efek tak terduga
obat suatu obat dengan obat lagi

Mengenali faktor risiko sesuatu efek Menggunakan obat tunggal bila cara
yang tak terduga (misalnya interaksi) pemberiannya tidak sering

Membiasakan untuk melakukan


Menyederhanakan rejimen pengobatan
evaluasi daftar obat secara berkala
KARAKTERISTIK LAIN YANG
BERKAITAN DENGAN TERAPI OBAT

Multipatologi
sindroma delirium atau acute
confusional state, akibat dari

satu pasien menderita beberapa penyakitdan cenderung menahun

mengalami kondisi akut

penyakit kronik degeneratif


akibat perubahan metabolisme obat terkait usia;

polifarmasi

interaksi obat
Polifarmasi ●


kekacauan pengobatan karena pasien sulit mengingat
penurunan produksi dan turnover neurotransmiter terkait usia.


mengandung risiko yang lebih besar dibandingkan
dengan manfaat yang dapat (Efek samping)
Interaksi berbagai obat
Depresi dan penurunan faal kognitif
(atau sampai demensia)

Jumlah kemungkinan interaksi pada N obat dapat dihitung dengan
menggunakan rumus N x (N 1)/2.
6obat saja dapat menimbulkan 15 interaksi.
Mempengaruhi kepatuhan minum obat



Tidak semua kemungkinan interaksi obat menunjukkan gejala klinik
KARAKTERISTIK LAIN YANG
BERKAITAN DENGAN TERAPI OBAT
Pengaruh kondisi mental dan kognitif

sindroma delirium atau acute


confusional state

Depresi dan penurunan faal kognitif


(atau sampai demensia) ●


akibat perubahan metabolisme obat terkait usia;
polifarmasi

interaksi obat

kekacauan pengobatan karena pasien sulit mengingat

penurunan produksi dan turnover neurotransmiter terkait usia.

Interaksi berbagai obat


Mempengaruhi kepatuhan minum
obat ●
Jumlah kemungkinan interaksi pada N obat dapat dihitung dengan
menggunakan rumus N x (N 1)/2.

6obat saja dapat menimbulkan 15 interaksi.

Tidak semua kemungkinan interaksi obat menunjukkan gejala klinik
Masalah yang Berkaitan dengan
Penggunaan Obat pada geriatri
1. Terdapat indikasi medik yang
tidak mendapatkan obat 5. Gagal mendapatkan obat
(untreated indication)

2. Terapi obat diberikan tanpa 6. Dosis berlebih atau dosis


indikasi untuk mendapatkan obat toksik

7. Reaksi Obat yang tidak


3. Pilihan obat yang tidak tepat
Diharapkan

4. Dosis yang subterapi 8. Interaksi Obat


OBAT YANG PENGGUNAAANNYA
MEMERLUKAN PERHATIAN KHUSUS
Obat yang Penggunaaannya Memerlukan
Perhatian Khusus
Efek Tidak Diharapkan
No. Obat yang Bermakna Pertimbangan dan Rekomendasi
A. ANALGESIK
1 AINS & • Tukak dan perdarahan • Gunakan parasetamol terlebih dahulu.
penghambat COX-2 pada saluran • Pantau fungsi ginjal, keadaan jantung,
pencernaan, gagal ginjal, tekanan darah.
retensi cairan, dan • Hindari penggunaan indometasin dan
sindrom delirium. fenilbutazon karena meningkatkan
• Juga mungkin kejadian efek yang tidak diharapkan
mengantagonis efek obat (SSP dan hematologikal)
antihipertensi
2 Analgesik narkotik Sedasi, depresi • Mulai dengan dosis rendah dan
pernafasan, konstipasi, naikkan secara perlahan.
hipotensi, sindrom delirium • Pantau efek yang tidak diharapkan.
• Cegah konstipasi dengan makanan
berserat, cairan dan/atau
menggunakan pencahar asalkan
sesuai dengan pedoman yang berlaku
Obat yang Penggunaaannya Memerlukan
Perhatian Khusus
EFEK TIDAK
NO. OBAT DIHARAPKAN YANG PERTIMBANGAN DAN
BERMAKNA REKOMENDASI
B. ANTIBIOTIKA
1 Aminoglikosida Gagal ginjal, kehilangan • Gunakan dosis lebih rendah.
(seperti gentamisin) fungsi pendengaran • Hindari jika terjadi kerusakan ginjal
yang bermakna, kecuali bila
dilakukan pemantauan kadar obat
dalam darah (Therapeutic Drug
Monitoring= TDM)
2 Sulfametoxazol/ Reaksi hipersensitif yang • Trimetoprim tunggal memberikan
Trimetoprim serius (Steven Johnson efek yang sebanding ( dan lebih
(cotrimoxazole) syndrome, blood aman) untuk infeksi saluran kemih.
dyscrasias)
Daftar Obat yang Penggunaaannya
Memerlukan Perhatian Khusus
EFEK TIDAK
NO. OBAT DIHARAPKAN YANG PERTIMBANGAN DAN
BERMAKNA REKOMENDASI
C. OBAT ANTI-DIABETIK
1 Sulfonilurea oral • Meningkatkan risiko • Lebih dianjurkan untuk
kerja panjang hipoglikemia. menggunakan obat dengan sifat
(seperti • Risiko SIADH dengan kerja lebih pendek (seperti:
klorpropamid, Klorpropamid gliklazid, glipizid).
glibenklamid, • Klorpropamid sebaiknya tidak
glimepirid ) digunakan karena waktu paruhnya
sangat panjang
2 Phenformin, Lactic acidosis (terutama • Metformin lebih dianjurkan (kejadian
Metformine jika ada kerusakan ginjal, lactic acidosis lebih jarang).
kerusakan hati, atau • Kurangi dosis pada kerusakan
penyakit jantung) dan ginjal.
mungkin berakibat fatal • Hindari pada gagal ginjal yang
berat.
Daftar Obat yang Penggunaaannya
Memerlukan Perhatian Khusus
EFEK TIDAK
NO. OBAT DIHARAPKAN YANG PERTIMBANGAN DAN
BERMAKNA REKOMENDASI
D. OBAT ANTI-PIRAI (ANTI-GOUT)
1 Allopurinol Ruam kulit, gagal ginjal Kurangi dosis sampai 100
- 200 mg per hari
2 Kolkisin Diare, dehidrasi Tidak direkomendasikan untuk terapi
kronis.
Daftar Obat yang Penggunaaannya
Memerlukan Perhatian Khusus
EFEK TIDAK
NO. OBAT DIHARAPKAN YANG PERTIMBANGAN DAN
BERMAKNA REKOMENDASI
E. OBAT ANTIPARKINSON
1 Amantadine Sindrom delirium, udem Tidak direkomendasikan. Jika harus,
perifer, ruam kulit gunakan dosis rendah.
2 Antikoligergik Sindrom delirium, retensi Secara umum tidak
(seperti : benztropin, urin, hipotensi postural direkomendasikan, kadang-kadang
benzhexol) berguna jika tremor sukar
disembuhkan dengan pengobatan
lain.
3 Levodopa Sindrom delirium, Gunakan dosis terendah yang masih
halusinasi, hipotensi efektif.
postural, mual, gerakan
involunter (involuntary
movements)
Daftar Obat yang Penggunaaannya
Memerlukan Perhatian Khusus

Efek Tidak Diharapkan


No. Obat yang Bermakna Pertimbangan dan Rekomendasi
F. OBAT KARDIOVASKULAR
Depresi, hipotensi postural, Tidak direkomendasikan - Tersedia
1 Metildopa bradikardi obat yang lebih aman
Depresi, sedasi, hipotensi Tidak direkomendasikan - Tersedia
2 Reserpin postural obat yang lebih aman
Stress incontinence, Bukan obat pilihan untuk hipertensi-
3 Prazosin hipotensi postural Tersedia obat yang lebih aman
Daftar Obat yang Penggunaaannya
Memerlukan Perhatian Khusus
EFEK TIDAK
NO. OBAT DIHARAPKAN YANG PERTIMBANGAN DAN
BERMAKNA REKOMENDASI
G. DIUTERIK
1 Loop dan tiazida Dehidrasi, hipotensi, • Gunakan dosis terendah yang
(seperti hiponatremia, hipokalemia, masih memungkinkan.
: furosemid, hiperglikemia, • Pantau elektrolit dan glukosa.
hidroklortiazid) hiperurisemia,
inkontinensia, sindrom
delirium
2 Diuretik hemat Hiperkalemia (terutama jika • Pantau kadar kalium
kalium (Potassium- digunakan bersama suatu
sparing) seperti ACE-inhibitor)
amilorid
4 Penghambat Beta Depresi, keletihan, • Hindari pada pasien asma, PPOK,
bronkospasme, bradikardi, dan penyakit pembuluh darah tepi.
hipotensi, memperparah • Propranolol dan timolol tidak
penyakit pembuluh darah direkomendasikan karena tingginya
tepi, insomnia, mimpi yang kejadian efek yang tidak diinginkan
hidup (vivid dreams)
5 Verapamil Konstipasi, bradikardi, • Hindari pada gagal jantung. Pantau
pusing, gagal jantung adanya konstipasi.
Daftar Obat yang Penggunaaannya
Memerlukan Perhatian Khusus

EFEK TIDAK
NO. OBAT DIHARAPKAN YANG PERTIMBANGAN DAN
BERMAKNA REKOMENDASI
G. DIUTERIK
6 Nitrat & Nicorandil Hipotensi postural, pusing, • Mulai dengan dosis lebih rendah.
sakit kepala Pantau tekanan darah
7 ACE - Inhibitor Hiperkalemia, kerusakan • Mulai dengan dosis kecil, Pantau
pinjal, hipotensi, batuk. tekanan darah, fungsi ginjal dan
kadar kalium dalam darah
Daftar Obat yang Penggunaaannya
Memerlukan Perhatian Khusus
Efek Tidak Diharapkan
No. Obat yang Bermakna Pertimbangan dan Rekomendasi
H. OBAT PSIKOTROPIK
1 Barbiturat (seperti : Sedasi, sindrom delirium, • Secara umum tidak
fenobarbital, osteoporosis, direkomendasikan karena waktu
pirimidon) ketergantungan paruh yang panjang dan
toksisitasnya.
• Tersedia obat yang lebih aman untuk
insomnia dan epilepsi
2 Benzodiazepi n Sindrom delirium, • Secara umum tidak
(Seperti diazepam, mengantuk, gangguan direkomendasikan karena waktu
oksazepam, ingatan, jatuh, paruh yang panjang dan
temazepam, ketergantungan toksisitasnya.
nitrazepam) • Tersedia obat yang lebih aman untuk
insomnia.
• Coba dengan langkah tanpa obat
untuk insomnia dan kecemasan.
• Hindari obat dengan waktu paruh
panjang (diazepam, flunitrazepam,
klordiazepoksid, nitrazepam)
Daftar Obat yang Penggunaaannya
Memerlukan Perhatian Khusus
Efek Tidak Diharapkan
No. Obat yang Bermakna Pertimbangan dan Rekomendasi
H. OBAT PSIKOTROPIK
3 Phenothiazine Sindrom delirium, • Yakinkan adanya indikasi yang sesuai.
(seperti : mengantuk, efek • Gunakan dosis terendah yang masih
Klorpromazin, antikolinergik, efek mungkin, hindari penggunaan jangka
thioridazin, ekstrapiramidal, tardive panjang jika memungkinkan.
proklorperazin) dyskinesia, akathisia
4 Butirofenon (seperti Sindrom delirium, • Yakinkan adanya indikasi yang sesuai.
haloperidol) mengantuk, efek • Gunakan dosis terendah yang masih
ekstrapiramidal, tardive mungkin, hindari penggunaan jangka
dyskinesia, akathisia panjang jika memungkinkan.
5 Antidepresan Efek entikolinergik, • Jangan diberikan antidepresan trisiklik,
trisiklik (seperti : hipotensi, jatuh. mulai dengan dosis rendah dan secara
amitriptilin, perlahan ditingkatkan. Berikan sebagai
imipramin, dosis tunggal pada malam hari.
doxepine, dethiepin) • Selective Serotonin Reuptake inhibitors
(SSRI) secara umum lebih dianjurkan
karena ditoleransi lebih baik, tetapi lebih
mahal.
Daftar Obat yang Penggunaaannya
Memerlukan Perhatian Khusus
Efek Tidak Diharapkan
No. Obat yang Bermakna Pertimbangan dan Rekomendasi
I. LAIN - LAIN
1 Antihistamin Efek antikolinergik Gunakan dosis terkecil dan durasi
(difenhidramin, (pandangan kabur, retensi terpendek yang masih mungkin.
klorfeniramin, urin, konstipasi, sindrom
prometazin) delirium) sedasi.
2. Antispasmodik Efek antikolinergik Risiko efek samping seringkali lebih
(seperti : (pandangan kabur, retensi besar dengan manfaat yang minimal.
dicyclomine, urin, konstipasi, sindrom Hindari pemakaian jangka panjang
prophanteline, delirium) sedasi.
alkaloid belladonna)
3 Kortikosteroid Hiperglikemia, osteoporosis, Gunakan dosis terkecil dan durasi
(sistematik) tukak lambung, depresi, terpendek yang masih mungkin. Lebih
atropi kulit, luka lama dianjurkan steroid inhalasi untuk
sembuh, sindrom delirium. penyakit pernafasan.
Gunakan dosis lebih rendah. Pantau
kadar obat dalam darah jika tersedia.
Sindrom delirium, Hindari keadaan hipokalemia. Bukan
4 Digoksin terapi pilihan pertama untuk gagal
bradikardi, aritmia, mual
jantung (ACE Inhibitor lebih
dianjurkan)
Daftar Obat yang Penggunaaannya
Memerlukan Perhatian Khusus
Efek Tidak Diharapkan
No. Obat yang Bermakna Pertimbangan dan Rekomendasi
• JIka mungkin gunakan obat antiaritmia
Antimuskarinik kuat dan
5 Disopyramide lain.
efek inotropik negatif
• Gunakan dengan dosis yang diturunkan
• Indeks terapi sempit, risiko toksisitas
meningkat karena perubahan
farmakokinetik dan bersihan menurun pada
Sindrom delirium, mual, gagal jantung.
6 Teofilin
aritmia • Secara umum tidak dipertimbangkan
sebagai terapi pilihan pertama.b- agonis
inhalasi / dan kortikosteroid inhalasi lebih
dianjurkan.
Hipotensi, pusing, muka • Efikasi terbatas pada penyakit pembuluh
darah tepi.
kemerahan. Dapat • Diragukan kemanjurannya pada panyakit
7 Pentoksifilin
mempotensiasi efek pembuluh darah jantung (cerebrovascular).
antihipertensi. • Pantau tekanan darah.
Sindrom delirium,
• Lebih dianjurkan penggunaan penghambat
8 Simetidin gynaecomastia, interaksi
pompa proton (proton pump inhibitor)
obat yang bermakna
Daftar Obat yang Penggunaaannya
Memerlukan Perhatian Khusus
Efek Tidak Diharapkan
No. Obat yang Bermakna Pertimbangan dan Rekomendasi
9 Warfarin Respon antikoagulan • Mulai dengan dosis yang lebih
meningkat dan risiko rendah.
perdarahan. • Pantau INR secara teratur.
Adanya interaksi obat • Hindari penggunaan bersama
dengan obat yang berinteraksi
secara bermakna dengan warfarin
TERAPI OBAT YANG MENIMBULKAN
RISIKO PADA GERIATRI PADA KASUS
TERTENTU
Risiko Obat Terkait Terapi Pada Penyakit
Kardiovaskuler
No. Peresepan Obat dalam Risiko bagi Pasien Alternatif Terapi
Praktik
1 Penghambat b-adrenergik Dapat memperburuk Kelas lain dari obat
untuk hipertensi pada penyakit pernafasan antihipertensi
pasien dengan riwayat
asma atau PPOK
2 Penghambat b- adrenergik untuk Dapat memperburuk Nitrat atau Calsium
angina pada pasien dengan penyakit pernafasan, atau Channel Blocker
riawayat asma atau PPOK atau gagal jantung
gagal jantung
3 Reserpin untuk hipertensi • Dosis tinggi menyebabkan Obat antihipentensi lain
depresi dan efek
ekstrapiramidal.
• Dosis rendah
menimbulkan hipotensi
ortostatik.
4 Disopyramid untuk atrial fibrilasi Dapat menyebabkan efek Digoksin, Kuinidin,
samping antikolinergik dan Prokainamid
kematian akibat serangan
jantung mendadak.
Risiko Obat Terkait Terapi Pada Penyakit
Kardiovaskuler
No. Peresepan Obat dalam Risiko bagi Pasien Alternatif Terapi
Praktik
5 Diuretik tiazida untuk hipertensi Dapat memperberat/ Obat antihipertensi
pada pasien dengan riwayat memperburuk gout lainnya
gout
6 Calsium Channel Blocker untuk Dapat memperburuk Diuretik atau ACE
hipertensi pada pasien dengan gagal jantung Inhibitor atau keduanya
riwayat gagal jantung
7 Penghambat b-adrenergik untuk Dapat memperburuk Diuretik atau ACE
hipertensi pada pasien dengan gagal jantung Inhibitor.
riwayat gagal jantung Penghambat b-
adrenergik dengan dosis
lebih rendah serta pantau
efeknya
8 Penghambat b- adrenergik jangka Dapat memperburuk Calsium Channel Blocker
panjang untuk angina atau penyakit Raynaud
hipertensi pada pasien dengan
sejarah penyakit Raynaud
Risiko Obat Terkait Penggunaan Obat
Psikotropik
No. Peresepan Obat dalam Risiko bagi Pasien Alternatif Terapi
Praktik
1 Peresepan jangka panjang Dapat menyebab- kan jatuh, Terapi tanpa obat atau
benzodiazepin dengan waktu fraktur, sindrom delirium, benzodiazepin dengan
paruh panjang untuk ketergantungan dan waktu paruh pendek
pengobatan insomnia withdrawal
2 Peresepan antidepresan trisiklik Dapat memperburuk SSRI
untuk pengobatan depresi pada glaucoma, menyebabkan
pasien dengan sejarah glaukoma, retensi urin pada pasien
BPH atau heart block dengan BPH, atau
memperparah heart block.
Dapat menyebabkan
hipotensi ortostatik
3 Peresepan barbiturat jangka Dapat menyebabkan jatuh, Terapi tanpa obat atau
panjang untuk pengobatan fraktur, sindrom delirium, dosis rendah
insomnia ketergantungan dan benzodiazepin waktu
withdrawal paruh pendek
4 Peresepan SSRI pada pasien Dapat memperberat efek Hindari kombinasi,
yang sedang mendapatkan yang tidak diharapkan dari pastikan telah melewati
suatu MAO inhibitor untuk SSRI wash- out period paling
pengobatan depresi tidak 7 hari jika dilakukan
penggantian dari MAO
inhibitor ke SSRI
Risiko Obat Terkait Penggunaan Obat
Psikotropik

No. Peresepan Obat dalam Risiko bagi Pasien Alternatif Terapi


Praktik
5 Peresepan jangka panjang Dapat menyebabkan jatuh, Terapi tanpa obat atau
benzodiazepin dengan waktu fraktur, sindrom delirium, obat lain tergantung
paruh panjang untuk ketergantungan dan penyebab kecemasan.
pengobatan kecemasan withdrawal
6 Peresepan jangka panjang Dapat menyebabkan jatuh, Lozapine atau
benzodiazepin waktu paruh fraktur, sindrom delirium, haloperidol, risperidon
panjang untuk pengobatan ketergantungan dan
agitasi pada demensia withdrawal
7. Peresepan antidepresan trisiklik Dapat memperburuk SSRI, dengan
untuk pengobatan depresi pada hipotensi postural, dan pemantauan tekanan
pasien dengan sejarah hipotensi menyebabkan jatuh darah
postural
8 Peresepan jangka panjang Dapat menyebabkan Terapi tanpa obat atau
triazolam untuk pengobatan abnormalitas kognitif dan dosis rendah
insomnia tingkah laku benzodiazepin waktu
paruh pendek
Risiko Obat Terkait Penggunaan Obat
Psikotropik
No. Peresepan Obat dalam Risiko bagi Pasien Alternatif Terapi
Praktik
9. Peresepan klorpromazin untuk Dapat memperburuk High-potency
pengobatan psikosis pada pasien hipotensi postural, dan neuroleptic seperti
dengan sejarah hipotensi postural menyebabkan jatuh haloperidol, dengan
pemantauan tekanan
darah.
10. Peresepan antidepresan trisiklik Dapat menyebabkan efek SSRI
metabolit aktif (seperti : imipramin samping antikolinergik
atau amitriptyline) untuk
pengobatan depresi
Risiko Obat Terkait Penggunaan Anti-Inflamasi
Non Steroid (AINS) dan Analgesik lainnya
No. Peresepan Obat dalam Praktik Risiko bagi Pasien Alternatif Terapi
1 Peresepan jangka panjang obat Dapat menyebabkan Terapi tanpa obat atau
AINS untuk pengobatan kambuhnya tukak lambung parasetamol atau AINS
osteoarthritis pada pasien dengan dengan obat
sejarah tukak lambung gastroprotektif
2 Peresepan fenilbutazon untuk Dapat menyebabkan Parasetamol atau dosis
pengobatan osteoarthritis kronis depresi sumsum tulang intermittent AINS kelas
(bone- marrow depression) lainnya
3 Peresepan asetosal untuk Dapat menyebabkan risiko Parasetamol
pengobatan nyeri pada pasien perdarahan
yang sedang menggunakan
warfarin
4 Peresepan jangka panjang dari Dapat menyebabkan jatuh, Langkah awal dengan
meperidin atau pentazocin fraktur, sindrom delirium, terapi tanpa obat,
untuk nyeri ketergantungan dan kemudian parasetamol,
withdrawal kemudian kodein, morfin,
atau hydromorphon jika
diperlukan.
5 Peresepan jangka panjang AINS Dapat memperburuk gagal Terapi tanpa obat,
untuk pengobatan osteoarthritis ginjal, dapat menyebabkan kemudian parasetamol
pada pasien dengan gagal ginjal retensi garam dan air
kronik
Risiko Obat Terkait Penggunaan Anti-Inflamasi
Non Steroid (AINS) dan Analgesik lainnya
No. Peresepan Obat dalam Risiko bagi Pasien Alternatif Terapi
Praktik
6 Peresepan AINS untuk Dapat meningkatkan risiko Terapi tanpa obat atau
pengobatan osteoarthritis pada perdarahan parasetamol atau AINS
pasien yang sedang dengan obat
menggunakan warfarin gastroprotektif
7 Peresepan jangka panjang AINS Dapat menyebabkan retensi Terapi tanpa obat atau
untuk pengobatan osteoarthritis garam dan air, dapat parasetamol atau
pada pasien dengan sejarah memperburuk gagal jantung Pemantauan ketat pada
gagal jantung gagal jantung
8 Peresepan jangka panjang Risiko perdarahan lebih Terapi tanpa obat atau
piroksikam, ketorolac, atau besar pada saluran parasetamol: ganti
asam mefenamat untuk pencernaan atas yang dengan AINS berbeda
pengobatan nyeri dihubungkan dengan atau ganti dengan kodein
penggunaan AINS lain.
9 Peresepan jangka panjang Dapat menyebabkan retensi Terapi tanpa obat,
AINS untuk pasien dengan garam dan air, dan parasetamol; atau
sejarah hipertensi memperburuk hipertensi asetosal atau
pemantauan ketat
tekanan darah
Risiko Obat Terkait Penggunaan Anti-Inflamasi
Non Steroid (AINS) dan Analgesik lainnya
No. Peresepan Obat dalam Risiko bagi Pasien Alternatif Terapi
Praktik
10 Peresepan jangka panjang Dapat menyebabkan Allopurinol atau AINS
indometasin untuk pengobatan gastropathy, efek samping dosis intermittent sesuai
gout neurologik dan retensi kebutuhan
garam dan air
11 Peresepan jangka panjang AINS Dapat menyebabkan Parasetamol
untuk pengobatan osteoarthritis gastropathy, perdarahan,
serta retensi garam dan air
Risiko Obat Pada Terapi Diabetes

No. Peresepan Obat dalam Risiko bagi Pasien Alternatif Terapi


Praktik
1 Peresepan Klorpropamid untuk Dapat menyebabkan Gunakan obat
pengobatan NIDDM Syndrome of Inappropriate hipoglikemik oral dengan
Antidiuretic Hormone waktu paruh pendek.
secretion (SIADH); Penggunaan generasi
hiponatremia dapat terjadi. kedua sulfonilurea
Klorpropamid juga (gliburid, glipizid) untuk
mempunyai waktu paruh NIDDM telah
lebih dari 24 jam menggantikan
menyebabkan hipoglikemia penggunaan obat
generasi pertama.
2 Peresepan Mefformin pada Dapat menyebabkan lactic Gunakan dengan
pasien dengan kerusakan ginjal acidosis dan mungkin perhatian khusus, kurangi
atau hati berakibat fatal dosis.
Hindari pada gagal ginjal
yang parah.
3 Peresepan glitazone untuk Dapat menyebabkan Hentikan penggunaan
pengobatan diabetes akumulasi cairan yang obat tersebut.
berlebihan
Risiko Obat Terkait Terapi PPOK (Penyakit Paru
Obstruktif Kronik)
No. Peresepan Obat dalam Risiko bagi Pasien Alternatif Terapi
Praktik
1 Peresepan bronkodilator Mula kerja (onset) lebih Penggunaan inhalasi
b-agonis kerja pendek secara lambat dan efek samping b- agonis kerja panjang
oral pada pasien dengan PPOK lebih banyak lebih baik dibandingkan
stabil dengan kerja singkat.
Pemakaian b- agonis oral
masih dapat diberikan
bila didapat kesulitan
dalam pemakaian secara
inhalasi. Sediaan lepas
lambat salbutamol lebih
dipilih karena efek
sampingnya lebih
minimal
2 Peresepan antikolinergik Kerjanya tidak selektif dan Bronkodilator golongan
ipratropium bromide dan lama kerjanya pendek, antikolinergik yang ideal
oxitropium brobide inhalasi yang sehingga efek saat ini adalah tiotropium
merupakan antagonis muskarinik bronkodilatasinya kurang bromide yang bersifat
non selektif efekrif lebih selektif, aktifitas
kerjanya lama, dengan
potensi yang 10 kali lebih
kuat daripada ipratropium
bromide.
E. Pesesepan Antibiotika
Risiko Obat Terkait Penggunaan Antibiotika

No. Peresepan Obat dalam Risiko bagi Pasien Alternatif Terapi


Praktik
1 Peresepan antibiotika oral secara Risioko efek yang tidak Antibiotika oral
terus menerus lebih dari 4 minggu diharapkan, contoh sebaiknya tidak
kandidiosis usus dan digunakan secara terus
resistensi serta menerus lebih dari 4
pertimbangan cost- minggu kecuali bila
effectiveness terdapat diagnosis
khusus (seperti
osteomyelitis)
2 Peresepan antibiotika pada Risiko dosis berlebih Dosis atau frekuensi
pemberian antibiotika
pasien dengan kerusakan ginjal (bahkan toksik) perlu disesuaikan
dan hati
Risiko Obat Terkait Penggunaan Pada Kasus
lainnya
No. Peresepan Obat dalam Risiko bagi Pasien Alternatif Terapi
Praktik
1 Peresepan simetidin untuk Dapat menghambat Antagonis reseptor
pengobatan tukak lambung pada metabolisme warfarin dan Histamin (H2) lainnya
pasien yang sedang meningkatkan risiko
menggunakan warfarin perdarahan
2. Peresepan obat antikolinergik Dapat memperburuk fungsi Terapi tanpa obat dan
atau obat antispasmodik untuk kognitif dan tingkah laku diet, calsium channel
pengobatan sindrom iritasi blocker untuk pengobatan
lambung (irritable bowel diare
syndrome) pada pasien dengan
demensia
3. Peresepan dipridamol untuk Tidak efektif Asetosal, Tiklopidin
mencegah stroke
4 Peresepan jangka panjang Dapat memperburuk Steroid inhalasi dan
pemberian steroid oral untuk NIDDM bronkodilator dengan
pengobatan PPOK pada pemantauan kadar
pasien dengan sejarah glukosa darah
NIDDM
Risiko Obat Terkait Penggunaan Pada Kasus
lainnya
No. Peresepan Obat dalam Risiko bagi Pasien Alternatif Terapi
Praktik
5 Peresepan obat antikolinergik Dapat menyebabkan Turunkan dosis obat
untuk mencegah efek agitasi, delirium, dan antipsikotik atau lakukan
ekstrapiramidal dari obat gangguan kognisi penilaian ulang
antipsikotik kebutuhan akan obat
tersebut
6 Peresepan jangka panjang Mengantuk gangguan Terapi tanpa obat dan diet
diphenoxilate untuk pengobatan kognitif dan ketergantungan atau berikan loperamide
diare
7 Peresepan Cyclobenzaprine Mengantuk, agitasi, dan Terapi tanpa obat
atau methocarbamol untuk disorientasi. (fisioterapi, aplikasi panas
pengobatan kejang otot & dingin atau TENS
(Transcutaneous electrical
nerve stimulation)
INTERAKSI OBAT YANG
BERPOTENSI UNTUK TERJADI
PADA GERIATRI
LEVEL KEMAKNAAN KLINIS
Level 1 Hindari kombinasi
Risiko yang dapat merugikan pasien lebih besar dari manfaat.
Level 2 Sebaiknya hindari kombinasi.
Penggunaan kombinasi hanya dapat dilakukan pada keadaan
khusus. Penggunaan obat alternatif dapat dilakukan jika
memungkinkan. Pasien harus selalu dipantau dengan sebaik-
baiknya jika obat tetap diberikan.
Level 3 Minimalkan risiko,
Ambil tindakan yang perlu untuk mengurangi risiko.
Level 4 Tidak dibutuhkan tindakan.
Risiko kerugian yang mungkin timbul relatif kecil. Potensi bahaya
pada pasien rendah dan tidak ada tindakan spesifik yang
direkomendasikan. Tetap waspada terhadap kemungkinan
terjadinya interaksi obat.
Interaksi Obat Yang Berpotensi Untuk Terjadi
Pada Geriatri
No Obat 1 Obat 2 Level Efek Penanganan
1 Allopurinol Purinetol 1 Efek toksik dan Turunkan dosis
farmakologi thiopurin mercaptopurin 25% dari
meningkat dosis lazim.
Pantau fungsi hematologi
2 Aminofilin Alprazolam 3 Aminofilin mengantagonis Tidak perlu tindakan
efek sedatif dari pencegahan khusus.
benzodiazepin Sesuaikan dosis
benzodiazepin bila perlu
3 Amitriptilin Flukonazol 2 Kadar amitriptilin Pantau respons klinik
meningkat sehingga efek pasien dan konsentrasi
terapi dan efek samping amitriptilin ketika flukonazol
juga meningkat dihentikan.
Sesuaikan dosis amitriptilin
jika perlu
4 Asetosal Glibenklamid 2 Dapat meningkatkan efek Pantau kadar glukosa darah.
hipoglikemia dari Turunkan dosis glibenklamid
sulfonylurea jika terjadi hipoglikemia.
Pertimbangkan untuk
menggunakan obat alternatif
lain seperti parasetamol atau
AINS
Interaksi Obat Yang Berpotensi Untuk Terjadi
Pada Geriatri
No Obat 1 Obat 2 Level Efek Penanganan
5 Asetosal Warfarin 1 Dapat meningkatkan Pantau INR. Sesuaikan
aktifitas antikoagulan. dosis antikoagulan
6 Belladona Amitriptilin 3 Dapat menurunkan kadar Sesuaikan dosis amitriptilin
serum amitriptilin dan berdasarkan respon pasien.
Pisahkan
dapat meningkatkan efek waktu penggunaan untuk
depresi pernafasan mengurangi efek aditif
sedatifnya
7 Bisoprolol Nifedipin 4 Efek farmakologi kedua Pantau fungsi jantung pada
Fumarat obat dapat meningkat pasien yang memiliki
kemungkinan efek samping
kardiovaskular
8 Kaptopril Allopurinol 4 Meningkatkan risiko Bila terjadi reaksi
reaksi hipersensitifitas bila hipersensitifitas hentikan
digunakan bersama. penggunaan obat secara
bersama.
9 Kaptopril Asetosal 2 Dapat menurunkan efek Pantau tekanan darah dan
antihipertensi dan parameter hemodinamik
vasodilatasi dari kaptopril
Interaksi Obat Yang Berpotensi Untuk Terjadi
Pada Geriatri
No Obat 1 Obat 2 Level Efek Penanganan
10 Kaptopril Indometasin 2 Menurunkan efek Pantau tekanan darah.
hipotensi dari Kaptopril Hentikan penggunaan
indometasin atau gunakan
obat antihipertensi lain
11 Kaptopril Kalium 4 Meningkatkan kadar Pantau kadar kalium dalam
kalium. Dapat darah secara berkala.
menyebabkan Sesuaikan dosis kalium
hiperkalemia akut
12 Cisapride Maprotilin 1 Berisiko pada Cisapride
HCI pengobatan aritmia dikontraindikasikan pada
jantung juga dapat penggunaan bersama
meningkatkan tordases maprotilin HCL
de pointes (antidepresan trisiklik)
13 Digoksin Furosemid 1 Diuretik dapat Pantau kadar kalium dan
menyebabkan magnesium dalam plasma.
hipokalemia. Keadaan Gunakan diuretik hemat
hipokalemia kalium.
menyebabkan toksisitas
digoksin meningkat
Interaksi Obat Yang Berpotensi Untuk Terjadi
Pada Geriatri
No Obat 1 Obat 2 Level Efek Penanganan
14 Fe Siprofloksasin 4 Menurunkan efek Pisahkan waktu penggunaan
Glukonat antiinfeksi obat ini minimal 2 jam
15 Flukonazol Klordiazepoks 2 Menaikkan dan Gunakan alprazolam
id memperpanjang kadar / triazolam dengan
klordiazepoksid dalam itrakonazol / ketokonazol
darah Pertimbangkan untuk
menurunkan dosis
klordiazepoksid
16 Flukonazol Prednison 2 Meningkatkan efek Pantau pasien dengan
kortikosteroid. seksama untuk meilhat
Kemungkinan dapat kemungkinan efek samping
meningkatkan efek yang merugikan.
samping Sesuaikan dosis
kortikosteroid bila perlu.
17 Kloramfenik Amoksisilin 4 Kloramfenikol secara Pertimbangkan obat
ol teoritis dapat alternative lainnya. Berikan
menurunkan aktivitas amoksisilin beberapa jam
antibakteri dari sebelum kloramfenikol.
amoksisilin Pantau respon pasien
Interaksi Obat Yang Berpotensi Untuk Terjadi
Pada Geriatri
No Obat 1 Obat 2 Level Efek Penanganan
18 Klordiazepo Omeprazol 3 Menurunkan klirens, lama Pantau perpanjangan efek
ksid waktu paruh dan sedasi. Turunkan dosis
meningkatkan kadar benzodiazepin atau lakukan
klordiazepoksid interval dosis bila diperlukan.
dalam darah.
Meningkatkan efek sedasi
dan ataksia
19 Losartan K Rifampisin 4 Menurunkan konsentrasi Amati respon pasien ketika
plasma losartan, sehingga obat dimulai dan dihentikan.
menurunkan efek Sesuaikan dosis bila perlu
antihipertensi
20 Warfarin Parasetamol 2 Meningkatkan efek Batasi penggunaan
hipoprotrombin pada asetaminofen.
warfarin Pantau parameter
koagulasi.
Sesuaikan dosis warfarin
bila perlu
21 Warfarin Omeprazole 4 Meningkatkan efek Pantau parameter
hipoprotrombin pada koagulasi.
warfarin Sesuaikan dosis warfarin
bila perlu
Interaksi Obat Yang Berpotensi Untuk Terjadi
Pada Geriatri
No Obat 1 Obat 2 Level Efek Penanganan
22 Warfarin Simvastatin 2 Meningkatkan efek Pantau parameter koagulasi.
antikoagulan pada Sesuaikan dosis warfarin
warfarin bila perlu
23 Prednison Mestinon 1 Prednison Gunakan kombinasi kedua
mengantagonis efek macam obat tersebut pada
dari miastenia gravis keadaan tertentu saja
antikolenesterase
24 Ranitidin Sefuroksim 4 Menurunkan Untuk mengoptimalkan
Asetil bioavailabilitas dari absorpsi, pasien disarankan
Sefuroksim untuk mengkonsumsi
makanan
25 Sertralin Metoklopramid 4 Meningkatkan Pantau pasien untuk melihat
sindrom serotonin, efek ekstrapiramidal yang
seperti iritasi, tonus tidak diinginkan.
otot, Gunakan obat
menggigil dan antiserotonergik bila terjadi
kehilangan efek sindrom serotonin
kesadaran
26 Siprofloksasin Antasida 2 Menurunkan efek Bila tidak dapat dihindari,
farmakologi berikan antasida sedikitnya 2
siprofloksasin jam sesudah pemberian
siprofloksasin
Interaksi Obat Yang Berpotensi Untuk Terjadi
Pada Geriatri
No Obat 1 Obat 2 Level Efek Penanganan
27 Siprofloksasin Sukralfat 2 Menurunkan efek Bila tidak dapat dihindari,
farmakologi siprofloksasin berikan antasida sedikitnya
2 jam sesudah pemberian
siprofloksasin
28 Spironolakton Kaptopril 1 Kombinasi obat dapat Pantau fungsi ginjal dan
meningkatkan kadar kadar kalium dalam darah
kalium dalam darah pada secara berkala. Sesuaikan
pasien tertentu dengan dosis bila perlu
risiko tinggi
29 Spironolakton Digoksin 2 Mengurangi efek inotropik Sesuaikan dosis digoksin.
positif digoksin. Pantau pasien terutama
Spironolakton ketika melakukan uji kadar
meningkatkan kadar digoksin
oksigen dalam darah, dan
mengganggu uji kadar
digoksin
30 Spironolakton Kalium 1 Penggunaan kedua obat Hindari kombinasi. Pantau
dapat meningkatkan kadar kalium secara
hiperkalemia akut seksama.
POTENSI EFEK SAMPING
YANG TERJADI
Efek Samping Obat yang Berpotensi
untuk Terjadi
EFEK SAMPING KELOMPOK OBAT
Benzodiazepin, Phenothiazine, Antikolinergik,
Antidepresan trisiklik, Antiparkinson, Analgesik
Sindrom delirium narkotik, Antikonvulsan, Kortikosteroid, Teofilin
(jika toksik), Digoksin (jika toksik), AINS (tidak
sering)
gangguan
berjalan (gait Benzodiazepin, Phenothiazine, Butirofenon,
disorder) atau Antikonvulsan
jatuh
Hipotensi postural Antihipertensi Diuretik Phenothiazine
dan jatuh Antidepresan trisiklik Antiparkinson
Diuretik, Prazosin, Antikolinergik (retensi
Inkontinensia
urin, ovelflow incontinence)
Antibiotika (golongan Penisilin: ampisilin, amoksisilin; golongan
Mual Fluorokuinolon: siprofloksasin, afloksasin; Metronidazol), Teofilin
Digoksin (jika toksik)
Phenothiazine Barbiturat Benzodiazepin
Hipotermia
Antidepresan trisiklik Analgesik narkotik Etanol
Antikolinergik Phenothiazine Antidepresan
Konstipasi trisiklik Verapamil
BAGAIMANA CARA PERHITUNGAN
PENYESUAIAN DOSIS OBAT PADA
PASIEN DENGAN GANGGUAN FUNGSI
GINJAL
A. RUMUS COCKCROFT-GAULT UNTUK MENGHITUNG CREATININE
CLEARANCE
CrCl (mL/menit) = (140-Umur (tahun)) x Berat Badan (Kg)
Pria 72 x SrCr (mg/dL)
Wanita CrCl (mL/menit) = 0,85 x CrCl (pria)

B. RENTANG NILAI NORMAL DAN PENURUNAN CREATININE CLEARANCE


(unit SI)
Fungsi Ginjal Normal
Pria 95 - 145 ml/menit (1,58 - 2,42 mL/detik)
Wanita 75 - 115 ml/menit (1,25 - 1,92 mL/detik)
Gangguan Fungsi Ginjal Ringan 50 - 70 ml/menit (0,83 - 1,17 mL/detik)
Gangguan Fungsi Ginjal Sedang 25 - 50 mL/menit (0,42 - 0,83 mL/detik)
Gangguan Fungsi Ginjal Berat < 25 mL/menit (< 0,42 mL/detik)
Petunjuk langkah penyesuaian dosis obat
untuk pasien gangguan fungsi ginjal
C. Petunjuk langkah penyesuaian dosis obat untuk pasien gangguan fungsi ginjal
1. Telusuri riwayat • Catat obat-obatan yang digunakan saat ini, termasuk obat
penggunaan obat dan bebas, obat pada saat bepergian, penggunaan alkohol.
lakukan pemeriksaan • Alergi obat dan hipersensitifitas terhadap obat perlu dicatat.
fisik • Pemeriksaan fisik harus meliputi : tinggi badan, berat badan,
status volume ekstrasel (jugular venous pulse, TD, dan
denyut nadi dengan perubahan ortostatik, udem, asites,
bunyi paru) dan
• Amati tanda tanda penyakit hati kronik
2. Tentukan tingkat • Ukur kreatinin serum.
kerusakan ginjal • Lakukan pengumpulan urin 24 jam atau hitung Creatinine
Clearance
3. Telaah ulang daftar • Pastikan bahwa semua obat masih diperlukan dan obat-
obat obatan yang baru ditambahkan mempunyai indikasi spesifik.
• Evaluasi adanya interaksi yang potensial terjadi.
4. Pilih obat dengan Jika penggunaan obat nefrotoksik tidak dapat dihindari tanpa
sesedikit mungkin e f e k menyebabkan morbiditas atau mortalitas pada pasien, maka
nefrotoksiknya diperlukan pemantauan kadar obat dalam darah (Therapeutic
Drug Monitoring = TDM) atau pantau fungsi ginjal.
5. Gunakan loading dose Biasanya loading dose ini sama seperti yang digunakan pada
pasien dengan fungsi ginjal normal.
Petunjuk langkah penyesuaian dosis obat
untuk pasien gangguan fungsi ginjal
C. Petunjuk langkah penyesuaian dosis obat untuk pasien gangguan fungsi ginjal
6. Gunakan rejimen • Turunkan dosis obat dan atur interval dosis lazim atau
pemeliharaan pertahankan dosis obat dan perpanjang interval
(maintenance regimen) penggunaan.
• Perlu diingat untuk selalu melakukan fitrasi dosis obat
sesuai dengan efek/respon yang terjadi pada pasien.
• Sebagai contoh, dosis obat antihipertensi disesuaikan
berdasarkan pada pengontrolan tekanan darah, akan tetapi
dosis antimikroba tidak disesuaikan menurut responnya.
7. Pantau kadar obat dalam • Pantau kadar obat jika pemantauan ini berguna untuk
darah memandu terapi selanjutnya
8. Lakukan penilaian • Tinjau kembali pasien untuk mengevaluasi efektivitas obat
kembali dan perlunya terapi berkelanjutan.
• Jika obat nefrotoksik digunakan, ingatkan untuk melakukan
pengecekan kembali creatinine serum dan creatinine
clearance (CrCl) pasien.
C. Penyesuaian dosis obat untuk pasien
dengan gangguan fungsi ginjal
Obat yang memerlukan penyesuaian Obat yang tidak memerlukan
dosis penyesuaian dosis
Semua Antibiotika KECUALI Kloksasilin, klindamisin, metronidazol,
makrolida
Antihipertensi Antihipertensi
Atenolol, nadolol, ACE inhibitor Calcium Chanel Blocker, minoksidil,
Angiotensin Receptor Blocker, klonidin,
a-blocker seperti prazosin.
Obat jantung lainnya Obat Jantung lainnya
Digoksin, sotalol Amiodaron, Nitrat
Diuretik Obat Jantung lainnya
HINDARI diuretik hemat kalium pada pasien Amiodaron, Nitrat
dengan CrCl < 30 ml / menit ( < 0,5 ml /
detik )
Obat Penurun Kadar Lipid
HMG - CoA reductase inhibitors, benafibrat,
klofibrat, fenofibrat
Narkotik Narkotik
Kodein, Meperidin Fentanil, hidromorfon, morfin (perlu modifikasi
dosis jika digunakan pada perawatan paliatif)
C. Penyesuaian dosis obat untuk pasien
dengan gangguan fungsi ginjal
Obat yang memerlukan penyesuaian Obat yang tidak memerlukan
dosis penyesuaian dosis
Psikotropik Psikotropik
Lithium, kloral hidrat gabapentin, trazodon, Antidepresan trisiklik, nefazodon, SSRI lainnya
paroxetin, primidone, topiramat, vigabatrin.
Obat Hipoglikemik Obat Hipoglikemik
Acarbose, klorpropamid, gliburid, gliklazid, Repaglinide, rosiglitazone
metformin, insulin.
Lainnya Lainnya
Allopurinol, kolkisin, histamin, diklofenak, Penghambat pompa proton
ketorolac, terbutalin
Pertimbangan Khusus untuk penggunaan obat
tertentu pada pasien dengan gangguan fungsi
ginjal
E. Pertimbangan Khusus untuk penggunaan obat tertentu pada pasien dengan gangguan
fungsi ginjal
Meperidin Metabolit normeperidin adalah neurotoksik dan dapat menyebabkan kejang
Obat AINS Menurunkan respon diuretik dan meningkatkan kecenderungan
hiperkalemia jika digunakan bersama diuretik hemat kalium dan ACE
inhibitors.
Obat AINS Menurunkan respon diuretik dan meningkatkan kecenderungan
hiperkalemia jika digunakan bersama diuretik hemat kalium dan ACE
inhibitors.
Klorpropamid Meningkatkan waktu paruh bila digunakan pada pasien dengan gangguan
fungsi ginjal dan mengalami hipoglikemia berkepanjangan
Metformin Sebaiknya tidak digunakan jika CrCl < 50 ml/menit ( < 0,83 ml/detik) karena
hal itu dapat menyebabkan laktik asidosis yang mengancam jiwa.
Insulin Terjadi penurunan bersihan ginjal pada pemberian insullin eksogen dan
karena itu potensial meningkatkan reaksi hipoglikemik seiring penurunan
CrCl
Aminoglikosida Diperlukan penyesuaian dosis karena obat ini akan cepat berakumulasi pada
Vankomisin gangguan ginjal dan secara potensial menyebabkan nefrotoksik.
Direkomdenasikan untuk dilakukan pengukuran kadar obat di dalam
darah (Therapeutic Drug Monitoring)
Pertimbangan Khusus untuk penggunaan obat
tertentu pada pasien dengan gangguan fungsi
ginjal
E. Pertimbangan Khusus untuk penggunaan obat tertentu pada pasien dengan gangguan
fungsi ginjal
Simetidine Menghambat sekresi tubular kreatinin, sehingga kreatinin serum meningkat.
Triamteren Hal ini bersifat reversible jika obat dihentikan.
Trimetoprim

Anda mungkin juga menyukai