i
6. Jangka waktu pelaksanaan : 1 Bulan
Mohammad Basit., S.Kep ., Ns., MM Eirene E.M. Gaghauna, S. Kep., Ns., MSN
NIDN. 1166102012053 NIDN. 1121058601
Mengetahui,
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN PROGRAM KEMITRAAN MASYARAKAT..............................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... iii
IDENTITAS DAN URAIAN UMUM.......................................................................................v
REFERENSI......................................................................................................................... vii
RINGKASAN......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Analisis Situasi...............................................................................................................1
1.2 Pemasalahan Mitra........................................................................................................ 2
BAB II SOLUSI DAN TARGET LUARAN.............................................................................6
2.1 Solusi Yang Ditawarkan.................................................................................................6
2.2 Target Luaran................................................................................................................6
BAB III METODE PELAKSANAAN......................................................................................7
3.1 Metode Pelaksanaan PKM.............................................................................................7
BAB IV KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI.....................................................................9
4.1 Kinerja Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat..............................................9
4.1 Kualifikasi Tim Pelaksana.......................................................................................11
BAB V BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN.........................................................................13
5.1 Anggaran Biaya........................................................................................................... 13
Tabel 5.2 Jadwal Kegiatan Pelaksanan PKM......................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 15
iii
IDENTITAS DAN URAIAN UMUM
iv
a. Harapannya dapat meningkatkan pengetahuan pada masyarakat, untuk Mengurangi
terjadinya resiko terjadinya penyakit yang beresiko.
6. Rencana luaran berupa jasa, sistem, produk/barang, paten, atau luaran lainnya yang
ditargetkan
a. Rencana luaran yang dihasilkan yaitu bahan ajar terkait slide materi mengenai
Hipertensi.
v
REFERENSI
Sri Tanti Rahmayani FAKTOR-FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI
PRIMER PADA USIA 20-55 TAHUN DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD 45
KUNINGAN,Jurnal Universitas Islam Al-Ihya Kuningan Vol. 1, No. 4 Agustus 2019.
vi
RINGKASAN
ii
Kelola Hipertensi di Masyarakat, diharapkan dapat mengetahui dan meningkatkan
pengetahuan terkait Hipertensi sehingga masyarakat bisa menginformasikan ke
masyarakat lain terutama keluarga dan kerabat yang mempunyai keluhan penyakit
Hipertensi yang belum mengetahui nya.
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal,
secara umum hipertensi terjadi apabila tekanan darahnya ≥ 140 mmHg
sistolik atau ≥ 90 mmHg diastolik. Tekanan darah antara 100/70 mm Hg-
140/80 mm Hg yang biasa terjadi pada orang dewasa normal, tekanan
darah seperti ini dapat dialami kapan pun.
Indonesia sendiri pada tahun 1995 satu dari sepuluh orang berusia
18 tahun ke atas menderita hipertensi, kemudian kondisi ini meningkat
menjadi satu dari tiga orang menderita hipertensi pada tahun 2007
Prevalensi hipertensi sebesar 31,7% atau satu dari tiga orang dewasa
mengalami hipertensi, dan 76,1% tidak menyadari sudah terkena
hipertensi (Kemenkes,2013), Hipertensi merupakan the silent killer
sehingga pengobatannya seringkali terlambat.
2
penyakit Hipertensi sudah mencapai angka 44% dari 4 juta penduduk
Kalimantan Selatan. Pencegahan terjadinya komplikasi dari faktor resiko
Hipertensi sangat diperlukan agar tidak terjadi dampak negative yang
dapat membahayakan pengidap Hipertensi yang ada di masyarakat.
1. Faktor Resiko
a. Merokok
b. Obesitas
2. Pencegahan
Perubahan Pola Hidup
Perilaku merokok masih menjadi kebiasaan yang sulit
untuk dihentikan walaupun keluarga mengetahui bahwa rokok
membahayakan kesehatan salah satunya berisiko untuk
meningkatkan tekanan darah, kemudian perilaku memeriksakan
tekanan darah juga keluarga masih belum optimal karena berbagai
sebab seperti kesibukan bekerja atau tidak merasakan keluhan.
Maka dari itu pentingnya mengedukasi Masyarakat bahwa rokok
dapat membawa resiko penyakit Hipertensi agar Masyarakat dapat
menghentikan perilaku merokok tersebut. Adapun selain merokok
3
adalah mengonsumsi minuman yang beralkohol membatasi dalam
mengonsumsi minuman beralkohol, hal ini menunjukkan bahwa
minuman tersebut berisiko terhadap berbagai macam penyakit
kronis salah satunya adalah hipertensi dan minuman beralkohol
juga jarang diperjualbelikan di lingkungan masyarakat setempat
karena aturan pemerintah yang hanya memperbolehkan menjual
minuman beralkohol di tempat atau area tertentu. Maka dari itu
harus adanya kesadaran masyarakat untuk tidak mengonsumsi
alcohol. Adapun beberapa point-point dari perubahan perilaku
hidup lainnya adalah:
a. Diet
Dari latar belakang budaya adalah bahwa seringnya
Masyarakat makan bersama di restoran cepat saji, hal ini
menunjukkan bahwa menu tersebut beresiko terhadap penyakit
hipertensi dan membutuhkan biaya yang tinggi. Dan dari latar
belakang budaya keluarga lain yaitu kebiasaan keluarga
menambahkan garam pada setiap masakan yang dihidangkan, hal
ini menunjukkan bahwa keluarga masih kesulitan mengurangi
kebiasaan pemakaian garam pada setiap menu masakan karena
merasa masakan menjadi kurang sedap dirasakan oleh lidah bila
tanpa dimasukkan garam.
Menurut analisis peneliti disebabkan karena Masyarakat
responden sebagian besar memiliki karakteristik yang memiliki
budaya atau kebiasaan mengonsumsi makanan seperti ikan asin
atau makanan yang digoreng. Dari kedua hal Budaya tersebut
pentingnya Masyarakat untuk mengetahui Diet yang baik dalam
mengolah makanan yang akan di konsumsi.
b. Aktifitas Fisik
Aktivitas fisik yang mampu membakar kalori 800-1000
kalori akan meningkatkan high density lipoprotein (HDL) sebesar
4.4 mmHg. Sebagian besar studi epidimiologi dan studi intervensi
4
aktivitas memberikan dukungan tegas bahwa peningkatan aktivitas
fisik, durasi yang cukup, intensitas dan jenis sesuai mampu
menurunkan tekanan darah secara signifikan, baik dengan
tersendiri maupun sebagai bagian dari terapi pengobatan.
Aktivitas fisik yang baik dan rutin akan melatih otot
jantung dan tahanan perifer yang dapat mencegah peningkatan
tekanan darah. Disamping itu, olahraga yang teratur dapat
merangsang pelepasan hormon endorfin yang menimbulkan efek
euphoria dan relaksasi otot sehingga tekanan darah tidak
meningkat. Peningkatan intensitas aktivitas fisik, 30-45 menit per
hari penting dilakukan sebagai strategi untuk pencegahan dan
pengelolaan hipertensi (Kokkinos, 2009).
c. Manajemen Berat Badan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara obesitas dengan kejadian hipertensi. Obesitas
mempunyai korelasi positif dengan hipertensi. Anak-anak remaja
yang mengalami kegemukan cenderung mengalami hipertensi. Ada
dugaan bahwa meningkatnya berat badan normal relatif sebesar
10% mengakibatkan kenaikan tekanan darah 7 mmHg (Mannan,
2016).
Penyelidikan epidemiologi membuktikan obesitas
merupakan ciri khas pada populasi pasien hipertensi. Curah
jantung dan volume darah pasien obesitas dengan hipertensi lebih
tinggi dibandingkan penderita yang mempunyai berat badan
normal dengan tekanan darah yang setara. Akibat obesitas, para
penderita cenderung menderita penyakit kardiovaskuler, hipertensi
dan diabetes mellitus (Rohaendi, 2008).
Maka dari itu pentingnya untuk manajemen berat badan
agar tidak terjadi obesitas yang dapat menyebabkan penyakit
beresiko akibat hipertensi.
5
BAB II
6
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Metode Pelaksanaan PKM
7
Pada awalnya Masyarakat banyak yang tidak mengetahui tentang Tata
Kelola Hipertensi sehingga harapannya dilakukan pendidikan
kesehatan ini untuk memberikan pengetahuan tentang Tata Kelola
Hipertensi sebagai upaya pencegahan terjadinya faktor-faktor resiko
yang dapat membahayakan.
8
BAB IV
Publikasi Penelitian
140
120
120
100
80 66
Total
60
42
40 32
22 19 24
20 14 11 11
7 3
1 0 0
0
Kebidanan Keperawatan Farmasi Other Jumlah
Program Studi
2016 2017 2018
9
Gambar Grafik.1 Jumlah Publikasi Dosen di Kampus (tahun 2016-2018)
Publikasi Nasional
39 38
40
30
22 24 21
Total
20 16
12 11
10 6
1 3 3 0 0 0
0
Kebidanan Keperawatan Farmasi Other (Baru) Jumlah
Program Studi
2016 2017 2018
10
Publikasi Internasional
90 82
80
70
60
50 42
Total
40
30
21
20
8 11
10 2 3 3 3
0 1 0 0 0 0
0
Kebidanan Keperawatan Farmasi Other (Baru) Jumlah
Program Studi
11
Pengabdian Kepada Masyarakat
6
5
5
4
3
Total
3
2 2
2
1 1
1
0 0
0
Kebidanan Keperawatan Farmasi Jumlah
Program Studi
12
Gambar Grafik..5 Sumber Dana Publikasi Dosen di Kampus (tahun 2016-2018)
100
80
66
Total
60
42
40 32
22 24
19
20 14 11 11
7 3
1 0 0
0
Kebidanan Keperawatan Farmasi Other (Baru) Jumlah
Program Studi
14
BAB V
NO URAIAN BULAN
JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI
KEGIATAN
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 PERSIAPAN
Pemantapan Tim
Perizinan
Sosialisasi Kegiatan
2 PELAKSANAAN
Pengambangan dan
Pemantapan
Organisasi
Pelaksanaan
Program oleh Mitra
Pendampingan
Pelaksanaan
Program
3 MONEV
Mengidentifikasi
Permasalahan Yang
Muncul
Pendampingan
Evaluasi dan Tindak
Lanjut Program
15
4 PELAPORAN
DAN PUBLIKASI
Penyusunan Draf
Laporan
Diskusi Kelanjutan
Program
Desiminasi Hasil
Laporan Akhir
Publikasi
DAFTAR PUSTAKA
RRI.CO.ID.2019.
Rahmayani.S.T
16
“Faktor-faktor Resiko Kejadian Hipertensi Primer pada Usia 20-55
Tahun di poliklinik Penyakit dalam RSUD 45 Kuningan “ Vol 1, No
Agustus 2019.
17
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PROGRAM KEMITRAAN MASYARAKAT
A. Latar Belakang
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal, secara umum
hipertensi terjadi apabila tekanan darahnya ≥ 140 mmHg sistolik atau ≥ 90 mmHg diastolik.
Tekanan darah antara 100/70 mm Hg-140/80 mm Hg yang biasa terjadi pada orang dewasa
normal, tekanan darah seperti ini dapat dialami kapan pun.
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah diateri yang bersifat sistemik alias
berlangsung terusmenerus untuk jangka waktu lama. Hipertensi tidak terjadi tiba-tiba,
melainkan melalui proses yang berlangsung cukup lama. Tekanan darah tinggi yang tidak
terkontrol untuk periode tertentu akan menyebabkan tekanan tinggi permanen yang disebut
hipertensi (Lanny, 2012).
Indonesia sendiri pada tahun 1995 satu dari sepuluh orang berusia 18 tahun ke atas
menderita hipertensi, kemudian kondisi ini meningkat menjadi satu dari tiga orang
menderita hipertensi pada tahun 2007 Prevalensi hipertensi sebesar 31,7% atau satu dari tiga
orang dewasa mengalami hipertensi, dan 76,1% tidak menyadari sudah terkena hipertensi
(Kemenkes,2013), Hipertensi merupakan the silent killer sehingga pengobatannya seringkali
terlambat.
Salah satu wilayah yang ada di Indonesia dengan angka kejadian hipertensi
terbanyak dengan urutan kedua setelah Provinsi Bangka Belitung (30,9) adalah Provinsi
Kalimantan Selatan (30,8%).Menurut data Dinas Kesehatan tahun 2011, penderita hipertensi
2
di Kalimantan Selatan mengalami pergeseran usia diatas 40 tahun dengan menyerang usia
lebih muda, kurang dari 30 tahun. Pada tahun 2011 Kalimantan Selatan khususnya kota
Banjarmasin jumlah penderita hipertensi berjumlah 11.710 penderita dan pada tahun 2012
berjumlah 16.234 penderita (Alfian, 2016).
B. Tujuan
1. Tujuan umum
a. Memberian edukasi tentang penyakit Hipertensi
b. Diharapkan masyarakat dapat menerapkan hal-hal yang diajarkan
c. Menambah pengetahuan pada masyarakat mengenai penyakit Hipertensi
d. Menunjukkan kepada masyarakat tentang kepedulian dosen dan mahasiswa
Universitas Sari Mulia dengan pemberian penyuluhan pengabdian masyarakat.
2. Tujuan khusus
a. Mampu memahami pengetian Penyakit Hipertensi
b. Mampu memahami penyebab Penyakit Hipertensi
c. Mampu memahami faktor-faktor resiko Penyakit Hipertensi
d. Mampu memahami cara pencegahan Penyakit Hipertensi menggunakan program
Tata Kelola Hipertensi
e. Mampu menerapkan program Tata Kelola Hipertensi
C. Metode Pelaksanaan
Dengan melakukan PENKES (Pendidikan Kesehatan) dan melakukan Talk
Show melalui Live di Media Sosial Instagram sehingga Mayarakat yang menonton Live
3
tersebut yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu. Diharapkan adanya peningkatan
tentang pencegahan Penyakit Hipertensi di Masyarakat
E. Strategi Pelaksanaan
- Melakukan kontrak
waktu untuk
mengadakan
PROMKES dan Talk
Show kepada
Masyarakat.
2 Interaksi - Menyampaikan salam. Mahasiswa mampu
menyampaikan salam,
(20 menit) - Mengulangi kontrak
memperkenalkan diri,
waktu yang sudah
mengkonfirmasi kontrak waktu,
disepakati.
kemudian mahasiswa mampu
- Menjelaskan tentang menjelaskan tujuan dari Penkes
Penyakit Hipertensi yang dilakukan.
Baik pengertian,
penyebab, faktor-
4
faktor resiko dan
pencegahan.
- Menjelaskan cara
tentang pencegahan
Penyakit Hipertensi
pada penonton.
- Menjelaskan kembali
hal-hal yang belum
dimengerti.
- Menanyakan kembali
hal yang akan
didiskusikan kembali
bersama.
- Memberikan
reinforcement positif
kepada Penonton atas
jawaban yang benar.
3 Implementasi - Memberikan Mahasiswa bisa memimpin sesi
(20 menit) kesempatan penonton Tanya jawab dan Peserta yang
(masyarakat) untuk bertanya diberikan apresiasi.
bertanya tentang
materi yang
disampaikan.
- Memberikan
reinforcement positif
kepada penonton yang
sudah mau bertanya.
4 Terminasi - Menyimpulkan Mahasiswa mampu
(5 menit) tentang materi yang menyimpulkan materi yang telah
disampaikan. disampaikan kepada penonton
LIVE (masyarakat) juga
- Memberikan pujian
memberikan pujian dan
dan megucapkan
mengucapkan terimakasih serta
5
terimakasih. salam penutup, dan melakukan
dokumentasi.
- Salam penutup.
- Dokumentasi
(screenshot).
1. Laptop
2. Handphone
3. Stop Kontak
G. Setting Tempat
Keterangan :
A.
B.
C. v v
D.
E.
: Pembimbing
v
: Panitia
F. Kriteria Evaluasi
1.Evaluasi Struktur
a. Persiapan media dan materi dan media pendidikan kesehatan sudah tersedia dan
dapat digunakan dalam kegiatan tersebut yaitu:
1). Laptop
2). Handphone
b. Preplanning dan Proposal sudah di konsultasikan kepada pembimbing sebelum
pelaksanaan
c. Tempat untuk melakukan pendidikan ksehatan sudah mendapatkan izin.
6
2. Evaluasi Proses
a. Promosi kesehatan dilakukan sesuai dengan rencana kegiatan yang telah di
tetapkan.
b. Selama proses penyampaian materi diharapkan terjadi interaksi antara tim pemateri
dengan peserta yang hadir.
c. Peserta POMKES memperhatika materi yang diberikan.
d. Peserta dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan aktif untuk melaksanakan
sesi Tanya jawab dan diskusi
3. Evaluasi Hasil
Peserta PROMKES mengerti dari apa yang telah disampaikan dengan kriteria
Mampu menjawab pertanyaan dalam bentuk lisan yang akan diberikan tim pemateri.
7
Lampiran 1
ANGGARAN DANA DAN JADWAL KEGIATAN UNTUK PENGABDIAN
MASYARAKAT
A. Anggaran Dana
1. Bahan/Perangkat penunjang/peralatan
No Bahan Volume Biaya Satuan Biaya (Rp)
1 Biaya Print 4 buah @ Rp. 25.000 Rp. 100.000
8
Lampiran 2
SUSUNAN KEPANITIAAN PENGABDIAN MASYRAKAT
9
Lampiran 3 Jurnal Untuk Materi
Email: Sritantirahmayani.91702@gmail.com
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa jenis kelamin, riwayat keluarga,
stres, kebiasaan olahraga, status obesitas dan kebiasaan merokok merupakan faktor
risiko kejadian hipertensi primer. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan
menggunakan metode survei dan pendekatan Cross Sectional. Pengumpulan data
melalui wawancara langsung terhadap responden dengan menggunakan kuesioner.
Populasi adalah pasien rawat jalan poliklinik penyakit dalam RSUD 45 Kabupaten
Kuningan usia 20-55 tahun yang berjumlah 624 orang dengan jumlah sampel sebanyak
61 orang. Hasil uji statistik chi Square menunjukkan bahwa jenis kelamin laki-laki
terbukti merupakan faktor risiko kejadian hipertensi primer (POR: 4,182, 95% CI=
1,427-12,258). Adanya riwayat keluarga terbukti merupakan faktor risiko kejadian
hipertensi primer (POR: 6,5, 95% CI= 2,108-20,044). Stres terbukti merupakan faktor
risiko kejadian hipertensi primer (POR: 7,25, 95% CI= 2,150-24,442). Kebiasaan
10
olahraga tidak teratur terbukti merupakan faktor risiko kejadian hipertensi primer
(POR: 6,557, 95% CI= 2,096-20,517). Status obesitas terbukti merupakan faktor risiko
kejadian hipertensi primer (POR: 5,573, 95% CI= 1,706-18,205). Kebiasaan merokok
terbukti merupakan faktor risiko kejadian hipertensi primer (POR I: 14,375 (CI=95%:
3,280-63,008), POR II : 10 (CI=95%: 1,781-56,150). Berdasarkan uraian diatas,
disarankan menghindari terjadinya hipertensi primer yaitu hindari merokok, turunkan
berat badan dengan berolahraga secara teratur, lebih sering melakukan pengontrolan
terhadap berat badan sehingga dapat terdeteksi secara dini bila tubuh mengalami
kelebihan berat badan, hindari stres karena stres dapat meningkatkan aktivitas saraf
simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah.
Pendahuluan
Semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya pada masyarakat menjadi pemicu
meningkatnya perhatian terhadap penyakit tidak menular. Bangsa Indonesia yang sedang membangun
masyarakat industri dengan melakukan perkembangan dari yang semula negara agraris tentunya
membawa kecenderungan baru dalam pola penyakit dimasyarakat. Perubahan pola struktur
masyarakat ini banyak memberikan peran terhadap perubahan fertilitas, gaya hidup dan sosial
ekonomi yang dapat memicu semakin meningkatnya penyakit tidak menular, sehingga terjadi
perubahan pola penyakit menular ke penyakit tidak menular (Bustan, 2007).
Menurut WHO, hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal, secara umum
hipertensi terjadi apabila tekanan darahnya ≥ 140 mmHg sistolik atau ≥ 90 mmHg diastolik. Tekanan
darah antara 100/70 mm Hg-140/80 mm Hg yang biasa terjadi pada orang dewasa normal, tekanan
darah seperti ini dapat dialami kapan pun. Hipertensi primer mencapai ± 90% dan 10% lainnya
disebabkan oleh hipertensi sekunder dari total pasien hipertensi. Hanya 50% dari penderita hipertensi
sekunder dapat diketahui penyebabnya dan dari golongan ini hanya beberapa persen yang dapat
diperbaiki kelainannya. Oleh karena itu, upaya penanganan hipertensi primer lebih mendapatkan
prioritas.
Hipertensi terbukti sering muncul tanpa gejala, namun penyakit hipertensi ini baru disadari
oleh mereka setelah terjadi komplikasi. Prevalensi hipertensi ringan lebih banyak jumlahnya
dibandingkan dengan stadium berat dan harus diwaspadai karena ternyata lebih banyak menyebabkan
kematian dibandingkan kanker. Meski sebagai silent killer, terapi ringan akan mengurangi risiko
11
komplikasi kardiovaskular termasuk kematian dini. Sebenarnya penyebabnya belum diketahui hanya
terdapat dugaan terdapat faktor yang berperan memacu terjadinya hipertensi.
Serangan hipertensi dapat terjadi pada seluruh usia, semua orang memiliki potensi mengalami
penyakit jantung tanpa ada gejala-gejala sebelumnya. Berdasarkan umur seseorang tekanan darah
bervariasi, bayi dan anak-anak tekanan darahnya lebih rendah dibandingkan remaja, dan tekanan
darah yang lebih tinggi terjadi pada orang dewasa. Hipertensi merupakan salah satu faktor penyebab
serangan jantung dan stroke, apabila tidak dilakukan pengobatan dan perawatan secara dini akan
menimbulkan bahaya pada tubuh seperti kerusakan sistem saraf otak (Gray, Dawkins, Simpson, &
Morgan, 2001).
Sugiri di Jawa Tengah melaporkan bahwa terdapat angka prevalensi 11,6% untuk perempuan
dan 6,0% untuk laki-laki. Prevalensi di Sumatera Barat didapatkan 18,6% pada pria dan 17,4% pada
perempuan, sedangkan di daerah Jakarta (Petukangan) didapatkan 13,7% perempuan dan 14,6% laki-
laki. Pada umumnya laki-laki memiliki kemungkinan terserang hipertensi lebih besar daripada wanita.
Hipertensi seperti ini juga dapat dipengaruhi
12
oleh faktor psikologis. Perilaku tidak sehat seperti merokok sering kali menjadi pemicu pada
perempuan, berat badan yang berlebihan, depresi dan rendahnya status pekerjaan. Sedangkan pada laki-
laki lebih dominan berhubungan dengan pekerjaan, seperti ketidak nyamanan dalam bekerja dan
menganggur dan perilaku kurang sehat.
% menempati peringkat ke 4. Sedangkan pada rawat jalan tahun 2016 penyakit hipertensi primer
sebesar 15,38% dan pada tahun 2017 mengalami peningkatan menjadi sebesar 19,86%. Penderita
hipertensi primer di Rumah Sakit Umum 45 Kabupaten Kuningan umur 20-55 tahun yaitu sebanyak
40,24%.
Berdasarkan laporan Rumah Sakit Umum 45 Kabupaten Kuningan dari tahun ke tahun jumlah
kunjungan poliklinik penyakit dalam yang menderita hipertensi primer terus meningkat. Dari data
tersebut didapatkan penderita hipertensi di poliklinik rawat jalan yang berusia 20-55 tahun
prevalensinya cukup tinggi dan dari bulan ke bulan selama tahun 2017 mengalami peningkatan.
Menurut geografis karakteristik Kabupaten Kuningan merupakan daerah pegunungan yang mayoritas
pekerjaannya sebagai buruh, dimana daerah pegunungan mempunyai risiko lebih kecil dari pada
pantai. Meskipun daerah pegunungan jumlah penderita hipertensi di Kabupaten Kuningan cukup
tinggi, hal ini karena percepatan pembangunan di Kabupaten kuningan sehingga adanya perubahan
gaya hidup yang memacu terjadinya hipertensi primer.
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik, menggunakan metode
penelitian survei dan pendekatan studi Cross–sectional yaitu rancangan studi epidemiologi yang
mempelajari prevalensi, distribusi, maupun hubungan penyakit dari paparan (faktor penelitian)
dengan cara mengamati status paparan, penyakit, atau karakteristik terkait kesalahan lainnya, secara
serentak pada individu-individu dari suatu populasi pada suatu saat (Rachmi & Herdana, 2018).
Penelitian ini dilakukan di poliklinik penyakit dalam RSUD 45 Kuningan. Populasi pada
penelitian ini adalah seluruh pasien usia 20-55 tahun yang berobat di poliklinik penyakit dalam
Rumah Sakit Umum Daerah 45 Kabupaten Kuningan kunjungan pada bulan terakhir adalah 624 orang
dengan jumlah sampel berdasarkan perhitungan sampel yaitu 61 orang.
Dalam bagian ini penulis akan menyajikan hasil penelitian dan hasil pembahasan yang
diperoleh dari hasil jawaban 61 orang responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2017. Penyajian data ditampilkan dalam bentuk
tabel frekuensi kemudian dideskripsikan dalam bentuk narasi.
Variabel N (61) %
Kejadian Hipertensi
Hipertensi 34 55,7
Tidak hipertensi 27 44,3
Umur
20-34 Tahun 24 39,3
35-44 Tahun 29 49,6
45-55 Tahun 8 13,1
Jenis Kelamin
Laki-laki 32 52,4
Perempuan 29 47,6
Riwayat Keluarga
Ada 35 57,4
Tidak ada 26 42,6
Stress
Stress 41 67,2
Tidak stress 20 32,8
Kebiasaan olahraga
Tidak teratur 37 60,7
Teratur 24 39,3
Status Obesitas
Obesitas 24 39,3
Tidak Obesitas 37 60,7
Kebiasaan Merokok
Merokok 31 50,8
103
Pernah merokok 12 19,7
Tidak merokok 18 29,5
Berdasarkan hasil pengukuran stress melalui sistem Roy Bayler (1992), maka tingkat
stress responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden sebanyak 41 responden (67,2%)
yang stress sedangkan yang tidak stress sebanyak 20 orang (32,8%). Kebiaaan olahraga
responden sebanyak 37 orang (60,7%) tidak melakukan olahraga secara teratur sedangkan
responden yang melakukan olahraga secara teratur sebanyak 24 orang (39,3%). Status obesitas
salah satu faktor yang mempengaruhi hipertensi dimana sebanyak 24 orang (39,3%) mengalami
obesitas sedangkan sebagian besar responden yaitu sebanyak 37 orang (60,7%) tidak mengalami
obesitas. Kebiasaan merokok dapat meningkatkan hipertensi sebanyak 31 responden (50,8%)
mengaku merokok, 18 orang (29,5%) Tidak merokok dan sebanyak 12 orang (19,7%) mengaku
pernah merokok.
103
2. Analisis Bivariat
Jenis Kelamin
Laki-laki 23 9 32
4,182
(71,9%) (28,1%) (100%)0,016
Perempuan 11 18 (CI = 95%:
1,427-12,258
(37,9%) (62,1%)
Riwayat Keluarga
Ada 26 9 35 6,5
(74,3%) (28,1%) (100%) 0,002 (CI = 95%:
Tidak ada 8 18 26 2,108-20,044)
(30,8%) (62,1%) (100%)
Stress
Stress 29 12 41 7,25
(70,7%) (29,3%) (100%) 0,002 (CI=95%:
Tidak stres 5 15 20 2,150-24,442)
(25%) (75%) (100%)
Kebiasaan
Olahraga 6,557
Olahraga teratur 7 17 24
Status Obesitas
Obesitas 19 5 24 5,573
(CI=95%:
(79,2%) (20,8%) (100%)
0,00 1,706-18,205)
Tidak obesitas 15 22 37
7
(40,5%) (59,5%) (100%)
Merokok (CI=95%:
Pernah, 8 4 12 0,001
(CI=95%:
Merokok
(66,7%) (33,3%) (100%) 1,781-56,150)
Berdasarkan tabel 2, analisis bivariat faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian
hipertensi pada usia 20-55 Tahun diperoleh semua variabel berpengaruh terhadap kejadian
hipertensi pada usia 20-55 tahun yaitu jenis kelamin, riwayat keluarga, stress, kebiasaan
olahraga, obesitas dan kebiasaan merokok.
Syntax Idea, Vol. 1, No. 4 Agustus 2019 105
Proporsi laki-laki yang menderita hipertensi primer lebih banyak 71,9% dibandingkan
dengan perempuan yang mengalami kejadian hipertensi primer yaitu sebanyak 37,9%. Hasil uji
statistik dengan Chi-Square diperoleh nilai p= 0,016 yang lebih kecil dari α 0,05 yang berarti
jenis kelamin merupakan faktor risiko kejadian hipertensi primer, di samping itu diperoleh nilai
POR: 4,182 Confidence Interval (CI) POR 1,427-12,258 yang artinya risiko mengalami
hipertensi primer bagi laki-laki adalah 4,182 lebih besar dari pada perempuan.
Pada umumnya di kalangkan orang dewasa muda pria memiliki kemungkinan lebih besar untuk
terserang hipertensi lebih awal daripada wanita. Hipertensi berdasarkan gender ini dapat pula
dipengaruhi oleh faktor psikologis. Pada pria lebih berhubungan dengan pekerjaan, seperti
perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan dan menganggur dan perilaku tidak sehat seperti
merokok. Sedangkan wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause.
Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen. Berdasarkan
jumlah paritas pada kelompok P=1 terdapat 2 ibu hamil yang mengalami hipertensi, pada
kelompok M=2 – 4 terdapat 9 ibu hamil dengan hipertensi, dan pada kelompok G = > 4 terdapat
5 ibu hamil dengan hipertensi (Bardja, 2017). Dengan demikian hipertensi bisa dialami oleh
siapa pun.
Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 74,3%
responden yang mempunyai riwayat keluarga mengalami hipertensi primer, sedangkan responden
yang tidak mempunyai riwayat keluarga hanya 30,8% yang mengalami kejadian hipertensi
primer. Hasil uji statistik dengan Chi-Square diperoleh nilai p= 0,002 yang lebih kecil dari nilai α
0,05 artinya riwayat hipertensi pada keluarga merupakan faktor risiko kejadian hipertensi primer
yang dibuktikan pula dengan nilai POR: 6,5 Confidence Interval (CI=95%: 2,108-20,044) yang
berarti bahwa risiko mengalami hipertensi primer bagi responden yang mempunyai riwayat
keluarga 6,5 kali lebih besar daripada yang tidak mempunyai riwayat keluarga.
Adanya faktor riwayat keluarga pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu
mempunyai risiko menderita hipertensi. Individu dengan orangtua hipertensi mempunyai risiko
dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada individu yang tidak mempunyai
keluarga dengan riwayat hipertensi. Dari data statistik terbukti bahwa seseorang memiliki
kemungkinan lebih besar mendapatkan hipertensi jika orang tuanya penderita hipertensi.
Syntax Idea, Vol. 1, No. 4 Agustus 2019 105
Menurut penelitian-penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan hipertensi juga banyak
ditemui pada kembar monozigot (satu telur) apabila salah satunya adalah penderita hipertensi.
Hal ini sesuai dengan penelitian Sidabutar yang mengatakan adanya hubungan riwayat keluarga
positif hipertensi untuk terjadinya hipertensi esensial dan juga sesuai dengan literatur yang
menyatakan bahwa pada 70-80% kasus hipertensi, didapatkan riwayat hipertensi di dalam
keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka dugaan hipertensi
akan lebih besar.
Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 70,7%
responden yang stres mengalami hipertensi primer, sedangkan responden yang tidak stres hanya
25% yang mengalami kejadian hipertensi primer. Hasil uji statistik dengan Chi-Square diperoleh
nilai p= 0,002 yang lebih kecil dari nilai α 0,05 artinya stres merupakan faktor risiko kejadian
hipertensi primer yang dibuktikan pula dengan nilai POR: 7,25 Confidence Interval (CI=95%:
2,150-24,442) yang berarti bahwa risiko mengalami hipertensi primer bagi responden yang stres
7,25 kali lebih besar daripada yang tidak mengalami stress.
Hasil penelitian ini sesuai dengan literatur bahwa ada hubungan antara faktor stress
dengan kejadian hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf simpatis. Peningkatan aktivitas saraf
simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Stres dapat memicu peningkatan
hormon adrenalin, juga sering membuat orang memiliki kebiasaan makan yang kurang baik, dan
merokok. Keadaan-keadaan tersebut jika tidak ditanggulangi, berpotensi menjadi faktor risiko
hipertensi. Pengendalian stres berdampak besar pada penurunan tekanan darah. Hal ini juga
sesuai dengan penelitian Sargowo yang menyatakan bahwa stress terbukti berhubungan dengan
prevalensi hipertensi.
Pada responden dengan kebiasaan olahraga tidak teratur kejadian hipertensi primer
sebanyak 73% sedangkan pada responden dengan kebiasaan olahraga teratur proporsi kejadian
hipertensi primer sebanyak 29,2%. Hasil uji statistik dengan Chi- Square diperoleh nilai p= 0,002
yang lebih kecil dari nilai α 0,05 artinya kebiasaan olahraga yang tidak teratur merupakan faktor
risiko kejadian hipertensi primer yang dibuktikan pula dengan nilai POR: 6,557 Confidence
Interval (CI=95%: 2,096-20,517) yang berarti bahwa risiko mengalami hipertensi primer bagi
responden yang mempunyai kebiasaan olahraga yang tidak teratur 6,557 kali lebih besar daripada
yang mempunyai kebiasaan olahraga teratur.
Penderita hipertensi dianjurkan untuk melakukan latihan fisik atau berolahraga secara
teratur. Berolahraga dengan teratur merupakan salah satu bagian terpenting dalam pengelolaan
hipertensi karena olahraga teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan
tekanan darah. Menurut ahli kesehatan satu sesi olahraga dapat menurunkan tekanan darah (5-7
mmHg) sedangkan pengaruh olahraga dalam jangka panjang dapat menurunkan tekanan darah
sebesar 7,4mmHg (Lemeshow, Hosmer, Klar, & Lwanga, n.d.).
Kegemukan merupakan ciri khas dari populasi Hipertensi Primer dan dibuktikan bahwa
faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan terjadinya hipertensi primer dikemudian hari.
Walaupun belum terdapat mekanisme pasti yang jelas hubungan antara obesitas dengan
Hipertensi Primer, tetapi penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi
volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibanding dengan penderita yang
mempunyai berat badan normal.
Penderita obesitas berisiko dua sampai enam kali lebih besar untuk terserang hipertensi primer
dibandingkan orang-orang dengan berat badan yang normal. Curah jantung dan sirkulasi volume
darah penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi dari penderita hipertensi yang tidak obesitas.
Pada obesitas tahanan perifer pembuluh darah berkurang atau normal, sedangkan aktivitas saraf
simpatis meninggi dengan aktivitas renin plasma yang rendah. Telah dibuktikan pula bahwa
setiap penurunan berat badan 10% maka terdapat penurunan 3% risiko penyakit jantung (Douglas
Wetherill, M.S., and Dean J Kereiakes, M. D., 2001). Penurunan berat badan akan disertai
dengan peenurunan tekanan darah.
Nikotin pada perokok secara langsung akan meningkatkan tekanan darah bahkan pada
pecandu sekalipun. Merokok ≥ 20 batang per hari berhubungan erat dengan peningkatan tekanan
darah dan hipertrofi ventrikel kiri. Responden yang merokok lebih dari 30 tahun mempunyai
risiko 2,98 kali dibandingkan yang merokok kurang dari 10 tahun. Risiko orang yang berhenti
merokok untuk mengalami Hipertensi Primer akan lebih kecil dari pada orang yang merokok.
Keuntungan berhenti merokok nampak setelah 5 tahun berhenti dan risikonya kembali seperti
bukan perokok setelah 20 tahun berhenti merokok (Jaya, 2009).
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Rayhani didapatkan 80% dari penderita
hipertensi mempunyai riwayat kebiasaan merokok. Hasil ini juga didukung oleh hasil penelitian
Julianty P, yang menyatakan responden yang berprilaku tidak sehat (merokok, minum minuman
keras dan kurang olah raga) mempunyai risiko 1,53 kali menderita hipertensi dibandingkan
dengan responden yang berprilaku sehat.
1. Jenis kelamin laki-laki terbukti merupakan faktor risiko hipertensi primer (POR : 4,182 ;
CI=95%: 1,427-12,258)
2. Riwayat keluarga hipertensi terbukti merupakan faktor risiko hipertensi primer (POR :
6,5: CI=95%: 2,108-20,044)
3. Stress terbukti merupakan faktor risiko hipertensi primer (POR : 7,25 CI=95%: 2,150-
24,442)
4. Kebiasaan olahraga tidak teratur terbukti merupakan faktor risiko hipertensi primer (POR
5. Status obesitas terbukti merupakan faktor risiko hipertensi primer (POR : 5,573:
CI=95%: 1,706-18,205).
6. Kebiasaan merokok terbukti merupakan faktor risiko hipertensi primer (POR I : 14,375
(CI=95%: 3,280- 63,008), POR II: 10 (CI=95%: 1,781-56,150).
GUNUNG JATI TAHUN 2015. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(11), 151–
161.
Bustan, M. N. (2007). Epidemiologi penyakit tidak menular. Jakarta: Rineka Cipta, 221. Douglas
Wetherill, M.S., and Dean J Kereiakes, M. D., F. A. C. C. (2001). Kegagalan
Gray, H., Dawkins, K., Simpson, I. A., & Morgan, J. (2001). Lecture Notes on Cardiology.
Lemeshow, S., Hosmer, D. W., Klar, J., & Lwanga, S. K. (n.d.). Adequacy of Sample Size in
Health Studies. 1997. Dalam Dibyo Pramono (Penterjemah) dan Hari Kusnanto
(editor). Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Puspitorini, M. (2008). Hipertensi: cara mudah mengatasi tekanan darah tinggi. IMAGE, Yogyakarta.
Rachmi, T., & Herdana, M. (2018). Optimalisasi Kreativitas Anak Melalui Aktivitas Montase
pada Usia Taman Kanak-Kanak. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 3(3), 161–
168.
p-ISSN 2086-6380 Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, November
2017, 8(3):180-191
2
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
ABSTRACT
Background: The improvement of life expectancy contributed to the increasing of elderly people which
giving impact to the disease trend from infection disease to degenerative one. In Indonesia, hypertension
becomes a potensial problem. Aside from it high prevalence, also due to it complications like heart disease,
stroke, kidney failure, etc. The aim of this research was to analyzed hypertension risk factors.
Methods: It was an analytic descriptive research with cross sectional approach on April until May 2015
Sampel had taken with multistage random sampling from population that meets inclusion criteria many as
390 people. Data were analyzed with chi square test and multiple logistic regression.
Results: The results showed that hypertension risk factor on people of Palembang City was age (p=0,000;
OR=6,55; 95% CI=3,17-13,52), family history (p=0,000; OR=4,60; 95% CI=2,70-7,83), smoking habits
(p=0,020; OR=1,77; 95% CI=1,09-2,88), exercise practice(p=0,020; OR=1,77; 95% CI=1,09-2,88), and
body mass index (p=0,002; OR=2,52; 95% CI=1,40-4,53)
Conclusion: Hypertension prevalence in Palembang city year 2015 still high at 22,9%. The most dominant
on hypertension risk faktor was age (OR=6,138) 6,1 times greater chance once in control of other variables.
Keywords: Hypertension, risk factors, incidence of hipertension
Metode: Penelitian ini menggunakan survey analitik dengan rancangan cross sectional pada bulan April-Mei
2015, Sampel diambil dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 397. Pengambilan sampel
dengan teknik multistage random sampling. Data dianalisis dengan menggunakan uji chi square dan regresi
logistik ganda.
Hasil Penelitian: Didapatkan angka kejadian hipertensi sebesar 22,9%. Terdapat hubungan yang signifikan
antara umur (p=0,000; OR=6,55; 95% CI=3,17-13,52), riwayat keluarga (p=0,000; OR=4,60; 95% CI=2,70-
7,83), kebiasaan merokok (OR=1,76; 95% CI=1,06-2,95); kebiasaan berolahraga (p=0,020; OR=1,77; 95%
CI=1,09-2,88) dan Indeks Massa Tubuh (p=0,002; OR=2,52; 95% CI=1,40-4,53) dengan kejadian hipertensi
Kesimpulan: Angka kejadian hipertensi di Kota Palembang tahun 2015 masih tinggi yaitu 22,9%. Faktor
risiko kejadian hipertensi yang utama adalah umur (OR=6,138) berpeluang 6,1 kali lebih besar setelah di
kontrol variabel lain.
Alamat Koresponding: Sartik, Jl. Dr. Moh. Ali, Sekip Jaya, Kemuning, Pahlawan, Kota Palembang, Sumatera Selatan 30114,
email : s_4rtik@yahoo.com
Indonesia umur 60 tahun ke atas pada tahun menunjukkan prevalensi hipertensi di Indonesia
2000 sebesar 9,37% dari jumlah penduduk, sangat tinggi, yaitu 31,7% dari total jumlah
pada tahun 2010 meningkat mencapai 18,1 penduduk dewasa. Prevalensi hipertensi di
juta jiwa atau 9,6% dari jumlah penduduk dan Indonesia lebih tinggi jika
diproyeksikan pada tahun 2025 akan menjadi dibandingkan dengan Singapura yang mencapai
dua kali lipat. Peningkatan UHH ini 27,3%, Thailand dengan 22% dan
berkontribusi terhadap meningkatnya jumlah
Malaysia mencapai 20%.7,8
populasi lanjut usia yang berdampak pada
Hipertensi merupakan penyakit tidak
pergeseran pola penyakit dari penyakit infeksi
menular yang menduduki peringkat pertama
ke penyakit degeneratif. Prevalensi penyakit
terbanyak di Propinsi Sumatera Selatan.
menular mengalami penurunan, sedangkan
Prevalensi penyakit hipertensi pada tahun 2011
Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti
adalah 54,3 per 10.000 penduduk,
Hipertensi cenderung mengalami
peningkatan.1,2,3 tahun 2012 menjadi 59,3 per 10.000
penduduk, dan tahun 2013 yaitu tercatat 54,8
Penderita hipertensi diperkirakan
per 10.000 penduduk. 9
mencapai 1 milyar di dunia, dan dua pertiga
diantaranya berada di negara berkembang. Prevalensi penyakit hipertensi di kota
Angka tersebut kian hari kian Palembang pada tahun 2012 sebanyak 62,07
menghawatirkan yaitu sebanyak 972 juta per 10.000 penduduk (6.856 kasus),
(26%) orang dewasa di dunia menderita
tahun 2013 sebesar 49,61 per 10.000
hipertensi. Angka ini terus meningkat tajam,
penduduk (5.534 kasus), dan tahun 2014
dan diprediksi pada tahun 2025 sekitar 29%
orang dewasa di seluruh dunia menderita sebesar 39,17 per 10.000 penduduk (4.552
hipertensi.4 kasus) hipertensi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi di
Hipertensi merupakan the silent killer
Palembang pada tahun 2013 adalah 14,4%.10,11
sehingga pengobatannya seringkali terlambat.
Hipertensi telah lama diketahui sebagai
Berdasarkan laporan WHO, dari 50% penderita
penyakit yang melibatkan banyak faktor baik
hipertensi yang diketahui 25% diantaranya
selengkapnya ditampilkan pada Tabel 1 pendidikan tinggi 252 (63,5%), dan sebagian
berikut :
besar responden bekerja 333 (83,9%).
Tabel 1. Responden yang tidak mempunyai riwayat
Distribusi Responden Berdasarkan keluarga/keturunan yang menderita hipertensi
Kejadian Hipertensi yaitu 204 (51,4%), sebagian besar responden
Risiko Hipertensi
Total Variabel n %
Variabel Responden Lama merokok
n % ≥ 5 tahun 84 21,2
Umur
< 5 tahun 16 4,0
≥ 40 tahun 260 65,5 Jenis Rokok
< 40 tahun 137 34,5
Jenis Kelamin Kretek 57 14,4
Laki-laki 183 46,1 Tembakau 43 10,8
Perempuan 214 53,9 Merek Rokok
Tingkat Pendidikan
Surya 21 5,3
Rendah 145 36,5
Tinggi 252 63,5 Djarum Super 17 4,3
Pekerjaan Marlboro 13 3,3
Bekerja 333 83,9
Class Mild 33 8,3
Tidak Bekerja 64 16,1
Riwayat Keluarga Sampoerna 10 2,5
Hipertensi Positif 193 48,6
Hipertensi Negatif 204 51,4
Kebiasaan merokok
Merokok 100 25,2
Tidak Merokok 297 74,8
Kebiasaan Olahraga
Dji sam Soe 6 1,5
Tipe Rokok
Non Filter 34 8,6
Filter 66 16,6
Jumlah Rokok Per hari
≥ 10 batang / hari 45 11,4
< 10 batang per hari 55 13,9
Tabel 4.
Hubungan Faktor Risiko dengan Kejadian Hipertensi
Kejadian Hipertensi
Tidak
Faktor Risiko Hipertensi Jumlah p OR (95%CI)
Hipertensi
n % n % n %
Umur
≥ 40 tahun 82 31,5 178 68,5 260 100 0,000* 6,55
< 40 tahun 9 6,6 128 93,4 137 100 (3,17-13,52)
Jenis Kelamin
Laki – Laki 47 25,7 136 74,3 183 100 0,226** 1,33
Perempuan 44 20,6 170 79,4 214 100 (0,83 – 2,13)
Pendidikan
Rendah 40 27,6 105 72,4 145 100 ,094** 1,5
Tinggi 51 20,2 201 79,8 252 100 (0,93 - 2,41)
Pekerjaan
Bekerja 82 24,6 251 75,4 333 100 ,066** 1,99
Tidak Bekerja 9 14,1 55 85,9 64 100 (0,94-4,21)
Riwayat Keluarga
Hipertensi Positif 69 35,8 124 64,2 193 100 ,000* 4,6
Hipertensi Negatif 22 10,8 182 89,2 204 100 (2,70-7,83)
Kebiasaan merokok
Ya 31 31 69 69 100 100 0,026* 1,77
Tidak 60 20,2 237 79,8 297 100 (1,06 -2,95)
Lama Merokok
≥ 5 Tahun 28 33,3 56 66,7 84 100 0,248** 2,16
< 5 Tahun 3 18,8 13 81,2 16 100 (0,57-8,23)
Jenis Rokok
Kretek 21 36,8 36 63,3 57 100 0,146** 1,92
Tembakau 10 23,3 33 76,7 43 100 (0,79-4,68)
Merek Rokok
Surya 5 23,8 16 76,2 21 100 0,072** -
Djarum Super 8 47,1 9 52,9 17 100
Marlboro 5 38,5 8 61,5 13 100
Class Mild 6 18,2 27 81,8 33 100
Sampoerna 4 40 6 60 10 100
Dji Sam Soe 3 50 3 50 6 100
Jumlah Rokok Per hari
≥ 10 batang /hari 18 40.0 27 60 45 100 0,078** 2,15
< 10 batang / hari 13 23,6 42 76,4 55 100 (0,91-5,09)
Tipe Rokok
Non Filter 13 38,2 21 61,8 34 100 0,262** 1,65
Filter 18 27,3 48 72,7 66 100 (0,68-3,97)
Kebiasaan Olahraga
Tidak 59 27,4 156 72,6 215 100 0,020* 1,77
Ya 32 17,6 150 82,4 182 100 (1,09-2,88)
Indeks Massa Tubuh
Obesitas 7 29,2 17 70,8 24 100 0,145** 1,93 (0,72 - 5,13)
Heavily Overweight 36 35 67 65 103 100 0,002* 2,52 (1,40 – 4,53)
Overweight 19 21,3 70 78,7 89 100 0.472** 1,27 (0,65 – 2,46)
Healthy Weight 26 17,6 122 82,4 148 100 0,005* -
Under Weight 3 9,1 30 90,9 33 100 0,230** 2,13 (0,60 – 7,51)
Keterangan :
Tabel 3. menunjukkan hasil analisis Chi Square hipertensi yaitu umur (p=0,000; OR=6,55; 95%
dimana terdapat 5 variabel yang memiliki CI=3,17-13,52), riwayat keluarga (p=0,000;
signifikansi terhadap kejadian OR=4,60; 95% CI=2,70-7,83),
kebiasaan merokok (OR=1,76; 95% CI=1,06-
Tabel 5.
2,95); kebiasaan berolahraga (p=0,020;
Variabel Kandidat Model Kejadian
OR=1,77; 95% CI=1,09-2,88) dan Indeks
Hipertensi
Massa Tubuh (p=0,002; OR=2,52; 95%
CI=1,40-4,53). Sementara variabel yang tidak
memiliki hubungan signifikan dengan kejadian Variabel p-value
Umur 0,000
hipertensi adalah jenis kelamin (p=0,226), Jenis Kelamin 0,226
Pendidikan 0,094
pendidikan (p=0,094), pekerjaan (p=0,066), Pekerjaan 0,066
lama merokok (p=0,248), jenis rokok Riwayat keluarga / keturunan 0,000
Kebiasaan merokok 0,026
(p=0,146), merek rokok (p=0,072) dan jumlah Lama merokok 0,248
Jenis Rokok 0,146
rokok per hari (p=0,078). Jumlah Rokok per hari 0,078
Kebiasaan olahraga 0,020
IMT 0,005
Variabel-variabel kandidat yang
memenuhi kriteria kandidat model multivariat
adalah variabel yang bermakna secara statistik Hasil analisis multivariat menunjukkan
(p<0,05) dan variabel yang memiliki nilai bahwa variabel prediktor kejadian hipertensi
merokok, jenis rokok, jumlah rokok per hari, hipertensi yaitu umur dan riwayat
Tabel 6.
Model Akhir Kejadian Hipertensi
penelitian diungkapkan bahwa jika seseorang merokok sebesar 37,9%, sedangkan yang tidak
mempunyai orang tua yang salah satunya merokok dan mengalami hipertensi sebesar
54,2%. Hasil analisis bivariat (p=0,026;
menderita hipertensi maka orang tersebut akan
OR=1,77 dan 95% CI=1,06-2,95)
memiliki risiko dua kali lipat untuk terkena
hipertensi dari pada orang tuanya tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna
hipertensi.20 Penelitian lain mencatat bahwa secara statistik antara kebiasaan merokok
seseorang dengan kedua orang tuanya dengan kejadian hipertensi. Risiko merokok
hipertensi akan memilki 50-70% kemungkinan pada penelitian ini lebih kecil dari penelitian
menderita hipertensi, sedangkan bila orang Irza pada masyarakat Nagari Bungo Tanjung
tuanya tidak menderita hipertensi hanya 4-20% Sumatera Barat yang mendapatkan bahwa
kemungkinan menderita hipertensi.21 Ini dapat perilaku merokok akan meningkatkan risiko
terlihat dengan adanya penggolongan hipertensi sampai 6,9 kali lebih tinggi
derajat pertama (orang tua, saudara ini sesuai dengan penelitian Sugiharto dengan
sekandung, anak). Riwayat keluarga dekat studi kasus kontrol yang membuktikan adanya
yang menderita hipertensi juga mempertinggi hubungan antara merokok dengan hipertensi
dengan nilai p=0,001; OR=2,47 dan 95% 54,2% dan responden yang berolahraga sebesar
CI=1,44-4,23 namun setelah dianalisis 45,8%. Berdasarkan hasil uji statistik antara
multivariat, kebiasaan merokok tidak terbukti kebiasaan olahraga dan kejadian hipertensi
sebagai faktor risiko hipertensi didapat 27,4% responden yang
Kebiasaan Olahraga
dengan tekanan darah berubah, dan tekanan Dari penelitian yang dilakukan Tesfaye
darah berkurang.26 Penurunan berat badan akan dkk, pada penduduk di Indonesia didapatkan :
27
mengakibatkan menurunnya tekanan darah. IMT rata-rata pada laki-laki di Indonesia
Sebuah percobaan menunjukkan penurunan 1% sebesar 21,17±2,86. Prevalensi overweight
berat badan akan mengakibatkan penurunan 1
/obesitas penduduk Indonesia ialah 25% pada
mmHg untuk tekanan sistolik dan 2 mmHg
perempuan dan 10% laki-laki. Tekanan darah
untuk tekanan diastolik.27
sistol rata-rata pada laki-laki di Indonesia
Berdasarkan hasil tabulasi silang, proporsi sebesar 127,33±17,80. Prevalensi hipertensi
hipertensi pada kelompok IMT heavily weight pada penduduk Indonesia ialah 25% pada laki-
35% dan proporsi hipertensi pada kelompok laki dan 24% pada perempuan. Risiko
IMT healthy weight adalah sebesar 9,1%. Hal ini hipertensi lebih tinggi pada kelompok
menunjukkan proporsi hipertensi pada kelompok penduduk dengan overweight dan obesitas
heavily weight (IMT 25-29,99) lebih tinggi hipertensi lebih tinggi pada kelompok
dibandingkan kategori healthy weight. Hasil penduduk dengan overweight dan obesitas
chi square diperoleh nilai p=0,002, hal ini hipertensi lebih tinggi pada kelompok penduduk
berarti ada hubungan yang bermakna antara dengan overweight dan obesitas
IMT dengan kejadian hipertensi, hasil ini
28. Kaplan, N. dan Steamler, J. Pencegahan PJK : Penatalaksanaan Praktis Faktor- Faktor Risiko.
Terjemahan Sukwan Handali, Editor Petrus Andrianto, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta, 1994.
29. Zuraidah, Maksuk, dkk., Analisis Faktor Risiko Penyakit Hipertensi Pada Masyarakat di
Kecamatan Kemuning Kota Palembang Tahun 2012, RisetPembinaan Tenaga Kesehatan,
Politeknik Kesehatan Palembang. 2012.
30. Kleinbaum DG, Kupper LL, Muller K, Applied Regression Analysis and other multivariatable
methode
Lampiran 4 Materi
Hipertensi dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat dimodifikasi dan faktor yang
tidak dapat dimodifikasi. Seperti dikatakan Jannah (2018) bahwa beberapa faktor
penyebab hipertensi yang tidak daat dirubah adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga,
genetik. Sedangkan yang dapat dirubah meliputi kebiasaan merokok, konsumsi garam,
konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah, kebiasaan minum-minuman beralkohol,
obesitas, kurang aktivitas fisik serta stress penggunaan estrogen. Seke (2016) juga
menambahkan bahwa beberapa faktor yang dapat menyebabkan hipertensi adalah stres
dan perubahan gaya hidup.
B.Jenis Hipertensi
1.Hipertensi pulmonal
Hipertensi pulmonal adalah suatu penyakit yang ditandaoi dengan peningkatan tekanan
darah pada pembuluh darah arteri paru-paru yang menyebabkan sesak nafas, pusing dan
pingsan pada saat melakukan aktivitas. Berdasarkan penyebabnya hipertensi pulmonal dapat
menjadi penyakit berat yang ditandai dengan penurunan toleransi dalam melakukan aktivitas
dan gagal jantung kanan. Hipertensi pulmonal primere sering ditemukan pada usia muda dan
pertengahan. Kriteria diagnosis untuk hipertensi pulmonal merujuk pada National Institute of
Health; bila tekanan sistolik pulmonalis lebih dari 35 mmHg atau “mean” tekanan arteri
pulmonalis lebih dari 25 mmHg pada saat istirahat atau lebih 30 mmHg pada aktivitas dan
tidak didapatkan adanya kelainan katup pada jantung kiri, penyakit miokardium, penyakit
jantung kongenital, dan tidak adanya kelainan paru.
C. Etiologi Hipertensi
a. Usia
Hipertensi sering terjadi pada usia kurang dari 35 tahun, insiden
hipertensi semakin meninggkat seiring bertambahnya usia yang menyebabkan
kenaikan penyakit arteri coroner dan kematian premature.
b. Jenis kelamin
Pada umumnya sering terjadi pada pria dibanding wanita, namum pada
usia pertengahan, didapatkan lebih banyak terjadi pada wanita, sehingga pada
usia 65 tahun hipertensi pada wanita lebih tinggi.
c. Ras
Hipertensi pada ras kulit hitam paling sedikit dua kalinya ras kulit
putih. Akibat penyakit ini lebih berat pada ras kulit hitam.
d. Pola hidup
Faktor seperti pendidikan, penghasilan, dan faktor pola hidup telah
diteliti dengan hasil yang jelas. Penghasilan rendah, tingkat pendidikan yang
rendah, dan kehidupan atau pekerjaan yang penuh stressor agak berhubungan
dengan terjadinya hipertensi, obesitas dipandang sebagai faktor risiko utama.
Bila berat badan turun maka tekanan darah ikut turun. Merokok merupakan
faktor risiko tinggi terkena hipertensi dan penyakit arteri koroner.
Hiperkolesterolemia dan hiperglikemia adalah faktor-faktor utama untuk
perkembangan ateosklerosis, yang berhubungan erat dengan hipertensi.
D. Manifestasi Klinik
E. Faktor Risiko
1. keluarga
Adanya faktor riwayat keluarga pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu
mempunyai risiko menderita hipertensi. Individu dengan orangtua hipertensi mempunyai risiko dua
kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada individu yang tidak mempunyai keluarga
dengan riwayat hipertensi. Dari data statistik terbukti bahwa seseorang memiliki kemungkinan lebih
besar mendapatkan hipertensi jika orang tuanya penderita hipertensi.
2.Obesitas
Penderita obesitas berisiko dua sampai enam kali lebih besar untuk terserang hipertensi primer
dibandingkan orang-orang dengan berat badan yang normal. Curah jantung dan sirkulasi volume
darah penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi dari penderita hipertensi yang tidak obesitas.
Pada obesitas tahanan perifer pembuluh darah berkurang atau normal, sedangkan aktivitas saraf
simpatis meninggi dengan aktivitas renin plasma yang rendah. Telah dibuktikan pula bahwa setiap
penurunan berat badan 10% maka terdapat penurunan 3% risiko penyakit jantung (Douglas
Wetherill, M.S., and Dean J Kereiakes, M. D., 2001). Penurunan berat badan akan disertai dengan
peenurunan tekanan darah.
3.Merokok
Berdasarkan teori, Merokok berpengaruh terhadap kejadian hipertensi. Zat-zat kimia beracun
seperti nikotin dan karbonmonoksida yang dihisap melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah
dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, mengakibatkan proses aterosklerosis dan
tekanan darah tinggi. Pada studi autopsi, dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan merokok dengan
adanya aterosklerosis pada seluruh pembuluh darah. Merokok pada penderita tekanan darah tinggi
semakin meningkatkan risiko kerusakan pada pembuluh darah arteri.
(merokok, minum minuman keras dan kurang olah raga) mempunyai risiko 1,53 kali menderita
hipertensi dibandingkan dengan responden yang berprilaku sehat.
F. Edukasi Hipertensi
Berdasarkan uraian di atas bahwa gaya hidup memang sangat berpengaruh besar terhadap
munculnya penyakit hipertensi. Gaya hidup sehat dapat disimpulkan sebagai serangkaian pola
perilaku atau kebiasaan hidup sehari- hari untuk memelihara dan menghasilkan kesehatan, mencegah
resiko terjadinya penyakit serta melindungi diri untuk sehat secara utuh.
Perubahan gaya hidup sehat adalah langkah penting untuk menurunkan dan mengatasi
tekanan darah tinggi. Perubahan gaya hidup yang bisa dilakukan adalah mengatur pola makan,
olahraga secara teratur, dan menghindari konsumsi alkohol atau rokok.
Lampiran 5
ABSENSI PANITIA SATUAN ACARA PENYULUHAN
PROGRAM KEMITRAAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SARI MULIA BANJARMASIN
NO NAMA TANDA TANGAN
1 Eirene E.M. Gaghauna, S. Kep., Ns., MSN
2 Bagus Rahmat Santoso Ns., M. Kep
3 Muhammad Jailani
4 Nur Hidayah
5 Noorlinda
6 Rani Normaya Sari
7 Sabrina Munawarti
8 Santia Andira Pradini
9 Teddyansyah
10 Trisna Devina
11 Veny Ashar
12 Wahidatun Sakinatus Kholidah
Lampriran 6
PRESENTASI KEHADIRAN
PESERTA PENGABDIAN MASYARAKAT
Tanggal :
Tempat :
NO NAMA TTD
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20