Anda di halaman 1dari 78

PROPOSAL

PROGRAM KEMITRAAN MASYARAKAT

“Tata Kelola Hipertensi Di Masyarakat”


KOTA BANJARMASIN
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Oleh :
Jabatan Nama NIDN/NIK
Ketua Eirene E.M. Gaghauna, S. Kep., Ns., MSN 1121058601
Anggota 1 Bagus Rahmat Santoso, Ns., M. Kep 1102088501

Jabatan Nama NIM


Anggota 1 Muhamad Jailani 11194561910219
Anggota 2 Nur Hidayah 11194561910223
Anggota 3 Noorlinda 11194561910189
Anggota 4 Rani Normaya Sari 11194561910192
Anggota 5 Sabrina Munawarti 11194561910194
Anggota 6 Santia Andira Pradini 11194561910227
Anggota 7 Teddyansyah 11194561910231
Anggota 8 Trisna Devina 11194561910199
Anggota 9 Veny Ashar 11194561910232
Anggota 10 Wahidatun Sakinatus Kholidah 11194561910200

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2021
HALAMAN PENGESAHAN PROGRAM KEMITRAAN MASYARAKAT
1. Judul : Tata Kelola Hipertensi Di Masyarakat
1. Nama Mitra Program PKM: Masyarakat Pada Usia Produktif dan Lansia
2. Ketua TIM Pengusul :
a. Nama : Eirene E.M. Gaghauna, S. Kep., Ns., MSN
b. NIDN : 1121058601
c. Jabatan/golongan : Ketua
d. Program studi : Sarjana Keperawatan
e. Perguruan tinggi : Universitas Sari Mulia
f. Bidang keahlian : Ilmu Keperawatan
g. Alamat kantor :-
3. Anggota TIM pengusul :
a. Jumlah anggota : 10
b. Nama anggota I/Bidang keahlian
1. Muhamad Jailani Keperawatan
2. Nur Hidayah Keperawatan
3. Noorlinda Keperawatan
4. Rani Normaya Sari Keperawatan
5. Sabrina Munawarti Keperawatan
6. Santia Andira Pradini Keperawatan
7. Teddyansyah Keperawatan
8. Trisna Devina Keperawatan
9. Veny Ashar Keperawatan
10. Wahidatun sakinatus kh Keperawatan
c. Jumlah mahasiswa yang terlibat : 10
4. Lokasi kegiatan/mitra (1)
a. Wilayah mitra : Pulau kalimantan
b. Kabupaten/kota : Banjarmasin
c. Provinsi : Kalimantan Selatan
d. Jarak PT ke lokasi (KM) : -
5. Luaran yang dihasilkan : Bahan Ajar dan Publikasi Jurnal PKM Online

i
6. Jangka waktu pelaksanaan : 1 Bulan

7. Biaya total : Rp. 100.000


- Sumber lain :

Mengetahui, Banjarmasin, 21 Februari 2020


Ketua Jurusan Keperawatan Ketua TIM Pengusul

Mohammad Basit., S.Kep ., Ns., MM Eirene E.M. Gaghauna, S. Kep., Ns., MSN
NIDN. 1166102012053 NIDN. 1121058601

Mengetahui,

Ketua LPPM Universitas Sari Mulia

Dini Rahmayani., S. Kep., Ns., MPH


NIDN. 1166122004007

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN PROGRAM KEMITRAAN MASYARAKAT..............................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... iii
IDENTITAS DAN URAIAN UMUM.......................................................................................v
REFERENSI......................................................................................................................... vii
RINGKASAN......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Analisis Situasi...............................................................................................................1
1.2 Pemasalahan Mitra........................................................................................................ 2
BAB II SOLUSI DAN TARGET LUARAN.............................................................................6
2.1 Solusi Yang Ditawarkan.................................................................................................6
2.2 Target Luaran................................................................................................................6
BAB III METODE PELAKSANAAN......................................................................................7
3.1 Metode Pelaksanaan PKM.............................................................................................7
BAB IV KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI.....................................................................9
4.1 Kinerja Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat..............................................9
4.1 Kualifikasi Tim Pelaksana.......................................................................................11
BAB V BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN.........................................................................13
5.1 Anggaran Biaya........................................................................................................... 13
Tabel 5.2 Jadwal Kegiatan Pelaksanan PKM......................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 15

iii
IDENTITAS DAN URAIAN UMUM

1. Judul PKM : TATA KELOLA HIPERTENSI DI MASYARAKAT


2. Tim Pelaksana
Alokasi
Bidang Instans
No Nama Jabatan Waktu
Keahlian i Asal
(jam/minggu)
1 Nur Hidayah Ketua Keperawatan UNISM 4 Jam/minggu
2 Muhamad Jailani Anggota Keperawatan UNISM 4Jam/minggu
3 Noorlinda Anggota Keperawatan UNISM 4Jam/minggu
4 Rani Normaya Sari Anggota Keperawatan UNISM 4Jam/minggu
5 Sabrina Munawarti Anggota Keperawatan UNISM 4Jam/minggu
6 Santia Andira Pradini Anggota Keperawatan UNISM 4Jam/minggu
7 Teddyansyah Anggota Keperawatan UNISM 4Jam/minggu
8 Trisna Devina Anggota Keperawatan UNISM 4Jam/minggu
9 Veny Ashar Anggota Keperawatan UNISM 4Jam/minggu
10 Wahidatun Sakinatus Kholida Anggota Keperawatan UNISM 4Jam/minggu

1. Objek (khalayak sasaran) Pengabdian kepada Masyarakat:


Khalayak sasaran yang dipilih adalah masyarakat
2. Masa Pelaksanaan
Mulai dan Berakhir :-
3. Lokasi Pengabdian kepada : Provinsi Kalimantan Selatan.
4. Mitra yang terlibat
Memberikan edukasi mengenai Tata Kelola Hipertensi yang ada di Masyarakat mengenai
faktor-faktor resiko serta pencegahan pada penyakit Hipertensi. Secara umum dalam hal
ini mitra memberikan kontribusi, memberikan informasi tentang permasalahan-
permasalahan masyarakat. Serta dari mahasiswa mampu mengikuti pemaparan yang akan
dilaksanakan,ikut berdiskusi, dan mampu menjalankan hal-hal yang dianjurkan dalam
pemaparan secara berkesinambungan.
5. Permasalahan yang ditemukan dan solusi yang ditawarkan:
Para masyarakat yang masih belum mengetahui yang dimana untuk memberikan
pengetahuan tentang bagaimana cara mengatasi penyakit Hipertensi pada masyarakat
dalam hal Tata Kelola Hipertensi yang memiliki Faktor-faktor resiko dan pencegahannya.
Kontribusi mendasar pada khalayak sasaran

iv
a. Harapannya dapat meningkatkan pengetahuan pada masyarakat, untuk Mengurangi
terjadinya resiko terjadinya penyakit yang beresiko.
6. Rencana luaran berupa jasa, sistem, produk/barang, paten, atau luaran lainnya yang
ditargetkan
a. Rencana luaran yang dihasilkan yaitu bahan ajar terkait slide materi mengenai
Hipertensi.

v
REFERENSI
Sri Tanti Rahmayani FAKTOR-FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI
PRIMER PADA USIA 20-55 TAHUN DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD 45
KUNINGAN,Jurnal Universitas Islam Al-Ihya Kuningan Vol. 1, No. 4 Agustus 2019.

Waenly M. Tumanduk,Jeini E. Nelwan,Afnal Asrifuddin Faktor-


faktor risiko hipertensi yang berperan di Rumah Sakit Robert Wolter
Mongisidi,Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi
Manado Jurnal e-Clinic (eCl), Volume lxxxiii, Nomor 2, Juli-Desember 2019.

Sartik,1 RM. Suryadi Tjekyan,2 M.Zulkarnain2 1Dinas Kesehatan Kota Palembang


2
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya FAKTOR – FAKTOR RISIKO DAN ANGKA
KEJADIAN HIPERTENSI PADA PENDUDUK PALEMBANG, Jurnal Ilmu Kesehatan
Masyarakat, November 2017.

Warjiman1, Unja,Ermeisi Er2, Gabrilinda,Yohana3,Hapsari,FransiskDwi41,2,3,4Program


Studi Sarjana Keperawatan dan Profesi Ners STIKES Suaka Insan Banjarmasin SKRINING
DAN EDUKASI PENDERITA HIPERTENSI, JURNAL SUAKA INSAN MENGABDI
(JSIM), VOLUME 2, EDISI 1, 31 MEI 2020.

Yeni Riza,,Ridha Hayati, Wawan Setiawan ANALISIS FAKTOR YANG


BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI Analysis Factors Related to the
Event of Hypertension, Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Islam Kalimantan
MAB Banjarmasin Volume 5, Nomor 2 Juli 2019.

vi
RINGKASAN

Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal, secara


umum hipertensi terjadi apabila tekanan darahnya ≥ 140 mmHg sistolik atau ≥ 90
mmHg diastolik. Tekanan darah antara 100/70 mm Hg-140/80 mm Hg yang biasa
terjadi pada orang dewasa normal, tekanan darah seperti ini dapat dialami kapan
pun. Hipertensi primer mencapai ± 90% dan 10% lainnya disebabkan oleh
hipertensi sekunder dari total pasien hipertensi. Hanya 50% dari penderita
hipertensi sekunder dapat diketahui penyebabnya dan dari golongan ini hanya
beberapa persen yang dapat diperbaiki kelainannya. Oleh karena itu, upaya
penanganan hipertensi primer lebih mendapatkan prioritas.

Hipertensi terbukti sering muncul tanpa gejala, namun penyakit hipertensi


ini baru disadari oleh mereka setelah terjadi komplikasi. Prevalensi hipertensi
ringan lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan stadium berat dan harus
diwaspadai karena ternyata lebih banyak menyebabkan kematian dibandingkan
kanker. Meski sebagai silent killer, terapi ringan akan mengurangi risiko
komplikasi kardiovaskular termasuk kematian dini. Sebenarnya penyebabnya
belum diketahui hanya terdapat dugaan terdapat faktor yang berperan memacu
terjadinya hipertensi.

Daerah wilayah Banjarmasin masyarakat banyak yang belum mengetahui


faktor-faktor resiko dan pencegahan penyakit Hipertensi, Hipertensi merupakan
salah satu faktor penyebab serangan jantung dan stroke, apabila tidak dilakukan
pengobatan dan perawatan secara dini akan menimbulkan bahaya pada tubuh
seperti kerusakan sistem saraf otak (Gray, Dawkins, Simpson, & Morgan, 2001).
Untuk meminimalisir terjadinya komplikasi penyakit lain atau mengurangi
dan mengatasi keluhan atau faktor resiko penyakit Hipertensi maka di adakanlah
promosi kesehatan untuk masyarakat Banjarmasin agar dapat mengetahui faktor-
faktor resiko dan pencegahan penyakit Hipertensi. Pendidikan yang di tawarkan
yaitu Tata Kelola Hipertensi, Tata Kelola Hipertensi adalah Perilaku Hidup Sehat
yang dapat mengruangi faktor-faktor resiko penyakit Hipertensi dan dapat
mencegah terjadinya komplikasi. Dengan di lakukan Pendidikan kesehatan Tata

ii
Kelola Hipertensi di Masyarakat, diharapkan dapat mengetahui dan meningkatkan
pengetahuan terkait Hipertensi sehingga masyarakat bisa menginformasikan ke
masyarakat lain terutama keluarga dan kerabat yang mempunyai keluhan penyakit
Hipertensi yang belum mengetahui nya.

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal,
secara umum hipertensi terjadi apabila tekanan darahnya ≥ 140 mmHg
sistolik atau ≥ 90 mmHg diastolik. Tekanan darah antara 100/70 mm Hg-
140/80 mm Hg yang biasa terjadi pada orang dewasa normal, tekanan
darah seperti ini dapat dialami kapan pun.

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah diateri yang bersifat


sistemik alias berlangsung terusmenerus untuk jangka waktu lama.
Hipertensi tidak terjadi tiba-tiba, melainkan melalui proses yang
berlangsung cukup lama. Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol untuk
periode tertentu akan menyebabkan tekanan tinggi permanen yang disebut
hipertensi (Lanny, 2012).

Penderita hipertensi diperkirakan mencapai 1 milyar di


dunia, dan dua pertiga diantaranya berada di negara berkembang. Angka
tersebut kian hari kian menghawatirkan yaitu sebanyak 972 juta (26%)
orang dewasa di dunia menderita hipertensi. Angka ini terus meningkat
tajam, dan diprediksi pada tahun 2025 sekitar 29% orang dewasa di
seluruh dunia menderita hipertensi.
Pada tahun 2025 diperkirakan kasus hipertensi terutama di Negara
berkembang akan mengalami peningkatan 80% dari 639 juta kasus di
tahun 2000, yaitu menjadi 1,15 milyar kasus. Prediksi ini didasarkan pada
angka penderita hipertensi dan bertambahnya penduduk saat ini (WHO,
2013).Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013
menunjukkan prevalensi hipertensi di Indonesia pada responden dengan
usia 18 tahun keatas sebesar 25,8%.

Indonesia sendiri pada tahun 1995 satu dari sepuluh orang berusia
18 tahun ke atas menderita hipertensi, kemudian kondisi ini meningkat
menjadi satu dari tiga orang menderita hipertensi pada tahun 2007
Prevalensi hipertensi sebesar 31,7% atau satu dari tiga orang dewasa
mengalami hipertensi, dan 76,1% tidak menyadari sudah terkena
hipertensi (Kemenkes,2013), Hipertensi merupakan the silent killer
sehingga pengobatannya seringkali terlambat.

 Salah satu wilayah yang ada di Indonesia dengan angka kejadian


hipertensi terbanyak dengan urutan kedua setelah Provinsi Bangka
Belitung (30,9) adalah Provinsi Kalimantan Selatan (30,8%).Menurut data
Dinas Kesehatan tahun 2011, penderita hipertensi di Kalimantan Selatan
mengalami pergeseran usia diatas 40 tahun dengan menyerang usia lebih
muda, kurang dari 30 tahun. Pada tahun 2011 Kalimantan Selatan
khususnya kota Banjarmasin jumlah penderita hipertensi berjumlah 11.710
penderita dan pada tahun 2012 berjumlah 16.234 penderita (Alfian, 2016).

Maka dari itu pentingnya Masyarakat untuk mengetahui Faktor-


faktor resiko penyakit Hipertensi adalah merokok, mengkonsumsi
makanan yang mengandung terlalu banyak garam, serta obesitas.
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari faktor-faktor resiko
tersebut adalah melalui perubahan pola hidup, diet, dan manajemen berat
badan yang yermasuk pada Tata Kelola Hipertensi Masyarakat.

Berdasarkan data diatas, didapatkan suatu gambaran bahwa


hipertensi merupakan masalah kesehatan yang potensial. Bila dibiarkan
tidak diobati, keadaan ini akan menimbulkan berbagai macam komplikasi
berupa kerusakan organ-organ target dan pada kasus yang fatal dapat
mengakibatkan penyakit jantung, gagal ginjal maupun stroke yang tidak
jarang berujung pada kematian

1.2 Pemasalahan Mitra

Mengacu pada uraian analisis situasi persoalan prioritas pada


masyarakat yang berada di Kalimantan selatan maka dilakukan
penyuluhan tentang “Tata Kelola Hipertensi Di Masyarakat”. Menuju
kearah yang lebih baik dan terhindar dari bahayanya resiko Hipertensi
yang setiap harinya memakan korban pada semua kalangan di Indonesia
terlebih pada wilayah di Kalimantan Selatan yang dimana pengidap

2
penyakit Hipertensi sudah mencapai angka 44% dari 4 juta penduduk
Kalimantan Selatan. Pencegahan terjadinya komplikasi dari faktor resiko
Hipertensi sangat diperlukan agar tidak terjadi dampak negative yang
dapat membahayakan pengidap Hipertensi yang ada di masyarakat.

Tata Kelola Hipertensi yang perlu diketahui oleh masyarakat adalah :

1. Faktor Resiko

a. Merokok

Kebiasaan merokok berpengaruh dalam meningkatkan resiko


hipertensi walaupun mekanisme timbulnya hipertensi belum diketahui
secara pasti (Armilawaty dan Ridwan, 2007).

b. Obesitas

Obesitas juga dapat meningkatkan kejadian hipertensi, hal ini


disebabkan lemak dapat menimbulkan sumbatan pada pembuluh darah
sehingga dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Asupan
garam yang tinggi akan menyebabkan pengeluaran kelebihan dari hormon
natriouretik yang secara tidak langsung akan meningkatkan tekanan darah.
Asupan garam antara 5-15 gram perhari juga dapat meningkatkan
prevalensi hipertensi sebesar 15-20%.

2. Pencegahan
Perubahan Pola Hidup
Perilaku merokok masih menjadi kebiasaan yang sulit
untuk dihentikan walaupun keluarga mengetahui bahwa rokok
membahayakan kesehatan salah satunya berisiko untuk
meningkatkan tekanan darah, kemudian perilaku memeriksakan
tekanan darah juga keluarga masih belum optimal karena berbagai
sebab seperti kesibukan bekerja atau tidak merasakan keluhan.
Maka dari itu pentingnya mengedukasi Masyarakat bahwa rokok
dapat membawa resiko penyakit Hipertensi agar Masyarakat dapat
menghentikan perilaku merokok tersebut. Adapun selain merokok
3
adalah mengonsumsi minuman yang beralkohol membatasi dalam
mengonsumsi minuman beralkohol, hal ini menunjukkan bahwa
minuman tersebut berisiko terhadap berbagai macam penyakit
kronis salah satunya adalah hipertensi dan minuman beralkohol
juga jarang diperjualbelikan di lingkungan masyarakat setempat
karena aturan pemerintah yang hanya memperbolehkan menjual
minuman beralkohol di tempat atau area tertentu. Maka dari itu
harus adanya kesadaran masyarakat untuk tidak mengonsumsi
alcohol. Adapun beberapa point-point dari perubahan perilaku
hidup lainnya adalah:

a. Diet
Dari latar belakang budaya adalah bahwa seringnya
Masyarakat makan bersama di restoran cepat saji, hal ini
menunjukkan bahwa menu tersebut beresiko terhadap penyakit
hipertensi dan membutuhkan biaya yang tinggi. Dan dari latar
belakang budaya keluarga lain yaitu kebiasaan keluarga
menambahkan garam pada setiap masakan yang dihidangkan, hal
ini menunjukkan bahwa keluarga masih kesulitan mengurangi
kebiasaan pemakaian garam pada setiap menu masakan karena
merasa masakan menjadi kurang sedap dirasakan oleh lidah bila
tanpa dimasukkan garam.
Menurut analisis peneliti disebabkan karena Masyarakat
responden sebagian besar memiliki karakteristik yang memiliki
budaya atau kebiasaan mengonsumsi makanan seperti ikan asin
atau makanan yang digoreng. Dari kedua hal Budaya tersebut
pentingnya Masyarakat untuk mengetahui Diet yang baik dalam
mengolah makanan yang akan di konsumsi.
b. Aktifitas Fisik
Aktivitas fisik yang mampu membakar kalori 800-1000
kalori akan meningkatkan high density lipoprotein (HDL) sebesar
4.4 mmHg. Sebagian besar studi epidimiologi dan studi intervensi
4
aktivitas memberikan dukungan tegas bahwa peningkatan aktivitas
fisik, durasi yang cukup, intensitas dan jenis sesuai mampu
menurunkan tekanan darah secara signifikan, baik dengan
tersendiri maupun sebagai bagian dari terapi pengobatan.
Aktivitas fisik yang baik dan rutin akan melatih otot
jantung dan tahanan perifer yang dapat mencegah peningkatan
tekanan darah. Disamping itu, olahraga yang teratur dapat
merangsang pelepasan hormon endorfin yang menimbulkan efek
euphoria dan relaksasi otot sehingga tekanan darah tidak
meningkat. Peningkatan intensitas aktivitas fisik, 30-45 menit per
hari penting dilakukan sebagai strategi untuk pencegahan dan
pengelolaan hipertensi (Kokkinos, 2009).
c. Manajemen Berat Badan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara obesitas dengan kejadian hipertensi. Obesitas
mempunyai korelasi positif dengan hipertensi. Anak-anak remaja
yang mengalami kegemukan cenderung mengalami hipertensi. Ada
dugaan bahwa meningkatnya berat badan normal relatif sebesar
10% mengakibatkan kenaikan tekanan darah 7 mmHg (Mannan,
2016).
Penyelidikan epidemiologi membuktikan obesitas
merupakan ciri khas pada populasi pasien hipertensi. Curah
jantung dan volume darah pasien obesitas dengan hipertensi lebih
tinggi dibandingkan penderita yang mempunyai berat badan
normal dengan tekanan darah yang setara. Akibat obesitas, para
penderita cenderung menderita penyakit kardiovaskuler, hipertensi
dan diabetes mellitus (Rohaendi, 2008).
Maka dari itu pentingnya untuk manajemen berat badan
agar tidak terjadi obesitas yang dapat menyebabkan penyakit
beresiko akibat hipertensi.

5
BAB II

SOLUSI DAN TARGET LUARAN


2.1 Solusi Yang Ditawarkan
Berdasarkan permasalahan yang dihadapi mitra maka solusi yang
ditawarkan pengusul melalui kegiatan promosi kesehatan kepada
masyarakat tentang Tata Kelola Hipertensi meliputi :
Melakukan pendidikan kesehatan kepada masyarakat dengan cara
Talk Show untuk mengetahui serta mengenal faktor-faktor resiko dan
pencegahannya kepada masyarakat.
2.2 Target Luaran
1. Target
Target yang ingin dicapai melalui kegiatan promosi kesehatan
masyarakat adalah sebagai berikut.
a. Masyarakat dapat mengetahui tentang penyakit Hipertensi dan
mengantisipasi faktor-faktor resiko terjadi.
b. Masyarakat dapat menginformasikan ke orang lainnya di daerah
tersebut/lingkungan keluarga dan kerabat dekat yang belum
mengetahui tentang Tata Kelola Hipertensi.
2. Luaran
Luaran yang diharapkan melalui kegiatan pengabdian masyarakat ini
adalah sebagai berikut.
Bahan ajar dan artikel/jurnal ilmiah yang dapat diterbitkan dalam
jurnal nasional.

6
BAB III

METODE PELAKSANAAN
3.1 Metode Pelaksanaan PKM

Metode pelaksanaan kegiatan yang dilakukan melalui pendekatan yaitu


proses pengkajian dan analisis situasi lapangan, pedidikan kesehatan
kepada Masyarakat.
Tabel 3.1 Rencana Pelaksanaan Kegiatan PKM dalam memecahkan masalah
Mitra
No Solusi yang
Permasalahan Kondisi akhir
. ditawarkan
1 Masih banyak Melakukan Edukasi Masyarakat
Masyarakat yang tentang Tata Kelola mendapatkan
belum mengetahui Hipertensi agar informasi dan dapat
tentang faktor- dapat mencegah menginformasikan ke
faktor resiko terjadinya faktor orang lain tentang tata
Hipertensi dan resiko yang kelola Hipertensi
pencegahannya. membahayakan sebagai upaya
mencegah komplikasi
pada penyakit
Hipertensi..

Uraian kegiatan pendekatan untuk menyelesaikan persoalan mitra adalah :


a) Survey lapangan
Kegiatan survey lapangan dilakukan dengan membaca situs literasi
terhadap kasus Hipertensi di Masyarakat. Selanjutnya meminta
perizinan ke bagian LPPM Universitas Sari Mulia untuk melakukan
kegiatan Pendidikan Kesehatan.
b) Tahap pelaksanaan
Melakukan promosi kesehatan tentang edukasi tentang Tata Kelola
Hipertensi Di Masyarakat.
c) Tahap Monitoring dan Evaluasi

7
Pada awalnya Masyarakat banyak yang tidak mengetahui tentang Tata
Kelola Hipertensi sehingga harapannya dilakukan pendidikan
kesehatan ini untuk memberikan pengetahuan tentang Tata Kelola
Hipertensi sebagai upaya pencegahan terjadinya faktor-faktor resiko
yang dapat membahayakan.

8
BAB IV

KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI


4.1 Kinerja Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Kinerja lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat


(LPPM) Universitas Sari Mulia Banjarmasin cukup baik dan berprestasi.
LPPM merupakan unit yang dapat mengkordinasi dan menjembatani
dalam memberikan sumbangan yang berarti bagi pembangunan
masyarakat. Grafik kinerja LPPM dapat digambarkan pada grafik berikut
ini:
1. Gambar grafik jumlah Publikasi Penelitian Dosen di Lingkungan Kam
pus Pendidikan Sari Mulia Banjarmasin.

Publikasi Penelitian
140
120
120
100
80 66
Total

60
42
40 32
22 19 24
20 14 11 11
7 3
1 0 0
0
Kebidanan Keperawatan Farmasi Other Jumlah
Program Studi
2016 2017 2018

9
Gambar Grafik.1 Jumlah Publikasi Dosen di Kampus (tahun 2016-2018)

2. Gambar grafik jumlah Publikasi Nasional Penelitian Dosen di Lingku


ngan Kampus Pendidikan Sari Mulia Banjarmasin.

Publikasi Nasional
39 38
40

30
22 24 21
Total

20 16
12 11
10 6
1 3 3 0 0 0
0
Kebidanan Keperawatan Farmasi Other (Baru) Jumlah
Program Studi
2016 2017 2018

Gambar Grafik.2 Jumlah Publikasi Dosen di Nasional (tahun 2016-2018)


3. Gambar grafik jumlah Publikasi Internasional Penelitian Dosen di Lingkun
gan Kampus Pendidikan Sari Mulia Banjarmasin.

10
Publikasi Internasional
90 82
80
70
60
50 42
Total

40
30
21
20
8 11
10 2 3 3 3
0 1 0 0 0 0
0
Kebidanan Keperawatan Farmasi Other (Baru) Jumlah
Program Studi

2016 2017 2018

Gambar Grafik.3 Jumlah Publikasi Dosen di Internasional (tahun 2016-2018)

4. Gambar grafik jumlah Publikasi Pengabdian Kepada Masyarakat Dosen di


Lingkungan Kampus Pendidikan Sari Mulia Banjarmasin.

11
Pengabdian Kepada Masyarakat
6
5
5

4
3
Total

3
2 2
2
1 1
1
0 0
0
Kebidanan Keperawatan Farmasi Jumlah
Program Studi

2016 2017 2018

Gambar Grafik.4 Jumlah Publikasi Dosen di Kampus (tahun 2016-2018)

5. Gambar grafik sumber Dana Publikasi Penelitian Dosen di Lingkungan K


ampus Pendidikan Sari Mulia Banjarmasin.

12
Gambar Grafik..5 Sumber Dana Publikasi Dosen di Kampus (tahun 2016-2018)

6. Gambar grafik topik Judul Penelitian yang Terpublikasi Dosen di Lingkun


gan Kampus Pendidikan Sari Mulia Banjarmasin.

Topik Judul Penelitian Terpublikasi


140
120
120

100

80
66
Total

60
42
40 32
22 24
19
20 14 11 11
7 3
1 0 0
0
Kebidanan Keperawatan Farmasi Other (Baru) Jumlah
Program Studi

2016 2017 2018

Pelaksanaan kegiatan penelitian ataupun pengabdian kepada


masyarakat yang dilakukan oleh Dosen Universitas Sari Mulia
Banjarmasin diarahkan sesuai dengan disiplin ilmu ataupun bidang
keahliannya masing-masing.
13
Gambar Grafik..6 Besaran topik Judul yang terpublikasi (tahun 2016-2018)

4.1 Kualifikasi Tim Pelaksana


Kegiatan PKM edukasi tentang promosi kesehatan Tata Kelola
Hipertensi akan dilakukan oleh tim pelaksana dari mahasiswa
keperawatan dan dosen pembimbing disiplin ilmu yang sama sehingga
pemecahan masalah dapat dilakukan melalui pendekatan keilmuan yang
sama. Adapun bidang ilmu yang dikuasai oleh Tim Pelaksana adalah
Keperawatan Anak.
Pendekatan oleh bidang keilmuan keperawatan Medikal
Bedah secara sinergi akan digunakan untuk pembinaan mitra agar
mengetahui bagaimana Tata Kelola Hipertensi pada masyarakat,
sehingga memberikan informasi yang mudah dipahami dan edukasi
lebih banyak tentang penyakit tersebut. Mulai dari meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang Tata Kelola Hipertensi dan
pencegahan sejak dini untuk terhindar dari hal yang membahayakan
yang dapat disebabkan oleh faktor-faktor resiko nya, dimulai dari
penjaringan, pelatihan, pembinaan, monitoring, sampai dengan evaluasi
pelaksanaan kegiatan.
Adanya bidang keilmuan keperawatan Medikal Bedah maka
kegiatan PKM edukasi tentang Tata Kelola Hipertensi Di Masyarakat
sehingga dapat memberikan manfaat yang baik bagi mitra. Program ini
juga diharapakan akan menjadi program rintisan untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan yang lebih baik lagi dengan
menyadari bahwa itu sangat penting untuk setiap individu khususnya
bagi masyarakat agar tidak ada permasalahan atau keterlambatan dalam
pencegahan resiko pada penyakit Hipertensi

14
BAB V

BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

5.1 Anggaran Biaya


Tabel 5.1 Ringkasan Anggaran Biaya Program PKM
No Uraian Jumlah
1. Biaya print Rp. 100.000
Jumlah Biaya Rp. 100.000

Tabel 5.2 Jadwal Kegiatan Pelaksanan PKM

NO URAIAN BULAN
JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI
KEGIATAN
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 PERSIAPAN
Pemantapan Tim
Perizinan
Sosialisasi Kegiatan
2 PELAKSANAAN

Pengambangan dan
Pemantapan
Organisasi
Pelaksanaan
Program oleh Mitra
Pendampingan
Pelaksanaan
Program
3 MONEV
Mengidentifikasi
Permasalahan Yang
Muncul
Pendampingan
Evaluasi dan Tindak
Lanjut Program
15
4 PELAPORAN
DAN PUBLIKASI
Penyusunan Draf
Laporan
Diskusi Kelanjutan
Program
Desiminasi Hasil
Laporan Akhir
Publikasi

DAFTAR PUSTAKA
RRI.CO.ID.2019.

Rahmayani.S.T

16
“Faktor-faktor Resiko Kejadian Hipertensi Primer pada Usia 20-55
Tahun di poliklinik Penyakit dalam RSUD 45 Kuningan “ Vol 1, No
Agustus 2019.

Sartik, RM. Tjekyan.s, Zulkarnain .M

“Faktor-faktor Resiko dan Angka Kejadian Hipertensi Pada Penduduk


Palembang” November 2017, 8(3): 180-191.

Reza.Y. C, Hayati.R, Setiawan.W

“Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi” Vol 5,


No.02 Juli 2019

17
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PROGRAM KEMITRAAN MASYARAKAT

“Tata Kelola Hipertensi Di Masyarakat”


KOTA BANJARMASIN
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Oleh :
Jabatan Nama NIDN/NIK
Ketua Eirene E.M. Gaghauna, S. Kep., Ns., MSN 1121058601
Anggota 1 Bagus Rahmat Santoso, Ns., M. Kep 1102088501

Jabatan Nama NIM


Anggota 1 Muhamad Jailani 11194561910219
Anggota 2 Nur Hidayah 11194561910223
Anggota 3 Noorlinda 11194561910189
Anggota 4 Rani Normaya Sari 11194561910192
Anggota 5 Sabrina Munawarti 11194561910194
Anggota 6 Santia Andira Pradini 11194561910227
Anggota 7 Teddyansyah 11194561910231
Anggota 8 Trisna Devina 11194561910199
Anggota 9 Veny Ashar 11194561910232
Anggota 10 Wahidatun Sakinatus Kholidah 11194561910200

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
SATUAN ACARA PENYULUHAN
“Tata Kelola Hipertensi Di Masyarakat”

A. Latar Belakang
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal, secara umum
hipertensi terjadi apabila tekanan darahnya ≥ 140 mmHg sistolik atau ≥ 90 mmHg diastolik.
Tekanan darah antara 100/70 mm Hg-140/80 mm Hg yang biasa terjadi pada orang dewasa
normal, tekanan darah seperti ini dapat dialami kapan pun.

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah diateri yang bersifat sistemik alias
berlangsung terusmenerus untuk jangka waktu lama. Hipertensi tidak terjadi tiba-tiba,
melainkan melalui proses yang berlangsung cukup lama. Tekanan darah tinggi yang tidak
terkontrol untuk periode tertentu akan menyebabkan tekanan tinggi permanen yang disebut
hipertensi (Lanny, 2012).

Penderita hipertensi diperkirakan mencapai 1 milyar di dunia, dan dua pertiga


diantaranya berada di negara berkembang. Angka tersebut kian hari kian menghawatirkan
yaitu sebanyak 972 juta (26%) orang dewasa di dunia menderita hipertensi. Angka ini terus
meningkat tajam, dan diprediksi pada tahun 2025 sekitar 29% orang dewasa di seluruh dunia
menderita hipertensi.
Pada tahun 2025 diperkirakan kasus hipertensi terutama di Negara berkembang akan
mengalami peningkatan 80% dari 639 juta kasus di tahun 2000, yaitu menjadi 1,15 milyar
kasus. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi dan bertambahnya penduduk
saat ini (WHO, 2013).Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013
menunjukkan prevalensi hipertensi di Indonesia pada responden dengan usia 18 tahun keatas
sebesar 25,8%.

Indonesia sendiri pada tahun 1995 satu dari sepuluh orang berusia 18 tahun ke atas
menderita hipertensi, kemudian kondisi ini meningkat menjadi satu dari tiga orang
menderita hipertensi pada tahun 2007 Prevalensi hipertensi sebesar 31,7% atau satu dari tiga
orang dewasa mengalami hipertensi, dan 76,1% tidak menyadari sudah terkena hipertensi
(Kemenkes,2013), Hipertensi merupakan the silent killer sehingga pengobatannya seringkali
terlambat.

 Salah satu wilayah yang ada di Indonesia dengan angka kejadian hipertensi
terbanyak dengan urutan kedua setelah Provinsi Bangka Belitung (30,9) adalah Provinsi
Kalimantan Selatan (30,8%).Menurut data Dinas Kesehatan tahun 2011, penderita hipertensi
2
di Kalimantan Selatan mengalami pergeseran usia diatas 40 tahun dengan menyerang usia
lebih muda, kurang dari 30 tahun. Pada tahun 2011 Kalimantan Selatan khususnya kota
Banjarmasin jumlah penderita hipertensi berjumlah 11.710 penderita dan pada tahun 2012
berjumlah 16.234 penderita (Alfian, 2016).

Maka dari itu pentingnya Masyarakat untuk mengetahui Faktor-faktor resiko


penyakit Hipertensi adalah merokok, mengkonsumsi makanan yang mengandung terlalu
banyak garam, serta obesitas. Pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari faktor-
faktor resiko tersebut adalah melalui perubahan pola hidup, diet, dan manajemen berat badan
yang yermasuk pada Tata Kelola Hipertensi Masyarakat.

Berdasarkan data diatas, didapatkan suatu gambaran bahwa hipertensi merupakan


masalah kesehatan yang potensial. Bila dibiarkan tidak diobati, keadaan ini akan
menimbulkan berbagai macam komplikasi berupa kerusakan organ-organ target dan pada
kasus yang fatal dapat mengakibatkan penyakit jantung, gagal ginjal maupun stroke yang
tidak jarang berujung pada kematian

B. Tujuan
1. Tujuan umum
a. Memberian edukasi tentang penyakit Hipertensi
b. Diharapkan masyarakat dapat menerapkan hal-hal yang diajarkan
c. Menambah pengetahuan pada masyarakat mengenai penyakit Hipertensi
d. Menunjukkan kepada masyarakat tentang kepedulian dosen dan mahasiswa
Universitas Sari Mulia dengan pemberian penyuluhan pengabdian masyarakat.
2. Tujuan khusus
a. Mampu memahami pengetian Penyakit Hipertensi
b. Mampu memahami penyebab Penyakit Hipertensi
c. Mampu memahami faktor-faktor resiko Penyakit Hipertensi
d. Mampu memahami cara pencegahan Penyakit Hipertensi menggunakan program
Tata Kelola Hipertensi
e. Mampu menerapkan program Tata Kelola Hipertensi

C. Metode Pelaksanaan
Dengan melakukan PENKES (Pendidikan Kesehatan) dan melakukan Talk
Show melalui Live di Media Sosial Instagram sehingga Mayarakat yang menonton Live

3
tersebut yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu. Diharapkan adanya peningkatan
tentang pencegahan Penyakit Hipertensi di Masyarakat

D. Sasaran dan Target

Sasaran: Masyarakat yang memiliki usia produktif.


Target yang diharapkan dari PROMKES (Promosi Kesehatan) ini adalah sebagai berikut:
1. Diharapkan adanya peningkatan pengetahuan tentang Hipertensi.
2. Mengurangi angka penyakit Hipertensi di masyarakat Banjarmasin.
3. Dapat mengoptimalkan pencegahan dan penanggulangan tentang penyakit Hipertensi.

E. Strategi Pelaksanaan

No Tahap Kegiatan Penjelasan

1 Pre interaksi - Perkenalan anggota Mahasiswa melakukan perkenalan


anggota kelompok dan
(10 menit) - Menjelaskan tujuan
menjelaskan tujuan kepada
yang akan dilakukan
Penonton LIVE Instagram.
kepada Penonton
LIVE Instagram
(Masyarakat)

- Melakukan kontrak
waktu untuk
mengadakan
PROMKES dan Talk
Show kepada
Masyarakat.
2 Interaksi - Menyampaikan salam. Mahasiswa mampu
menyampaikan salam,
(20 menit) - Mengulangi kontrak
memperkenalkan diri,
waktu yang sudah
mengkonfirmasi kontrak waktu,
disepakati.
kemudian mahasiswa mampu
- Menjelaskan tentang menjelaskan tujuan dari Penkes
Penyakit Hipertensi yang dilakukan.
Baik pengertian,
penyebab, faktor-
4
faktor resiko dan
pencegahan.

- Menjelaskan cara
tentang pencegahan
Penyakit Hipertensi
pada penonton.

- Menjelaskan kembali
hal-hal yang belum
dimengerti.

- Menanyakan kembali
hal yang akan
didiskusikan kembali
bersama.

- Memberikan
reinforcement positif
kepada Penonton atas
jawaban yang benar.
3 Implementasi - Memberikan Mahasiswa bisa memimpin sesi
(20 menit) kesempatan penonton Tanya jawab dan Peserta yang
(masyarakat) untuk bertanya diberikan apresiasi.
bertanya tentang
materi yang
disampaikan.

- Memberikan
reinforcement positif
kepada penonton yang
sudah mau bertanya.
4 Terminasi - Menyimpulkan Mahasiswa mampu
(5 menit) tentang materi yang menyimpulkan materi yang telah
disampaikan. disampaikan kepada penonton
LIVE (masyarakat) juga
- Memberikan pujian
memberikan pujian dan
dan megucapkan
mengucapkan terimakasih serta
5
terimakasih. salam penutup, dan melakukan
dokumentasi.
- Salam penutup.

- Dokumentasi
(screenshot).

F. Media dan Alat

1. Laptop

2. Handphone

3. Stop Kontak

G. Setting Tempat
Keterangan :
A.
B.
C. v v
D.
E.

: Pembimbing
v
: Panitia

F. Kriteria Evaluasi
1.Evaluasi Struktur
a. Persiapan media dan materi dan media pendidikan kesehatan sudah tersedia dan
dapat digunakan dalam kegiatan tersebut yaitu:
1). Laptop
2). Handphone
b. Preplanning dan Proposal sudah di konsultasikan kepada pembimbing sebelum
pelaksanaan
c. Tempat untuk melakukan pendidikan ksehatan sudah mendapatkan izin.
6
2. Evaluasi Proses
a. Promosi kesehatan dilakukan sesuai dengan rencana kegiatan yang telah di
tetapkan.
b. Selama proses penyampaian materi diharapkan terjadi interaksi antara tim pemateri
dengan peserta yang hadir.
c. Peserta POMKES memperhatika materi yang diberikan.
d. Peserta dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan aktif untuk melaksanakan
sesi Tanya jawab dan diskusi
3. Evaluasi Hasil
Peserta PROMKES mengerti dari apa yang telah disampaikan dengan kriteria
Mampu menjawab pertanyaan dalam bentuk lisan yang akan diberikan tim pemateri.

7
Lampiran 1
ANGGARAN DANA DAN JADWAL KEGIATAN UNTUK PENGABDIAN
MASYARAKAT

A. Anggaran Dana
1. Bahan/Perangkat penunjang/peralatan
No Bahan Volume Biaya Satuan Biaya (Rp)
1 Biaya Print 4 buah @ Rp. 25.000 Rp. 100.000

Jumlah Biaya Rp. 100.000

8
Lampiran 2
SUSUNAN KEPANITIAAN PENGABDIAN MASYRAKAT

Ketua : Nur Hidayah


Wakil Ketua : Muhamad Jailani
Sekretaris : NoorLinda
Bendahara : Rani Normaya Sari
1. Koordinator Acara : Sabrina Munawarti
2. Koordinator Humas : Santia Andira Pradini
3. Koordinator Dokumentasi : Teddyansyah
4. Koordinaor Konsumsi : Trisna Devina
5. Koordinator Perlengkapan : Veny Ashar&Wahidatun Sakinatus Kholidah

9
Lampiran 3 Jurnal Untuk Materi

Syntax Idea : p–ISSN: 2684-6853 e-ISSN : 2684-883X

Vol. 1, No. 4 Agustus 2019

FAKTOR-FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI PRIMER


PADA USIA 20-55 TAHUN DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM
RSUD 45 KUNINGAN

Sri Tanti Rahmayani

Universitas Islam Al-Ihya Kuningan

Email: Sritantirahmayani.91702@gmail.com

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa jenis kelamin, riwayat keluarga,
stres, kebiasaan olahraga, status obesitas dan kebiasaan merokok merupakan faktor
risiko kejadian hipertensi primer. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan
menggunakan metode survei dan pendekatan Cross Sectional. Pengumpulan data
melalui wawancara langsung terhadap responden dengan menggunakan kuesioner.
Populasi adalah pasien rawat jalan poliklinik penyakit dalam RSUD 45 Kabupaten
Kuningan usia 20-55 tahun yang berjumlah 624 orang dengan jumlah sampel sebanyak
61 orang. Hasil uji statistik chi Square menunjukkan bahwa jenis kelamin laki-laki
terbukti merupakan faktor risiko kejadian hipertensi primer (POR: 4,182, 95% CI=
1,427-12,258). Adanya riwayat keluarga terbukti merupakan faktor risiko kejadian
hipertensi primer (POR: 6,5, 95% CI= 2,108-20,044). Stres terbukti merupakan faktor
risiko kejadian hipertensi primer (POR: 7,25, 95% CI= 2,150-24,442). Kebiasaan

10
olahraga tidak teratur terbukti merupakan faktor risiko kejadian hipertensi primer
(POR: 6,557, 95% CI= 2,096-20,517). Status obesitas terbukti merupakan faktor risiko
kejadian hipertensi primer (POR: 5,573, 95% CI= 1,706-18,205). Kebiasaan merokok
terbukti merupakan faktor risiko kejadian hipertensi primer (POR I: 14,375 (CI=95%:
3,280-63,008), POR II : 10 (CI=95%: 1,781-56,150). Berdasarkan uraian diatas,
disarankan menghindari terjadinya hipertensi primer yaitu hindari merokok, turunkan
berat badan dengan berolahraga secara teratur, lebih sering melakukan pengontrolan
terhadap berat badan sehingga dapat terdeteksi secara dini bila tubuh mengalami
kelebihan berat badan, hindari stres karena stres dapat meningkatkan aktivitas saraf
simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah.

Kata kunci : Hipertensi primer, Faktor-faktor risiko, Kuningan

Pendahuluan
Semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya pada masyarakat menjadi pemicu
meningkatnya perhatian terhadap penyakit tidak menular. Bangsa Indonesia yang sedang membangun
masyarakat industri dengan melakukan perkembangan dari yang semula negara agraris tentunya
membawa kecenderungan baru dalam pola penyakit dimasyarakat. Perubahan pola struktur
masyarakat ini banyak memberikan peran terhadap perubahan fertilitas, gaya hidup dan sosial
ekonomi yang dapat memicu semakin meningkatnya penyakit tidak menular, sehingga terjadi
perubahan pola penyakit menular ke penyakit tidak menular (Bustan, 2007).

Faktor-Faktor Risiko Kejadian Hipertensi Primer pada Usia 20-55 Tahun

Menurut WHO, hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal, secara umum
hipertensi terjadi apabila tekanan darahnya ≥ 140 mmHg sistolik atau ≥ 90 mmHg diastolik. Tekanan
darah antara 100/70 mm Hg-140/80 mm Hg yang biasa terjadi pada orang dewasa normal, tekanan
darah seperti ini dapat dialami kapan pun. Hipertensi primer mencapai ± 90% dan 10% lainnya
disebabkan oleh hipertensi sekunder dari total pasien hipertensi. Hanya 50% dari penderita hipertensi
sekunder dapat diketahui penyebabnya dan dari golongan ini hanya beberapa persen yang dapat
diperbaiki kelainannya. Oleh karena itu, upaya penanganan hipertensi primer lebih mendapatkan
prioritas.

Hipertensi terbukti sering muncul tanpa gejala, namun penyakit hipertensi ini baru disadari
oleh mereka setelah terjadi komplikasi. Prevalensi hipertensi ringan lebih banyak jumlahnya
dibandingkan dengan stadium berat dan harus diwaspadai karena ternyata lebih banyak menyebabkan
kematian dibandingkan kanker. Meski sebagai silent killer, terapi ringan akan mengurangi risiko
11
komplikasi kardiovaskular termasuk kematian dini. Sebenarnya penyebabnya belum diketahui hanya
terdapat dugaan terdapat faktor yang berperan memacu terjadinya hipertensi.

Serangan hipertensi dapat terjadi pada seluruh usia, semua orang memiliki potensi mengalami
penyakit jantung tanpa ada gejala-gejala sebelumnya. Berdasarkan umur seseorang tekanan darah
bervariasi, bayi dan anak-anak tekanan darahnya lebih rendah dibandingkan remaja, dan tekanan
darah yang lebih tinggi terjadi pada orang dewasa. Hipertensi merupakan salah satu faktor penyebab
serangan jantung dan stroke, apabila tidak dilakukan pengobatan dan perawatan secara dini akan
menimbulkan bahaya pada tubuh seperti kerusakan sistem saraf otak (Gray, Dawkins, Simpson, &
Morgan, 2001).

Hasil penelitian membuktikan ternyata prevalensi (angka kejadian) bertambahnya usia


menjadi pemicu lahirnya hipertensi. Pada penelitian Darmoyo diketahui bahwa antara 1,8- 28,6%
masyarakat perkampungan yaitu penderita hipertensi. Angka 1,8% berasal dari penelitian di Desa
Kalirejo Jawa Tengah, sedangkan Sukabumi Jawa Barat melaporkan angka 28,6 % sebagai hasil dari
sebuah penelitian. Prevalensi di daerah luar Jawa dan Bali lebih tinggi daripada kedua pulau tersebut.
Erat kaitannya pola makan dengan hal tersebut, terutama konsumsi garam yang biasanya lebih besar
dibandingkan luar Pulau Jawa dan Bali.

Sugiri di Jawa Tengah melaporkan bahwa terdapat angka prevalensi 11,6% untuk perempuan
dan 6,0% untuk laki-laki. Prevalensi di Sumatera Barat didapatkan 18,6% pada pria dan 17,4% pada
perempuan, sedangkan di daerah Jakarta (Petukangan) didapatkan 13,7% perempuan dan 14,6% laki-
laki. Pada umumnya laki-laki memiliki kemungkinan terserang hipertensi lebih besar daripada wanita.
Hipertensi seperti ini juga dapat dipengaruhi

12
oleh faktor psikologis. Perilaku tidak sehat seperti merokok sering kali menjadi pemicu pada
perempuan, berat badan yang berlebihan, depresi dan rendahnya status pekerjaan. Sedangkan pada laki-
laki lebih dominan berhubungan dengan pekerjaan, seperti ketidak nyamanan dalam bekerja dan
menganggur dan perilaku kurang sehat.

Berdasarkan laporan tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan angka kesakitan


hipertensi primer pada tahun 2016 sebanyak 34.660 orang dan pada tahun 2017 angka kesakitan
hipertensi mengalami peningkatan menjadi sebanyak 36.772 orang. Rumah Sakit Umum Daerah 45
Kabupaten Kuningan merupakan rumah sakit terbesar di Kabupaten Kuningan. Berdasarkan catatan
rekam medik Rumah Sakit Umum Daerah 45 Kabupaten Kuningan menunjukkan hipertensi yang
paling banyak terjadi adalah hipertensi primer. Pada tahun 2016 hipertensi primer di rawat inap
sebesar 8,74 % dari sepuluh besar penyakit dan menempati peringkat ke 5 dan pada tahun 2017
mengalami peningkatan menjadi sebesar 9,86

% menempati peringkat ke 4. Sedangkan pada rawat jalan tahun 2016 penyakit hipertensi primer
sebesar 15,38% dan pada tahun 2017 mengalami peningkatan menjadi sebesar 19,86%. Penderita
hipertensi primer di Rumah Sakit Umum 45 Kabupaten Kuningan umur 20-55 tahun yaitu sebanyak
40,24%.

Berdasarkan laporan Rumah Sakit Umum 45 Kabupaten Kuningan dari tahun ke tahun jumlah
kunjungan poliklinik penyakit dalam yang menderita hipertensi primer terus meningkat. Dari data
tersebut didapatkan penderita hipertensi di poliklinik rawat jalan yang berusia 20-55 tahun
prevalensinya cukup tinggi dan dari bulan ke bulan selama tahun 2017 mengalami peningkatan.
Menurut geografis karakteristik Kabupaten Kuningan merupakan daerah pegunungan yang mayoritas
pekerjaannya sebagai buruh, dimana daerah pegunungan mempunyai risiko lebih kecil dari pada
pantai. Meskipun daerah pegunungan jumlah penderita hipertensi di Kabupaten Kuningan cukup
tinggi, hal ini karena percepatan pembangunan di Kabupaten kuningan sehingga adanya perubahan
gaya hidup yang memacu terjadinya hipertensi primer.

Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik, menggunakan metode
penelitian survei dan pendekatan studi Cross–sectional yaitu rancangan studi epidemiologi yang
mempelajari prevalensi, distribusi, maupun hubungan penyakit dari paparan (faktor penelitian)
dengan cara mengamati status paparan, penyakit, atau karakteristik terkait kesalahan lainnya, secara
serentak pada individu-individu dari suatu populasi pada suatu saat (Rachmi & Herdana, 2018).

102 Syntax Idea, Vol. 1, No. 4 Agustus 2019


Faktor-Faktor Risiko Kejadian Hipertensi Primer pada Usia 20-55 Tahun

Penelitian ini dilakukan di poliklinik penyakit dalam RSUD 45 Kuningan. Populasi pada
penelitian ini adalah seluruh pasien usia 20-55 tahun yang berobat di poliklinik penyakit dalam
Rumah Sakit Umum Daerah 45 Kabupaten Kuningan kunjungan pada bulan terakhir adalah 624 orang
dengan jumlah sampel berdasarkan perhitungan sampel yaitu 61 orang.

Hasil dan Pembahasan


1. Analisis Univariat

Dalam bagian ini penulis akan menyajikan hasil penelitian dan hasil pembahasan yang
diperoleh dari hasil jawaban 61 orang responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2017. Penyajian data ditampilkan dalam bentuk
tabel frekuensi kemudian dideskripsikan dalam bentuk narasi.

Tabel 1 Karakteristik Responden

Variabel N (61) %
Kejadian Hipertensi
Hipertensi 34 55,7
Tidak hipertensi 27 44,3
Umur
20-34 Tahun 24 39,3
35-44 Tahun 29 49,6
45-55 Tahun 8 13,1
Jenis Kelamin
Laki-laki 32 52,4
Perempuan 29 47,6
Riwayat Keluarga
Ada 35 57,4
Tidak ada 26 42,6
Stress
Stress 41 67,2
Tidak stress 20 32,8
Kebiasaan olahraga
Tidak teratur 37 60,7
Teratur 24 39,3
Status Obesitas
Obesitas 24 39,3
Tidak Obesitas 37 60,7
Kebiasaan Merokok
Merokok 31 50,8
103
Pernah merokok 12 19,7
Tidak merokok 18 29,5

Tabel 1 menunjukkan distribusi kejadian hipertensi primer di poliklinik dalam RSUD 45


Kuningan menunjukkan bahwa responden yang mengalami kejadian hipertensi primer yaitu
sebanyak 34 orang (55,7%) sedangkan sebanyak 27 orang (44,3%) tidak mengalami hipertensi
primer. Berdasarkan umur sebagian besar (49,6%) responden berusia 35 sampai 44 tahun. Jenis
kelamin responden pada penelitian ini sebagian besar responden 32 orang (52,4%) adalah laki-
laki dan sebanyak 29 orang (47,6%) adalah responden perempuan. Peran riwayat keluarga
hipertensi yang mempengaruhi sangat besar dimana sebagian besar responden sebanyak 35 orang
(57,4%) mempunyai riwayat keluarga hipertensi sedangkan yang tidak mempunyai riwayat
keluarga hipertensi sebanyak 26 orang (42,6%).

Berdasarkan hasil pengukuran stress melalui sistem Roy Bayler (1992), maka tingkat
stress responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden sebanyak 41 responden (67,2%)
yang stress sedangkan yang tidak stress sebanyak 20 orang (32,8%). Kebiaaan olahraga
responden sebanyak 37 orang (60,7%) tidak melakukan olahraga secara teratur sedangkan
responden yang melakukan olahraga secara teratur sebanyak 24 orang (39,3%). Status obesitas
salah satu faktor yang mempengaruhi hipertensi dimana sebanyak 24 orang (39,3%) mengalami
obesitas sedangkan sebagian besar responden yaitu sebanyak 37 orang (60,7%) tidak mengalami
obesitas. Kebiasaan merokok dapat meningkatkan hipertensi sebanyak 31 responden (50,8%)
mengaku merokok, 18 orang (29,5%) Tidak merokok dan sebanyak 12 orang (19,7%) mengaku
pernah merokok.

103
2. Analisis Bivariat

Tabel 2 Faktor Risiko Kejadian Hipertensi Primer

Variabel Kejadian Hipertensi


Nilai
POR
Hipertensi Tidak Total
Hipertensi p

Jenis Kelamin

Laki-laki 23 9 32
4,182
(71,9%) (28,1%) (100%)0,016
Perempuan 11 18 (CI = 95%:

1,427-12,258
(37,9%) (62,1%)
Riwayat Keluarga
Ada 26 9 35 6,5
(74,3%) (28,1%) (100%) 0,002 (CI = 95%:
Tidak ada 8 18 26 2,108-20,044)
(30,8%) (62,1%) (100%)
Stress
Stress 29 12 41 7,25
(70,7%) (29,3%) (100%) 0,002 (CI=95%:
Tidak stres 5 15 20 2,150-24,442)
(25%) (75%) (100%)

104 Syntax Idea, Vol. 1, No. 4 Agustus 2019


Faktor-Faktor Risiko Kejadian Hipertensi Primer pada Usia 20-55 Tahun

Kebiasaan
Olahraga 6,557

Olahraga tidak 27 10 37 (CI=95%:


0,002
teratur (73%) (28,1%) (100%) 2,096-20,517)

Olahraga teratur 7 17 24

(29,2%) (70,8%) (100%)

Status Obesitas
Obesitas 19 5 24 5,573
(CI=95%:
(79,2%) (20,8%) (100%)
0,00 1,706-18,205)
Tidak obesitas 15 22 37
7
(40,5%) (59,5%) (100%)

Kebiasaan POR I : 14,375

Merokok (CI=95%:

Merokok 23 8 31 3,280- 63,008)


<
(74,2%) (25,8%) (100%)
POR II : 10

Pernah, 8 4 12 0,001
(CI=95%:
Merokok
(66,7%) (33,3%) (100%) 1,781-56,150)

Tidak merokok 3 15 18 Referensi

(16,7%) (83,3%) (100%)

Berdasarkan tabel 2, analisis bivariat faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian
hipertensi pada usia 20-55 Tahun diperoleh semua variabel berpengaruh terhadap kejadian
hipertensi pada usia 20-55 tahun yaitu jenis kelamin, riwayat keluarga, stress, kebiasaan
olahraga, obesitas dan kebiasaan merokok.
Syntax Idea, Vol. 1, No. 4 Agustus 2019 105
Proporsi laki-laki yang menderita hipertensi primer lebih banyak 71,9% dibandingkan
dengan perempuan yang mengalami kejadian hipertensi primer yaitu sebanyak 37,9%. Hasil uji
statistik dengan Chi-Square diperoleh nilai p= 0,016 yang lebih kecil dari α 0,05 yang berarti
jenis kelamin merupakan faktor risiko kejadian hipertensi primer, di samping itu diperoleh nilai
POR: 4,182 Confidence Interval (CI) POR 1,427-12,258 yang artinya risiko mengalami
hipertensi primer bagi laki-laki adalah 4,182 lebih besar dari pada perempuan.

Pada umumnya di kalangkan orang dewasa muda pria memiliki kemungkinan lebih besar untuk
terserang hipertensi lebih awal daripada wanita. Hipertensi berdasarkan gender ini dapat pula
dipengaruhi oleh faktor psikologis. Pada pria lebih berhubungan dengan pekerjaan, seperti
perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan dan menganggur dan perilaku tidak sehat seperti
merokok. Sedangkan wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause.
Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen. Berdasarkan
jumlah paritas pada kelompok P=1 terdapat 2 ibu hamil yang mengalami hipertensi, pada
kelompok M=2 – 4 terdapat 9 ibu hamil dengan hipertensi, dan pada kelompok G = > 4 terdapat
5 ibu hamil dengan hipertensi (Bardja, 2017). Dengan demikian hipertensi bisa dialami oleh
siapa pun.

Dibandingkan dengan Framingham, prevalensi hipertensi tampaknya sama bagi


perempuan dan laki-laki kulit putih, namun pada perempuan Amerika-Afrika Hipertensi Primer
lebih tinggi daripada perempuan. Pada penelitian ini laki-laki lebih banyak menderita Hipertensi
Primer yaitu 71,9% dibandingkan dengan perempuan yang mengalami Hipertensi Primer yaitu
hanya 37,9%. Hal ini sesuai dengan teori bahwa pria memiliki kemungkinan lebih besar untuk
terserang hipertensi lebih awal daripada wanita, hal ini dikarenakan laki-laki memiliki gaya
hidup yang cenderung meningkatkan tekanan darah, seperti merokok. Sedangkan pada wanita
terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause karena wanita yang belum
mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen.

Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 74,3%
responden yang mempunyai riwayat keluarga mengalami hipertensi primer, sedangkan responden
yang tidak mempunyai riwayat keluarga hanya 30,8% yang mengalami kejadian hipertensi
primer. Hasil uji statistik dengan Chi-Square diperoleh nilai p= 0,002 yang lebih kecil dari nilai α
0,05 artinya riwayat hipertensi pada keluarga merupakan faktor risiko kejadian hipertensi primer
yang dibuktikan pula dengan nilai POR: 6,5 Confidence Interval (CI=95%: 2,108-20,044) yang
berarti bahwa risiko mengalami hipertensi primer bagi responden yang mempunyai riwayat
keluarga 6,5 kali lebih besar daripada yang tidak mempunyai riwayat keluarga.

Adanya faktor riwayat keluarga pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu
mempunyai risiko menderita hipertensi. Individu dengan orangtua hipertensi mempunyai risiko
dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada individu yang tidak mempunyai
keluarga dengan riwayat hipertensi. Dari data statistik terbukti bahwa seseorang memiliki
kemungkinan lebih besar mendapatkan hipertensi jika orang tuanya penderita hipertensi.
Syntax Idea, Vol. 1, No. 4 Agustus 2019 105
Menurut penelitian-penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan hipertensi juga banyak
ditemui pada kembar monozigot (satu telur) apabila salah satunya adalah penderita hipertensi.
Hal ini sesuai dengan penelitian Sidabutar yang mengatakan adanya hubungan riwayat keluarga
positif hipertensi untuk terjadinya hipertensi esensial dan juga sesuai dengan literatur yang
menyatakan bahwa pada 70-80% kasus hipertensi, didapatkan riwayat hipertensi di dalam
keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka dugaan hipertensi
akan lebih besar.

Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 70,7%
responden yang stres mengalami hipertensi primer, sedangkan responden yang tidak stres hanya
25% yang mengalami kejadian hipertensi primer. Hasil uji statistik dengan Chi-Square diperoleh
nilai p= 0,002 yang lebih kecil dari nilai α 0,05 artinya stres merupakan faktor risiko kejadian
hipertensi primer yang dibuktikan pula dengan nilai POR: 7,25 Confidence Interval (CI=95%:
2,150-24,442) yang berarti bahwa risiko mengalami hipertensi primer bagi responden yang stres
7,25 kali lebih besar daripada yang tidak mengalami stress.

Hasil penelitian ini sesuai dengan literatur bahwa ada hubungan antara faktor stress
dengan kejadian hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf simpatis. Peningkatan aktivitas saraf
simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Stres dapat memicu peningkatan
hormon adrenalin, juga sering membuat orang memiliki kebiasaan makan yang kurang baik, dan
merokok. Keadaan-keadaan tersebut jika tidak ditanggulangi, berpotensi menjadi faktor risiko
hipertensi. Pengendalian stres berdampak besar pada penurunan tekanan darah. Hal ini juga
sesuai dengan penelitian Sargowo yang menyatakan bahwa stress terbukti berhubungan dengan
prevalensi hipertensi.

Pada responden dengan kebiasaan olahraga tidak teratur kejadian hipertensi primer
sebanyak 73% sedangkan pada responden dengan kebiasaan olahraga teratur proporsi kejadian
hipertensi primer sebanyak 29,2%. Hasil uji statistik dengan Chi- Square diperoleh nilai p= 0,002
yang lebih kecil dari nilai α 0,05 artinya kebiasaan olahraga yang tidak teratur merupakan faktor
risiko kejadian hipertensi primer yang dibuktikan pula dengan nilai POR: 6,557 Confidence
Interval (CI=95%: 2,096-20,517) yang berarti bahwa risiko mengalami hipertensi primer bagi
responden yang mempunyai kebiasaan olahraga yang tidak teratur 6,557 kali lebih besar daripada
yang mempunyai kebiasaan olahraga teratur.

Penderita hipertensi dianjurkan untuk melakukan latihan fisik atau berolahraga secara
teratur. Berolahraga dengan teratur merupakan salah satu bagian terpenting dalam pengelolaan
hipertensi karena olahraga teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan
tekanan darah. Menurut ahli kesehatan satu sesi olahraga dapat menurunkan tekanan darah (5-7
mmHg) sedangkan pengaruh olahraga dalam jangka panjang dapat menurunkan tekanan darah
sebesar 7,4mmHg (Lemeshow, Hosmer, Klar, & Lwanga, n.d.).

Syntax Idea, Vol. 1, No. 4 Agustus 2019 105


Hasil penelitian Julianty P, yang menyatakan responden yang berprilaku tidak sehat
(merokok, minum minuman keras dan kurang olah raga) mempunyai risiko 1,53 kali menderita
hipertensi dibandingkan dengan responden yang berprilaku sehat.

Dari penelitian yang dilakukan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD 45 Kabupaten


Kuningan responden yang memiliki kebiasaan olahraga tidak teratur lebih banyak dibandingkan
dengan responden yang memiliki kebiasaan olahraga secara teratur. Olahraga tidak teratur
meningkatkan risiko sebesar 6,557 kali lebih besar untuk terkena Hipertensi Primer. Olahraga
lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi yang akan menurunkan tekanan darah.
Olahraga dikaitkan juga dengan peran obesitas pada hipertensi. Dengan kebiasaan olahraga yang
tidak teratur, kemungkinan timbulnya obesitas akan meningkat dan akan mudah timbul
Hipertensi. Menurut penelitian Ralph Paffenhager orang yang memiliki kebiasaan olahraga tidak
teratur mempunyai risiko mendapat tekanan darah tinggi 35% lebih besar. Hasil penelitian
lainnya menyimpulkan, orang yang tidak pernah berlatih olahraga risikonya bahkan menjadi 1,5
kalinya. Melalui olah raga yang teratur (aktivitas fisik aerobik selama 30-45 menit/hari) dapat
menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah (Puspitorini, 2008).

Sebanyak 79,2% responden yang mengalami obesitas menderita hipertensi primer,


sedangkan kejadian hipertensi primer pada responden yang tidak mengalami obesitas hanya
40,5%. Hasil uji statistik dengan Chi-Square diperoleh nilai p= 0,007 yang lebih kecil dari nilai α
0,05 yang berarti status obesitas merupakan faktor risiko kejadian hipertensi primer yang
dibuktikan pula dengan nilai POR: 5,573 Confidence Interval (CI=95%: 1,706-18,205) yang
berarti bahwa risiko mengalami hipertensi primer bagi responden dengan status obesitas 5,573
kali lebih besar daripada yang tidak obesitas.

Kegemukan merupakan ciri khas dari populasi Hipertensi Primer dan dibuktikan bahwa
faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan terjadinya hipertensi primer dikemudian hari.
Walaupun belum terdapat mekanisme pasti yang jelas hubungan antara obesitas dengan
Hipertensi Primer, tetapi penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi
volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibanding dengan penderita yang
mempunyai berat badan normal.

Penderita obesitas berisiko dua sampai enam kali lebih besar untuk terserang hipertensi primer
dibandingkan orang-orang dengan berat badan yang normal. Curah jantung dan sirkulasi volume
darah penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi dari penderita hipertensi yang tidak obesitas.
Pada obesitas tahanan perifer pembuluh darah berkurang atau normal, sedangkan aktivitas saraf
simpatis meninggi dengan aktivitas renin plasma yang rendah. Telah dibuktikan pula bahwa
setiap penurunan berat badan 10% maka terdapat penurunan 3% risiko penyakit jantung (Douglas
Wetherill, M.S., and Dean J Kereiakes, M. D., 2001). Penurunan berat badan akan disertai
dengan peenurunan tekanan darah.

Syntax Idea, Vol. 1, No. 4 Agustus 2019 105


Responden yang mempunyai kebiasaan merokok proposi kejadian hipertensi primer
sebanyak 74,2%, pada responden yang pernah merokok proporsi kejadian hipertensi primer
sebanyak 66,7% dan pada responden yang tidak merokok proporsi kejadian hipertensi primer
sebanyak 16,7%. Hasil uji statistik dengan Chi-Square diperoleh nilai p= < 0,001 yang lebih
kecil dari nilai α 0,05 yang berarti kebiasaan merokok merupakan faktor risiko kejadian
hipertensi primer yang dibuktikan pula dengan nilai POR: 14,375 Confidence Interval (CI=95%:
3,280-63,008) yang berarti bahwa risiko mengalami hipertensi primer bagi responden yang
mempunyai kebiasaan merokok 14,375 kali lebih besar daripada yang tidak merokok.

Berdasarkan teori, Merokok berpengaruh terhadap kejadian hipertensi. Zat-zat kimia


beracun seperti nikotin dan karbonmonoksida yang dihisap melalui rokok yang masuk ke dalam
aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, mengakibatkan proses
aterosklerosis dan tekanan darah tinggi. Pada studi autopsi, dibuktikan kaitan erat antara
kebiasaan merokok dengan adanya aterosklerosis pada seluruh pembuluh darah. Merokok pada
penderita tekanan darah tinggi semakin meningkatkan risiko kerusakan pada pembuluh darah
arteri.

Nikotin pada perokok secara langsung akan meningkatkan tekanan darah bahkan pada
pecandu sekalipun. Merokok ≥ 20 batang per hari berhubungan erat dengan peningkatan tekanan
darah dan hipertrofi ventrikel kiri. Responden yang merokok lebih dari 30 tahun mempunyai
risiko 2,98 kali dibandingkan yang merokok kurang dari 10 tahun. Risiko orang yang berhenti
merokok untuk mengalami Hipertensi Primer akan lebih kecil dari pada orang yang merokok.
Keuntungan berhenti merokok nampak setelah 5 tahun berhenti dan risikonya kembali seperti
bukan perokok setelah 20 tahun berhenti merokok (Jaya, 2009).

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Rayhani didapatkan 80% dari penderita
hipertensi mempunyai riwayat kebiasaan merokok. Hasil ini juga didukung oleh hasil penelitian
Julianty P, yang menyatakan responden yang berprilaku tidak sehat (merokok, minum minuman
keras dan kurang olah raga) mempunyai risiko 1,53 kali menderita hipertensi dibandingkan
dengan responden yang berprilaku sehat.

Syntax Idea, Vol. 1, No. 4 Agustus 2019 105


Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan senagai
berikut :

1. Jenis kelamin laki-laki terbukti merupakan faktor risiko hipertensi primer (POR : 4,182 ;
CI=95%: 1,427-12,258)
2. Riwayat keluarga hipertensi terbukti merupakan faktor risiko hipertensi primer (POR :
6,5: CI=95%: 2,108-20,044)
3. Stress terbukti merupakan faktor risiko hipertensi primer (POR : 7,25 CI=95%: 2,150-
24,442)
4. Kebiasaan olahraga tidak teratur terbukti merupakan faktor risiko hipertensi primer (POR

: 6,557: CI=95%: 2,096-20,517)

5. Status obesitas terbukti merupakan faktor risiko hipertensi primer (POR : 5,573:
CI=95%: 1,706-18,205).
6. Kebiasaan merokok terbukti merupakan faktor risiko hipertensi primer (POR I : 14,375
(CI=95%: 3,280- 63,008), POR II: 10 (CI=95%: 1,781-56,150).

106 Syntax Idea, Vol. 1, No. 4 Agustus 2019


BIBLIOGRAFI

Bardja, S. (2017). FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA HIPERTENSI


DALAM KEHAMILAN PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS

GUNUNG JATI TAHUN 2015. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(11), 151–
161.

Bustan, M. N. (2007). Epidemiologi penyakit tidak menular. Jakarta: Rineka Cipta, 221. Douglas
Wetherill, M.S., and Dean J Kereiakes, M. D., F. A. C. C. (2001). Kegagalan

Jantung Kongestif. Jakarta: Alex Media Komputindo.

Gray, H., Dawkins, K., Simpson, I. A., & Morgan, J. (2001). Lecture Notes on Cardiology.

Retrieved from https://books.google.co.id/books?id=WawzqsDaMjAC Jaya, M.


(2009). Pembunuh berbahaya itu bernama rokok. Yogyakarta: Riz’ma.

Lemeshow, S., Hosmer, D. W., Klar, J., & Lwanga, S. K. (n.d.). Adequacy of Sample Size in
Health Studies. 1997. Dalam Dibyo Pramono (Penterjemah) dan Hari Kusnanto
(editor). Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.

Puspitorini, M. (2008). Hipertensi: cara mudah mengatasi tekanan darah tinggi. IMAGE, Yogyakarta.

Rachmi, T., & Herdana, M. (2018). Optimalisasi Kreativitas Anak Melalui Aktivitas Montase
pada Usia Taman Kanak-Kanak. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 3(3), 161–
168.
p-ISSN 2086-6380 Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, November
2017, 8(3):180-191

e-ISSN 2548-7949 DOI: https://doi.org/10.26553/jikm.2017.8.3.180-191


Available online at http://www.jikm.unsri.ac.id/index.php/jikm

FAKTOR – FAKTOR RISIKO DAN ANGKA


KEJADIAN HIPERTENSI PADA PENDUDUK
PALEMBANG

Sartik,1 RM. Suryadi Tjekyan,2 M.Zulkarnain2


1
Dinas Kesehatan Kota Palembang

2
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

RISK FACTORS AND THE INCIDENCE OF HIPERTENSION IN PALEMBANG

ABSTRACT

Background: The improvement of life expectancy contributed to the increasing of elderly people which
giving impact to the disease trend from infection disease to degenerative one. In Indonesia, hypertension
becomes a potensial problem. Aside from it high prevalence, also due to it complications like heart disease,
stroke, kidney failure, etc. The aim of this research was to analyzed hypertension risk factors.

Methods: It was an analytic descriptive research with cross sectional approach on April until May 2015
Sampel had taken with multistage random sampling from population that meets inclusion criteria many as
390 people. Data were analyzed with chi square test and multiple logistic regression.

Results: The results showed that hypertension risk factor on people of Palembang City was age (p=0,000;
OR=6,55; 95% CI=3,17-13,52), family history (p=0,000; OR=4,60; 95% CI=2,70-7,83), smoking habits
(p=0,020; OR=1,77; 95% CI=1,09-2,88), exercise practice(p=0,020; OR=1,77; 95% CI=1,09-2,88), and
body mass index (p=0,002; OR=2,52; 95% CI=1,40-4,53)

Conclusion: Hypertension prevalence in Palembang city year 2015 still high at 22,9%. The most dominant
on hypertension risk faktor was age (OR=6,138) 6,1 times greater chance once in control of other variables.
Keywords: Hypertension, risk factors, incidence of hipertension

November 2017 180


ABSTRAK
Latar Belakang: Peningkatan umur harapan hidup berkontribusi pada meningkatnya jumlah lanjut usia yang
berdampak pada pergeseran pola penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit degeneratif salah satunya
Hipertensi. Di Indonesia hipertensi merupakan masalah yang potensial selain karena prevalensinya tinggi,
juga penyakit yang diakibatkannya sangat fatal seperti penyakit jantung, stroke, gagal ginjal dan lain-lain.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor risiko hipertensi.

Metode: Penelitian ini menggunakan survey analitik dengan rancangan cross sectional pada bulan April-Mei
2015, Sampel diambil dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 397. Pengambilan sampel
dengan teknik multistage random sampling. Data dianalisis dengan menggunakan uji chi square dan regresi
logistik ganda.

Hasil Penelitian: Didapatkan angka kejadian hipertensi sebesar 22,9%. Terdapat hubungan yang signifikan
antara umur (p=0,000; OR=6,55; 95% CI=3,17-13,52), riwayat keluarga (p=0,000; OR=4,60; 95% CI=2,70-
7,83), kebiasaan merokok (OR=1,76; 95% CI=1,06-2,95); kebiasaan berolahraga (p=0,020; OR=1,77; 95%
CI=1,09-2,88) dan Indeks Massa Tubuh (p=0,002; OR=2,52; 95% CI=1,40-4,53) dengan kejadian hipertensi
Kesimpulan: Angka kejadian hipertensi di Kota Palembang tahun 2015 masih tinggi yaitu 22,9%. Faktor
risiko kejadian hipertensi yang utama adalah umur (OR=6,138) berpeluang 6,1 kali lebih besar setelah di
kontrol variabel lain.

Kata Kunci: Hipertensi, faktor risiko, angka kejadian hipertensi

Alamat Koresponding: Sartik, Jl. Dr. Moh. Ali, Sekip Jaya, Kemuning, Pahlawan, Kota Palembang, Sumatera Selatan 30114,
email : s_4rtik@yahoo.com

November 2017 181


PENDAHULUAN mendapat pengobatan, tetapi hanya 12,5%
diantaranya diobati dengan baik. Jumlah
Indikator keberhasilan pembangunan
penderita Hipertensi di Indonesia sebanyak 70
kesehatan suatu negara diukur dengan
juta orang (28%), tetapi hanya 24% diantaranya
menurunnya angka kesakitan, angka kematian
merupakan Hipertensi terkontrol.5,6
ibu dan bayi, serta meningkatnya Umur
Harapan Hidup (UHH). Proporsi penduduk Hasil Riset Kesehatan Dasar 2007

Indonesia umur 60 tahun ke atas pada tahun menunjukkan prevalensi hipertensi di Indonesia

2000 sebesar 9,37% dari jumlah penduduk, sangat tinggi, yaitu 31,7% dari total jumlah

pada tahun 2010 meningkat mencapai 18,1 penduduk dewasa. Prevalensi hipertensi di

juta jiwa atau 9,6% dari jumlah penduduk dan Indonesia lebih tinggi jika

diproyeksikan pada tahun 2025 akan menjadi dibandingkan dengan Singapura yang mencapai
dua kali lipat. Peningkatan UHH ini 27,3%, Thailand dengan 22% dan
berkontribusi terhadap meningkatnya jumlah
Malaysia mencapai 20%.7,8
populasi lanjut usia yang berdampak pada
Hipertensi merupakan penyakit tidak
pergeseran pola penyakit dari penyakit infeksi
menular yang menduduki peringkat pertama
ke penyakit degeneratif. Prevalensi penyakit
terbanyak di Propinsi Sumatera Selatan.
menular mengalami penurunan, sedangkan
Prevalensi penyakit hipertensi pada tahun 2011
Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti
adalah 54,3 per 10.000 penduduk,
Hipertensi cenderung mengalami
peningkatan.1,2,3 tahun 2012 menjadi 59,3 per 10.000
penduduk, dan tahun 2013 yaitu tercatat 54,8
Penderita hipertensi diperkirakan
per 10.000 penduduk. 9
mencapai 1 milyar di dunia, dan dua pertiga
diantaranya berada di negara berkembang. Prevalensi penyakit hipertensi di kota
Angka tersebut kian hari kian Palembang pada tahun 2012 sebanyak 62,07
menghawatirkan yaitu sebanyak 972 juta per 10.000 penduduk (6.856 kasus),
(26%) orang dewasa di dunia menderita
tahun 2013 sebesar 49,61 per 10.000
hipertensi. Angka ini terus meningkat tajam,
penduduk (5.534 kasus), dan tahun 2014
dan diprediksi pada tahun 2025 sekitar 29%
orang dewasa di seluruh dunia menderita sebesar 39,17 per 10.000 penduduk (4.552
hipertensi.4 kasus) hipertensi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi di
Hipertensi merupakan the silent killer
Palembang pada tahun 2013 adalah 14,4%.10,11
sehingga pengobatannya seringkali terlambat.
Hipertensi telah lama diketahui sebagai
Berdasarkan laporan WHO, dari 50% penderita
penyakit yang melibatkan banyak faktor baik
hipertensi yang diketahui 25% diantaranya

November 2017 182


faktor internal seperti jenis kelamin, umur, lebih besar untuk menderita hipertensi daripada
genetik dan faktor eksternal seperti pola orang yang tidak mempunyai keluarga dengan
makan, kebiasaan olahraga dan lain-lain. riwayat hipertensi. Berdasarkan pekerjaan,
Untuk terjadinya hipertensi perlu peran faktor insiden hipertensi paling besar pada
risiko tersebut secara bersama-sama (common petani/nelayan/buruh, yaitu sebesar 39,9% dan
underlying risk factor) dengan kata lain satu yang paling rendah pada kalangan pelajar yaitu
faktor risiko saja belum cukup menyebabkan sebesar 1,4%.4,15 Pada beberapa kasus, obesitas
timbulnya hipertensi. Oleh karena itu seberapa
besar angka prevalensi penyakit ini akan
sangat dipengaruhi oleh gambaran faktor-
faktor tersebut di suatu populasi masyarakat.12
Saat ini terdapat kecenderungan pada sebagai akibat asupan nutrisi yang tidak
masyarakat perkotaan lebih seimbang dan kurangnya olahraga dapat
banyak menderita meningkatkan risiko terhadap hipertensi. 13,16
Hipertensi dibandingkan Berdasarkan kebiasaan merokok hipertensi
masyarakat pedesaan. Hal ini antara lain terjadi 46,6% pada penderita yang merupakan
dihubungkan dengan adanya gaya hidup perokok aktif dan 8,5% perokok pasif.
Sementara itu juga didapatkan 77,8% penderita
hipertensi telah merokok selama ≥ 10.10,17,18

Berdasarkan data diatas, didapatkan suatu


masyarakat kota yang berhubungan dengan
gambaran bahwa hipertensi merupakan masalah
risiko hipertensi seperti stress, obesitas
kesehatan yang potensial. Bila dibiarkan tidak
(kegemukan), kurangnya olah raga, merokok,
diobati, keadaan ini akan menimbulkan berbagai
alkohol, dan makan makanan yang tinggi
macam komplikasi berupa kerusakan organ-
kadar lemaknya.13,14,15 Berdasarkan
organ target dan pada kasus yang fatal dapat
jenis kelamin dari laporan Sugiri di Jawa
mengakibatkan penyakit jantung, gagal ginjal
Tengah didapatkan angka
maupun stroke yang tidak jarang berujung pada
prevalensi hipertensi
kematian. Pengetahuan akan faktor-faktor yang
sebesar 6,0% untuk laki-laki dan 11,6% untuk
paling berperan dalam terjadinya hipertensi akan
perempuan. Prevalensi di Sumatera Barat
sangat membantu dalam upaya deteksi dini
18,6% laki-laki dan 17,4% perempuan,
pasien dengan risiko tinggi serta penanganan
sedangkan daerah perkotaan di Jakarta
segera pasien dengan hipertensi yang nantinya
(Petukangan) didapatkan 14,6% laki-laki dan
dapat mencegah komplikasi dan masalah yang
13,7% perempuan.13
timbul karena terlambatnya penegakan diagnosis
Insiden hipertensi meningkat seiring hipertensi. Penelitian ini bertujuan menganalisis
bertambahnya umur. Individu dengan riwayat faktor-faktor risiko hipertensi
keluarga hipertensi mempunyai risiko dua kali

November 2017 183


sampel yang dilakukan secara simple random
sampling.

METODE Variabel dependen penelitian ini adalah


kejadian hipertensi dan variabel independen
Penelitian ini menggunakan desain penelitian
yang diamati adalah umur, jenis kelamin,
survey analitik dengan pendekatan cross
pendidikan, pekerjaan, riwayat
sectional. Populasi penelitian ini adalah
keluarga/keturunan, kebiasaan merokok, lama
penduduk Kota Palembang yang berumur ≥
merokok, jenis rokok, merek rokok, tipe rokok,
18 tahun. Sampel diambil dari populasi yang
jumlah rokok per hari, kebiasaan berolahraga
memenuhi kriteria inklusi meliputi berumur ≥
dan Indeks Massa Tubuh (IMT).
18 tahun, bersedia menjadi responden
Analisa data dilakukan untuk mengetahui
penelitian, bertempat tinggal di wilayah
hubungan antara karakteristik responden
tempat objek penelitian, tidak menderita
dengan kejadian hipertensi. Analisa data pada
penyakit hipertensi sekunder misalnya
penelitian ini menggunakan analisis univariat,
penyakit ginjal dan obesitas. Besar sampel
bivariat dengan chi-square dan regresi logistik
dihitung dengan menggunakan rumus
ganda menggunakan metode Enter untuk
melihat faktor risiko yang paling berpengaruh
dengan kejadian Hipertensi, kemudian
melakukan interpretasi hasil analisis dan
membuat model persamaan.
Lameshow, 1997 dan diperoleh sampel
sebesar 390 responden.

Teknik penentuan anggota sampel


dilakukan dalam dua tahap dengan tehnik
multistage random sampling. Tahap pertama
merupakan penentuan lokasi yang dilakukan
dengan teknik cluster random sampling,
Langkah-langkah penentuan lokasi pertama
mengambil 40% dari total kecamatan se-Kota
Palembang. Pengambilan angka 40%
didasarkan pada pengalaman empiris yang
sebelumnya dilakukan oleh peneliti lainnya
(Afrimelda, 2009) sehingga diperoleh 6
kecamatan 14 kelurahan dan 174 RT terpilih.
Tahap kedua merupakan pemilihan anggota

November 2017 184


HASIL PENELITIAN Tabel 2. menunjukkan sebagian besar
responden berada pada kelompok umur ≥ 40
Hasil penelitian didapatkan 22,9%
tahun 260 (65,5%), jenis kelamin terbanyak
responden dengan hipertensi dan 77,1% tidak
hipertensi. Distribusi kejadian hipertensi adalah perempuan 214 (53,9%), tingkat

selengkapnya ditampilkan pada Tabel 1 pendidikan tinggi 252 (63,5%), dan sebagian
berikut :
besar responden bekerja 333 (83,9%).
Tabel 1. Responden yang tidak mempunyai riwayat
Distribusi Responden Berdasarkan keluarga/keturunan yang menderita hipertensi
Kejadian Hipertensi yaitu 204 (51,4%), sebagian besar responden

tidak merokok 297 (74,8%). Responden yang

Jumlah tidak biasa berolahraga adalah 215 (54,2%)


Kejadian Hipertensi
N %
lebih banyak dibandingkan responden yang
Hipertensi 91 22,9
Tidak Hipertensi 306 77,1 biasa berolahraga yaitu 182 (45,8%). responden
Jumlah 397 100
dengan IMT yang terbanyak pada kategori
Karakteristik responden pada penelitian heavily overweight yaitu 103 (25,9%).
ini meliputi: umur, jenis kelamin, pendidikan,
Dari 100 responden yang merokok
pekerjaan, riwayat keluarga/keturunan,
kemudian dianalisis tentang kebiasaan
kebiasaan merokok, kebiasaan berolahraga dan
merokok yang dapat dilihat pada tabel berikut
IMT, selengkapnya ditampilkan pada Tabel 2.
:
berikut :
Tabel 3.
Tabel 2.
Distribusi Frekuensi Beberapa Variabel
Distribusi Frekuensi Beberapa Faktor
Merokok

Risiko Hipertensi
Total Variabel n %
Variabel Responden Lama merokok
n % ≥ 5 tahun 84 21,2
Umur
< 5 tahun 16 4,0
≥ 40 tahun 260 65,5 Jenis Rokok
< 40 tahun 137 34,5
Jenis Kelamin Kretek 57 14,4
Laki-laki 183 46,1 Tembakau 43 10,8
Perempuan 214 53,9 Merek Rokok
Tingkat Pendidikan
Surya 21 5,3
Rendah 145 36,5
Tinggi 252 63,5 Djarum Super 17 4,3
Pekerjaan Marlboro 13 3,3
Bekerja 333 83,9
Class Mild 33 8,3
Tidak Bekerja 64 16,1
Riwayat Keluarga Sampoerna 10 2,5
Hipertensi Positif 193 48,6
Hipertensi Negatif 204 51,4
Kebiasaan merokok
Merokok 100 25,2
Tidak Merokok 297 74,8
Kebiasaan Olahraga
Dji sam Soe 6 1,5
Tipe Rokok
Non Filter 34 8,6
Filter 66 16,6
Jumlah Rokok Per hari
≥ 10 batang / hari 45 11,4
< 10 batang per hari 55 13,9

Berdasarkan tabel 3. diatas dapat dilihat


bahwa sebagian besar responden dengan lama
merokok ≥ 5 tahun yaitu 84 orang (21,2%),
jenis rokok terbanyak yang di hisap adalah
kretek 57 (14,4%), tipe rokok yang banyak di
hisap adalah rokok filter sebanyak 66 orang
(16,6%) dan jumlah rokok yang di hisap
responden terbanyak adalah < 10 batang/hari yaitu 55 orang (13,9%).

Tabel 4.
Hubungan Faktor Risiko dengan Kejadian Hipertensi

Kejadian Hipertensi
Tidak
Faktor Risiko Hipertensi Jumlah p OR (95%CI)
Hipertensi
n % n % n %
Umur
≥ 40 tahun 82 31,5 178 68,5 260 100 0,000* 6,55
< 40 tahun 9 6,6 128 93,4 137 100 (3,17-13,52)
Jenis Kelamin
Laki – Laki 47 25,7 136 74,3 183 100 0,226** 1,33
Perempuan 44 20,6 170 79,4 214 100 (0,83 – 2,13)
Pendidikan
Rendah 40 27,6 105 72,4 145 100 ,094** 1,5
Tinggi 51 20,2 201 79,8 252 100 (0,93 - 2,41)
Pekerjaan
Bekerja 82 24,6 251 75,4 333 100 ,066** 1,99
Tidak Bekerja 9 14,1 55 85,9 64 100 (0,94-4,21)
Riwayat Keluarga
Hipertensi Positif 69 35,8 124 64,2 193 100 ,000* 4,6
Hipertensi Negatif 22 10,8 182 89,2 204 100 (2,70-7,83)
Kebiasaan merokok
Ya 31 31 69 69 100 100 0,026* 1,77
Tidak 60 20,2 237 79,8 297 100 (1,06 -2,95)
Lama Merokok
≥ 5 Tahun 28 33,3 56 66,7 84 100 0,248** 2,16
< 5 Tahun 3 18,8 13 81,2 16 100 (0,57-8,23)
Jenis Rokok
Kretek 21 36,8 36 63,3 57 100 0,146** 1,92
Tembakau 10 23,3 33 76,7 43 100 (0,79-4,68)
Merek Rokok
Surya 5 23,8 16 76,2 21 100 0,072** -
Djarum Super 8 47,1 9 52,9 17 100
Marlboro 5 38,5 8 61,5 13 100
Class Mild 6 18,2 27 81,8 33 100
Sampoerna 4 40 6 60 10 100
Dji Sam Soe 3 50 3 50 6 100
Jumlah Rokok Per hari
≥ 10 batang /hari 18 40.0 27 60 45 100 0,078** 2,15
< 10 batang / hari 13 23,6 42 76,4 55 100 (0,91-5,09)
Tipe Rokok
Non Filter 13 38,2 21 61,8 34 100 0,262** 1,65
Filter 18 27,3 48 72,7 66 100 (0,68-3,97)
Kebiasaan Olahraga
Tidak 59 27,4 156 72,6 215 100 0,020* 1,77
Ya 32 17,6 150 82,4 182 100 (1,09-2,88)
Indeks Massa Tubuh
Obesitas 7 29,2 17 70,8 24 100 0,145** 1,93 (0,72 - 5,13)
Heavily Overweight 36 35 67 65 103 100 0,002* 2,52 (1,40 – 4,53)
Overweight 19 21,3 70 78,7 89 100 0.472** 1,27 (0,65 – 2,46)
Healthy Weight 26 17,6 122 82,4 148 100 0,005* -
Under Weight 3 9,1 30 90,9 33 100 0,230** 2,13 (0,60 – 7,51)

Keterangan :

* signifikan, p value <0,05


** p value <0,25

Tabel 3. menunjukkan hasil analisis Chi Square hipertensi yaitu umur (p=0,000; OR=6,55; 95%
dimana terdapat 5 variabel yang memiliki CI=3,17-13,52), riwayat keluarga (p=0,000;
signifikansi terhadap kejadian OR=4,60; 95% CI=2,70-7,83),
kebiasaan merokok (OR=1,76; 95% CI=1,06-
Tabel 5.
2,95); kebiasaan berolahraga (p=0,020;
Variabel Kandidat Model Kejadian
OR=1,77; 95% CI=1,09-2,88) dan Indeks
Hipertensi
Massa Tubuh (p=0,002; OR=2,52; 95%
CI=1,40-4,53). Sementara variabel yang tidak
memiliki hubungan signifikan dengan kejadian Variabel p-value
Umur 0,000
hipertensi adalah jenis kelamin (p=0,226), Jenis Kelamin 0,226
Pendidikan 0,094
pendidikan (p=0,094), pekerjaan (p=0,066), Pekerjaan 0,066
lama merokok (p=0,248), jenis rokok Riwayat keluarga / keturunan 0,000
Kebiasaan merokok 0,026
(p=0,146), merek rokok (p=0,072) dan jumlah Lama merokok 0,248
Jenis Rokok 0,146
rokok per hari (p=0,078). Jumlah Rokok per hari 0,078
Kebiasaan olahraga 0,020
IMT 0,005
Variabel-variabel kandidat yang
memenuhi kriteria kandidat model multivariat
adalah variabel yang bermakna secara statistik Hasil analisis multivariat menunjukkan

(p<0,05) dan variabel yang memiliki nilai bahwa variabel prediktor kejadian hipertensi

p<0,25 meliputi ; umur, jenis kelamin, setelah dianalisis secara bersama-sama

pendidikan, pekerjaan, riwayat diketahui sebanyak 2 variabel yang terbukti

keluarga/keturunan, kebiasaan merokok, lama sangat berpengaruh terhadap kejadian

merokok, jenis rokok, jumlah rokok per hari, hipertensi yaitu umur dan riwayat

kebiasaan olahraga dan IMT. Selengkapnya keluarga/keturunan hipertensi. Selengkapnya

disajikan dalam Tabel 5. berikut ini : disajikan pada Tabel 6. berikut :

Tabel 6.
Model Akhir Kejadian Hipertensi

Variabel Koefisien p-value OR (95%CI)


Umur 1,815 0,000 6,138 (2,929-12,865)
Riwayat Keluarga/Keturunan 1,468 0,000 4,339 (2,508-7,509)
Constant -3,472 0,000

Adapun persamaan model persamaan kejadian hipertensi sebagai berikut :

Kejadian Hipertensi = -3,472 + 1,815 (Umur)+ 1,468 (riwayat / keturunan Hipertensi)


PEMBAHASAN kesehatan. serta pelaksanaan program Posbindu
di wilayah kerja puskesmas yang melibatkan
Hasil penelitian diketahui angka kejadian
kader kesehatan dalam mendeteksi kejadian
hipertensi di Kota Palembang tahun 2015
hipertensi pada masyarakat. Angka kejadian
adalah 22,6%, lebih rendah dibandingkan
hipertensi dapat dipengaruhi oleh multifaktor,
kejadian global (26%),4 Indonesia (31,7%),8
diantaranya umur, riwayat
Sumatera Selatan (31,5%),8 dan Kota
kehamilan/keturunan, kebiasaan merokok,
Palembang (23,5%).8 Hasil ini disebabkan
kebiasaan olahraga, dan Indeks Massa Tubuh.
karena telah diterbitkannya Peraturan Daerah
Nomor 9 Tahun 2007 tentang Kawasan Tanpa Umur
Rokok (KTR) tanpa rokok sebagai salah satu
Pada hasil penelitian ini sebagian besar
upaya untuk melindungi masyarakat terhadap
responden berumur ≥ 40 tahun dan yang
dampak paparan asap rokok terhadap
hipertensi sebesar 82 (31,5%). Berdasarkan
hasil uji statistik antara umur dan kejadian

hipertensi didapat 31,5% yang berumur ≥ 40


tahun yang hipertensi dan sebanyak 6,6%
responden yang berumur < 40 tahun menderita
hipertensi. Dari sini dapat dilihat, bahwa
proporsi hipertensi pada umur ≥ 40 tahun lebih
tinggi dibandingkan proporsi hipertensi pada
umur < 40 tahun. Artinya semakin tua umur
semakin berisiko menderita hipertensi. Hasil
analisis bivariat menunjukkan bahwa umur
memiliki hubungan yang signifikan dengan
kejadian hipertensi (p=0,000 ; OR=6,55) begitu
juga pada analisis multivariat dimana umur
merupakan variabel yang paling berpengaruh
terhadap kejadian Hipertensi (p=0.000;
OR=6,138). Hasil penelitian juga sejalan dengan
penelitian Tjekyan yang menunjukkan terdapat
hubungan bermakna antara umur dengan
kejadian hipertensi (p=0,021; OR=13,53)

Hal ini sesuai dengan Depkes RI yaitu


tingginya hipertensi sejalan dengan
bertambahnya umur, disebabkan oleh perubahan
struktur pada pembuluh darah besar, sehingga
lumen menjadi sempit dan dinding pembuluh risiko terkena hipertensi terutama pada
darah menjadi lebih kaku, sebagai akibat adalah hipertensi primer. Dari data statistik terbukti
meningkatnya tekanan darah sistolik. Dengan bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan
meningkatnya umur didapatkan kenaikan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika
tekanan darah diastol rata-rata walaupun tidak orang tuanya menderita hipertensi. Orang yang
begitu nyata juga terjadi kenaikan angka terdapat kejadian hipertensi pada keluarganya
prevalensi hipertensi tiap kenaikan kelompok mempunyai risiko lebih besar daripada yang
dekade umur.19 tidak mempunyai hipertensi dalam
22
keluarganya.
Riwayat Keluarga

Riwayat keluarga merupakan faktor


Kebiasaan Merokok
risiko terjadinya hipertensi. Hasil uji bivariat Hasil penelitian menunjukkan angka
(p=0,000; OR=4,60 dan hasil analisis kejadian hipertensi pada responden yang
multivariat (p=0,000; OR=4,339) mempunyai kebiasaan merokok sebesar 31%
menunjukkan bahwa ada hubungan yang dan yang tidak merokok sebesar 20,2%. Hasil
bermakna antara riwayat hipertensi keluarga ini lebih rendah bila dibandingkan Riskesdas
dengan kejadian hipertensi. Hasil ini selaras 2007 yang menunjukkan jumlah perokok di
dengan penelitian Mannan, dkk menunjukkan Indonesia sebesar 36,4%. Angka ini juga lebih
bahwa riwayat keluarga merupakan faktor risiko rendah dibandingkan hasil penelitian Zuraidah
kejadian hipertensi dengan nilai OR=4,36 (CI dimana proporsi kejadian hipertensi pada
95% LL=2,09 UL=9,10). Dari hasil responden yang mempunyai kebiasaan

penelitian diungkapkan bahwa jika seseorang merokok sebesar 37,9%, sedangkan yang tidak

mempunyai orang tua yang salah satunya merokok dan mengalami hipertensi sebesar
54,2%. Hasil analisis bivariat (p=0,026;
menderita hipertensi maka orang tersebut akan
OR=1,77 dan 95% CI=1,06-2,95)
memiliki risiko dua kali lipat untuk terkena
hipertensi dari pada orang tuanya tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna

hipertensi.20 Penelitian lain mencatat bahwa secara statistik antara kebiasaan merokok

seseorang dengan kedua orang tuanya dengan kejadian hipertensi. Risiko merokok

hipertensi akan memilki 50-70% kemungkinan pada penelitian ini lebih kecil dari penelitian

menderita hipertensi, sedangkan bila orang Irza pada masyarakat Nagari Bungo Tanjung

tuanya tidak menderita hipertensi hanya 4-20% Sumatera Barat yang mendapatkan bahwa

kemungkinan menderita hipertensi.21 Ini dapat perilaku merokok akan meningkatkan risiko

terlihat dengan adanya penggolongan hipertensi sampai 6,9 kali lebih tinggi

hipertensi berdasarkan anggota keluarga dibandingkan yang tidak merokok. Penelitian

derajat pertama (orang tua, saudara ini sesuai dengan penelitian Sugiharto dengan

sekandung, anak). Riwayat keluarga dekat studi kasus kontrol yang membuktikan adanya

yang menderita hipertensi juga mempertinggi hubungan antara merokok dengan hipertensi
dengan nilai p=0,001; OR=2,47 dan 95% 54,2% dan responden yang berolahraga sebesar
CI=1,44-4,23 namun setelah dianalisis 45,8%. Berdasarkan hasil uji statistik antara
multivariat, kebiasaan merokok tidak terbukti kebiasaan olahraga dan kejadian hipertensi
sebagai faktor risiko hipertensi didapat 27,4% responden yang

Perilaku merokok merupakan suatu


perbuatan yang tidak memiliki nilai positif
dalam semua hal terutama pada kesehatan.
Merokok merupakan awal yang
mendatangkan berbagai jenis penyakit
degeneratif yang mematikan, seperti kanker
dan penyakit jantung. Nikotin dalam
tembakau merupakan penyebab
meningkatnya tekanan darah segera setelah
hisapan pertama. Seperti zat-zat kimia
lain dalam asap rokok, nikotin diserap
oleh pembuluh-pembuluh darah amat
kecil di dalam paru-paru dan diedarkan ke
aliran darah. Hanya dalam beberapa detik
nikotin sudah mencapai otak. Otak
bereaksi terhadap nikotin dengan memberi
sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas
epinefrin (adrenalin). Hormon yang
kuat ini akan menyempitkan pembuluh
darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih
berat karena tekanan yang lebih tinggi.
Dengan mengisap sebatang rokok akan
memberi pengaruh besar terhadap naiknya
tekanan darah. Hal ini dikarenakan asap rokok
mengandung kurang lebih 4000 bahan kimia
yang 200 diantaranya beracun dan 43 jenis
lainnya dapat menyebabkan kanker bagi
tubuh.

Kebiasaan Olahraga

Pada penelitian ini sebagian besar


responden tidak berolahraga yaitu sebesar
tidak berolahraga menderita hipertensi dan memiliki risiko terkena hipertensi sebesar 4,73
sebanyak 17,6% responden yang berolahraga kali dibanding orang yang aktif melakukan
menderita hipertensi. Hasil ini lebih tinggi aktivitas fisik. Hal ini menunjukkan bahwa ada
bila dibandingkan dengan penelitian Anggi hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik
yang menemukan prevalensi hipertensi pada dengan kejadian hipertensi. Selanjutnya
pasien yang tidak melakukan aktivitas fisik penelitian yang dilakukan oleh Lestari di
yaitu 20,8% dan yang melakukan aktivitas Kelurahan Mugassari Semarang, menemukan
fisik sebesar 11,2%. bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik
dengan kejadian hipertensi, begitu pula dengan
Berdasarkan hasil uji Chi Square
penelitian yang dilakukan oleh Sihombing,
didapatkan nilai p sebesar 0,020 ( p < 0,05).
hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa orang
Hal ini menunjukkan ada hubungan yang
yang kurang melakukan aktivitas fisik berisiko
bermakna antara kebiasaan berolahraga
untuk terkena hipertensi sebesar 1,05 kali
dengan kejadian hipertensi dan kemungkinan
dibandingkan dengan orang yang melakukan
terjadinya hipertensi 1,77 kali (95% CI=1,09-
aktivitas fisik cukup. Dengan demikian dapat
2,88) lebih tinggi pada pasien yang tidak
disimpulkan bahwa aktivitas fisik merupakan
melakukan olahraga. Hal ini mungkin terjadi
faktor risiko terhadap kejadian hipertensi.
karena aktivitas fisik yang dilakukan adalah
aktivitas yang ringan. Selain itu adanya faktor Penelitian lain oleh Paffenbarger dari
lain seperti umur, status obesitas dan merokok Universitas Stanford yang meneliti 15.000 tamatan
yang akhirnya menutupi efek dari melakukan Universitas Harvard untuk 6-10 tahun. Selama
aktivitas fisik. Hasil penelitian Anggi penelitian berlangsung didapatkan bahwa 681
menunjukkan adanya hubungan yang tamatan harvard tersebut menderita hipertensi
bermakna antara aktivitas fisik dengan (160/95). Ternyata alumni yang tidak terlibat dalam
hipertensi dengan nilai p < 0,05, dengan nilai olahraga dan kegiatan yang sejenis mempunyai
OR=1,86 kali (95% CI=1,16-2,98) sehingga risiko untuk mendapatkan hipertensi 35% lebih
kurang aktivitas fisik akan meningkatkan besar dari mereka yang melakukan olahraga.
risiko terkena hipertensi sebesar 1,86 kali. Keadaan ini berlaku pada segala usia antara 35-74
Survey Monica tahun 1983 dilakukan terhadap tahun.25
2040 orang di wilayah Jakarta Selatan
Olahraga dapat mengurangi tekanan darah
menunjukkan mereka yang teratur berolahraga
bukan hanya disebabkan berkurangnya berat badan,
atau bekerja fisik cukup berat mempunyai
tetapi juga disebabkan bagaimana tekanan darah
presentase terendah untuk terkena hipertensi
tersebut dihasilkan. Tekanan darah ditentukan oleh
24
maupun PJK (Penyakit Jantung Koroner).
dua hal yaitu jumlah darah yang dipompakan
Hasil penelitian ini sejalan dengan yang jantung per detik dan hambatan yang dihadapi
dilakukan oleh Yuliana, di Rumah Sakit darah dalam melakukan tugasnya melalui arteri.
Daerah Cepu, ia menemukan bahwa orang Olahraga dapat menyebabkan pertumbuhan
yang tidak biasa melakukan aktivitas fisik pembuluh darah kapiler yang baru dan jalan darah
yang baru. Dengan demikian hal yang sesuai dengan penelitian Purwanti dan Pical
menghambat pengaliran darah dapat dihindarkan yang menunjukkan adanya hubungan bermakna
atau dikurangi, yang berarti menurunkan tekanan antara IMT dan hipertensi di Kelurahan Abadi
darah. Walaupun kesanggupan jantung untuk Jaya, Depok.
melakukan pekerjaannya bertambah melalui
Responden yang memiliki berat badan
olahraga, pengaruh dari berkurangnya hambatan
dengan kategori heavily weight (IMT 25- 29,99)
tersebut memberikan penurunan tekanan darah
berisiko 2,52 kali dan 95% CI=1,40- 4,53
25
yang sangat berarti.
menderita hipertensi dibandingkan yang
mempunyai berat badan normal. Hasil
penelitian Sulastri, dkk menemukan bahwa
Indeks Massa Tubuh
lebih dari separuh penderita hipertensi
Indeks massa tubuh berhubungan dengan mengalami obesitas (56,6%), terdapat hubungan
hipertensi. Penelitian menunjukkan bahwa jika yang bermakna antara obesitas dengan kejadian
indeks massa tubuh meningkat maka risiko hipertensi. Menurut Sugiharto dkk, obesitas
hipertensi juga meningkat. Bila berat badan memiliki hubungan yang bermakna dengan
menurun, maka volume darah total juga tekanan darah tinggi (p=0,001; OR=4,02;

berkurang, hormon-hormon yang berkaitan CI=1,72-9,37).

dengan tekanan darah berubah, dan tekanan Dari penelitian yang dilakukan Tesfaye
darah berkurang.26 Penurunan berat badan akan dkk, pada penduduk di Indonesia didapatkan :
27
mengakibatkan menurunnya tekanan darah. IMT rata-rata pada laki-laki di Indonesia
Sebuah percobaan menunjukkan penurunan 1% sebesar 21,17±2,86. Prevalensi overweight
berat badan akan mengakibatkan penurunan 1
/obesitas penduduk Indonesia ialah 25% pada
mmHg untuk tekanan sistolik dan 2 mmHg
perempuan dan 10% laki-laki. Tekanan darah
untuk tekanan diastolik.27
sistol rata-rata pada laki-laki di Indonesia
Berdasarkan hasil tabulasi silang, proporsi sebesar 127,33±17,80. Prevalensi hipertensi
hipertensi pada kelompok IMT heavily weight pada penduduk Indonesia ialah 25% pada laki-
35% dan proporsi hipertensi pada kelompok laki dan 24% pada perempuan. Risiko
IMT healthy weight adalah sebesar 9,1%. Hal ini hipertensi lebih tinggi pada kelompok
menunjukkan proporsi hipertensi pada kelompok penduduk dengan overweight dan obesitas
heavily weight (IMT 25-29,99) lebih tinggi hipertensi lebih tinggi pada kelompok
dibandingkan kategori healthy weight. Hasil penduduk dengan overweight dan obesitas
chi square diperoleh nilai p=0,002, hal ini hipertensi lebih tinggi pada kelompok penduduk
berarti ada hubungan yang bermakna antara dengan overweight dan obesitas
IMT dengan kejadian hipertensi, hasil ini

(IMT≥25 kg/m2) dengan odds ratio 7,64 dan


interval kepercayaan (3,88-15,0). IMT memiliki
hubungan yang bermakna baik terhadap (OR=6,138), berpeluang 6,138 kali lebih besar
tekanan darah sistol maupun diastol dengan mengalami kejadian hipertensi dari pada umur
nilai p<0,01.4). < 40 tahun setelah dikontrol riwayat
Secara teori, obesitas memiliki hubungan keluarga/keturunan.
dengan kejadian hipertensi. Rata- rata,
seseorang yang memiliki berat badan 20 pound KESIMPULAN DAN SARAN
di atas berat badan ideal, tekanan darah akan
Gambaran kejadian hipertensi di kota
naik sekitar 2-3 mmHg dibandingkan dengan
Palembang tahun 2015 sebesar 22,9%. Terdapat
orang yang memiliki berat badan normal.28
hubungan yang signifikan antara umur
Obesitas berpengaruh terhadap kenaikan
(p=0,000; OR=6,55; 95% CI=3,17-
tekanan darah karena umumnya pada orang
13,52), riwayat keluarga (p=0,000; OR=4,60;
obesitas mengalami susah gerak. Untuk
95% CI=2,70-7,83), kebiasaan merokok
bergerak harus bekerja keras dan tekanan darah
(OR=1,76; 95% CI=1,06-2,95); kebiasaan
akan naik.29
berolahraga (p=0,020; OR=1,77; 95% CI=1,09-
Berdasarkan Model persamaan dapat
2,88) dan Indeks Massa Tubuh (p=0,002;
dijelaskan pada bagian hasil bahwa kejadian
OR=2,52; 95% CI=1,40-4,53)
hipertensi dipengaruhi secara bersama-sama
oleh umur dan riwayat keluarga/keturunan. dengan kejadian hipertensi. Faktor yang paling
Model yang diperoleh adalah model yang dominan mempengaruhi kejadian hipertensi
paling baik (fit) sederhana (parsimonius) dan adalah umur dan riwayat keluarga/keturunan.
tepat (robust) karena keenam variabel diatas Sebaiknya masyarakat melakukan
dapat menjelaskan kejadian hipertensi sebesar pemeriksaan tekanan darah secara dini karena
75% (berdasarkan parameter diskriminasi Area hipertensi meningkat seiring dengan
Under Curve/AUC). Penelitian dalam bidang bertambahnya umur. Bagi yang mengkonsumsi
kesehatan komunitas dikatakan baik bila model rokok dengan semakin bertambahnya umur
dapat menjelaskan variasi variabel dependen agar mengurangi atau tidak mengkonsumsi
30
minimal 60%. Berdasarkan parameter rokok. Perlu dilakukan peningkatan promosi
diskriminasi diperoleh nilai AUC 75%, artinya kesehatan/penyuluhan dan sosialisasi tentang
secara statistik kualitas persamaan model faktor risiko hipertensi sebagai bentuk upaya
kejadian hipertensi tersebut dalam kualitas pencegahan. Pada penduduk yang mempunyai
sedang (70%-80%). riwayat/keturunan menderita hipertensi agar
Hasil analisis menunjukkan variabel rutin memeriksakan tekanan darah, melakukan
yang paling berpengaruh terhadap kejadian olahraga secara teratur, agar nantinya memiliki
hipertensi adalah umur ≥ 40 tahun berat badan yang ideal/normal.
DAFTAR PUSTAKA
1. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Proyeksi Penduduk Indonesia 2000-2025. Jakarta,
2005.
2. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan
Penyakit Tidak Menular. Jakarta, 2012.
3. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Situasi dan Analisis Lanjut Usia. Jakarta, 2013.
4. Profil Kesehatan Indonesia, 2012 http://www, depkes,go,id/resources/ download/
pusdatin/profil-kesehatan – indonesia /profil- kesehatan –indonesia - 2012, pdf diakses tanggal
29 Desember 2014.

5. Rahajeng, Ekowati. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia; Majalah Kedokteran


Indonesia, Volume 59, Nomor 12, Jakarta, 2009.
6. WHO dalam Soenarta Ann Arieska, Konsensus Pengobatan Hipertensi. Jakarta:
Perhimpunan Hipertensi Indonesia, 2005.
7. Muhammadun. Hidup Bersama Hipertensi Seringai Darah Tinggi Sang Pembunuh Sejati.
Yogyakarta: In – Books, 2010.
8. RISKESDAS. Riset Kesehatan Dasar, 2007.pdf.
9. Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Selatan. Laporan program penyakit tidak menular, 2014
10. Dinas Kesehatan Kota Palembang. Data dasar Kesehatan Kota Palembang tahun 2013, Pdf
11. Tjekyan, Suryadi, Angka kejadian dan Faktor risiko Hipertensi di Kota Palembang, Jurnal
Kedokteran dan Kesehatan, Publikasi Ilmiah FK Unsri,JKK, 2014 Th. 46, No. 1.
12. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana
Penyakit Hipertensi. Jakarta, 2006.
13. Yundini. Faktor Risiko Hipertensi. Warta Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Jakarta,
2006.
14. Delmi Sulastri, Elmatris, Rahmi Ramadhani. Hubungan Obesitas dengan Kejadian Hipertensi
pada Masyarakat Etnik Minangkabau di Kota Padang. Artikel Penelitian, 2012.
15. Sugiharto, Aris. Faktor-faktor Risiko Hipertensi Grade II pada Masyarakat (Studi Kasus di
Kabupaten Karanganyar). Thesis, Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, Semarang,
2007.
16. Widyastuti-Nurmasari, Hertanto W Subagio, Hubungan Beberapa Indikator Obesitas dengan
Hipertensi pada Perempuan. Media Medika Indonesiana, Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro, Semarang, 2006.
17. Lina Nurwidayanti., Chatarina Umbul Wahyuni. Analisis Pengaruh Paparan Asap Rokok di
Rumah pada Wanita terhadap Kejadian Hipertensi. Artikel Penelitian.Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur, 2013.
18. Teodosha S. Gilliard, Lackland, Brent Egan, Robert Woolson, Effect of Total Obesity and
Abdominal Obesity on Hipertension. Medical University of Saouth caroline, 2000.
19. Tesfaye, et.al. Association between body mass index and blood pressure across three
populations in Africa and Asia. Journal of Human Hypertension 21.1. (Jan 2007): 28-37.
20. Stockwell, David H, et.al. The determinants of hypertension awareness, treatment, and control
in an insured population, American Journal of Public Health; November 1994; 84, 11;
ProQuest, pg. 1768.
21. Mannan, H. Faktor Risiko Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Bangkala
Kabupaten Jeneponto Tahun 2012. Jurnal MKMI. 2013; Volume 59 Nomor 12. D iakses 12
Desember 2014.
22. Bowman, M., Davis, A., et. al. A Prosfective Study of Cigarerette Smoking and Risk of
Incident Hypertension in Women. 1995.
23. Darmojo-Boedhi R., Community Survey of Hypertention in Semarang 1997. Semarang 1977;
15-19.
24. Dani Ali Kusuma, Sudarminto S. Yuwono dan Siti Narsito Wulan, Studi Kadar Nikotin dan
Tar Sembilan Merk Rokok Kretek Filter yang Beredar di Wilayah Kabupaten Nganjuk, Jurnal
Teknologi Pertanian, Volume 5, Nomor 3; 151 – 155
25. Harahap H, dkk. Hubungan Indeks Massa Tubuh, Jenis Kelamin, Usia, Golongan Darah dan
Riwayat Keturunan dengan Tekanan Darah pada Pegawai Negeri di Pekan Baru. Jurnal
Penelitian Gizi dan Makanan, 2008; Volume 31, Nomor 2.
26. Hull-Alison, Penyakit Jantung, Hipertensi, dan Nutrisi. Jakarta: Bumi Aksara, 1996; 18,29.
27. Kottke, T.E., Stroebel, R.J., & Hoffman,
R.S. JNC 7- It’s More Than High Blood Pressure. Journal of the American Medical
Association, 2003.

28. Kaplan, N. dan Steamler, J. Pencegahan PJK : Penatalaksanaan Praktis Faktor- Faktor Risiko.
Terjemahan Sukwan Handali, Editor Petrus Andrianto, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta, 1994.

29. Zuraidah, Maksuk, dkk., Analisis Faktor Risiko Penyakit Hipertensi Pada Masyarakat di
Kecamatan Kemuning Kota Palembang Tahun 2012, RisetPembinaan Tenaga Kesehatan,
Politeknik Kesehatan Palembang. 2012.
30. Kleinbaum DG, Kupper LL, Muller K, Applied Regression Analysis and other multivariatable
methode
Lampiran 4 Materi

Hipertensi menjadi masalah kesehatan perlu mendapatkan perhatian karena


morbiditas dan mortalitasnya yang tinggi. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan
jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang
membesar. Prevalensi hipertensi sebesar 31,7% atau satu dari tiga orang dewasa
mengalami hipertensi, dan 76,1% tidak menyadari sudah terkena hipertensi
(Kemenkes,2013).

Tahun 2016 Survei Indikator Kesehatan Nasional (Sirkesnas) menyebutkan adanya


kenaikan persentasi penduduk yang mengidap hipertensi menjadi 32,4 persen. Reset
kesehatan dasar 2018 yang dilalukan Badan Penelitian dan pengembangan kesehatan
Kemenkes hipertensi menempati peringkat pertama dalam 10 besar dioagnosis penyakit
tidak menular sebanyak 185.857 kasus. Data prevalensi hipertensi tertinggi berdasarkan
pengukuran pada umur ≥18 tahun menurut Provinsi, masih tetap ditempati oleh Provinsi
Kalimantan Selatan dengan jumlah 44,1 %. Terdapat peningkatan sejumlah 10% dari
nilai sebelumnya pada Riskesdas 2013 yang hanya menunjukkan angka 34,1%.
(Kemenkes, 2018).

Hipertensi dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat dimodifikasi dan faktor yang
tidak dapat dimodifikasi. Seperti dikatakan Jannah (2018) bahwa beberapa faktor
penyebab hipertensi yang tidak daat dirubah adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga,
genetik. Sedangkan yang dapat dirubah meliputi kebiasaan merokok, konsumsi garam,
konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah, kebiasaan minum-minuman beralkohol,
obesitas, kurang aktivitas fisik serta stress penggunaan estrogen. Seke (2016) juga
menambahkan bahwa beberapa faktor yang dapat menyebabkan hipertensi adalah stres
dan perubahan gaya hidup.

Tabel 1.2 Karakteristik peserta skrining


No Karakteritik Peserta Jumlah Persentase
1 Jenis kelamin    
  Laki-laki 30 43,5 %
  Perempuan 39 56,5 %
Total 69 100%
2 Umur    
  <50 tahun 22 31,9%
  >50 tahun 47 68,1%
Total 69 100%
3 Berat Badan    
  <55 kg 19 27,5%
  >55 kg 50 72,5%
Total 69 100%
4 Tekanan Darah    
  Normal 17 24,6%
  Pre Hipertensi 13 18,8%
  Hipertensi Stadium 1 25 36,2%
  Hipertensi Stadium 2 14 20,4%
Total 69 100%

A.Hipertensi berdasarkan penyebab

1.Hipertensi primer/hipertensi esensial

Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun dikaitkan


kombinasi factor gaya hidup seperti kurang gerak (inaktivitas) dan pola makan, terjadi pada
sekitar 90% penderita hipertensi.

2.Hipertensi skunder/hipertensi nonesensial


Hipertensi yang diketahui, pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyababnya
adalah penyakit ginjal. Pada 1-2% penyebabnya adalah kelainan hormonal atau penggunaan
obat tertentu (misalnya pil KB).
3.Berdasarkan bentuk hipertensi
a. Hipertensi diastolik (diastolic hypertension)
b. Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension)
c. Hipertensi campuran (sistolik dan diastolik yang meninggi)

B.Jenis Hipertensi
1.Hipertensi pulmonal
Hipertensi pulmonal adalah suatu penyakit yang ditandaoi dengan peningkatan tekanan
darah pada pembuluh darah arteri paru-paru yang menyebabkan sesak nafas, pusing dan
pingsan pada saat melakukan aktivitas. Berdasarkan penyebabnya hipertensi pulmonal dapat
menjadi penyakit berat yang ditandai dengan penurunan toleransi dalam melakukan aktivitas
dan gagal jantung kanan. Hipertensi pulmonal primere sering ditemukan pada usia muda dan
pertengahan. Kriteria diagnosis untuk hipertensi pulmonal merujuk pada National Institute of
Health; bila tekanan sistolik pulmonalis lebih dari 35 mmHg atau “mean” tekanan arteri
pulmonalis lebih dari 25 mmHg pada saat istirahat atau lebih 30 mmHg pada aktivitas dan
tidak didapatkan adanya kelainan katup pada jantung kiri, penyakit miokardium, penyakit
jantung kongenital, dan tidak adanya kelainan paru.

C. Etiologi Hipertensi

a. Usia
Hipertensi sering terjadi pada usia kurang dari 35 tahun, insiden
hipertensi semakin meninggkat seiring bertambahnya usia yang menyebabkan
kenaikan penyakit arteri coroner dan kematian premature.
b. Jenis kelamin
Pada umumnya sering terjadi pada pria dibanding wanita, namum pada
usia pertengahan, didapatkan lebih banyak terjadi pada wanita, sehingga pada
usia 65 tahun hipertensi pada wanita lebih tinggi.
c. Ras
Hipertensi pada ras kulit hitam paling sedikit dua kalinya ras kulit
putih. Akibat penyakit ini lebih berat pada ras kulit hitam.
d. Pola hidup
Faktor seperti pendidikan, penghasilan, dan faktor pola hidup telah
diteliti dengan hasil yang jelas. Penghasilan rendah, tingkat pendidikan yang
rendah, dan kehidupan atau pekerjaan yang penuh stressor agak berhubungan
dengan terjadinya hipertensi, obesitas dipandang sebagai faktor risiko utama.
Bila berat badan turun maka tekanan darah ikut turun. Merokok merupakan
faktor risiko tinggi terkena hipertensi dan penyakit arteri koroner.
Hiperkolesterolemia dan hiperglikemia adalah faktor-faktor utama untuk
perkembangan ateosklerosis, yang berhubungan erat dengan hipertensi.

D. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinis hipertensi Membutuhkan diagnosis medis Tekanan darah tinggi


sering kali tidak menunjukkan gejala. Seiring waktu, jika tidak diobati, dapat menyebabkan
masalah kesehatan, seperti penyakit jantung dan stroke. Kondisi ini biasanya tidak
menunjukkan gejala.

E. Faktor Risiko

1. keluarga

Adanya faktor riwayat keluarga pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu
mempunyai risiko menderita hipertensi. Individu dengan orangtua hipertensi mempunyai risiko dua
kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada individu yang tidak mempunyai keluarga
dengan riwayat hipertensi. Dari data statistik terbukti bahwa seseorang memiliki kemungkinan lebih
besar mendapatkan hipertensi jika orang tuanya penderita hipertensi.

2.Obesitas

Penderita obesitas berisiko dua sampai enam kali lebih besar untuk terserang hipertensi primer
dibandingkan orang-orang dengan berat badan yang normal. Curah jantung dan sirkulasi volume
darah penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi dari penderita hipertensi yang tidak obesitas.
Pada obesitas tahanan perifer pembuluh darah berkurang atau normal, sedangkan aktivitas saraf
simpatis meninggi dengan aktivitas renin plasma yang rendah. Telah dibuktikan pula bahwa setiap
penurunan berat badan 10% maka terdapat penurunan 3% risiko penyakit jantung (Douglas
Wetherill, M.S., and Dean J Kereiakes, M. D., 2001). Penurunan berat badan akan disertai dengan
peenurunan tekanan darah.

3.Merokok

Berdasarkan teori, Merokok berpengaruh terhadap kejadian hipertensi. Zat-zat kimia beracun
seperti nikotin dan karbonmonoksida yang dihisap melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah
dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, mengakibatkan proses aterosklerosis dan
tekanan darah tinggi. Pada studi autopsi, dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan merokok dengan
adanya aterosklerosis pada seluruh pembuluh darah. Merokok pada penderita tekanan darah tinggi
semakin meningkatkan risiko kerusakan pada pembuluh darah arteri.

(merokok, minum minuman keras dan kurang olah raga) mempunyai risiko 1,53 kali menderita
hipertensi dibandingkan dengan responden yang berprilaku sehat.

F. Edukasi Hipertensi

Berdasarkan uraian di atas bahwa gaya hidup memang sangat berpengaruh besar terhadap
munculnya penyakit hipertensi. Gaya hidup sehat dapat disimpulkan sebagai serangkaian pola
perilaku atau kebiasaan hidup sehari- hari untuk memelihara dan menghasilkan kesehatan, mencegah
resiko terjadinya penyakit serta melindungi diri untuk sehat secara utuh.
Perubahan gaya hidup sehat adalah langkah penting untuk menurunkan dan mengatasi
tekanan darah tinggi. Perubahan gaya hidup yang bisa dilakukan adalah mengatur pola makan,
olahraga secara teratur, dan menghindari konsumsi alkohol atau rokok.
Lampiran 5
ABSENSI PANITIA SATUAN ACARA PENYULUHAN
PROGRAM KEMITRAAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SARI MULIA BANJARMASIN
NO NAMA TANDA TANGAN
1 Eirene E.M. Gaghauna, S. Kep., Ns., MSN
2 Bagus Rahmat Santoso Ns., M. Kep
3 Muhammad Jailani
4 Nur Hidayah
5 Noorlinda
6 Rani Normaya Sari
7 Sabrina Munawarti
8 Santia Andira Pradini
9 Teddyansyah
10 Trisna Devina
11 Veny Ashar
12 Wahidatun Sakinatus Kholidah

Banjarmasin, Februari 2021


Mengetahui,
Ketua TIM Pengusul

(.Eirene E.M Gaghauna, S.Kep., Ns., MSN)


NIDN. 1121058601

Lampriran 6

PRESENTASI KEHADIRAN
PESERTA PENGABDIAN MASYARAKAT
Tanggal :
Tempat :
NO NAMA TTD
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Banjarmasin, Februari 2021


Mengetahui,
Ketua Tim Pengusul

(Eirene E.M. Gaghauna, S.Kep.,Ns.,MSN)


NIDN. 1121058601

Anda mungkin juga menyukai