DISUSUN OLEH:
HENI FITRIANI
1117008
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami dan mampu
memberikan asuhan keperawatan terhadap klien dengan infeksi jamur, bakteri, dan virus.
1.2.2 Tujuan Khusus
Menjelaskan serta mengidentifikasi definisi, etiologi, patofisiologi, WOC, manifestasi
klinis, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan, komplikasi, serta prognosis dari infeksi
serta infeksi bakteri, virus, dan jamur itu.
1.3 Manfaat
Mahasiswa mampu mengidentifikasi, memahami serta melakukan asuhan keperawatan
pada klien dengan infeksi jamur, virus, dan bakteri secara komprehensif, tepat, dan efisien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Infeksi merupakan proses invasif oleh organisme dan berproliferasi di dalam tubuh
sehingga menimbulkan penyakit (Potter & Perry, 2005). Sedangkan infeksi kulit merupakan
suatu penyakit yang ditimbulkan karena suatu bakteri/kuman, virus dan jamur.
2. Infeksi Virus
Infeksi yang paling sering terjadi adalah Herpes zoster. Herpes zoster merupakan kelainan
inflamatorik viral dimana virus penyebabnya menimbulkan erupsi vesikuler yang nyeri di
sepanjang distribusi saraf sensork dari satu atau lebih ganglion posterior.
2.2 Etiologi
Etiologi dari infeksi parasit dibedakan berdasarkan jenis parasitnya. Dalam Muttaqin
(2012), berbagai macam etiologi infeksi pada sistem integument meliputi :
1. Infeksi Jamur
Infeksi jamur dapat terjadi di superfisial, subkutan, atau sistemik, hal ini tergantung
dari karakteristik organisme yang menginfeksi host nya. Pada infeksi jamur superfisial,
yaitu pada stratum korneum, rambut, dan kuku, dapat dibagi menjadi dua yaitu infeksi
yang memicu respon inflamasi dan yang tidak memicu respon inflamasi. Infeksi yang
memicu respon inflamasi disebabkan oleh dermatofit sedangkan yang tidak memicu
respon inflamasi disebabkan oleh piedra.
Penyebab terjadinya infeksi jamur ini adalah kelompok jamur dari dermatofit seperti
microsporum, Trichophyton, dan epidermophyton. Yang terbanyak di Indonesia adalah T.
Rubrum dermatofita yang lain adalah E. Floccosum, T. Mentagrophytes, M. Canis, M.
gypseum, T. cocentricum, T. schoenleini dan T. tonsurans. Kemudian juga disebabkan
dari jamur candida patogen yaitu candida albican.
Infeksi jamur dibagi menjadi beberapa klasifikasi berdasarkan tempat yang diserang
dan jenis jamur yang menjadi penyebabnya, yaitu daerah jari-jari tangan dan kaki,
rambut, kuku, daerah lipatan paha, ketiak, punggung, glutea.\
2. Infeksi Virus
Ada beberapa virus yang bisa menyebabkan infeksi virus diantaranya adalah Human
papiloma virus (HPV), varicela zoster, herpes zoster, herpes simplex, pox virus variolae,.
Contoh penyakit yang disebabkan virus adalah varicela (cacar air), variola
(cacar/smallpox), herpes zoster (cacar ular), herpes simplex, veruka (kutil/common wart).
3. Infeksi Bakteri
Ada 2 jenis yaitu infeksi bakteri primer yang sering sekali disebabkan oleh stafilakok
koagulase positif dan streptokok beta hemolitik dan infeksi bakteri sekunder.
Staphycoccus Aureus suatu bakteri koagulase positif merupakan kokus patogen utama
pada kulit. Kokus ini adalah gram positif, berbentuk bola dan bergerombol dalam bundle-
bundel kecil. Kokus ini mudah tumbuh dimedia biakan. Dalam media padat dalam 24 jam
akan tumbuh koloni-koloni berkilat, berwarna kekuningan dan besar.
Bakteri-bakteri lain seperti difteroid aerobic, difteroid anaerobic, dan bakteri gram
negatif serta bakteri tahan asam dapat pula menyebabkan berbagai infeksi kulit. Rentang
infeksi ini mulai dari yang ringan, seperti infeksi yang asimtomatik eritrasma sampai
penyakit sistemik seperti lepra.
Infeksi Virus Infeksi Jamur Infeksi Bakteri
Etiologi Human papiloma virus kelompok jamur bakteri primer
(HPV) dermatofit: disebabkan oleh
herpes zoster microsporum, stafilakok koagulase
herpes simplex Trichophyton, dan positif, streptokok
varicela (cacar air) epidermophyton, beta hemolitik
2.7 Penatalaksanaan
1. Infeksi Jamur
Health Education:
f. Keringkan handuk setelah dipakai dan ganti sesering mungkin
g. Mandi rutin (min : 2x/hari), memakai sabun dan bersih
h. Simpan atau gantung pakaian di tempat kering
i. Pola hidup sehat. Hal-hal yang mempengaruhi tumbuhnya jamur adanya udara yang
panas, lembab, kebersihan diri yang kurang, kegemukan, sosial ekonomi rendah,
pemakaian obat-obatan yang lama, adanya penyakit kronis seperti TBC atau
keganasan, dan penyakit endokrin (diabetes mellitus).
j. Rajin menjemur kasur, agar bila ada jamur ataupun mikroorganisme patologi bisa
mati terkena terik matahari.
Kolaborasi:
d. Infeksi kulit diobati dengan obat anti jamur khusus yang diberikan secara topikal atau
kadang-kadang sistemik.
e. Kandidiasis diterapi dengan krim atau supositoria antijamur.
f. Mitra seksual dari wanita dengan infeksi ragi vagina yang kronik juga munkin perlu
diterapi.
g. Infeksi dalam mungkin memerlukan terapi anti jamur spesifik. (Corwin, 2008)
Terdapat banyak obat anti jamur topikal untuk pengobatan infeksi dermatofit,
antara lain mikonazol, sulkonazol, dan terbinafin. Obat oral (bersifat sistemik) seperti
griseofulvin, terbinafin atau itrakonazol. Obat topikal tdak efektif pada tinea kapitis.
Obat pilihan untuk infeksi kuku adalah terbinafin oral – 250 mg perhari selama 6
minggu untuk infeksi kuku jari tangan dan selama 3 bulan untuk infeksi kuku jari
kaki. (Brown, 2005).
2. Infeksi Bakteri
a. Infeksi Streptokokus Selulitis
Infeksi bakteri oleh Streptococus pyrogenesis. Bila diduga selulitis diobati dengan
penisilin yaitu memberi benzilpenisilin intravena. Bila terserang tungkai, istirahat di
tempat tidur. Bila timbul daerah nekrosis jaringan yang luas maka perlu dilakukan
tindakan bedah dengan mengangkat jaringan nekrotik (debridement).
b. Furunkulosis (Bisul)
Infeksi oleh S. Aureus. Pengobatan dengan anti bakteri topikal seperti mupirosi, obat
anti bakteri untuk mandi, misalnya triklosan 2% dan flukloksasilin dalam waktu yang
lama.
c. Karbunkel
Infeksi oleh S. Aureus pada folikel rambut yang berdekatan. Pengobatan :
flukloksasilin
d. Impetigo
Pada infeksi lokal pengobatan dengan antibiotik topikal seperti mupirosin. Pada
infeksi yang lebih luas dengan antibiotik sistemik seperti flukloksasilin atau
eritromisin.
e. Staphylococal scalded skin syndrome
Pengobatan dengan flukloksasilin parenteral.
f. Eritrasma
Eritrasma bisa diobati dengan imidazol topikal (misalnya klortrimazol. Mikonazol),
asam fusidat topikal, atau pemberian eritromisin oral selama dua minggu.
3. Infeksi Virus
a. Herpes Zoster
Pengobatan dengan asiklofir oral, valasiklovir atau famsiklovir. Untuk zoster yang
menyebar luas siklovir intravena munkin dapat menyelamatkan jiwa.
b. Herpes simpleks
Analgesic dalam dosis yang kuat dalam masa serangan primer. Kotrimoksazol oral
dalam dosis 2x2 tab./hari. Zat pengering antiseptic seperti Povidoniodine, larutan
garam faali, sebagai obat kompres.
c. Varisela
Untuk panasnya dapat diberikan asetosal atau antipiretik lain. Antihistamin oral
diberikan bila ada gatal. Secara topikal diberikan bedak (losio kalamin). Istirahat dan
tirah baring.
d. Kandiloma Akuminata
Penutupan lesi dengan tingtura podofilin 25%, daerah sekitarnya dilapisi Vaseline
untuk menghindari iritasi. Pilihan lain adalah memakai krem 5-fluorourasil, bedah
listrik, bedah eksisi, atau bedah beku. (Brown, 2005)
2.8 Komplikasi
1. Infeksi Jamur
a. Infeksi mendalam menyebabkan morbiditas yang bermakna.
b. Jaringan parut kulit atau alopesia (rambut rontok) akibat tinea kapitis.
c. Lesi mulut yang nyeri dan menurunnya berat badan pada penderita AIDS.
d. Kelinan kulit karena mikosis yang dalam menyerupai infeksi kronis seperti infeksi
tuberkulosis, frambusia, atau infeksi piokokus yang kronis (Corwin, 2008)
2. Infeksi Bakteri
Komplikasi tergantung dari efek yang ditimbulkan agen bakteri yang menginvasi.
Pada kasus folikulitis, furunkel dan karbunkel dapat menyebabkan pembentukan jaringan
parut, bakteremia atau selulitis, dan penyebaran kuman yang meluas menyebabkan cacat
pada katup jantung atau arthritis pada persendian. Keadaan yang sangat parah terjadi
selulitis yang dalam dengan nekrosis jaringan yang parah disertai toksemia bisa cepat
menyebabkan kematian. Selulitis pada ekstremitas bawah lebih besar kemungkinan
menjadi tromboflebitis pada pasien lansia (Brown, 2005).
3. Infeksi Virus
Herpes zoster tidak menimbulkan komplikasi pada kebanyakan orang. Bila timbul
komplikasi, hal-hal berikut dapat terjadi adalah sebagai berikut (Brown, 2005):
a. Zoster trigeminus dapat menimbulkan gangguan mata seperti konjungtivitas, keratitis,
dan/atau iridosiklitis yang mebabkan peradangan sebagian atau seluruh bagian mata
yang mengancam penglihatan.
b. Postherpetic neuralgia / Neuralgia Pasca Herpes
Merupakan komplikasi yang paling umum. Merupakan nyeri di daerah kulit yang
dipersarafi oleh saraf yang terkena herpes zoster. Nyeri ini bisa menetap selama
beberapa bulan atau beberapa tahun setelah terjadinya herpes zoster. Kadang pada
oragtua bisa timbul bekas jaringan parut.
c. Kelemahan otot oleh karena zoster motoris yang menyerang serabut saraf.
Timbul penyakit Eksema herpetikum, penyakit ini merupakan infeksi herpes yang
tersebar luas di tubuh dan terjadi pada eksema atopik. Bisatimbul limfadenopati dan
kelemahan tubuh
2.9 Prognosis
Apabila ditangani dengan cara yang tepat, prognosis infeksi ini biasanya cukup baik.
Faktor kesehatan lain yang turut mempengaruhi, seperti diabetes, imunodefisiensi, kerusakan
sirkulasi, dan neuropati, berisiko lebih besar untuk terkena infeksi yang berkembang dan
meluas. Kesembuhan dari infeksi juga sangat dipengaruhi oleh hygiene dari pasien. Prognosis
untuk infeksi jamur biasanya baik, infeksi jamur bereaksi baik dengan terapi obat yang tepat
dan segera menghilang. (Siregar, 2002)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Ajarkan klien mengenai rantai infeksi Cuci seluruh tubuh sekali sehari dengan
dan tanggung jawab pasien baik di sabun antiseptik. Cuci tangan beberapa kali
rumah sakit maupun di rumah. sehari sebelum dan sesudah melakukan
kegiatan. Hindari berbagi handuk dengan
anggota keluarga lainnya. Ganti pakaian dan
pakaian dalam secara teratur
Kebutuhan pemenuhan informasi berhubungan dengan tidak adekuatnya sumber
informasi, ketidaktahuan program perawatan dan pengobatan
Tujuan : Terpenuhnya pengetahuan pasien tentang kondisi penyakit
Kriteria Evaluasi :
a. Mengungkapkan pengertian tentang proses infeksi
b. Tindakan yang dibutuhkan dengan kemungkinan komplikasi
c. Mengenal perubahan gaya hidup untuk mencegah terjadinya komplikasi
Intervensi Rasional
Beritahukan pasien terdekat mengenai Informasi dibutuhkan untuk meningkatkan
dosis, aturan dan efek pengobatan perawatan diri, untuk menambah kejelasan
efektivitas pengobatan, dan mencegah
komplikasi
Jadwalkan kontrol ulang Mengatur tindak lanjut kunjungan dalam
waktu 2 minggu untuk memeriksa respons
terhadap pengobatan
Anjurkan untuk tidak memencet bisul Apabila frunkel pecah, cairannya dapat
menyebar kuman ke sekitar kulit yang normal
Jelaskan cara perawatn kebersihan diri Menurunkan respons penularan infeksi.
Kebersihan pribadi yang baik, termasuk
mandi, mencuci tangan, serta menjaga kuku
pendek dan bersih dapat mengurangi risiko
folikulitis. Memakai pakaian longgar daripada
ketat membantu mengurangi gesekan pada
kulit terutama folikel rambut.
Anjurkan aktivitas dan kegiatan untuk Jika berlebihan berat badan, anjurkan untuk
meningkatkan imunitas mengurangi berat badan dan berolahraga
secara teratur. Anjurkan diet sehat seimbang
dengan daging, banyak buah, sayuran. Bila
mengalami kekurangan zat besi, anjurkan
untuk mengkonsumsi tablet zat besi agar
membantu peningkatan imunitas
Cuci seluruh tubuh sekali sehari dengan
sabun antiseptik. Cuci tangan beberapa kali
sehari sebelum dan sesudah melakukan
kegiatan. Hindari berbagi handuk dengan
anggota keluarga lainnya. Ganti pakaian dan
pakaian dalam secara teratur
Kecemasan berhubungan dengan prognosis penyakit, kondisi sakit, dan
perubahan kesehatan.
Tujuan : Dalam waktu 1x24 jam kecemasan pasien berkuran
Kriteria Evaluasi :
a. Pasien menyatakan kecemasan berkurang
b. Mengenal perasaannya, dapat mengidentifikasi penyebab atau faktor yang
mempengaruhinya, kooperatif terhadap tindakan, wajah rileks
Intervensi Rasional
Kaji tanda verbal dan non verbal Reaksi verbal/nonverbal dapat menunjukkan
kecemasan, damping pasien dan rasa agitasi, marah dan gelisah
lakukan tindakan bila menujukkan
perilaku merusak
Hindari konfrontasi Konfrontasi dapat meningkatkan rasa marah,
menurunkan kerja sama, dan mungkin
memperlambat penyembuhan
Mulai melakukan tindakan untuk Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak
mengurangi kecemasan. Beri perlu
lingkungan yang tenang dan suasana
penuh istirahat
Tingkatkan control sensasi pasien Control sensasi pasien (dan dalam
menurunkan ketakutan) dengan cara
memberikan informasi tentang keadaan
pasien, menekankan pada penghargaan
terhadap sumber-sumber koping (pertahanan
diri) yang psitif, membantu latihan relaksasi
dan teknik-teknik pengalihan, serta
memberikan respons balik yang positif
Orientasikan pasien terhadap prosedur Orientasi dapat menurunkan kecemasan
rutin dan aktifitas yang diharapkan
Beri kesempatan kepada pasien untuk Dapat menghilangkan ketegangan
mengungkapkan ansietasnya kekhawatiran yang tidak diekspresikan
Berikan privasi untuk pasien dan orang Member waktu untuk mengekspresikan
terdekat perasaan, menghilangkan cemas, dan perilaku
adaptasi. Adanya keluarga dan teman yang
dipilih pasien melayani aktivitas dan
pengalihan (misalnya: mambaca) akan
menurunkan perasaan terisolasi
Kolaborasi : Meningkatkan relaksasi dan menurunkan
Berikan anticemas sesuai indikasi, kecemasan
contohnya diazepam
Tingkatkan pengetahuan tentang : Pengetahuan yang akan dirasakan membantu
sebab-sebab nyeri dan menghubungkan mengurangi nyerinya dan dapat membantu
berapa lama nyeri akan berlangsung mengembangkan kepatuhan pasien terhadap
rencana terapeutik
Kolaborasi pemberian analgesic Analgesic memblok lintasan nyeri sehingga
nyeri akan berkurang
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Infeksi merupakan proses invasif oleh organisme dan berproliferasi di dalam tubuh
sehingga menimbulkan penyakit (Potter & Perry, 2005). Sedangkan infeksi kulit merupakan
suatu penyakit yang ditimbulkan karena suatu bakteri/kuman, virus, dan jamur. Penularannya
dapat disebabkan dengan kontak langsung yaitu dengan menyentuh kulit yang terinfeksi
maupun tidak langsung melalui perantara benda-benda yang terkontak dengan organisme
pembawa infeksi.
Secara alamiah, kulit dan permukaan epitel memiliki sistem innate protective yang akan
menahan organisme patogen masuk. Substrat asam lemak bersifat toksik pada
mikroorganisme sehingga bisa menghancurkan mikroorganisme patogen yang masuk.
Sayangnya ada mikroorganisme yang dapat menghasilkan exfoliative toxin yang
menyebabkan nekrolisis epidermis dan esotoksin yang menyebabkan toxic shock syndrome.
Jenis jenis mikroorganisme penyebab toksin seperti ini antara lain : Staphylococcus aureus, S.
epidermis.
Infeksi Jamur yaitu peradangan kulit disertai eritema dan gatal, dapat ditemukan sisik
pada tepi kulit, nyeri, terjadi penebalan (pembengkakan),dll. Infeksi Bakteri yaitu perasaan
tidak nyaman dan gatal – gatal, demam, apnea, sianosis, takikardia, penurunan berat badan,
muntah, letargi, ruam, petekie, kemerahan, nyeri tekan, kulit terasa panas, bengkak,dll.
Infeksi Virus yaitu demam, malaise, nyeri terutama pada persendian, gatal, kemerahan pada
kulit, kerusakan integritas jaringan, sesak nafas., dll.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk pengkajian sistem integumen adalah dengan
inspeksi dan palpasi. Sehingga masalah keperawatan yang sering muncul pada penyakit ini
adalah Nyeri, Kerusakan integitas jaringan kulit, Hipertermi, Gangguan gambaran citra diri ,
Risiko terhadap penularan infeksi, Kebutuhan pemenuhan informasi, Kecemasan.
4.2 Saran
Infeksi kulit khususnya jamur, virus, dan bakteri tidak dapat dianggap remeh. Efek yang
muncul dapat mengganggu keberlangsungan hidup individu baik itu fisik maupun psikologis
individu. Kompetensi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang tepat
diharapkan dapat mengatasi masalah di bidang integumen khususnya mengenai infeksi jamur,
virus, dan bakteri.
PATHWAY
Bakteri menginvasi
kulit (100.000/mm2)
Hilangnya resistensi pejamu:
Infeksi bakteri
Baik Buruk
Terbentuk Infeksi
MK: Gg Citra diri
jaringan parut kronis
Virus kontak dg
Infeksi virus Respon inflamasi MK: hipertermi
sel rentan
Gatal
Replikasi virus di Erupsi kulit
epidermis
DAFTAR PUSTAKA
Brown, Graham. Robin. 2005. Dermatologi : Catatan Kuliah Robin Graham-Brown. Jakarta:
Erlangga
Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8. Jakarta : EGC
Capernito,J,L. 1999. Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan Edisi 2 (terjemahan).
Jakarta : EGC
Corwin, elizabeth J., 2008. Buku saku Patpfisiologi, Ed.3. Jakarta : EGC
Corwin.J. 2009. Buku Saku Patofisiologi, Ed 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Departemen farmakologi FK UNSRI. 2004. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Jakarta : EGC
Djuanda, Adhi. 1993. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi 3. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Djohansjah, M. 1991. Pengelolaan Luka Bakar. Surabaya : Airlangga University Press
Harahap, Marwali.2001.Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Hipokrates
http://www.anneahira.com/patofisiologi-kulit.htm diakses pada tgl 13 maret 2014
Long, Barbara, C. 1996. Perawatan medikal Bedah, Volume 1 (terjemahan). Bandung :
Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3, Jilid 3. Jakarta : Media
Aesculapius
Muttaqin Arif & Kumala Sari. 2012. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen.
Jakarta : Salemba Medika
Sidharta , Priguna. 1994. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta : Dian Rakyat
Siregar, Sp.KK (K). 2002. Penyakit Jamur Kulit, E/2. Jakarta: EGC