Anda di halaman 1dari 24

HIPERKALEMIA

Nama Dosen Pembimbing :


Ira Rahmawati, S.Kep,Ns,MNSC (EM)

Nama kelompok :
1. Iga Arif Fathurini (P17221173046)
2. Nury Wahyu Madany (P17221174050)
3. Diofani Kurnia H.P (P17221174053)
4. Zulfi Ihza Firdausia (P17221174059)
5. David Nur Cahya (P17221174066)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN LAWANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam kami limpahkan kepada junjungan
kita nabi besar nabi Muhammad SAW beserta pengikutnya serta sahabatnya, atas jasa beliau kita
sebagai umat islam bisa melihat dunia di sekitarnya yang memenuhi akhlak mulia, rahmat, dan
kasih sayang yang selalu tumbuh diantara umatnya.
Ucapan terimakasih kami berikan kepada Ibu Ira Rahmawati, S.Kep,Ns,MNSC (EM)
selaku dosen pembimbing kami, serta teman–teman yang ikut memberikan motivasi kepada
kami.
Kami menyusun makalah ini tentang Hiperkalemia. Oleh karena itu kami meminta maaf
apabila didalam penulisan makalah ini ada kesalahan yang kami sengaja maupun tidak kami
sengaja. Dan kami mengharap kritikan serta saran dari pembaca, agar kami dapat menerima
kritik dan saran tersebut sebagai bahan untuk menjadikan makalah kami lebih baik dan lebih
sempurna serta bermanfaat di lingkungan masyarakat.

Malang, 16 September 2020

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang ...................................................................................
1.2Rumusan Masalah...............................................................................
1.3Tujuan Penelitian.................................................................................
1.4Manfaat Penelitian...............................................................................
1.4.1 Bagi Penuslis….....................................................................
1.4.2 Bagi Pembaca…...................................................................

BAB II ISI
2.1 Landasan Teori.................................................................................
2.1.1 Definisi.............................................................................
2.1.2 Etiologi.............................................................................
2.1.3 Manifestasi Klinis............................................................
2.1.4 Patofisiologis...................................................................
2.1.5 Penatalaksanaan Medis....................................................
2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik..................................................
2.1.7 Komplikasi.......................................................................
2.2 Konsep Askep................................................................................
2.3 Tinjauan Kasus...............................................................................

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan.....................................................................................
3.2 Saran...............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 latar Belakang


Kalium adalah penting untuk fungsi normal dari otot, jantung, dan saraf. Hal ini
memainkan peran penting dalam mengontrol aktivitas otot polos (seperti otot yang ditemukan
disaluran pencernaan) dan otot rangka (otot- otot ekstremitas dan dada), serta otot-otot jantung.
Hal ini juga penting untuk trasmisi normal sinyal listrik seluruh system saraf dalam tubuh. Kadar
normal kalium sangat penting untuk menjaga irama jantung normal listrik. Kedua kadar kalium
darah rendah (hipokalemia) dan kadar kalium darah tinggi (hiperkalemia) dapat menyebabkan
ritme jantung abnormal.
Hiperkalemia adalah kondisi dimana kadar kalium pada darah lebih tinggi dari kadar
normal. Kadar kalium pada darah normalnya 3.0 hingga 5.5 milimol per liter (mmol/L). apabila
kadar kalium pada darah diatas 5.5 mmol/L, kondisi ini disebut sebagai hiperkalemia dan
memerlukan perawatan segera. Kalium penting unntuk fungsi jantung dan memiliki peran
penting dalam tulang, kontraksi otot, pencernaan dan fungsi otot. Kalium memiliki peran yang
sangat penting bagi tubuh, terutama dalam mempelancar fungsi otot, saraf, dan jantung. Namun,
terlalu banyak kalium dalam tubuh dapat menyebabkan terganggunya aktivitas listrik dalam
jantung yang ditandai dengan melambatnya detak jantung. Bahkan pada kasus hiperkalemia
berat, jantung dapat berhenti berdetak dan menyebabkan kematian.
Hyperkalemia adalah umum, hal itu didiagnosa pada sapai dengan 8% dari pasie rawat
ianp si AS untungnya kebanyakan pasien memiliki hipekalemia ringan ( yang biasanya
ditoleransi dengan baik). Namun, kondisi yang menyebabkan hiperkalemia ringan bahkan harus
diobati untuk mencegah perkembangan ke hiperkalemia yang lebih parah. Tingkat yan sangat
tinggi kalium dalam darah (hiperkalemia berat) dapta menyebabkan serangan jantung dan
kematian. Bila tidak dikenali dan diobati dengan benar, hasil hiperkalemia berat dalam tingkat
kematian sekitar 67%.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Hiperkalemia?
2. Bagaimana etiologic dari Hiperkalemia?
3. Bagaimana manifestasi dari Hiperkalemia?
4. Bagaimana patofisiologi dari Hiperkalemia?
5. Bagaimana penatalaksanaan dari Hiperkalemia?
6. Apa pemeriksaan diagnostic dari Hiperkalemia?
7. Apa komplikasi dari Hiperkalemia?
8. Bagaimana konsep askep dari Hiperkalemia?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui definisi hiperkalemia
2. Untuk mengetahui etiologic dari Hiperkalemia?
3. Untuk mengetahui manifestasi dari Hiperkalemia?
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari Hiperkalemia?
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Hiperkalemia?
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic dari Hiperkalemia?
7. Untuk mengetahui komplikasi dari Hiperkalemia?
8. Untuk menegtahui konsep askep dari Hiperkalemia?

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Bagi Penulis
Penulis mampu memahami tentang Hiperkalemia serta penatalaksanaannya sehingga dapat
menambah wawasan yang dapat bermanfaat dalam melaksanakan pelayanan keperawatan
kelak.
1.4.2 Bagi Pembaca
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat menjadi sumber referensi yang dapat
digunakan sebagai penunjang kegiatan perkuliahan serta sebagia bekal pengetahuan yang
bermanfaat dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dikemudian hari.

BAB 2
ISI
2.1 LANDASAN TEORI
2.1.1 Definisi
Hiperkalemia (kadar kalium serum > 5,0 mEq/L) terjadi karena peningkatan
masukan kalium, penurunan ekskresi urine terhadap kalium, atau gerakan kalium keluar
dari sel sel. Perubahan pada kadar kalium serum menunjukkan perubahan pada kalium
CES, tidak selalu perubahan pada kadar tubuh total. Pada ketoasidosis diabetik, sebagai
contoh, kalium dalam jumlah besar dapat hilang pada urine karena diuresis osmotic
akibat glukosa. Meskipun terdapat penurunan bermakna pada kadar kalium total tubuh,
pasien pada awalnya tampak normal atau kalium meningkat (Horne, Mirna M, 2000).
Bila konsentrasi kalium plasma lebih dari 5,0 mEq/L maka muncul hiperkalemia.
Biasanya disertai dengan gagal ginjal bila ginjal tidak mampu mensekresi kalium. Selain
itu, hiperkalemia dapat terjadi pada trauma atau luka bakar luas, pada kondisi ini sel-sel
yang rusak mengeluarkan simpanan kalium intraselnya. Kasus hiperkalemia telah
dilaporkan pada pemberian intravena larutan kalium yang sangat pekat yang tidak
disengaja atau pemberian intravena kalium pada pasien yang pengeluaran urinenya
rendah (corwin, elizabeth J, 2009).
Hiperkalemia mengacu pada konsentrasi kalium serum yang lebih tinggi dari
normal. Hal ini jarang terjadi pada pasien dengan fungsi ginjal normal. Seperti
hipokalemia, hal ini sering terjadi karena penyebab iatrogenik (dirangsang oleh
pengobatan). Meskipun lebih jarang terjadi dibandingkan hipokalemia, hiperkalemia
lebih berbahaya karena henti jantung lebih sering dihubungkan dengan kadar kalium
serum yang tinggi (smeltzer, suzanne C, 2001).
Secara teknis, hiperkalemia berarti tingkat potassium dalam darah yang naiknya
secara abnormal. Tingkat potassium dalam darah yang normal adalah 3.5- 5.0
milliequivalents per liter (mEq/L). Tingkat-tingkat potassium antara 5.1 mEq/L sampai
6.0 mEq/L mencerminkan hiperkalemia yang ringan. Tingkat potassium dari 6.1 mEq/L
sampai 7.0 mEq/L adalah hiperkalemia yang sedang, dan tingkat-tingkat potassium diatas
7 mEq/L adalah hiperkalemia yang berat/parah. (Dawodu, S 2004)

2.1.2 Etiologi
a. Pengambilan darah vena yang buruk→lisis sel darah →ion K keluar sel
b. Ekskresi tidak memadai
1. :GGA dan GGK
Gagal ginjal komplit maupun sebagian, bisa menyebabkan hiperkalemia berat.
Karena itu orang-orang dengan fungsi ginjal yang buruk biasanya harus
menghindari makanan yang kaya akan kalium.
2. Insufisiensi adrenal
3. Hipoaldosteronisme
4. Penyakit Addison
Dimana kelenjar adrenal tidak dapat menghasilkan hormon yang merangsang
pembuangan kalium oleh ginjal dalam jumlah cukup. Penyakit Addison dan
penderita AIDS yang mengalami kelainan kelenjar adrenal semakin sering
menyebabkan hiperkalemia.
5. Hiperkalemia biasanya terjadi jika ginjal tidak mengeluarkan kalium dengan baik.
Penyebab paling sering dari hiperkalemia adalah penggunaan obat yang
menghalangi pembuangan kalium oleh ginjal, seperti triamterene, Diuretik hemat
kalium (spironolactone) dan ACE inhibitor.
c. Berpindahnya ion K dari ICF ke ECF
1. Asidosis metabolik (pada gagal ginjal)
2. Kerusakan jaringan (luka bakar luas, cedera remuk berat, perdarahan internal)
3. Asupan yang berlebihan:
a) Pemberian cepat larutan infus IV yang mengandung ion K
b) Pemberian cepat transfusi darah yang disimpan
c) Makan pengganti garam pada pasien gagal ginjal
4. Terlalu banyak asam dalam darah, seperti yang kadang-kadang terlihat pada
diabetes
5. Diet tinggi kalium (pisang, jeruk, tomat, diet tinggi protein, pengganti garam,
suplemen kalium)
d. Hiperkalemia dapat juga dapat terjadi akibat sejumlah besar kalium secara tiba-tiba
dilepaskan dari cadangannnya di dalam sel. Hal ini bisa terjadi bila:
1. Sejumlah besar jaringan otot hancur (seperti yang terjadi pada cedera tergilas
2. Terjadi luka bakar hebat
3. Overdosis kokain.
Banyaknya kalium yang masuk ke dalam aliran darah bisa melampaui kemampuan ginjal
untuk membuang kalium dan menyebabkan hiperkalemia yang bisa berakibat fatal.

2.1.3 ManifestasiKlinis
1. Neuromuskular
a. Kelemahan otot yang tidak begitu terlihat biasanya merupakan tanda awal
b. kelemahan otot yang berjalan naik dan berkembang kearah paralisis flaksid
padatungkai bawah, dan akhirnya pada badan dan lengan (berat)
c. Parestesia pada wajah, lidah, kaki, dan tangan
2. Saluran cerna
a. Mual
b. Kolik usus
c. Diare
3. Ginjal
Oliguria yang berlanjutmenjadi anuria
4. Kardiovaskular
a. Disritmia jantung, bradikardia, blok jantung komplit, fibrilasi ventrikel atau henti
jantung.
b. Perubahan EKG (selalu terjadi jika kt serum= 7-8 mEq/L)
2.1.4 Patofisiologi
Hiperkalemia biasanya terjadi jika ginjal tidak mengeluarkan kalium dengan
baik. Mungkin penyebab paling sering dari hiperkalemia adalah penggunaan obat yang
menghalangi pembuangan kalium oleh ginjal, seperti triamterene, spironolactone dan
ACE inhibitor. Hiperkalemia juga dapat disebabkan oleh penyakit Addison,
dimanakelenjar adrenal tidak dapat menghasilkan hormon yang merangsang pembuangan
kalium oleh ginjal dalam jumlah cukup.
Penyakit Addison dan penderita AIDS yang mengalami kelainan kelenjar adrenal
semakin sering menyebabkan hiperkalemia.Gagal ginjal komplit maupun sebagian, bisa
menyebabkan hiperkalemia berat. Karena itu orang-orang dengan fungsi ginjal yang
buruk biasanya harus menghindari makanan yang kaya akan kalium. Hiperkalemia dapat
juga dapat terjadi akibat sejumlah besar kalium secara tiba-tiba dilepaskan dari
cadangannnya di dalam sel.
Hal ini bisa terjadi bila Sejumlah besar jaringan otot hancur (seperti yang terjadi
pada cedera tergilas) terjadi luka bakar hebat dan Overdosis kokain.Banyaknya kalium
yang masuk ke dalam aliran darah bisa melampaui kemampuan ginjal untuk membuang
kalium dan menyebabkan hiperkalemia yang bisa berakibat fatal.

2.1.5 PenatalaksanaanMedis
Tujuan penatalaksanaan adalah mengatasi penyebab dasar dan mengembalikan
kadar kalium serum ke normal.Penatalaksanaan ini berbeda-beda tergantung dari
beratnya ketidakseimbangan.
1. Subakut
a. Kation yang mengubah resin(mis, Kayexalate): diberikan baik secara oral,
nasogastric, atau melalui retensi enema untuk menukar natrium dengan kalium di
usus. Larutan biasanya dikombinasi dengan sorbitol untuk mencegah konstipasi dari
Kayexalatedan karena diare, sehingga meningkatkan kehilangan kalium di usus..
b. Penurunan masukan kalium : Diet menghindari makanan yang mengandung kalium
tinggi.
2. Akut
a. IV kalsium glukonat : Untuk meniadakan efek neuromuskular dan jantung terhadap
hiperkalemia. Kadar kalsium serum akan tetap tinggi. Kalsium klorida juga dapat
digunakan.
b. IV glukosa dan insulin : untuk memindhkan kalium ke dalam sel-sel. Penurunan
kalium serum ini sementara (kira-kira 6 jam). Biasanya glukosa hipertonik (ampul
D50 W atau 250-500ml D10W) diberikan dengan insulin reguler.
c. Bikarbonat natrium : untuk memindahkan kalium kedalam sel-sel. Penurunan kalium
serum sementara (selama kira-kira 1-2 jam).
d. Dialisis :Untuk membuang kalium dari tubuh. Dialisis paling efektif untuk
membuang kelebihan kalium.
e. Obat-obatan yang mengobati hiperkalemia dimaksudkan untuk menstabilkan fungsi
jantung, meningkatkan pergerakan kalium dari aliran darah kembali ke dalam sel, dan
mendorong ekskresi kalium yang berlebih. Hemodialisis adalah alat yang paling
dapat diandalkan untuk menghilangkan kalium dari tubuh pada pasien dengan gagal
ginjal. Obatberkaitan Hiperkalemia adalah sebagai berikut.
a) Kalsium Klorida atau glukonat : meminimalkan efek dari hiperkalemia pada
jantung
b) Natrium bikarbonat : mempromosikan pergeseran kalium dari darah ke sel-sel
c) Agonis beta : mempromosikan pergeseran kalium dari darah ke sel-sel
d) Diuretik : menyebabkan ekskresi kalium dari ginjal
e) Resin Binding : mempromosikan dan pertukaran kalium natrium dalam sistem
pencernaan
f) Insulin - mempromosikan pergeseran kalium dari darah ke sel-sel

2.1.6 PemeriksaanDiagnostik
a. EKG
Menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan tipe/sumber
disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.
b. Foto dada
c. Dapat menunjukkan pembesaran bayangan jantung sehubungan dengan disfungsi
ventrikel atau katup
d. Skan pencitraan miokardia
Menunjukkan area iskemik/kerusakan miokard yang dapat mempengaruhi konduksi
normal atau mengganggu gerakan dinding dan kemampuan pompa.
e. Tes stres latihan
Dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang menyebabkan disritmia.
f. Elektrolit
Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat menyebabkan
disritmia.
g. Pemeriksaan obat
Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan atau dugaan interaksi
obat contoh digitalis, quinidin.
h. GDA/nadi oksimetri
Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksas erbasi disritmia.

2.1.7 Komplikasi
Sejauh ini efek hiperkalemia yang paling penting secara klinis adalah efeknya
pada miokardium. Efek pada jantung akibat peningkatan kadar kalium serum biasanya
tidak bermakna dibawah konsentrasi 7mEq/L (SI: 7mmol/L), tetapi efek ini selalu timbul
jika kadarnya adalah 8mEq/L (Sl: 8mmoVL) atau lebih tinggi. Jika konsentrasi kalium
plasma meningkat, timbul gangguan pada konduksi jantung. Perubahan paling dini,
sering terjadi pada kadar kalium serum lebih tinggin dari 6 mEq/L (SI: 6mmol/L), adalah
gelombang T yang tinggi, sempit, depresi ST, dan pemendekan interval QT besar. Jika
kadar kalium serum terus meningkat, interval PR menjadi memanjang dan diikuti dengan
menghilangnya gelombang P. Akhirnya terdapat dekomposisi dan pemanjangan
kompleks QRS. Disritmia ventrikuler dan henti jantung mungkin terjadi kapan saja dalam
keadaan ini.
Hiperkalemia berat menyebabkan kelemahan otot skeletal dan bahkan paralisis,
yang berhubungan dengan blok depolarisasi pada otot. Sama halnya, konduksi ventrikuler
melambat. Meskipun hiperkalemia memiliki efek yang nyata pada sistem neuromuskuler
perifer, hiperkalemia mempunyai efek kecil pada sistem saraf pusat. Kelemahan yang
cepat pada muskular asenden mengakibatkan flasid kuadriplegia telah dilaporkan terjadi
pada pasien-pasien dengan kadar kalium serum yang sangat tinggi. Paralisis otot pernapas
an dan otot yang dibutuhkan untuk berbicara juga dapat terjadi.
2.2 KONSEP ASKEP
1. Pengkajian
a. Riwayat penyakit
 Faktor resiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke, hipertensi
 Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK, penyakit katup jantung,
hipertensi
 Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia lainnya kemungkinan untuk
terjadinya intoksikasi
 Kondisi psikososial
b. Pengkajian fisik
1. Aktivitas : kelelahan umum
2. Sirkulasi : perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur;
defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit warna
dan kelembaban berubah misal pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin
menruun bila curah jantung menurun berat.
3. Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut, menolak,marah,
gelisah, menangis.
4. Makanan/cairan : hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran terhadap makanan,
mual muntah, peryubahan berat badan, perubahan kelembaban kulit
5. Neurosensori : pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi,
perubahan pupil.
6. Nyeri/ketidaknyamanan : nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak
dengan obat antiangina, gelisah
7. Pernafasan : penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk, perubahan
kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin
ada menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru)
atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
8. Keamanan : demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema
(trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan
2. DiagnosaKeperawatan
1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan konduksi
elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia.
2. Kurang pengetahuan tentang penyebab atau kondisi pengobatan berhubungan
dengan kurang informasi/salah pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi.
3. IntervensiKeperawatan
1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan konduksi
elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia.
Intervensi :
1. Raba nadi (radial, femoral, dorsalis pedis) catat frekuensi, keteraturan, amplitudo
dan simetris.
2. Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, irama. Catat adanya denyut jantung
ekstra, penurunan nadi.
3. Pantau tanda vital dan kaji keadekuatan curah jantung/perfusi jaringan.
4. Tentukan tipe disritmia dan catat irama : takikardi; bradikardi; disritmia atrial;
disritmia ventrikel; blok jantung
5. Berikan lingkungan tenang. Kaji alasan untuk membatasi aktivitas selama fase
akut.
6. Demonstrasikan/dorong penggunaan perilaku pengaturan stres misal relaksasi
nafas dalam, bimbingan imajinasi
7. Selidiki laporan nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas dan faktor
penghilang/pemberat. Catat petunjuk nyeri non-verbal contoh wajah mengkerut,
menangis, perubahan TD
8. Siapkan/lakukan resusitasi jantung paru sesuai indikasi
 Kolaborasi :
1. Pantau pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit
2. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi
3. Berikan obat sesuai indikasi : kalium, antidisritmi
4. Siapkan untuk bantu kardioversi elektif
5. Bantu pemasangan/mempertahankan fungsi pacu jantung
6. Masukkan/pertahankan masukan IV
7. Siapkan untuk prosedur diagnostik invasif
8. Siapkan untuk pemasangan otomatik kardioverter atau defibrilator

2. Kurang pengetahuan tentang penyebab atau kondisi pengobatan berhubungan dengan


kurang informasi/salah pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi.
Intervensi :
1. Kaji ulang fungsi jantung normal/konduksi elektrikal
2. Jelakan/tekankan masalah aritmia khusus dan tindakan terapeutik pada
pasien/keluarga
3. Identifikasi efek merugikan/komplikasiaritmia khusus contoh kelemahan,
perubahan mental, vertigo.
4. Anjurkan/catat pendidikan tentang obat. Termasuk mengapa obat diperlukan;
bagaimana dan kapan minum obat; apa yang dilakukan bila dosis terlupakan
5. Dorong pengembangan latihan rutin, menghindari latihan berlebihan
6. Kaji ulang kebutuhan diet contoh kalium dan kafein
7. Memberikan informasi dalam bentuk tulisan bagi pasien untuk dibawa pulang
8. Anjurkan psien melakukan pengukuran nadi dengan tepat
9. Kaji ulang kewaspadaan keamanan, teknik mengevaluasi pacu jantung dan gejala
yang memerlukan intervensi medis
10. Kaji ulang prosedur untuk menghilangkan PAT contoh pijatan karotis/sinus,
manuver Valsava bila perlu
2.3 TINJAUAN KASUS
Seorang laki – laki berusia 55 tahun masuk ke IGD salah satu rumah sakit dengankeram
perut yang disertai mual dan muntah, sakit kepala, serta tangan dan kaki kebas, pasien
dengan riwayat gagal ginjal. TTV: TD : 130/ 80 mmHg, RR 22 x/ menit, nadi 118 x/
menit, suhu 36°c. Hasil pemeriksaan elektrolit serum : k+ = 6,0 mEq / L produksi urine
menurun 20cc / jam hasil elektrocardiograf ( EKG ) diperoleh adanya gangguan irama
jantung.
1. Pengkajian
a. Identitas diri
Nama : Tuan X
Usia : 55 tahun
b. Keluhan utama
Keram perut.
c. Pemeriksaan fisik
Neurosensori : sakit kepala
Musculloskeletal : tangan dan kaki kebas.
Gastrointestinal : mual dan muntah
Abdomen : kram perut
TTV : TD : 130 / 80mmHG, RR : 22 x / menit, Nadi 118 x /
menit, Suhu 36°c
d. Pemeriksaan penunjang
Electrolitserum : K+ mEq / l
Produksi urin menurun 20 cc/jam
EKG diperoleh adanya gangguan irama jantung
2. Analisa Data
Data pasien Masalah Keperawatan
DO : Penurunan produksi urine
- TD : 130 / 80 mmHg
-RR : 22 x / menit Retensi cairan
- Nadi : 118 x / menit
- pemeriksaan elektolit Kelebihan volume cairan
serum : k+ : 6,0 mEq / L
- produksi urine menurun : 20
cc / jam

DS :
keram perut disertai mual dan
muntah, tangan dan kaki
kebas
DO : GGK
- TD : 130 / 80 mmHg
-RR : 22 x / menit Kardiovaskuler
- Nadi : 118 x / menit
EKG : adanya gangguan Hipertensi, oedema
irama jantung
>renin angiotensi-aldosteron
DS : Arterisklerosis dini
Sakit kepala, keram perut Gangguan elektrolit dan
disertai mual dan muntah, kohesifikasi metastatik
tangan dan kaki kebas
Penurunan curah jantung

3. DiagnosaKeperawatan
1) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan hiperkalemia
2) Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan irama jantung
4. IntervensiKeperawatan

Diagnosa Tujuan NOC Interverensi NIC


Keperawatan
kelebihan Tujuan : Setelah Electrolyte
volume cairan melakukan tindakan Management
b.d hiperkalemia keperawatan 4 x 24 Hypercalemia
jam volume ciaran 1.Monitor tanda dan
kembali normal gejala dari hiperkalemia
NOC : perubahan ekg 2.Mengelola eletrolit
3 menjadi 5 mengikat dan buang air
jika diperlukan
3.Mengelola ketentuan
dioretik
4.Menginstruksikan
pasien tentang
penggunan terapi
dieuretik
5.Mengintruksikan
pasien atau keluarga
untuk mengobati
hipperkalemia pada
institusi
Penurunan curah Tujuan : Dalam 3x4 1.Pantau masukan dan
jantung b.d jam irama jantung haluaran urin
perubahan irama kembali normal 2.Pantau terhadap
jantung NOC : irama respirasi indikator hiperkalemia
menjadi 5 3.Pantau kadar kalium
serum
4.Indikator fisik kadar
kalium abnormal
5.Berikan kalsium
glukosa sesuai program
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hiperkalemia (kadar kalium serum > 5,0 mEq/L) terjadi karena peningkatan
masukan kalium, penurunan ekskresi urine terhadap kalium, atau gerakan kalium keluar
dari sel sel. Perubahan pada kadar kalium serum menunjukkan perubahan pada kalium
CES, tidak selalu perubahan pada kadar tubuh total. Pada ketoasidosis diabetik, sebagai
contoh, kalium dalam jumlah besar dapat hilang pada urine karena diuresis osmotic
akibat glukosa. Meskipun terdapat penurunan bermakna pada kadar kalium total tubuh,
pasien pada awalnya tampak normal atau kalium meningkat (Horne, Mirna M,
2000).Penyebab hiperkalemia adalah penggunaan turniket yang terlalu kencang di sekitar
ekstremitas ketika mengambil sampel darah dan hemolisis sampel sebelum analisis.
Penyebab lain termasuk leukositosis atau trombositosis dan pengambilan darah tepat di
atas tempat infus kalium.
Hiperkalemia menyebabkan kelemahan otot skeletal dan bahkan paralisis, yang
berhubungan dengan blok depolarisasi pada otot. Sama halnya, konduksi ventrikuler
melambat. Mual, kolik intestinal intermiten, dan diare juga terjadi pada pasien
hiperkalemia(smeltzer, suzanne C, 2001).

3.2 Saran
Dengan adanya penulisan makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami dan
mendapat manfaat dari apa yang dijelaskan dalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Horne, M.M., & swearingen, P. L. (2001). Keseimbangan cairan, electrolit & asam basa (ed.
2). Jakarta : EGC.
Smeltzer, suzanne C. (2001). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta : EGC.
NANDA Internation, inc. (2014). Nursing diagnosa definision and clasification 2015-2017. UK :
wiley Blacckwell.
Nursing intervention calssification (NIC). (2013). Nursing outcome classification (NOC) . St.
Louis Missouri : Elsavier Mosby
Nursing outcome classification (NOC). (2013). Nursing outcome classification (NOC) . St. Louis
Missouri : Elsavier Mosby
Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. 2000. Nursing Care Plans : Guidelines For
Planning And Documenting Patients Care. Alih bahasa:Kariasa, I.M. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth
volume 2. Jakarta: EGC.
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.
Smeltzer,S.C, Bare,B.G., Hinkle,J.L & Cheever,K.H. (2008). Textbook Of Medical – Surgical
Nursing. Ed 12. Philadelpia: Lippincott William & Wilkins.
Zhou, Y.L., Liu, H.L., Duan, X.F., Yao, Y., Sun, Y., & Liu, Q. (2006). Impact Of Sodium And
Ultrafiltration Profiling On Haemodialysis Related Hypotension. Nephrol Dial
Transplant.21(11).3231-7.

Anda mungkin juga menyukai