DAFTAR ISI...........................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................3
2.3 Epidemiologi.............................................................................................8
2.4 Klasifikasi..................................................................................................9
2.5 Patofisiologi.............................................................................................10
2.7 Diagnostik...............................................................................................36
2.8 Tatalaksana..............................................................................................37
2.9 Komplikasi..............................................................................................41
2.10 Prognosis.................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................45
1
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.7 Kuisioner pGALS yang dapat untuk skrining sistem muskuloskeletal
Gambar 2.8 Pembengkakan dan kontraktur fleksi lutut kanan pasien yang
tangan.....................................................................................................................31
2
BAB I
PENDAHULUAN
sangatlah luas dan mencakup kondisi jinak maupun serius. Penilaian anak
kanak sangat luas, mulai dari kondisi jinak hingga serius, beberapa di
Selain diagnosis banding diatas, ada penyakit lain yang juga menjadi
diagnosis banding pasien anak dengan keluhan nyeri dan atau pembengkakan
reumatik yang paling sering ditemukan pada anak. JIA didefinisikan sebagai
adanya tanda objektif artritis pada sedikitnya satu sendi yang berlangsung
3
lebih dari 6 minggu pada anak usia kurang dari 16 tahun dan jenis artritis lain
seseorang. Sampai saat ini penyebab JIA belum diketahui, namun bukti-bukti
2 hingga 20 dan Amerika Utara berkisar 16 hingga 150 per 100.000. JIA
adalah penyakit reumatologis kronis yang paling umum pada masa kanak-
puncak, satu pada 1 hingga 3 tahun dan satu pada 8 hingga 12 tahun, tetapi
dapat terjadi pada segala usia. Anak perempuan lebih sering terkena daripada
ras, kerentanan imunogenetik, dan lingkungan. Data dari dua Rumah Sakit
tahun dan diperkirakan 1.000 kasus baru setiap tahunnya. Distribusi subtipe
kasus tersebut tidak diketahui. Data lain menyatakan insidensi artritis kronik
4
1970 mencatat minimal insidensi 9,2/100.000 anak per tahun. Estimasi di
dilakukan oleh ahli reumatologi pada anak usia sekolah sebanyak 400
/100.000 populasi.4
sendi yang terlibat sekunder akibat kontraktur, fusi tulang, atau hilangnya
ruang sendi. Terapi fisik dan pekerjaan, secara profesional dan melalui
Komplikasi yang lebih serius berasal dari uveitis terkait; jika tidak diobati,
gambaran diagnosis banding dari keluhan nyeri dan atau pembengkakan sendi
5
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
paling sering ditemukan pada anak. JIA didefinisikan sebagai adanya tanda
objektif artritis pada sedikitnya satu sendi yang berlangsung lebih dari 6
minggu pada anak usia kurang dari 16 tahun dan jenis artritis lain pada anak
telah disingkirkan.5
Penyakit ini merupakan penyakit aktif yang dapat terus berlangsung sampai usia
menurunkan kualitas hidup seseorang. Sampai saat ini penyebab JIA belum
diketahui, namun bukti-bukti yang ada menunjukkan pengaruh faktor genetik dan
respons autoimun abnormal sehingga terjadi inflamasi dan destruksi sendi yang
progresif.4
2.2 Etiologi
sekali faktor etiologi yang dapat menyebabkan gejala klinis JIA seperti
7
perkembangan sistim limfoid sampai masa remaja yang akan diikuti
kemudian oleh involusi bertahap. Selain itu terdapat pula perbedaan derajat
maturitas tulang pada setiap tahap perkembangan anak. Perbedaan fisis dan
biokimiawi tulang rawan dan tulang, anatomi serta peran suplai darah untuk
2) artritis infeksi,
Penyakit reumatik anak sendiri terdiri lagi dari JRA/JKA atau JIA,
dengan penyakit defisiensi imun, dan artritis reaktif (demam reumatik dan
8
2.3 Epidemiologi
2 hingga 20 dan Amerika Utara berkisar 16 hingga 150 per 100.000. JIA
adalah penyakit reumatologis kronis yang paling umum pada masa kanak-
puncak, satu pada 1 hingga 3 tahun dan satu pada 8 hingga 12 tahun, tetapi
dapat terjadi pada segala usia. Anak perempuan lebih sering terkena daripada
ras, kerentanan imunogenetik, dan lingkungan. Data dari dua Rumah Sakit
tahun dan diperkirakan 1.000 kasus baru setiap tahunnya. Distribusi subtipe
kasus tersebut tidak diketahui. Data lain menyatakan insidensi artritis kronik
dilakukan oleh ahli reumatologi pada anak usia sekolah sebanyak 400
/100.000 populasi.4
9
2.4 Klasifikasi
Menurut Edmonton pada tahun 2001, klasifikasi JIA direvisi kedua kalinya
menjadi3:
Gambar 2.1 Klasifikasi JIA Menurut Edmonton Tahun 2001 dibagi menjadi sistemik, oligoartritis,
poliartritis, artritis yang berkaitan dengan entesitis, psoriasis artritis dan artritis yang belum
diketahui3
Gambar 2.2 Klasifikasi JIA Berdasarkan Subtipe dibagi menjari oligoartikular, poliartikular
dengan RF negatif, poliartikular dengan RF positif, sistemik, psoriatis dan artritis yang berkaitan
dengan entesitis.3
10
Gambar 2.3 Kriteria progresifitas JIA menurut ACR dibagi menjadi Stadium I (awal), stadium II
(sedang), stadium III (berat) dan stadium IV (akhir) yang deskripsinya dapat dilihat pada gambar
diatas.3
2.5 Patofisiologi
Sampai kini penyebab JIA masih belum diketahui dan diakui pula bahwa
banyak sekali faktor etiologi yang dapat menyebabkan gejala klinis JIA dengan
berbagai faktor penyebab seperti infeksi, autoimun, trauma, stress, serta faktor
lingkungan yang kemungkinannya adalah virus. Penyebab gejala klinis JIA antara
Pada JIA sistem imun tidak bisa membedakan antigen diri. Antigen pada
JIA adalah sinovia persendian. Hal ini terjadi karena genetik, kelainan sel T
supresor, reaksi silang antigen, atau perubahan struktur antigen diri. Peranan sel T
11
poliartikuler, HLA-DR5 dan HLA-DR8, HLA-B27 menyebabkan pausiartikuler.
Virus dianggap sebagai penyebab terjadinya perubahan struktur antigen diri ini.
Tampaknya ada hubungan antara infeksi virus hepatitis B, virus Eipstein Barr,
Tahap berikutnya terjadi sembab pada sinovia, proliferasi sel sinovia mengisi
rongga sendi. Sel radang yang dominan pada tahap awal adalah netrofil, setelah
itu limfosit, makrofag dan sel plasma. Pada tahap ini sel plasma memproduksi
terutama IgG dan sedikit IgM, yang bertindak sebagai faktor rheumatoid yaitu
IgM anti IgG. Belakangan terbukti bahwa anti IgG ini jaga bisa dari klas IgG.
seluler, yang menimbulkan proliferasi dan kerusakan sinovia. Sitokin yang paling
berperan adalah IL-18, bersama sitokin yang lain IL-12, IL-15 menyebabkan
respons Th1 berlanjut terus menerus, akibatnya produksi monokin dan kerusakan
respons imun seluler. Kelainan yang khas adalah keruskan tulang rawan ligamen,
12
dan kerusakan jaringan. Produk-produk ini akan menyebabkan kerusakan lebih
Gambar 2.4 Jalur pensinyalan sitokin yang terlibat dalam JIA. Interaksi antara makrofag, sel T, sel
B, dan sel non-hematopoietik termasuk fibroblas penting dalam patogenesis JIA. Interaksi ini
difasilitasi oleh aksi sitokin yang menginduksi produksi sitokin proinflamasi lainnya. 5
dibandingkan pada dewasa, sehingga anak yang menderita JIA tidak pernah
sendi terjadi lebih sering pada anak dengan faktor reumatoid positif atau penyakit
tipe sistemik. Bila penghancuran sendi telah dimulai, dapat terjadi erosi tulang
penutupan epifisis yang prematur dapat terjadi di dekat sendi yang terkena.5,8
fibrinoid yang dikelilingi oleh sel radang kronis. Pada pleura, perikardium dan
peritoneum dapat terjadi serositis fibrinosis non spesifik. Nodul reumatoid secara
13
histologis tampak seperti vaskulitis ringan dengan sedikit sel radang yang
Gen HLA merupakan faktor genetik penting pada JIA karena fungsi utama
dari gen ini sebagai APC ke sel T. Hubungan antara HLA dengan JIA berbeda-
poliartritis berhubungan dengan gen HLA–DR4 pada anak, dan begitu juga pada
dewasa. Selain itu, adanya gen HLA-B27 meningkatkan risiko entesitis terkait
fosfatase limfoid spesifik (lyp), suatu varian dalam pengkodean region di gen ini.
Gen ini dihubungkan dengan sejumlah penyakit autoimun yang juga telah
teridentifikasi sebagai suatu lokus untuk JIA. Efek dari PTPN22 ini bervariasi
antara masing-masing subtipe JIA tetapi secara umum lebih terkait daripada gen
HLA. Beberapa gen lainnya yaitu faktor makrofag inhibitor, IL-6, IL-10 dan TNF
teraktivasi sel plasma, dan makrofag yang teraktivasi, yang didatangkan melalui
subtipe artritis pada JIA. Sel T predominan adalah sel Th1. Sel ini akan
14
memproduksi immunoglobulin termasuk faktor reumatoid dan antinuclear
oligoartritis tetapi antibodi ini tidak spesifik untuk JIA. Makrofag yang
factor (TNF) dan IL-1 diproduksi oleh monosit teraktivasi, makrofag dan
fibroblas sinovial. Mediator inflamasi ini sepertinya memiliki peran penting dalam
terjadinya JIA. Sitokin ini ditemukan meningkat pada cairan sendi penderita JIA
biologik yang luas dalam regulasi respon imun, reaksi fase akut, hematopoesis
dan metabolisme tulang. Jumlah IL-6 yang beredar di sirkulasi meningkat pada
pasien JIA. Hal ini dihubungkan dengan hasil laboratorium dan manifestasi klinis
menginduksi produksi protein fase akut seperti C-reactive Protein (CRP). Jadi,
peningkatan kadar IL-6 dalam serum berkorelasi dengan peningkatan CRP dalam
15
fase aktif penyakit. Interleukin-17 (IL-17) diproduksi oleh sel Th17 dan
dan IL-1, serta akan saling bersinergi untuk meningkatkan produksi IL-6, IL-8
Interleukin-17 (IL-17) meningkat pada pasien JIA dengan penyakit yang aktif
Patogenesis dari JIA tipe sistemik berbeda-beda pada jenis JIA dalam
berbagai bagian seperti kurangnya keterkaitan antara tipe HLA serta tidak adanya
tanda-tanda dari limfosit mediated antigen yang merupakan respon imun spesifik.
Tanda-tanda klinis dari JIA tipe sistemik juga dihubungkan dengan granulositosis,
aktivasi tidak terkontrol dari sistem imun didapat. Selama manifestasi awal dari
perjalanan penyakit ini, muncul infiltrasi perivaskular dari netrofil dan monosit
penyakit.
Data terbaru menunjukkan IL-1 memiliki peran utama dalam gejala klinis
JIA tipe sistemik. Pengobatan dengan reseptor antagonis IL-1 telah menunjukkan
perbaikan gejala klinis dan laboratorium pada pasien yang resisten terhadap
16
sistemik memiliki jumlah IL-1 yang lebih tinggi, dimana sekresi dari TNF dan IL-
6 tidak terlalu meningkat. Anggota lain dari IL-1 yaitu IL-18 ditemukan
meningkat tajam pada pasien dengan onset usia yang lebih besar dibandingkan
pada serum anak dengan tipe sistemik dibandingkan dengan tipe poliartikular dan
hepatosplenomegali.
dan berhubungan dengan keterlibatan sendi. IL-6 juga meningkat pada cairan
sinovial pasien dengan tipe sistemik dibandingkan dengan pasien JIA tipe lainnya.
pada reaktan fase akut pasien dengan tipe sistemik. Aktivasi dan proliferasi yang
pelepasan dari sitokin inflamasi seperti TNF α, IL-1, dan IL-6 mengakibatkan
(MAS).
Dua sitokin anti-inflamasi yang paling dikenal pada JIA adalah IL-10 dan
(PMN) dengan produksi IL-10 yang rendah berhubungan dengan artritis tipe
berat. IL-4 menghambat aktivasi sel Th1 dan penurunan produksi dari TNF α, IL
17
1 dan menghambat kehancuran kartilago. Interleukin-4 (IL-4) dan IL-10
menghambat produksi dari sitokin inflamasi seperti IL-6 dan IL-8. Interleukin-4
(IL-4) dan IL-10 yang tinggi pada sendi bermanifestasi sebagai pausiartikular
yang ringan dan non-erosif. Foxp3, CD4, CD25, dan sel T regulasi penting untuk
dan enteropati (IPEX syndrome). Kerusakan pada sel T regulasi juga merupakan
ada bukti yang menunjukkan adanya defek pada sel T regulasi pada JIA.
Penurunan jumlah sel T regulasi menyebabkan oligoartritis yang lebih berat. Pada
pasien dengan JIA ditemukan peningkatan jumlah T regulasi yang lebih tinggi di
inflamasi.
2.6.1 Anamnesis
pembengkakan sendi. Secara khusus, tanda dan gejala yang menjadi perhatian
(yaitu, tanda bahaya atau tanda bahaya yang menunjukkan kondisi serius yang
yaitu1:
18
Gambar 2.5 Poin Penting Pada Anamnesis terkait dengan keluhan artritis pada anak yang terdiri
dari: 1.jumlah sendi yang terdampak, 2.karakter nyeri, 3,faktor presipitasi 4. Adanya simptom lain
yang terkait dan 5. Pola simptom.1
a. Inflamasi sendi: gerakan sendi terbatas, nyeri bila digerakan dan teraba
panas.1
daftar diagnosis banding yang rasional dan untuk mengarahkan evaluasi dan
untuk proses akut dan memerlukan evaluasi yang lebih urgent daripada
melokalisasi rasa sakit secara akurat, terutama anak-anak yang lebih kecil.2
sendi yang terlibat karena infeksi merupakan penyebab yang relatif umum dari
19
nyeri akut dan pembengkakan pada satu sendi, yang dapat mengakibatkan
kerusakan tulang rawan dalam beberapa hari jika tidak diobati. Akibatnya,
memastikan bahwa terapi dapat dimulai secepat mungkin pada mereka yang
piomiositis, atau sebagian infeksi yang lebih umum seperti parvovirus) dan
penting nyeri pada satu sendi yang harus dipertimbangkan tanpa penundaan,
seperti yang dibahas di atas. Penyebab umum lainnya dari nyeri dan/atau
reaktif. Penyebab yang lebih jarang termasuk osteoid osteoma dan sinovitis
villonodular berpigmen. 1
peradangan pada ruang sendi yang biasa terlihat pada pasien artritis yang
20
disebabkan oleh infeksi atau gangguan reumatologi atau nyeri tulang akibat
pembengkakan pada satu atau dua sendi besar yang diikuti dengan resolusi
sendi migrasi adalah nyeri yang berlangsung selama beberapa hari di satu atau
lebih sendi dan kemudian sembuh sementara sendi lain yang sebelumnya tidak
terpengaruh menjadi nyeri. Ini dapat dilihat pada pasien dengan demam
kanak. 1
-Waktu onset: Variasi diurnal merupakan ciri pembeda yang penting dari
diagnosis yang mendasari. Nyeri sendi akibat radang sendi, seperti JIA,
biasanya memburuk di awal hari dan membaik sepanjang hari dengan gerakan
penyakit Legg Calvé-Perthes biasanya ringan atau tidak ada di pagi hari dan
aktivitas fisik. Nyeri muncul biasanya terjadi pada anak yang sehat, dengan
nyeri yang dapat mempengaruhi sendi biasanya dimulai pada akhir hari dan
hingga tengah malam, tetapi tidak pada siang hari. Meskipun tumor tulang juga
21
dapat menyebabkan nyeri nokturnal, anak juga merasakan nyeri pada siang hari
Nyeri atau kekakuan sendi yang diperparah oleh periode istirahat (disebut
gelling artikular atau tidak aktif) adalah tipikal radang sendi kronis, seperti
terlihat pada beberapa kasus JIA atau SLE. Pertanyaan penting untuk
ditanyakan adalah apakah anak tampak kaku di pagi hari dengan resolusi
bertahap atau perbaikan selama aktivitas hari itu. Beberapa orang tua akan
secara sukarela mengatakan bahwa anak mereka "terlihat seperti orang tua"
setelah bangun di pagi hari. Anak-anak yang sangat kecil mungkin mudah
tersinggung saat bangun tidur dan meminta untuk digendong sampai mereka
temuan serupa di kemudian hari setelah tidur siang, periode tidak aktif (seperti
b. Gejala yang sering pada anak kecil adalah kekakuan sendi pada pagi hari.1
sendi juga merupakan ciri umum tetapi, seperti nyeri, bersifat subjektif dan
● Kapan dan untuk berapa lama sendi terasa nyeri, kaku, atau bengkak?
22
● Apa yang membuat rasa sakit, bengkak, atau kaku menjadi lebih baik
c. Ekspresi nyeri pada anak lebih kecil bisa berupa perubahan postur tubuh.1
nyeri dan mungkin tidak mengeluh nyeri sendi bahkan ketika ada tanda-tanda
peradangan dan pembengkakan sendi yang jelas. Dalam kasus yang melibatkan
ekstremitas bawah, anak kecil dapat menunjukkan rasa sakit sebagai penolakan
untuk berjalan atau berjalan dengan pincang, dan, pada mereka yang melibatkan
ekstremitas atas, pasien dapat membatasi gerakan dan penggunaan lengan yang
terlibat. 1,11
Pada remaja akan mengeluh nyeri yang luar biasa, sering disertai dengan
malam umumnya parah dan merupakan petunjuk diagnostik yang berguna karena
lebih sering terlihat pada pasien dengan nyeri tulang akibat tumor jinak, seperti
lainnya seperti nyeri muncul juga biasanya terjadi pada malam hari, anak-anak ini
selalu baik-baik saja di siang hari. Gejala sendi yang signifikan cenderung
olahraga atau pendidikan jasmani, dan memainkan alat musik. Keterlibatan sendi
23
Adanya demam mempersempit diagnosis banding secara signifikan. Jika ada
riwayat demam, penting untuk memastikan waktu dan pola demam serta
bersamaan dengan gejala sendi pada anak yang penyakitnya disebabkan oleh
infeksi bakteri. Demam tinggi (suhu lebih dari 38°C) pada pasien dengan penyakit
monoartikular adalah tipikal dari infeksi bakteri pada sendi atau tulang. Namun,
infeksi subakut atau infeksi yang telah diobati mungkin tidak disertai dengan
demam yang signifikan. Demam juga mungkin muncul selama penyakit yang
-JIA sistemik dikaitkan dengan pola demam quotidian. Lonjakan demam tinggi
setiap hari sering terjadi pada sore atau malam hari, dengan suhu kembali
normal atau bahkan di bawah normal di antara demam, biasanya di pagi hari
-Demam pada pasien dengan SLE memiliki onset bertahap dan biasanya
e. Gejala umum lain adalah tidak nafsu makan, berat badan menurun, dan
pada gejala yang berat bisa terjadi gangguan tidur di malam hari karena nyeri.
24
Gambar 2.6 Perbedaan karakteristik masing-masing diagnosis banding penyakit sendi pada anak
yang dapat dibedakan melalui anamnesis.12
parah yang memerlukan intervensi medis mendesak dari gangguan yang lebih
lengkap meliputi:
- Perhatian yang lebih ke jantung, paru, kukit dan mata dikarenakan organ
organ tersebut lebih sering terkena dampak pada apsien anak dengan nyeri
bengkak, dapat juga terjadi nyeri alih yang sering ditemukan pada anak,
25
maka dari itu diperlukan pemeriksaan yang detail pada sendi yang
dari kuisioner tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.5 dibawah ini:
26
27
Gambar 2.7 Kuisioner pGALS yang dapat untuk skrining sistem muskuloskeletal pada
pasien anak dengan kecurigaan artritis.1
dilanjutkan ke palpasi dan estimasi rentang gerak aktif dan pasif (ROM).
28
- Inspeksi — Pengamatan adalah langkah pertama dalam pemeriksaan sendi.
Jika lokasi nyeri sendi asimetris atau lebih buruk di satu sisi daripada yang
Apakah anak memegang sendi yang terkena pada posisi tertentu yang
nyaman? Jika sendi tampak lebih besar dari artikulasi kontralateral yang
hanya satu sendi yang nyeri, seluruh ekstremitas harus diperiksa untuk
umum. Kulit di atas sendi harus diperiksa untuk melihat adanya bekas
luka, memar, dan perubahan warna, yang dapat disebabkan oleh ruam atau
peradangan.
(titik insersi ligamen, tendon, atau kapsul sendi ke tulang) sangat penting
palpasi tulang harus dilakukan dengan hati-hati, dan harus dimulai dari
29
daerah yang nyeri dan bergerak ke arah itu perlahan. Pada anak demam,
nyeri hebat di area tulang yang terlokalisir ("titik nyeri tekan") merupakan
diagnosis banding yang luas untuk nyeri tekan titik tulang, termasuk
tulang yang berlebihan (misalnya tumor tulang atau eksostosis). Pada JIA,
30
Gambar 2.8 Pembengkakan dan kontraktur fleksi lutut kanan pasien yang representatif dengan
penyakit oligoartikular.1
Gambar 2.9 Penyakit polyarticular mempengaruhi sendi pergelangan tangan dan tangan. Sendi
interphalangeal proksimal dan distal eritematosa. Ada kontraktur fleksi jari.1
klinis dari berbagai diagnosis banding nyeri dan atau pembengkakan sendi pada
anak.12
31
2.6.3 Pemeriksaan Penunjang
2.6.3.1 Laboratorium13,14
Faktor Reumatoid (FR) dan peningkatan C3 serta C4 maka diagnosis JIA menjadi
lebih sempurna. Selama penyakit aktif, LED dan CRP biasanya meningkat.
Anemia pada umumnya dijumpai, biasanya dengan angka retikulosit rendah dan
uji Coomb negatif. Selain itu ditemukan peningkatan sel darah putih.
Trombositosis dapat terjadi terutama pada penyakit. Analisis urin normal, selama
terapi non-steroid mungkin ditemukan sedikit eritrosit dan sel tubuler ginjal.
Terdapat kenaikan fraksi α2-dan gamma globulin dalam serum dan penurunan
albumin. Salah satu atau semua kadar imunoglobulin serum dapat naik.
negatif (25%), faktor reumatoid positif (75%), atau pausiartikular tipe I (90%)
tetapi jarang, pada mereka yang dengan penyakit sistemik atau pausiartikuler tipe
reumatoid ditemukan pada sekitar 5% anak JIA dan berkolerasi dengan JIA yang
mulai pada umur yang lebih tua. Hasil uji positif paling sering dihubungkan
dengan penyakit poliartikular, yang mulai pada akhir masa kanak-kanak, artritis
Cairan sinovial pada JIA tampak seperti berawan dan biasanya berisi jumlah
protein yang naik. Jumlah sel dapat bervariasi dari 5000-80.000 sel/mm3; sel-sel
tersebut terutama netrofil. Kadar glukosa pada cairan sendi mungkin rendah;
32
kompleks IgM-anti IgG pada dewasa dan mudah dideteksi, sedangkan pada JIA
lebih sering IgG-anti IgG yang lebih sukar dideteksi laboratorium. Anti-Nuclear
Antibody (ANA) lebih sering dijumpai pada JIA. Kekerapannya lebih tinggi pada
Pemeriksaan imunogenetik menunjukkan bahwa HLA B27 lebih sering pada tipe
penyakit inflamasi, seperti JIA, dapat memiliki reaktan fase akut yang normal.
Kimia serum, terutama tes fungsi hati dan ginjal jika terdapat nilai abnormal
untuk mendeteksi kelainan saluran kemih yang mungkin terlihat pada beberapa
kelainan reumatologi seperti SLE, vaskulitis, dan vaskulitis IgA atau untuk
mendeteksi infeksi saluran kemih yang berhubungan dengan artritis septik pada
anak yang lebih muda. Evaluasi lebih lanjut tergantung pada apakah gejala sendi
Kultur tenggorokan, darah, tinja, dan/atau urin pada pasien dengan temuan
klinis lokal dan peradangan sendi multipel yang mengarah ke kecurigaan artritis
reaktif seperti demam rematik akut. Tes serologi untuk penyakit Lyme pada anak-
33
anak yang tinggal atau telah mengunjungi daerah endemik karena salah satu
manifestasi lanjut atau kronis yang paling umum dari penyakit Lyme adalah
bukti infeksi streptokokus baru-baru ini pada anak yang dicurigai menderita
Tes antibodi antinuklear (ANA) bukanlah tes yang cukup sensitif atau
spesifik untuk digunakan untuk tujuan skrining umum. Ini jarang membantu
dalam diagnosis awal gejala muskuloskeletal dan biasanya disediakan untuk tim
penyakit inflamasi multisistem seperti SLE. Titer ANA yang lebih tinggi lebih
sering terlihat pada anak-anak dengan penyakit autoimun. Sebagian besar anak
dengan JIA memiliki tes autoantibodi negatif, dan banyak anak sehat memiliki
titer ANA rendah yang tidak terkait dengan patologi. Faktor reumatoid (RF) dan
berpotensi lebih parah dan hasil yang buruk pada JIA tetapi hanya boleh
Tes antigen leukosit manusia (HLA) B27 bukanlah tes yang cukup sensitif
radang sendi psoriatik, radang sendi yang terkait dengan penyakit radang usus,
dan radang sendi reaktif, itu adalah tes skrining umum yang buruk. Sembilan
persen orang Kaukasia membawa gen ini dan hampir semuanya sehat dan tidak
34
pernah menderita radang sendi, sementara ada orang lain (terutama mereka yang
2.6.3.2 Pencitraan8,9
kerusakan yang terjadi pada keadaan klinis tertentu. Kelainan radiologik yang
terlihat pada sendi biasanya adalah pembengkakan jaringan lunak sekitar sendi,
pelebaran ruang sendi, osteoporosis, dan kelainan yang agak jarang seperti
formasi tulang baru periostal. Pada tingkat lebih lanjut (biasanya lebih dari 2
tahun) dapat terlihat erosi tulang persendian dan penyempitan daerah tulang
rawan. Ankilosis dapat ditemukan terutama di daerah sendi karpal dan tarsal.
hanya didapatkan pada kelompok poliartikular. Gambaran agak khas pada tipe
oligoartritis dapat terlihat berupa erosi tulang pada fase lanjut, pengecilan
diameter tulang panjang, serta atrofi jaringan lunak regional sekunder. Kauffman
dan Lovell mengajukan beberapa gambaran radiologik yang menurut mereka khas
untuk JIA sistemik, yaitu a).tulang panjang yang memendek, melengkung, dan
masa awal sakit yang kemudian secara bertahap bergabung ke dalam metafisis.
35
Gambar 2.11 Gambar X-Ray sendi pergelangan tangan pada seorang anak perempuan berusia 7
tahun yang di diagnosis JIA tipe pausiartikular sejak usia 3 tahun. Gangguan pertumbuhan ulnar
dengan subluksasi ke tulang karpal, fraktur kompresi pada epifisis radius distal, destruksi dan fusi
tulang metacarpal7
atau manifestasi jaringan lunak pada fase awal. Selain dengan foto rontgen biasa
kelainan tulang dan sendi JIA dapat pula dideteksi lebih dini melalui skintigrafi
inflamasi sendi secara dini. Ultrasonografi merupakan sarana paling baik untuk
penebalan membran sinovial dari sendi yang meradang, bursa dan pembungkus
digunakan untuk menilai aspek inflamasi dan destruktif dari penyakit artritis.
36
Berlawanan dengan foto rontgen, pemeriksaan MRI dapat digunakan untuk
mendeteksi inflamasi jaringan lunak dan perubahan tulang pada fase awal, selain
2.7 Diagnostik
2. Artritis pada satu sendi atau lebih yang ditandai oleh bengkak atau efusi
sendi, atau oleh dua dari gejala kelainan sendi berikut: Gerakan sendi
terbatas, nyeri atau sakit pada Gerakan sendi, dan peningkatan suhu di
daerah sendi
2. Artritis pada satu sendi atau lebih yang ditandai oleh bengkak atau efusi
sendi, atau oleh dua dari gejala kelainan sendi berikut: Gerakan sendi
daerah sendi
37
3. Lama sakit > 3 bulan
d. Spondylitis angkilosis
e. Artritis psoriatic
2.8 Tatalaksana
Terapi OAINS masih merupakan terapi lini pertama pada JIA karena
Study Group (PRCSG) menyatakan bahwa 65% penderita JIA berespons terhadap
OAINS dalam waktu 1 bulan. Efek samping obat yang paling sering terjadi yaitu
38
imunosupresan dan sitotoksik lainnya, pemberian DMARDs dapat menurunkan
daya tahan tubuh, bersifat merusak jaringan normal, bahkan diduga dapat
2.8.1 Medikamentosa6
-Asam asetil salisilat: dosis 75-90 mg/kgBB/hari dalam 3-4 kali pemberian;
nyeri, kekakuan dan inflamasi pada anak yang tidak responsif terhadap asam
demam terutama pada penyakit sistemik namun tidak boleh diberikan jangka
emas (oral atau suntikan), penisilamin dan sulfasalazin. Obat ini hanya diberikan
kronik, atau untuk suntikan intra-artikular. Untuk sistemik berat yang tidak
39
terkontrol diberikan prednison 0,25-1mg/kgBB/hari dosis tunggal (maksimum 40
mg) atau dosis terbagi pada keadaan yang lebih berat. Bila ada perbaikan klinis
artikular dapat diberikan pada oligoartritis yang tidak berespons dengan AINS
atau sebagai terapi suportif untuk sendi yang sudah mengalami inflamasi dan
mg/kgBB/pulse. Protokol yang diberikan adalah single pulse dengan jarak 1 bulan
dengan pulse berikutnya, atau 3 pulse diberikan berurutan dalam 3 hari dalam 1
bulan, atau 3 pulse diberikan secara berselang dalam 1 bulan. Selama pemberian
dan elektrolit.
sudah memakainya dalam protokol baku. Obat yang dipakai adalah azathioprin,
metotreksat yang diindikasikan untuk poliartritis berat atau gejala sistemik yang
tidak membaik dengan AINS, hidroksiklorokuin atau garam emas. Dosis inisial
adekuat.
40
Ada beberapa tatalaksana yang direkomendasikan terbaru untuk
mentatalaksana JIA dari ACR pada tahun 2019 seperti yang disajikan dalam
2.8.2 Bedah
2.8.3 Suportif
Edukasi pasien dan keluarga: pengenalan dan tata laksana dini merupakan
hal penting untuk mencegah deformitas yang lebih luas. Pengertian tentang
penyakit JIA pada keluarga dan lingkungan sangat diperlukan untuk mencegah
41
2.8.4 Lain-lain (rujukan subspesialis, rujukan spesialis lainnya)
b. Ahli ortopedi
dini uveitis
2.8.5 Pemantauan
dan mental dilakukan setiap bulan untuk deteksi dini gangguan tumbuh
2.9 Komplikasi
gejala. Biasanya terjadi pada anak perempuan yang memiliki hasil ANA positif.
Bila kondisi ini tidak ditangani dengan baik, dapat menyebabkan terjadinya
42
katarak, glaukoma bahkan kebutaan. Uveitis terkait JIA biasanya asimptomatik.
Skrining terhadap uveitis telah dilakukan selama beberapa tahun dan telah
2. Deformitas tulang
paling banyak dilaporkan pada pasien rheumatoid arthritis dewasa. Dalam suatu
penelitian didapatkan bahwa saraf median tidak terpengaruh pada pasien dengan
JIA. Namun, perlu penelitian lebih lanjut dengan sampel lebih besar sehingga
3. Gangguan pertumbuhan
4. Kontraktur sendi
Pada lutut, dapat terjadi kekakuan lutut, deformitas sendi dan kerusakan
6. Lainnya
yang tidak dapat dijelaskan. Dapat juga terjadi anemia atau kelainan darah
43
sejenisnya. Inflamasi dari arteri pada tangan dan kaki yang dapat mengganggu
sirkulasi dan menyebabkan kerusakan serius pada jari tangan dan jari kaki. Selain
2.10 Prognosis9,13,20
Pada kebanyakan kasus, JIA berespon secara lambat terhadap terapi yang
cocok. JIA biasanya sembuh sebelum dewasa. Pasien yang menderita artritis
hanya pada beberapa sendi memiliki prognosis lebih baik dari pada mereka yang
Walaupun hal ini dapat menjadi masalah yang serius, namun hanya sedikit orang
Lebih dari 50% pasien berkembang menjadi lesi sendi yang berat dengan
penyakit sendi kronis. Sekitar 20% anak yang menderita penyakit pausiartikuler
menyebabkan timbulnya cacat. Penyakit tidak selalu mereda pada masa pubertas.
Beberapa penderita terus menderita artritis aktif sampai dewasa, dan beberapa
44
penderita mengalami eksaserbasi sesudah penyakit yang dalam waktu bertahun-
mempunyai prognosis yang paling jelek terhadap fungsi sendi. Namun, prognosis
Hanya sedikit yang tetap dengan cacat deformitas sendi. Kelemehan pada
Dengan terapi yang tepat, anak dengan segala bentuk dari artritis akan
selalu membaik seiring waktu. Sebagian besar anak dengan artritis tumbuh normal
tanpa kesulitan berarti. Biasanya untuk kasus berat dengan pengobatan yang tepat,
terapi fisik dan okupasi yang tepat dan operasi yang tepat bila diperlukan,
sebenarnya tidak satu pun pasien yang membutuhkan kursi roda. Anak dengan
penyakit onset sistemik cenderung berespon baik dengan pengobatan medis atau
pengobatan medis, dengan penyakit persisten hingga dewasa. Saat ini telah
dramatis dari prognosis anak dengan artritis. Hampir semua anak dengan JIA
dapat hidup produktif. Namun, banyak pasien, khususnya yang memiliki penyakit
45
poliartikular, mungkin memiliki masalah penyakit aktif saat dewasa, dengan
46
DAFTAR PUSTAKA
1. Kimura Y, Southwood TR. Evaluation of the Child with Joint Pain and/or
Swelling; 2021. https://www.uptodate.com/contents/evaluation-of-the-child-with-
joint-pain-and-or-swelling/printwww.uptodate.com
2. Akib Arwin AP. Aritis Idiopatik Juvenil Kesepakatan Baru Klasifikasi dan
Kriteria Diagnosis Penyakit Artritis pada Anak. 2003;5(2).
3. Garna Herry, Nataprawira H M. Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Kesehatan
Anak Departemen/SMF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran. Vol 5.; 2014.
4. Ghrahani R, Setiabudiawan B, Sapartini G, Puspasari H. Distribusi Subtipe
Juvenile Idiopathic Arthritis DiBandung. Vol 44.; 2012.
5. Hahn YS, Kim JG. Pathogenesis and clinical manifestations of juvenile
rheumatoid arthritis. Korean Journal of Pediatrics. 2010;53(11):921-930.
doi:10.3345/kjp.2010.53.11.921
6. Pudjiadi Badriul AH, Setyo H, Nikmah H, et al. Pedoman peyalanan medis ikatan
dokter anak Indonesia. Edisi II.; 2011.
7. Wardhani E. Juvenile rheumatoid arthritis; 2013.
8. Woo P, Laxer RM, Sherry DD. Juvenile Idiopathic Arthritis (JIA). Dalam:
Pediatric Rheumatology in Clinical Practice. Springer. Published online 2007:23-
46.
9. Shiel, William C. Juvenile Rheumatoid Arthritis. Published online 2013.
10. Vardiabasis N v., Schlechter JA. Definitive Diagnosis of Children Presenting to A
Pediatric Emergency Department With Fever and Extremity Pain. Journal of
Emergency Medicine. 2017;53(3):306-312. doi:10.1016/j.jemermed.2017.05.030
11. Diwasasri A, Sumadiono S, Mulatsih S. Outcome predictors in patients with
juvenile idiopathic arthritis receiving intraarticular corticosteroid therapy.
Paediatrica Indonesiana. 2019;59(5):237-243. doi:10.14238/pi59.5.2019.237-43
12. Marcdante KJ, Kliegman R. Nelson Essentials of Pediatrics. 7th ed.; 2015.
13. Rudolph MA. Artritis Reumatoid Juvenilis. Dalam: Buku Ajar Pediatrik Rudolph.
Vol 1. 20th ed. (Rudolph MA, Deborah Welt Kredich, eds.).; 2006.
14. Philip Kahn. Juvenile idiopathic arthritis - an update on pharmacotherapy.
PubMed. 2011;3(69):264-276.
15. Pribadi R, Akib A, Taralan Tambunan. Profil Kasus Artritis Idiopatik Juvenil
(AIJ) Berdasarkan Klasifikasi International League Against Rheumatism (ILAR).
Sari Pediatri. 2008;9(6).
47
16. Kurniati I. Juvenile Idiopathic Arthritis DD/ Artritis Ec Lupus Eritematosus
Sistemik dan Anemia EC Inflamasi Kronis. 4(2020).
17. Ringold S, Angeles-Han ST, Beukelman T, et al. 2019 American College of
Rheumatology/Arthritis Foundation Guideline for the Treatment of Juvenile
Idiopathic Arthritis: Therapeutic Approaches for Non-Systemic Polyarthritis,
Sacroiliitis, and Enthesitis. Arthritis and Rheumatology. 2019;71(6):846-863.
doi:10.1002/art.40884
18. Pavo MR, de Inocencio J. Pediatrician Beliefs about Juvenile Idiopathic Arthritis
May Result in Referral Delays: A Spanish National Survey. Journal of Pediatrics.
2019;209:236-239.e2. doi:10.1016/j.jpeds.2018.12.038
19. Angeles-Han ST, Ringold S, Beukelman T, et al. 2019 American College of
Rheumatology/Arthritis Foundation Guideline for the Screening, Monitoring, and
Treatment of Juvenile Idiopathic Arthritis–Associated Uveitis. Arthritis and
Rheumatology. 2019;71(6):864-877. doi:10.1002/art.40885
20. Kim KH, Kim DS. Juvenile idiopathic arthritis: Diagnosis and differential
diagnosis. Korean Journal of Pediatrics. 2010;53(11):931-935.
doi:10.3345/kjp.2010.53.11.931
48