Anda di halaman 1dari 31

JUDUL

Laporan Kasus

Hematemesis melena et causa gastropati NSAID +

moderate hipokalemi

Oleh :

Zakia

NIM. 1830912320014

Pembimbing

dr. Oldi Dedya Sp.PD

BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM


FAKULTAS KEDOKTERAN UNLAM/RSUD ULIN
BANJARMASIN
Desember, 2019
DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL .................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

BAB II LAPORAN KASUS ....................................................................... Error!

Bookmark not defined.

BAB III PEMBAHASAN ........................................................................... 3

BAB IV PENUTUP .................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. xxv

25
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hematemesis (muntah darah) dan melena (BAB darah berwarna hitam)

adalah keadaan yang diakibatkan oleh perdarahan aluran cerna bagian atas (SCBA).

Hematemesis dapat berupa kegawatdaruratan yang sering dijumpai dirumah sakit.

Ecmpat penyebab SCBA yang paling sering ditemukan adalah ulkus peptikum,

gastritis erosive, varises esophagus, dan rupture mukosa esofagogastrika.2

Untuk mendiagnosis pasti penyebab dan letak serta jenis perdarahan dari

hematemesis melena diperlukan jenis pemeriksaan yaitu endoskopi. Di Indonesia,

perdarahan karena rupture varises gastroesofageal adalah penyebab paling sering

ditemukan yaitu sekitar 50-60% , gastritis erosive sekitar 25-30%, ulkus peptikum

sekitar 10-15% dan sisanya karena sebab lain 5%. Komplikasi tersering adalah syok

hipovolemik yang dapat diikuti dengan gagal ginjal akut, kerusakan multiorgan dan

bahkan kematian.1

Pengobatan utama adalah resusitasi, lalu mengkategorikan pasien sebagai

pasien resiko tinggi atau resiko rendah, menggunakan skor Blatchford dan Rockall.

Manajemen pengobatan perdarahan saluran cerna bagian atas pada perdarahan

yang aktif atau perdarahan dari pembuluh darah yang tidak terlihat menggunakan

obat golongan PPI (proton pump inhibitor) yang diberikan secara intravena secara

bolus dan drip, begitu juga dengan darah beku yang menggumpal. Untuk

perdarahan yang berupa spot dalam menggunakan obat PPI secara oral.1
2

Selain menggunakan endoskopi, kita juga harus melakukan H.Pylori test

kepada pasien untuk melihat apakah ada bukti infeksi dari H. Pylori. Selain

H.Pylori, kita juga harus mencari tau penyebab perdarahan SCBA yang disebabkan

oleh konsumsi NSAID yang berlebihan. Terapinya sama yaitu menggunakan obat

dengan jenis golongan PPI.2


BAB II

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien

Nama : Tn. RR

Umur : 50 tahun

Agama : Kristen

Suku : Ambon

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Petani

Alamat : Palangkaraya

MRS : 14 November 2019

RMK : 1-44-45-17

B. Anamnesis

Keluhan utama : Muntah darah

Riwayat penyakit sekarang :

Pasien mengeluhkan muntah darah yang sudah dialaminya 7 hari sebelum

masuk rumah sakit (SMRS) dan telah berhenti 3 hari SMRS. Keluhan muntah darah

ini sudah berlangsung sejak kurang lebih 2 bulan yang lalu. Muntah darah hilang

timbul dalam 2 bulan ini dan berhenti dengan sendirinya. Diawali dengan sakit

perut yang mendadak, di daerah ulu hati, lalu mual dan muntah berisi darah segar

dan berbusa. Keluhan diiringi dengan BAB yang encer dan berwarna coklat

kehitaman seperti petis, berbau masam, BAB hitam tidak terjadi setiap hari, hilang

25
4

timbul. Dalam 2 bulan ini BAB hitam terjadi 3x, banyak BAB hitam sekitar ¼ gelas

aqua. Pasien memiliki riwayat penyakit maag sejak 13 tahun yang lalu, tidak rutin

berobat, hanya minum antasida yang dibeli diwarung, keluhan nyeri ulu hati hilang

timbul, hilang saat pasien makan. Namun pasien mengalai penurunan nafsu makan

dalam 2 bulan ini. Pasien sering mengonsumsi obat-obatan penghilang rasa nyeri

yang dibeli diwarung seperti paramex, mixagrip, dan obatan lain seperti amoxicillin

dan dexamethasone serta suldox, karena pasien takut terkena malaria. Konsumsi

suldox dalam 1 bulan 3-4x minum. Konsumsi obat antinyeri hamper setiap hari

ketika pasien pulang dari kebun untuk bertani. Pasien sempat berobat di RS

Pangkalan Bun dan dirawat inap selama 3 hari 2 malam, dan diperbolehkan pulang.

Hasil pengobatan bahwa pasien didiagnosa maag kronis dan labungnya 12% rusak

dari hasil USG. Lalu diberi obat pulang, namun pasien lupa nama obatnya dan

obatnya sudah habis, pasien tidak melanjutkan pengobatannya. Lalu 1 minggu

kemudian keluhan muntah darah dan BAB hitam kembal muncul, namun hanya

berlangsung 2 hari dan dengan jumlah yang sedikit. Lalu pasien memutuskan untuk

berobat ke RSUD Ulin untuk pengobatan lebih lanjut.

Riwayat penyakit dahulu :Tidak ada sakit serius sebelumnya

Riwayat penyakit keluarga : Asma (+)

Riwayat alergi : Tidak ada

Riwayat imunisasi : Pasien mengaku tidak ada imunisasi baru-

baru ini

Hobi : Tidak ada yang spesifik

Olahraga : Pasien jarang berolahraga

Pekerjaan : Petani
5

Kebiasaan makan : Pasien suka mengonsumsi makanan pedas,

asam dan bersantan, jadwal makan tidak

teratur.

Merokok : Pasien merupakan perokok aktif, sehari

menghabiskan ½ bungkus rokok. Namun

sudah berhenti merokok sejak 2 bulan yang

lalu.

Minum alkohol : Minum alkohol 1-2x setahun pada hari raya

agama

Riwayat transfusi darah : Tidak ada

Riwayat pengobatan : Pasien sering mengonsumsi obat obatan

yang dibeli sendiri di warung seperti paramex,

mixagrip, amoxicillin, dexamethasone dan

suldox. Hampir setiap hari meminum 2-3 tablet,

terlebih jika sedang kelelahan.


6

C. Pemeriksaan Fisik

1. Status generalis

Keadaan Umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos mentis, GCS E4V5M6

Antropometri : BB = 50 kg, TB = 165 cm

Status Gizi : IMT = 18,38 kg/m2, underweight

2. Tanda vital

Tekanan Darah : 120/70 mmHg

Denyut Nadi : 77 kali/menit, kuat angkat, reguler

Frekuensi Nafas : 20 kali/menit, reguler

Temperatur Aksila : 36.8 oC

SpO2 : 97% tanpa supply O2

3. Kulit

Inspeksi : Tugor kulit baik, ptekie (-), hematom (-), ikterik (-)

Palpasi : Nodul (-), atrofi (-), sclerosis (-)

4. Kepala dan leher

Inspeksi : Bentuk kepala normosefali, sikatrik (-), pembengkakan

leher (-)

Palpasi : Pembesaran KGB (-), Pembesaran tiroid (-), nyeri

tekan pada tiroid dan KGB (-)

Auskultasi : Bruit (-)

Pemeriksaan lain : JVP: 5+1 cm, kaku kuduk (-)


7

5. Telinga

Inspeksi : Serumen (+/+) minimal, infeksi (-/-)

Palpasi : Nyeri mastoid (-/-), massa (-)

6. Hidung

Inspeksi : Mukosa hidung kemerahan (-/-), perdarahan (-/-).

Palpasi : Nyeri (-)

7. Rongga mulut dan tenggorokan

Inspeksi : Tidak terdapat hiperemis, leukoplakia maupun

kelainan lain pada rongga mulut, gigi lengkap.

Palpasi : Nyeri (-), massa (-)

8. Mata

Inspeksi : Sklera ikterik (-), konjungtiva anemis (-), refleks

cahaya langsung dan tidak langsung (+/+), diameter

pupil 3 mm isokor, produksi air mata cukup

9. Toraks

Inspeksi : Bentuk dada normal, gerakan dinding dada simetris,

pernapasan irama reguler, tumor (-).

Palpasi : Fremitus fokal simetris pada kedua lapang paru

dan tidak ada peningkatan atau penurunan.

Perkusi : Sonor

Auskultasi : Suara nafas vesikular, ronki (-), wheezing (-)


8

10. Jantung

Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V linea midclavicularis sinistra.

Auskultasi : S1 S2 tunggal, murmur (-)

11. Abdomen

Inspeksi : supel, venektasi (-), distensi (-)

Auskultasi : peristaltik usus (+), bruit (-)

Palpasi : Nyeri tekan

- + -
- + -
- - -
Liver span 10cm , splenomegaly (-)

Perkusi :

T T T
T T T
T T T
12. Punggung

Inspeksi : Skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)

Palpasi : Nyeri (-), gybus (-), tumor (-)

13. Ekstremitas

Inspeksi : Gerak sendi normal, deformitas (-)

Palpasi : Akral hangat (+), Edema (-/-)

14. Alat kelamin dan rektum

Rectal Toucher : Musc. Sphincter ani menjepit kuat, ampulla recti tidak

kollaps, prostat tidak teraba, nyeri (-) massa (-) feses

(-) pada handscoon tidak didapatkan sisa darah


9

15. Neurologi

Hasil :M 5/5 S +/+

5/5 +/+

16. Bicara

Hasil : disartria (-), afasia (-), apraxia (-)


10

D. Pemeriksaan Penunjang

Hasil laboratorium 14 November 2019


Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 10,7 14.0 – 18.0 g/dL
Leukosit 6,5 4.0 – 10.5 ribu/uL
Eritrosit 3,87 4.10 – 6.00 juta/uL
Hematokrit 31,1 42.0 – 52.0 %
Trombosit 242 150 – 450 rb/ul
RDW-CV 13,7 12.1 – 14.0 %
MCV, MCH, MCHC
MCV 80,4 75.0 – 96.0 Fl
MCH 28,6 28.0 – 32.0 Pg
MCHC 34,4 33.0 – 37.0 %
HITUNG JENIS
Basofil% 0,5 0.0-1.0 %
Eosinofil% 14,6 1.0-3.0 %
Neutrofil% 49.0 50.0-81.0 %
Limfosit% 26.0 20.0-40.0 %
Monosit% 9.9 2.0-8.0 %
Basofil# 0.03 <1.00 ribu/ul
Eosinofil# 0.94 <3.00 ribu/ul
Neutrofil# 3.17 2.50-7.00 Ribu/ul
Limfosit# 1.68 1.25-4.00 Ribu/ul
Monosit# 0.64 0.30-1.00 Ribu/ul
KIMIA DARAH
ELEKTROLIT
Natrium 140 136-145 mEq/l
Kalium 2,7 3.5-5.1 mEq/l
Clorida 104 98-107 mEq/l
DIABETES
Gula Darah 114 <200.00 Mg/dl
Sewaktu
HATI DAN PANCREAS
SGOT 23 5-34 U/L
SGPT 12 0-55 U/L
GINJAL
Ureum 8 0-50 Mg/dl
Kreatinin 1.06 0.72-1.25 Mg/dl
11

Hasil laboratorium analisa feses 15 November 2019


Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
ANALISA FESES
MAKROSKOPIS
Benzidin Negatif
Bakteri ( Batang Negatif
gram +)
Bakteri ( Batang Positif
gram -)
Bakteri (coccus Negatif
gram +)
Bakteri (coccus Negatif
gram -)
Warna Coklat
Konsistensi Lembek
Darah Negatif
Lendir Negatif
MIKROSKOPIS
Amilum Negatif
Entamoeba Negatif
Histolytica
Entamoebehyat Negatif
coli
Sisa Pencernaan Negatif
Reduksi Negatif
Eritrosit Negatif
Leukosit Negatif
pH 6.0

Hasil laboratorium 16 November 2019


Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
ELEKTROLIT
Natrium 142 136-145 mEq/l
Kalium 3,3 3,5-5,1 mEq/l
Clorida 102 98-107 mEq/l

Hasil OMD 20 November 2019

Esogagus : mukosa licin, regular tak tampak filling defect, GEJ normal.
Gaster : mukosa kurvatura mayor/minor kasar regular, tak tampak filling defect
Duodenum : mukosa licin, regular, tak tampak filling defect
Kesimpulan : Gastritis, tak tampak ulkus.
12
13

Daftar Masalah
No. Masalah Data Pendukung
1. Hematemesis Melena Ax: Pasien mengeluhkan hematemesis
1.1 Non variseal dalam 2 bulan terakhir hilang timbul, nyeri
1.1.1 Gastropati NSAID epigastrium disertai nausea vomit, hilang
1.1.2 Peptic ulcer Disease timbul, hilang ketika makan, keluhan
1.2 Variseal disertai melena yang hilang timbul, namun
1.2.1Ruptur VE jumlahnya tidak banyak. Riwayat
penggunaan NSAID, steroid yang sering.
Serta pola makan yang tidak teratur
ditambah dengan jenis makanan yang
mengandung asam dan pedas.

2. Moderate Hipokalemi Px penunjang:


Kalium : 2,7 mEq/L
3. Anemia normositik Px penunjang:
normokromik due to acute Hb : 10,7 g/dl
blood loss MCV : 80,4 fl
MCH : 28,6 pg
MCHC : 34,4 %

2 Rencana Awal

No Masalah Rencana Rencana terapi Rencana Rencana


diagnosis monitoring edukasi
1. Hematemesis -Endoskopi NGT Monitoring Edukasi
Melena -OMD IVFD NaCl residu NGT tentang
1.1 Non variseal -Rapid 0.9% penyakit.
1.1.1 Gastropati urease test 2100cc/24 jam
NSAID Inj.
1.1.2 H.Pylori Lansoprazone
infection 2x30mg
2.2 Variseal Inj.
1.2.1Ruptur VE Metoklopramid
3x10mg
PO sucralfat
syr 3x2cth
2. Moderate Drip KCL 1 Cek SE post Edukasi
Hipokalemi flash(25mEq) koreksi tentang
dalam NS penyakit
500cc 20tpm
PO KSR
2x600mg
3. Anemia normositik Cek DR Edukasi
normokromik due setelah tentang
to acute blood loss koreksi penyakit
kalium
14

3 Follow Up dan Rencana Lanjutan

Tgl (Okt) 15 16/17 18/19 20/21


Subjektif
Demam - - - -
Mual/ muntah +/- +/- -/- -/-
BAB / BAK -/+ -/+ +/+ -/+
Lemas < < < <
Hematemesis - - - -
Melena - - - -
Nafsu makan + + + +
Lain-lain - - - -
Objektif
Kes / GCS CM / 456 CM / 456 CM/ 456 CM/ 456
TD (mmHg) 130/80 120/80 120/80 110/80
Nadi (x/mnt) 70 75 67 66
RR (x/mnt) 20 18 17 20
T (oC) 36.7 36.5 36.6 36.8
SpO2 (%) 99% 97% 98% 97%
Conjunctiva -/- -/- -/- -/-
anemis / sklera
ikterik
Thorax : retraksi / -/+/+/- -/+/+/- -/+/+/- -/+/+/-
sonor / vesikuler /
suara tambahan
Abdomen : -/+/+ -/+/- -/+/- -/+/-
Distensi/
BU/Nyeri tekan
Ext : +/- +/- +/- +/-
Akral hangat
Edema
Motorik: 5/5 5/5 5/5 5/5
Ekstremitas
superior D/S

Ekstremitas
inferior D/S 5/5 5/5 5/5 5/5

Assessment
1.Hematemesis 1.Hematemesis 1.Hematemesis 1.Hematemesis
Melena Melena Melena Melena
1.1 Non variseal 1.1 Non variseal 1.1 Non variseal 1.1 Non variseal
1.1.1 Gastropati 1.1.1 Gastropati 1.1.1 Gastropati 1.1.1 Gastropati
NSAID NSAID NSAID NSAID
15

1.1.2 H.Pylori 1.1.2 H.Pylori 1.1.2 H.Pylori 1.1.2 H.Pylori


infection infection infection infection
1.2Variseal 1.2Variseal 1.2Variseal 2. Mild
1.2.1Ruptur VE 1.2.1Ruptur VE 1.2.1Ruptur VE Hipokalemi
2. Moderate 2. Mild 2. Mild 3. Anemia
Hipokalemi Hipokalemi Hipokalemi normositik
3. Anemia normositik 3. Anemia 3. Anemia normokromik due
normokromik due to normositik normositik to blood loss
blood loss normokromik due normokromik due
to blood loss to blood loss

Planning
Diet Tinggi Kalori
Tinggi Protein
1725kkal
Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein
NGT
1725kkal
IVFD NaCl 0.9%
IVFD NaCl 0.9% 2100cc/24 jam
2100cc/24 jam
Inj. Lansoprazole 2x30mg
Inj. Lansoprazole
Inj. Metoklopramid 3x10mg
2x30mg
PO sucralfat syr 3x2 cth
Inj. Metoklopramid
PO KSR 2x600mg
3x10mg
Drip KCL 1
flash(25mEq) dalam
NS 500cc 20tpm

Cek SE post koreksi OMD


BAB IV

PEMBAHASAN

Pasien Tn. RR, 50 tahun dirawat dengan diagnosis hematemesis melena ec

gastropati NSAID dan hipokalemi sedang. Diagnosis ditegakkan berdasarkan

anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis

didapatkan pasien datang dengan keluhan muntah darah dan BAB encer hitam yang

dialaminya hilang timbul dalam 2 bulan ini. Muntah darah dan BAB darah terakhir

dialami 7 hari SMRS dan berhenti 3 hati SMRS. Pasien pernah berobat ke RS

Pangkalan Bun dan dirawat 3 hari 2 malam, lalu dipulangkan dengan obat lambung.

Namun keluhan tersebut muncul lagi setelah pasien pulang. Pasien juga

mengeluhkan nyeri perut dan mual sehingga terjadi penurunan nafsu makan.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, hemodinamik

stabil, pasien tampak lemas, pemeriksaan kulit, kepala, leher, mata, telinga, thoraks,

ekstremitas, status neurologi dalam batas normal, pada abdomen ditemukan nyeri

tekan pada regio epigastrium dan hipokondrium kanan.

Pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan darah lengkap tanggal 14

November 2019 didapatkan kadar Hb 10,7g/dl dengan kesan anemia normositik-

normokromik, eoosinofilia, kadar kalium 2,7mEq/L kesan hipokalemi sedang. Lalu

pada pasien di cek pemeriksaan feses lengkap pada tanggal 15 November 2019 dan

didapatkan tidak ada infeksi parasite pada pasien. Pada pasien dikarenakan kadar

kalium rendah, dilakukan koreksi hipokalemi, dan pada tanggal 16 November

dilakukan pengecekkan kadar elektrolit post koreksi dan didapatkan kadar kalium

25
17

3,3 mEq/l. Pad pasien ini dijadwalkan untuk pemeriksaan OMD pada tanggal 20

November 2019, hasil kesan gastritis dan tidak ditemukan ulkus.

Hematemesis dan melena merupakan salah satu manifestasi dari perdarahan

saluran cerna bagian atas. Perdarahan saluran cerna bagian atas didefinisikan

sebagai perdarahan yang bersumber dari proksimal ligamentum treitz, perdarahan

SCBA ini dikategorikan menjadi 2 yaitu karena penyebab variseal dan bukan

variseal. Perdarahan karena variseal merupakan komplikasi dari gagal hati stadium

akhir, dan perdarahan non variseal merupakan perdarahan yang berhubungan

dengan ulkus peptikum (PUD) atau penyebab SCBA lainnya. Insidensi PUD

meningkat seiringnys dengan meningkatnya kejadian terapi eradikasi H.Pylori dan

penggunaan NSAID yang terus menerus dan dalam jangka waktu lama menjadi

penyebab utama PUD yang akan menyebabkan perdarahan dari ulkus tersebut.3

Penggunaan NSAID termasuk aspirin yang secara kontinu, adalah penyebab

utama perdarahan SCBA.Walaupun secara garis besar ulkus yang disebabkan oleh

penggunaan NSAID tidak menimbulkan perdarahan, pada orang tua, akan

meningkat kemungkinannya, ditambah dengan adanya riwayat perdarahan ulkus,

maka akan resikonya akan jadi jauh lebih besar.Selain itu dosis yang lebih besar

juga akan meningkatkan resiko perdarahan saluran cerna, dan juga penggunaan obat

kortikosteroid, antikoagulan, bifosfonat.3

Untuk melihat prognosis dan menentukan intervensi pada pasien dengan

perdarahan saluran cerna atas digunakan skor Blatchford yang terdiri dari1,2 :

Variabel Nilai Hb pada laki-

laki 1

Sistolik 100-109 1 12.0-12.9 1


Sistolik 90-99 2 10.0-11.9 3
18

Sistolik <90 3 <10.0 6


Ureum 36,5- 2 Hb pada wanita
44,5(mg/dl)
44,6-55,5 3 10.0-11.9 1
55,6-139,9 4 <10.0 2
>140 6 Melena 1
Nadi >100 1 Penyakit hati 2
Gagal hati 2 TOTAL

Skor Rockall terdiri dari1,2 :

Variable Skor 0 Skor 1 Skor 2 Skor 3


usia <60 70-79 >80 -
Syok Tidak ada HR HR>100x/menit, -
>100x/menit, sistolik
tekanan <100mmHg
darah normal
Komorbid Tidak ada - Penyakit jantung Gagal ginjal,
iskemik, gagal gagal hati,
jantung metastase
kongestif dan
komorbid mayor
lainnya
Diagnosis Mallory Ulkus peptic, Keganasan pada -
endoskopi Weiss tear, esophagitis traktus digestiv
tidak ada atau penyakit
lesi yang erosiva
dilihat, tidak
ada
perdarahan
sebelumnya
Stigmata Ulkus dasar - Darah pada -
endoskopik bersih, traktus digestif
atau pigmentasi atas, perdarahan
perdarahan spot aktif, pembuluh
terakhir darah yang
terlihat tanpa
perdarahan atau
pembekuan

Skor Blatchford berkisar antara 0-23, dimana skor lebih dari 6 memerlukan

tindakan intervensi seperti endoskopi, transfuse darah. Sedangkan skor

Rockall yang bekisar antara 0-11 dimana skor 0-2 menunjukkan prognosis
19

yang baik. Pada pasien ini skor blatchfordnya adalah 5 dan rockall nya tidak

dapat dievaluasi karena pada pasien ini tidak dilakukan endoskopi. Melalui

endoskopi kita dapat melihat beberapa jenis perdarahan mukosa .3

Gambar 1.1 Jenis Perdarahan Pada Gambaran Endoskopi1

Penanganan pertama yang dilakukan ialah pemasangan NGT terutama pada

perdarahan yang aktif untuk mencegah aspirasi, dan mengevaluasi

perdarahan. Lalu resusitasi pasien dengan memberikan cairan intravena,

supplementasi oksigen dan koreksi gangguan hemodinamik, Transfusi

darah dilakukan pada pasien dengan hb <7.0g/dl atau jika terjadi perdarahan

aktif, hemodinamik yang tidak stabil, usia tua, penyakit jantung. Jika kita

ingin melakukan endoskopi kepada pasien, kadar hb minimal yang

diperlukan adalah 8g/dl, jika endoskopi disertai dengan intervensi

terapeutik maka kadar hb harus 10 g/dl, dan pasien diberikan PPI pre-

endoskopik, dengan tujuan menetralkan asam lambung yang akan

menstabilisasi pembekuan darah, karena jika pada keadaan yang terlalu


20

asam, akan menghambat agregasi platelet dan koagulasi plasma. Waktu

yang tepat untuk dilakukan endoskopi ialah dalam 24 jam setelah pasien

dirumah sakit. Dengan dilakukannya endoskopi kita dapat melihat jenis

perdarahannya, lalu kita dapat menentukan intervensi apa yang harus kita

berikan sesuai dengan jenis perdarahannya. Algoritma dibawah ini dapat

membantu kita sebagai alur diagnosis dan terapi pasien dengan perdarahan

saluran cerna bagian atas non variseal.1

Pada pasien ini diberikan terapi berupa pemasangan NGT pada hari

pertama perawatan untuk evaluasi perdarahan, dan tidak didapatkan sisa

perdarahan. Lalu diberikan terapi untuk menstabilkan hemodinamik

menggunakan cairan RL sebanyak 2100cc dalam 24 jam, dan untuk keluhan

mual muntahnya diberikan metoklopamide 3x10mg secara intravena dan

diberikan injeksi PPI berupa lansoprazole sebanyak 2x30mg

Pada pasien didapatkan hipokalemi yang disebabkan karena low

intake, pasien ini mendapatkan terapi koreksi kalium menggunakan KCL 25

Meq yang dilarutkan dengan NS 500cc yang di drip dalam 24 jam lalu obat

oral KSR 2x600mg.

Hipokalemia dapat disebabkan oleh penurunan asupan kalium atau

kehilangan kalium yang berlebihan dalam urin atau melalui saluran

gastrointestinal. Eksresi kalium yang berlebihan dalam urin (kaliuresis)

dapat terjadi akibat penggunaan obat diuretik, penyakit endokrin seperti

hipaldosteronisme primer, kelainan ginjal, dan sindrom genetik yang

memengaruhi fungsi ginjal.5


21

Kehilangan kalium gastrointestinal biasanya disebabkan oleh diare atau

muntah yang berkepanjangan, penyalahgunaan pencahar kronis, obstruksi usus atau

infeksi. Pergeseran kalium intraseluler juga dapat menyebabkan hipokalemia berat.

Pemberian insulin, stimulasi sistem saraf simpatis, tirotoksikosis dan periodik

paralisis sering menjadi alasan untuk hipokalemi. Hiperplasia adrenal kongenital

akibat defek enzimatik adalah sindrom genetik yang sangat terkait dengan

hipertensi dan hipokalemia, akibat efek mineralokortikoid yang berlebihan. Obat-

obatan, seperti diuretik dan penisilin dapat sering menjadi penyebab hipokalemia.

Akhirnya, hipomagnesemia sangat penting. Lebih dari 50% hipokalemia yang

signifikan secara klinis memiliki defisiensi magnesium secara bersamaan.5

Kecepatan pemberian KCL melalui vena perifer 10 mEq per jam,

atau melalui vena sentral 20 mEq per jam atau lebih pada keadaan tertentu.

Pemberian Kalium 40-60 mEq dapat meningkatkan kadar kalium 1-1,5 mEq/L dan

pemberian 135-60 mEq dapat meningkakan kadar kalium 2,5-3,5 mEq/L.4

Jenis pengobatan pada masing-masing derajat hypokalemia dapat dilihat pada table

dibawah ini5:

Hipokalemia Terapi Komentar


Ringan (3,0-3,4 mEq/L) Kalium tablet (72 - Biasanya
mmol/hari) atau IV infus asimptomatik
kalium 25 mL (75 - Monitor tingkat
mmol/hari) kalium dan sesuaikan
perawatannya
- Pertimbangkan
kalium IV jika pasien
tidak dapat
menoleransi kalium
oral
Sedang (2,5-2,9 mEq/L) Kalium tablet (96 - Tidak ada gejala atau
mmol/day) atau IV infus ada gejala minor
kalium 25 mL (100 - Monitor tingkat
mmol/hari) kalium dan sesuaikan
perawatannya
22

- Pertimbangkan
kalium IV jika pasien
tidak dapat
menoleransi kalium
oral
Berat (<2,5 mEq/L atau Penggantian secara - Laju infus standar: 10
simptomatik) intravena 40 mmol KCl mmol / jam
dalam 1 liter NaCl 0,9% - Laju infus maksimum:
(glukose 5% dapat 20 mmol / jam
digunakan) - Periksa kadar
magnesium
- Jika pasien
hipomagnesemik:
berikan inisial 4 mL
MgSO4 50% (8
mmol) diencerkan
dalam 10 mL NaCl
0,9% selama 20
menit, kemudian
mulai infus KCl 40
mmol pertama, diikuti
oleh penggantian
magnesium
Pemberian intravena dapat digunakan jika pasien mual atau tidak mampu

menelan. Kalium klorida adalah agen yang lebih disukai untuk serangan akut pada

pasien dengan fungsi ginjal normal. Dosis awal yang wajar untuk pria 60-120 kg

(yaitu 0,5-1 mEq / kg) adalah 60 mEq. Biasanya, 40-60 mEq K + meningkatkan

konsentrasi kalium 1,0-1,5 mEq / L, dan 135-160 mEq K + meningkatkan kalium

plasma 2,5-3,5 mEq / L. Aqueous pottasium disukai untuk hasil yang lebih cepat.

Jika tidak ada respons dalam 30 menit, tambahan 0,3 mEq / kg dapat diberikan.

Terapi ini harus diulang hingga 100 mEq kalium. Selain itu, pemantauan kalium

serum diperlukan sebelum suplementasi lebih lanjut. Biasanya, seseorang tidak

boleh melebihi dosis total 200 mEq dalam sehari.6


23

Bagan 1.1 Algoritma intervensi dan Tatalaksana Perdarahan SCBA1


24

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Telah dilaporkan sebuah kasus pasien laki-laki berusia 60 tahun dengan

keluhan awal muntah darah dan BAB hitam yang dialami 2 bulan serta riwayat

konsumsi NSAID dan steroid. Pada pemeriksaan motorik pasien didapatkan nyeri

tekan region epigastrium dan umbilikus dan pada pemeriksaan penunjang

didapatkan anemia normositik normo kromik dengan hb 10,7g/dl dan hipokalemia

sedang, yaitu 2,7 mEq/L. Pasien didiagnosis hematemesis melena ec gastropati

NSAID dd h.pylori infection dengan hipokalemi sedang serta hasil OMD

menunjukkan gastritis. Pasien dirawat selama 6 hari di bangsal penyakit dalam pria

dan mendapatkan terapi berupa koreksi kalium, serta parenteral PPI. Saat pulang

keluhan pasien berkurang, nyeri epigastrium berkurang dan hematemesis melena

telah berhenti, dan kadar kalium saat pulang 3,3 mEq/L. Pasien juga telah diedukasi

untuk mengurangi konsumsi obat antinyeri yang dibeli sendiri karena memperberat

penyakitnya.

B. Saran

Saran untuk pasien ini adalah adalah sebaiknya dilakukan endoskopi dan

rapid urease test untuk melihat jenis perdarahan dan menyingkirkan diagnosis

infeksi helicobacter pylori. Ditambah dengan diet tinggi kalium dengan buah

buahan kaya kalium seperti pisang. Serta edukasi untuk mengurangi

pengkonsumsian obat-obatan NSAID dan Steroid tanpa resep dokter..


DAFTAR PUSTAKA

1. Department of internal medicine, Faculty of medicine RSCM Universitas


Indonesia. National Consensus on management of non variceal upper
gastrointestial tract bleeding in indonesia. The indonesian society of
gastroenterology.2014; 46(2) :163-171

2. Fadila Milani Nur. Hematemesis melena dikarenakan gastritis erosive dengan


anemia dan riwayat gout artritis. Fakultas kedokteran universitas
lampung.2013.

3. Jiwon Kim. Management and prevention of upper GI bleeding.PSAP-


VII.2017: 7-14

4. Desi Salwani. Diagnosis dan tatalaksana hipokalemia. SMF Ilmu Penyakt


Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala RSUD dr Zainoel Abidin
Banda Aceh.2010. 57-71

5. Kardalas E, Paschou SA, Anagnostis P, Muscogiuri G, Siasos G, Vrynidou A.


Hypokalemia: a clinical update. Endocrine Connections.2018;7(4):R135-46

6. Sripathi N, Lorenzo N, Talavera F, Lopate Glenn, editors. Periodic paralysis


clinical presentation [Serial online].2018 [cited 30th apr 2018]. Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/1171678-clinical

7.

25
25
27
28
29

Anda mungkin juga menyukai