ASMA BRONKIAL
PENYUSUN:
dr. Maharani Pradnya Paramitha
PEMBIMBING:
dr. Yuyun Widyawati
1
BORANG PORTOFOLIO DOKTER INTERNSIP
RS BHAYANGKARA TULUNGAGUNG
KASUS PULMONOLOGI
Dokter Pendamping:
Tanggal MRS: 18 April 2018
dr. Yuyun Widyawati
Penyusun:
Tanggal Periksa: 18 April 2018
dr. Maharani Pradnya Paramitha
Objektif Penulisan
Keilmuan, Masalah, Diagnostik, Tatalaksana
Makalah:
2
Data Utama untuk Bahan Diskusi:
1. Tinjauan pustaka
2. Kasus: anamnesis, pemeriksaan fisik, dan tatalaksana IGD
Hasil Pembelajaran:
1. Definisi asma
2. Patofisiologi dan patogenesis asma
3. Manifestasi klinis asma
4. Diagnosis asma
5. Tatalaksana asma
3
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Asma
Asma adalah inflamasi kronik pada saluran pernafasan yang menimbulkan hiperresponsif
jalan nafas sehingga muncul gejala – gejala asma, yang episodik dan berulang, yaitu sesak
nafas, dada terasa berat, batuk, dan mengi. 1
Patofisiologi asma merupakan suatu mekanisme kompleks yang melibatkan tiga komponen
utama sebagai berikut2:
— Bronkokonstriksi akut
Bronkokonstriksi akut terjadi akibat pelepasan mediator IgE setelah terjadi paparan
alergen dan merupakan komponen utama dalam terjadinya respon asma awal. 2
4
Gambar 1. Patogenesis asma2
Penderita asma umumnya mengeluhkan sesak nafas, dada terasa berat, batuk, dan mengi.
Gejala – gejala asma ini disebabkan oleh inflamasi jalan napas, obstruksi aliran udara akibat
mukus atau penyempitan bronkus, dan bronkus yang hiperresponsif sesuai dengan
patogenesis asma.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan mengi atau wheezing pada auskultasi paru. Temuan
lainnya dapat berupa takikardi, takipnea, hingga saturasi oksigen yang menurun dan sianosis
pada kasus eksaserbasi yang berat.
Diagnosis Asma
5
— Pemeriksaan fisik
□ Pemeriksaan fisik pada pasien asma biasanya normal
□ Pada saat eksaserbasi paling sering ditemukan mengi pada auskultasi paru,
terutama saat ekspirasi paksa
6
Selain itu, serangan asma akut (eksaserbasi) juga dapat diklasifikasikan berdasarkan berat
serangannya1:
Setelah pasien terdiagnosis asma, perlu juga dilakukan beberapa penilaian tambahan
sebagai berikut3:
7
Tabel 1. Kuesioner penilaian kontrol asma3
— Penilaian komorbiditas
Adanya komorbiditas harus diidentifikasi karena dapat meningkatkan keparahan asma
atau menyulitkan pengobatan asma. Beberapa komorbiditas yang harus diawasi
dalam tatalaksana asma antara lain:
□ Rinitis
□ Rinosinusitis kronik
□ Gastroesophageal reflux (GERD)
□ Obesitas
□ Obstructive sleep apnea
□ Ansietas
□ Depresi
Tatalaksana Asma
Tatalaksana asma disesuaikan dengan derajat asma yang diderita pasien. 3-5 Semua pasien
asma sebaiknya diresepkan agonis beta-2 kerja singkat untuk pelega (reliever) yang dapat
digunakan saat terjadi serangan asma di luar rumah sakit. Pasien dengan asma intermiten
tidak memerlukan pengobatan pengontrol, sedangkan pasien dengan asma persisten
memerlukan pengobatan pengontrol yang disesuaikan dengan derajat berat asmanya. Pada
8
asma persisten ringan, obat pengontrol pilihan adalah glukokortikosteroid inhalasi dosis
rendah. Pada asma persisten sedang, obat pengontrol pilihan adalah inhalasi kombinasi
glukokortikosteroid dosis sedang dengan agonis beta-2 kerja lama. Sedangkan pada asma
persisten berat, obat pengontrol pilihan adalah inhalasi kombinasi glukokortikosteroid dosis
tinggi dengan agonis beta-2 kerja lama, ditambah dengan lebih dari satu obat lain: teofilin,
leukotrien modifier, atau glukokortikosteroid oral.
Tatalaksana asma sesuai derajat asma diringkas dalam tabel sebagai berikut1:
9
Tujuan dari pengobatan asma jangka panjang adalah untuk memiliki asma yang terkontrol
dan mencapai kondisi sebaik mungkin.1 Tujuan ini tercapai dengan: meminimalkan gejala
kronik termasuk serangan malam, meminimalkan eksaserbasi, meniadakan kunjungan ke
IGD, meminimalkan penggunaan bronkodilator, aktivitas sehari – hari normal termasuk
olahraga, meminimalkan efek samping obat.1 Tujuan ini juga dapat berupa perbaikan hasil
spirometri yang ditandai dengan variasi diurnal APE <20% dan APE mendekati normal. 1
Pasien sebaiknya diedukasi mengenai follow-up teratur, tidak hanya saat eksaserbasi,
ditujukan untuk mengupayakan penurunan dosis obat jika kontrol asma sudah dirasa
membaik.3 Selain itu, pasien juga diedukasi cara pemakaian obat inhalasi yang benar serta
agar menghindari pencetus asma, meningkatkan kebugaran fisis dengan olahraga seperti
Senam Asma Indonesia (SAI) yang dapat menguatkan otot – otot pernafasan, dan berhenti
merokok atau menghindari asap rokok.3
Sedangkan tatalaksana serangan asma di rumah sakit mengikuti algoritme sebagai berikut 1:
10
Gambar 5. Tatalaksana serangan asma akut1
11
BAB II
ILUSTRASI KASUS
Identitas
Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis pada ibu pasien pada
tanggal 18 April 2018.
Keluhan Utama
Pasien datang ke IGD RS Bhayangkara Tulungagung dengan keluhan sesak nafas yang
memberat sejak 1 hari yang lalu. Pasien juga mengeluhkan batuk sejak 3 hari yang lalu. Batuk
muncul setelah pasien mendapat tugas kerja bakti bersih – bersih di sekolah. Demam
disangkal. Pilek disangkal. Nyeri telan disangkal. Sehari – hari pasien tidak pernah sesak dan
tidak menggunakan obat kecuali sedang serangan.
12
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat penyakit asma dan sudah pernah mendapat terapi inhalasi uap
sebelumnya. Pasien memiliki riwayat batuk – batuk terutama setelah olahraga, di udara
dingin, dan setelah terkena debu.
Riwayat penyakit asma didapatkan pada nenek pasien. Ibu pasien memiliki alergi makanan
laut. Keluhan batuk, pilek, nyeri tenggorokan pada keluarga saat ini disangkal.
Pasien adalah seorang anak laki – laki tunggal, hidup bersama ayah dan ibu kandungnya.
Saat ini pasien bersekolah di tingkat SD kelas 1. Ayah pasien tidak merokok. Di rumah pasien
tidak ada hewan peliharaan. Rumah pasien dibersihkan tiap hari oleh ibu pasien. Pasien
memiliki kebiasaan jajan es batangan di sekolah.
Pemeriksaan Fisik
Frekuensi nafas : 24x/menit, reguler, nafas cuping hidung (+), retraksi otot
interkostal (+)
Saturasi O2 : 99%
Suhu : 36.6o C
Berat badan : 50 kg
13
Status Generalis
Perkusi: timpani.
Tidak ada.
Diagnosis Sementara
Asma bronkial.
Tatalaksana Diberikan
— Nebule ventolin
— PO Ambroxol 3xI tab
— PO Dexamethason 3xI tab
— PO Salbutamol 3xI tab
14
BAB III
DISKUSI
Pada kasus ini, pasien merupakan seorang anak berusia 7 tahun, dengan keluhan sesak
nafas sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluhkan batuk sejak 3 hari
yang lalu yang muncul setelah pasien melakukan kerja bakti membersihkan sekolah. Pasien
memiliki riwayat alergi dan asma sebelumnya. Keluarga pasien juga memiliki riwayat asma.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan takipnea dengan penggunaan otot – otot bantu nafas dan
nafas cuping hidung positif serta wheezing pada kedua lapang paru. Disimpulkan dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis adalah asma bronkial dengan berat serangan
akut sedang. Tatalaksana yang diberikan adalah nebule ventolin serta obat resep untuk
pulang Ambroxol 3xI tab, Dexamethasone 3xI tab, dan Salbutamol 3xI tab. Pada kasus ini,
terapi di rumah sakit sudah sesuai dengan algoritme pasien dengan serangan asma sedang
yaitu dengan nebulisasi agonis beta-2 kerja singkat (ventolin). Untuk penanganan di rumah,
karena pasien memiliki asma intermitten, berdasarkan algoritme tatalaksana asma di rumah
tidak memerlukan obat pengontrol, hanya sebaiknya diberikan obat pelega berupa
glukokortikosteroid inhalasi dosis rendah. Pada pasien diberikan kortikosteorid dalam bentuk
sediaan oral, Salbutamol sediaan oral jika sesak di rumah, dan obat simptomatis Ambroxol
untuk mengurangi batuk.
15
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
16