Anda di halaman 1dari 17

KONSEP OBAT ANTASIDA DAN ANTI

DIARE
A. OBAT ANTASIDA
1. Deskripsi
Antasida berasal dari kata anti = lawan dan acidus = asam. Antasida adalah
senyawa yang mempunyai kemampuan untuk menetralkan asam klorida
(lambung) atau mengikatnya secara kimiawi.
Antasida merupakan obat-obatan pereda sakit pencernaan, sengatan jantung,
gastritis (radang dinding lambung), serta reflux gastro oesofageal (semburan asam
lambung ke oesofagus). Obat antasid juga membantu meredakan tukak di dinding
lambung maupun duodenum. Obat antasid menetralkan asam lambung, dan
membantu mencegah atau meredakan radang dan nyeri di saluran pencernaan atas.
Antasid juga memberi waktu perbaikan pada dinding lambung atau duodenum
yang rusak oleh tukak sehingga sensitif terhadap jumlah normal asam lambung.
Antasid bisa dibeli bebas. (anonymous 1,2007)
Antasida tidak mengurangi volume HCl yang dikeluarkan lambung, tetapi
peninggian pH akan menurunkan aktifitas pepsin. Penggunaan antasida
bermacam-macam, selain pada tukak lambung-usus, juga pada indigesti dan rasa
terbakar, pada reflux oesophagitis ringan, dan pada gastritis. Obat ini mampu
mengurangi rasa nyeri dilambung dngan cepat (dalam beberapa menit). Efeknya
bertahan 20-60 menit bila diminum pada saat perut kosong dan sampai 3 jam bila
diminum 1 jam sesudah makan. Antasida dapat mengganggu penyerapan obat lain
seperti tetrasiklin, digoksin, besi. (Anonymous3.2007)
Umumnya antasida merupakan basa lemah. Senyawa oksi-aluminium (basa
lemah) sukar untuk meninggikan pH lambung lebih dari 4, sedangkan basa yang
lebih kuat seperti magnesium hidroksida secara teoritis dapat meninggikan pH
sampai 9, tetapi kenyataannya tidak terjadi. Semua anatasida meningkatkan
produksi HCl berdasarkan kenaikan pH yang meningkatkan aktivitas gastrin.

Dahulu senyawa natrium hidrogenkarbonat banyak digunakan, namun saat


ini tidak dianjurkan lagi, karena pada netralisasi asam klorida dengan
hidrogenkarbonat dengan cepat dibebaskan karbon dioksida dalam jumlah
banyak, yang menyebabkan kembung dan jika ada ulkus malahan dapat
menyebabkan ruptura lambung. Atas dasar inilah maka merupakan kesalahan, jika
pada keracunan asam pada lambung diberikan alkali hidrogenkarbonat. Di
samping itu pada pemberian oral natrium hidrogenkarbonat, ion natrium akan
praktis diabsorbsi dengan sempurna, sehingga beban alkali organisme akan
meningkat.
Antasida dibagi dalam dua golongan yaitu antasida sistemik dan antasida
nonsistemik. Antasida sistemik misalnya natrium bikarbonat diabsorbsi dalam
usus halus.
Antasida nonsistemik hampir tidak diabsorbsi dalam usus sehingga tidak
menimbulkan alkalosis metabolik. (Farmakologi & Terapi).
2. Indikasi dan kontra indikasi
a. Indikasi
Antasida digunakan secara oral untuk menghentikan heartburn, yang
merupakan gejala utama dari penyakit gastroesophageal reflux.
Pengobatan dengan antasida bersifat simptomatis dan hanya dapat
digunakan untuk gejala-gejala minor. Kegunaan dari banyak
kombinasi

antasida

tidaklah

jelas,

meski

kombinasi

garam

magnesium dan aluminium dapat mencegah kejanggalan perilaku


defekasi.
b. Kontra-indikasi
Ada beberapa kontra-indikasi antasida yang terdapat dalam obat
maag, antara lain :
Karbonat : dosis tinggi yang teratur dapat menyebabkan
alkalosis, yang menghambat kerja obat lain dan menyebabkan
batu ginjal. Reaksi antara ion karbonat dan asam lambung dapat
menghasilkan gas karbon dioksida, yang menyebabkan mual
muntah yang tidak dapat ditoleransi dengan baik. Karbon
2

dioksida juga menyebabkan sakit kepala dan mengurangi

fleksibilitas otot.
Aluminium hidroksida : dapat menyebabkan pembentukan
kompleks aluminium fosfat yang sukar larut, sehingga
menyebabkan hipofosfatemia dan osteomalasia. Meskipun
aluminium

memiliki

daya

absorpsi

yang

rendah

pada

gastrointestinal, dapat terjadi akumulasi yang menyebabkan

kerusakan ginjal dan konstipasi.


Magnesium hidroksida : memiliki efek laksatif dan dapat
berakumulasi dalam tubuh yang berakibat gagal ginjal yang
mengarah pada hipermagnesia dan komplikasi kardiovaskular

dan neurologis.
Natrium : peningkatan konsumsi natrium dapat membahayakan
hipertensi arteri, gagal jantung dan penyakit ginjal lainnya.
Lambung yang kurang masam dapat mengakibatkan beberapa

gangguan fungsi lambung, seperti kecacatan fungsi mencerna dan


menyerap nutrient (misal: zat besi dan vitamin B kompleks). Selain
itu, antasida juga dapat meningkatkan prevalensi infeksi bakteri pada
lambung dan usus, serta bioavailability pada beberapa obat,
misalnya: bioavailability dari ketoconazole (antifungal) berkurang
pada pH tinggi lambung.
c. Contoh Obat :
Aluminium Hidroksida
Indikasi
: Nyeri radang lambung dan usus 12 jari.
Kontra indikasi
: Nyeri radang lambung dan usus 12 jari.
Simetidin
Indikasi
: Tukak lambung dan usus 12 jari sindrom
Kontra indikasi
Ranitidin
Indikasi
Kontra indikasi

Zollinger-Ellison
:: Tukak lambung, usus 12 jari, tukak akibat
anti inflamasi non steroid
:-

3. Farmakokinetik dan Farmakodinamik


a. Farmakokinetik
Mula kerja obat
Laksatif : 4-8 jam. Sekitar 30% ion magnesium diserap oleh usus
halus.
Ekskresi : urin (sampai dengan 30 % sebagai ion-ion magnesium
yang terabsorbsi) ; feses (obat yang tidak diabsorbsi).
Bila diberikan secara oral bereaksi lebih lambat dengan HCl

di lambung daripada magnesium hiodroksida.


Pada pemberian per oral bereaksi dengan asam lambung
membentuk

magnesium

karbondioksida.

klorida

Karbondioksida

yang
dapat

larut

dan

menyebabkan

kembung atau eruktasi/bersendawa.


Kalsium karbonat diubah menjadi kalsium klorida oleh asam
lambung. Kalsium karbonat juga mengikat fosfat dalam
saluran cerna untuk membentuk komplek yang tidak larut dan
mengurangi absorbsi fosfat. Beberapa dari kalsium diabsorbsi
dari usus dan bagian yang tidak terabsorbsi diekskresikan

melalui feses.
b. Farmakodinamik
Mekanisme Aksi
Menetralkan HCl dalam lambung dengan membentuk

garam Al(Cl)3 dan H2O.


Magnesium hidroksida per oral bereaksi relatif cepat
dengan HCl dalam lambung menbentuk magnesium
klorida

dan

mengosongkan

air.

Magnesium

usus

dengan

hidroksida

menyebabkan

juga
retensi

osmotik cairan yang mengembangkan kolon dengan

aktivitas peristaltik yang meningkat.


Bila diberikan secara oral bereaksi lebih lambat dengan

HCl di lambung daripada magnesium hiodroksida.


Pada pemberian per oral bereaksi dengan asam lambung
membentuk

magnesium

klorida

yang

larut

dan

karbondioksida.
4. Pengkajian Keperawatan
4

a. Kaji nyeri yang dialami klien, termasuk tipe, lama, berat, dan
frekuensinya. Nyeri tukak biasanya timbul setelah makan dan
pada malam hari (nyeri nokturnal).
b. Kaji fungsi ginjal klien. Laporkan jumlah urin bila kurang 600
ml/hari,atau kurang dari 25 ml/jam. Gangguan ginjal dapat
mempengaruhhi antasida yang mengandung magnesium dan
kalsium (hipermagnesemia dan hiperkalsemia) dan penghambat
H2.
c. Kaji cairan dan ketidakseimbangan elektrolit jika terjadi
hipermagnesemia, atau diare akibat garam magnessium dari
antasida.
d. Identifikasi factor resiko dari penyakit ulkus peptikum :
Merokok sigaret. Efek yang menstimulasi sekresi asam
lambung dan menyebabkan penurunan suplai darah ke
mukosa lambung. ( nikotin menyebabkan konstriksi

pembuluh darah) .
Stress, termasuk stress fisiologi ( seperti shock, sepsis,
luka bakar, pembedahan, trauma kepala, trauma berat, dan

penyakit fisik lain), dan stress psikologis.


Penggunaan obat seperti aspirin, NSAIDs, kortikosteroid,

dan anti neoplastik.


Tanda dan gejala yang memperlihatkan tipe dan lokasi

ulkus.
Nyeri epigastrium yang periodic, yang terjadi 1 sampai 4
jam setelah makan, atau sepanjang malam dan sering

dirasakan seperti terbakar atau terasa perih sekali.


Terjadi perdarahan gastrointestinal pada ulkus yang akut
atau kronik ketika erosi ulkus mengenai pembuluh darah.
Manifestasi klinis mulai dari gejala ringan (ada darah
pada feses dan akhirnya anemia) atau berat (hematemisis

melena, hipotensi, dan shock)


GERD (gastroesophago refluks deseases) menyebabkan
heartburn / rasa panas dalam perut (sensasi panas di
substernal).
5

a.

5. Intervensi dan Health Education


Pedoman terapi antacid

Pemakaian jangka panjang dihindarkan


Mula kerja suspense lebih cepat daripada tablet
Perhatikan urutan daya netralisasi : Ca.., Mg.., Al..
Campuran dua atau lebih antasida tidak lebih daripada suatu
macam sediaan antasida. Untuk menghilangkan konstipasi atau
diare lebih baik diberikan dua preparat yang terpisah daripada

Antasida

sebagai campuran
Nilai biaya pengobatan berdasarkan biaya sehari
Bersamaan dengan terapi lainnya
meredakan

gejala,

membantu

penyembuhan

luka,

dan

menurunkan kekambuhan. Obat ini relative tidak mahal tapi harus dimunum 5-7
kali sehari. Aturan antasida optimal untuk penyembuhan luka sekitar 15-30 mL
cairan atau 2-4 tablet 1 jam dan 3 jam setelah makan dan sebelum tidur.
Total dosis harian antasida harus 200-400 milieqivalen kapasitas
penetralan. Bagaimanapun, antasida digantikan dengan terapi penekan asam
dalam pengobatan ulkus peptik dan digunakan hanya untuk menghilangkan gejala
jangka pendek. Secara umum ada 2 tipe antasida: menyerap dan tidak menyerap.
Antasida yang tidak menyerap (contoh Na karbonat, Kalsium karbonat)
menyediakan penetralan yang lengkap dan cepat tapi dapat menyebabkan
kebasaan (alkalosis) dan sebaiknya digunakan hanya dalam waktu singkat.
Antasida yang tidak menyerap contoh aluminum dan magnesium hidroksida
menyebabkan lebih sedikit efek samping sistemik dan disarankan.
b.

Antasida dalam Terapi Tukak Peptik


Seringkali antasida digunakan dalam pengobatan sendiri (self
medication) untuk berbagai keluhan lambung. Akibat iklam yang
berlebihan maka masyarakat dan sebagian dokter percaya bahwa setiap
keluhan di bagian lambung akan sembuh dengan antasida, sehingga terjadi
penggunaan antasida yang berlebihan.

Dalam pengobatan tukak peptic antasida memegang peranan


penting di samping berbagai cara pengobatan lain. Dengan pemberian
antacid, nyeri lambung pasien tukak peptic akan hilang, tetapi tidak berarti
pasien dalam taraf penyembuhan, jadi bahaya perforasi tetap ada.
Kegagalan pengobatan simtomatik tukak peptic dengan antasida
disebabkan karena :

Frekuensi pengobatan yang tidak adekuat

Dosis yang diberikan tidak cukup

Pemilihan sediaan yang tidak tepat

Sekresi asam lambung diwaktu tidur tidak terkontrol


Regimen dosis antasida bervariasi tergantung dari beratnya gejala.
Untuk tukak peptik tanpa komplikasi pemberian pada 1 dan 3 jam
setelah makan dan menjelang tidur malam umumnya memadai.
Bentuk tablet maupun suspense menunjukkan efektivitas yang
sama.
Pada pasien tukak peptik yang berat pengobatan dengan
anstasida perlu dilakukan bersamaan dengan segala usaha
pengobatan lainnya yaitu diet, istirahat, psikoterapi, pemberian
antikolinergik. Pemberian obat sedatif nyatanya tidak lebih baik
dan placebo.
6. Hal-hal yang harus diperhatikan perawat dalam pemberian

obat antasida
a. Pengajaran kepada Klien
Beritahukan klien untuk melaporkan rasa sakit, batuk, atau

muntah darah (hematemesis).


Nasehati untuk tidak memakan makanan atau minuman cairan
yang dapat menyebabkan iritasi lambung, seperti minuman yang

mengandung kafein, alkohol, dan bumbu mis yg pedas.


Beritahukan klien untuk melakukan teknik relaksasi untuk
mengurangi kecemasan.
7

b. Untuk terapi antasida :


Nasehati klien untuk tidak membeli antasid bebas tanpa
pemberitahuan dokter. Dosis obat yang tidak memadai (terlalu
sedikit,terlalu sering, atau terlaluu banyak ) dapat menimbulkan

komplikasi.
Beritahukan klien cara yang benar untuk memakai antasida.
Tablet kunyah harus dikunyah dengan baik diikuti dengan air.
Antasida cair harus diminum dengan 2-4 oz air untuk

memastikan obat ini dapat mencapai lambung.


Nasihati klien untuk memakai antasida 1-3 jam setelah makan
dan waktu akan tidur. Jangan memakai antasida pada waktu
makan

obat

ini

lambung,menyebabkan

akan

memperlambat

peningkatan

pengosongan

aktivitas

saluran

gastrointestinal dan sekresi lambung.


Nasihati klien untuk memberitahukan dokter jika timbul

konstipasi atau diare, antasida mungkin perlu diganti.


Tekankan bahwa antasid tidak sama dengan permen dan minum

antasid secara berlebihan adalah kontraindikasi.


Nasihati klien untuk tidak memakai antasida bersama-sama susu
atau makanan yang banyak mengandung vitamin D, kecuali jika

pasti tidak ada kontraindikasi.


Beritahukan klien untuk menghindari antasida 1-2 jam sesudah
makan obat oral lain karena ada kemungkinan gangguan

absorpsi.
Nasihati klien untuk memeriksa label antasida untuk mengetahui
kandungan natrium, jika klien sedang menjalani diet natrium

terbatas.
Antikolinerjik :
Untuk menghindari sembelit, klien harus meningkatkan masukan
cairan, makanan yang berserat, dan olahraga jika tidak

kontraindikasi.
Laporkan takhikardi atau retensi urin.
Antagonis H2 :

Nasehatkan untuk tidak merokok, yang dapat menghambat


efektivitas H2.

B. OBAT ANTI DIARE


1. Deskripsi obat anti diare secara umum
Diare adalah kondisi yang ditandai keluarnya feses secara
abnormal dalam interval waktu yang sangat singkat. Kondisi ini
disebabkan oleh berbagai sebab di antaranya perubahan diet,
intoleransi makanan seperti laktosa, gangguan inflamasi pada usus
karena mengonsumsi obat seperti antibiotik, kandungan magnesium
dalam antasida, infeksi bakteri (keracunan obat) atau infeksi virus
(rotavirus pada anak-anak). Diare khususnya pada anak-anak dan
orang tua, lebih cepat menimbulkan dehidrasi. Dehidrasi ini bersifat
fatal dan perlu penanganan medis secepatnya (MIMS Indonesia,
2009).
Diare adalah keadaan dimana buang air dengan banyak cairan
(mencret) dan merupakan gejala dari penyakit-penyakit tertentu atau
gangguan lainnya, berasal dari bahasa Yunani yaitu diarrea yang
berarti mengalir melalui. Pada diare terdapat gangguan dari
resorpsi sedangkan sekresi getah lambung-usus dan motilitas usus
meningkat.

Menurut

teori

klasik,

diare

disebabkan

oleh

meningkatnya peristaltik usus, hingga pelintasan chymus sangat


dipercepat

dan

masih

mengandung

banyak

air

pada

saat

meninggalkan tubuh sebagai tinja. Penelitian dalam tahun-tahun


terakhir

menunjukkan

bahwa

penyebab

utamanya

adalah

bertumpuknya cairan di usus akibat terganggunya resorpsi air atau


terjadinya hipersekresi. Biasanya resorpsi melebihi sekresi, tetapi
karena sesuatu sebab sekresi menjadi lebih besar daripada resorpsi,
maka terjadilah diare (Obat-Obat Penting, 2002).
Anti diare adalah obat-obat yang digunakan untuk
menanggulangi atau mengobati penyakit diare yang disebabkan
oleh bakteri atau kuman, virus, cacing atau keracunan makanan.
Gejala diare adalah buang air besar berulang kali dengan banyak
cairan kadang- kadang disertai mulas (kejang-kejang perut)
kadang-kadang disertai darah atau lendir.
Diare terjadi karena adanya rangsangan terhadap saraf
otonom

di

dinding

usus

sehingga

menimbulkan

reflek

mempercepat peristaltik usus. Rangsangan ini dapat ditimbulkan


oleh:

Infeksi oleh bakteri patogen misalnya bakteri E. coli

Infeksi oleh kuman Thypus (kadang-kadang) dan Kolera

Infeksi oleh virus misalnya influenza perut dan travellers


diarre

Akibat dari penyakit cacing (cacing gelang, cacing pita)

Keracunan makanan atau minuman

Gangguan gizi

Pengaruh enzim tertentu

Pengaruh saraf (terkejut, takut, dan sebagainya)

Diare juga dapat merupakan salah satu gejala penyakit seperti kanker
pada usus
10

2. Indikasi dan kontra indikasi


Contoh obat
a. Antrexol
Indikasi : Mengurangi seringnya BAB dan memadatkan tinja
pada penderita diare atau mencret.
Kontraindikasi : Ibu hamil dan menyusui, penderita yang
memiliki kelainan atau kecenderungan pendarahan, kerusakan
saluran empedu atau tukak lambung kronis, hipersensitif.
b. Anstrep suspense
Indikasi : Mengurangi seringnya BAB dan memadatkan tinja
pada penderita diare atau mencret.
Kontraindikasi : Ibu hamil dan menyusui, penderita yang
memiliki kelainan atau kecenderungan pendarahan, kerusakan
saluran empedu atau tukak lambung kronis
3. Farmakokinetik dan Farmakodinamik
a. Farmakokinetik
Absorbsi
Fluorokuinolon diserap lebih baik melalui saluran pencernaan
daripada asam nalidiksat. Ofloksasin, levofloksasin, galtifloksasin
dan moksifloksasin adalah golongan flurokuinolon yang diserap baik
sekali pada pemberian oral. Pefloksasin adalah fluorokuinolon yang
absorbsinya paling baik dan masa paruh eliminasinya paling panjang.
Penyerapan siprofloksasin dan mungkin juga fluorokuinolon lainnya
terhambat bila diberikan bersama antasida (Setiabudy, 2007b).

Distribusi
Fluorokuinolon hanya sedikit yang terikat dengan protein.

Golongan ini didistribusi dengan baik pada berbagai organ tubuh.


Dalam urin semua fluorokuinolon mencapai kadar yang melampaui
kadar Hambat Minimal untuk kebanyakan kuman patogen selama
minimal

12

jam.

Salah

satu

sifat

fluorokuinolon

yang

menguntungkan ialah bahwa golongan obat ini mampu mencapai


kadar tinggi dalam kelenjar prostat. Beberapa fluorokuinolon seperti
11

siprofloksasin dan ofloksasin dapat mencapai kadar tinggi dalam


cairan

serebrospinal

bila

ada

meningitis.

Sifat

lain

yang

menguntungkan adalah masa paruh eliminasinya panjang sehingga


obat cukup diberikan 2 kali sehari (Setiabudy, 2007b).

Metabolisme dan Ekskresi


Bioavailabilitas pada pemberian per oral sama dengan

pemberian parenteral. Kebanyakan fluorokuinolon dimetabolisme di


hati dan diekskresikan melalui ginjal. Sebagian kecil obat akan
dikeluarkan

melalui

empedu.

Hemodialisis

hanya

sedikit

mengeluarkan fluorokuinolon dari tubuh sehingga penambahan dosis


umumnya tidak diperlukan (Setiabudy, 2007b).
b. Farmakodinamik
Fluorokuinolon bekerja dengan mekanisme yang sama
dengan kelompok kuinolon yang terdahulu. Fluorokuiolon baru
menghambat topoisomerase II (=DNA dirase) dan IV pada kuman.
Enzim topoisomerase II berfungsi menimbulakn relaksasi pada DNA
yang mengalami positive supercoiling (pilinan positif yang
berlebihan) pada waktu trankripsi dalam proses replikasi DNA.
Topoisomerase IV berfungsi dalam pemisahan DNA baru yang
terbentuk setelah proses replikasi DNA kuman selesai (Setiabudy,
2007b)
4. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian
a. Identitas klien.
b. Riwayat keperawatan.
Awalan serangan : Suhu tubuh meningkat,anoreksia kemudian
timbul diare.
Keluhan utama : Faeces semakin cair, muntah, bila kehilangan
banyak air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan
menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit

12

berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekwensi BAB


lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.
c. Riwayat kesehatan masa lalu.
Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi.
d. Riwayat psikososial keluarga.
Hospitalisasi akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri
maupun bagi keluarga, kecemasan meningkat jika orang tua tidak
mengetahui prosedur dan pengobatan anak, setelah menyadari penyakit
anaknya, mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa bersalah.
e. Kebutuhan dasar.

Pola eliminasi

Akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari,


BAK sedikit atau jarang.

Pola nutrisi

Diawali dengan mual, muntah, anopreksia, menyebabkan penurunan


berat badan pasien.

Pola tidur dan istirahat

Terganggu

karena

adanya

distensi

abdomen

yang

akan

menimbulkan rasa tidak nyaman.

Pola hygiene

Kebiasaan mandi setiap harinya.

Aktivitas

Akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri
akibat distensi abdomen.
5. Intervensi dan Health Education
a. Terapi Cairan

Penatalaksanaan diare telah ditetapkan World Health Organization


(WHO) yang diadaptasi oleh Kementerian Kesehatan RI. Yaitu

13

cukup berikan rehidrasi oral berupa oralit. Karena oralit mengandung


natrium 75 mg/liter, glukosa 75 mg/liter, kalium 20 ml/liter, dan
osmolaritas (kekentalan cairan) 245 mg/liter

Yang paling utama penanganan diare adalah pemberian terapi cairan.


Pelaksanaan pemberian terapi cairan dapat dilakukan secara oral atau
parenteral. Pemberian secara oral dapat dilakukan untuk dehidrasi
ringan sampai sedang dapat menggunakan pipa nasogastrik,
walaupun pada dehidrasi ringan dan sedang, bila diare profus dengan
pengeluaran air tinja yang hebat ( > 100 ml/kg/hari ) atau mutah
hebat ( severe vomiting ) dimana penderita tak dapat minum
samasekali, atau kembung yang sangat hebat ( violent meteorism )
sehingga rehidrasi oral tetap akan terjadi defisit maka dapat
dilakukan rehidrasi panenteral walaupun sebenarnya rehidrasi
parenteral dilakukan hanya untuk dehidrasi berat dengan gangguan
sirkulasi.

Dehidrasi dengan mengganti defisit. Rehidrasi pada dehidrasi ringan


dan sedang dapat dilakukan dengan pemberian oralit sesuai dengan
defisit yang terjadi

b. Intervensi Gangguan Gizi

Amatlah penting untuk tetap memberikan nutrisi yang cukup selama


diare, terutama pada anak dengan gizi yang kurang. Minuman dan
makanan jangan dihentikan lebih dari 24 jam, karena pulihnya
mukosa usus tergantung dari nutrisi yang cukup. Bila tidak maka hal
ini akan merupakan faktor yang memudahkan terjadinya diare
kronik1. Pemberian kembali makanan atau minuman ( refeeding )
secara cepat sangatlah penting bagi anak dengan gizi kurang yang
mengalami diare akut dan hal ini akan mencegah berkurangnya berat
badan lebih lanjut dan mempercepat kesembuhan. Air susu ibu dan

14

susu formula serta makanan pada umumnya harus dilanjutkan


pemberiannya selama diare.

Pemberian

makanan

kepada

anak

diare

sebaiknya

jangan

dipuasakan, tetapi batasi pemberian serat (sayur dan buah). Jangan


berikan makanan berbumbu dan manis dan minuman manis pula.
Karena minuman manis akan lebih banyak menyerap cairan dan
menyebabkan diare lebih lanjut.

Suplemen

nukleotida

pada

susu

formula

secara

signifikan

mengurangi lama dan beratnya diare pada anak oleh karena


nucleotide adalah bahan yang sangat diperlukan untuk replikasi sel
usus.

Pemberian susu rendah laktosa, formula medium laktosa atau bebas


laktosa diberikan pada penderita yang menunjukkan gejala klinik
dan laboratorium intoleransi laktosa. Intoleransi laktosa berspektrum
dari yang ringan sampai yang berat dan kebanyakan adalah tipe yang
ringan sehingga cukup memberikan formula susu yang biasanya
diminum dengan pengenceran oleh karena intoleransi laktosa ringan
bersifat sementara dan dalam waktu 2-3 hari akan sembuh terutama
pada anak dengan gizi yang baik. Namun bila terdapat intoleransi
laktosa yang berat dan berkepanjangan tetap diperlukan susu formula
bebas laktosa untuk waktu yang lebih lama. Untuk intoleansi laktosa
ringan dan sedang sebaiknya diberikan formula susu rendah laktosa.
Penulis lain memberikan formula bebas laktosa atau formula soya
untuk

penderita

intoleransi

laktosa

sekunder

oleh

karena

gastroenteritis, malnutrisi protein-kalori dan lain penyebab dari


kerusakan mukosa usus.

Pada keadaan ini ASI tetap diberikan;, tidak perlu memberikan susu
rendah laktosa /pengenceran susu pada anak dengan diare,
15

khususnya untuk usia di atas 1 tahun atau yang sudah makan


makanan padat.

Sebagaimana halnya intoleransi laktosa, maka intoleransi lemak


pada diare akut sifatnya sementara dan biasanya tidak terlalu berat
sehingga tidak memerlukan formula khusus. Pada situasi yang
memerlukan banyak enersi seperti pada fase penyembuhan diare,
diet rendah lemak justru dapat memperburuk keadaan malnutrisi dan
dapat menimbulkan diare kronik.

6. Hal-hal

yang

harus

diperhatikan

perawat

dalam pemberian obat tersebut


Diare dapat mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit,
karena itu terapi rehidrasi (cairan rehidrasi oral) mungkin
diperlukan
Jika diare pada anak-anak disertai dengan rehidrasi, maka
pengobatan awal harus diberikan cairan rehidrasi oral
Jangan digunakan pada anak-anak umur 3-6 tahun, kecuali atas
petunjuk dokter
Dapat mempengaruhi absorpsi saluran pencernaan dan obatobat lainm karena itu dianjurkan interval waktu 2-3 jam
antara pemberian oral obat-obat lain dengan obat ini.
Jangan digunakan lebih dari 2 hari atau pada keadaan demam
tinggi
Untuk mencegah terbukanya luka pada usus dan perdarahan,
sebaiknya pasien diare harus istrhat lengkap (bedrest).
Perlu pula dilakukan diet dengan bahan makanan yang tidak
merangsang dan mudah dicerna. Diet yang baik adalah
sebagai beriku: pada hari pertama bubur encer dengan
beberapa tetes kecap dan miuman air teh agak pekat, pada
hari 2-5 nasi tim dengan kaldu ayam, sayur yang dihaluskan,

16

garam da beberapa tetes kecap. Menurut laporan diet ini


dapat mempercepat penyembuhan diare.

17

Anda mungkin juga menyukai