“GINEKOLOGI”
Disusun oleh:
Kelompok 2
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena atas segala berkat dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan
Makalah dari Mata Kuliah Compounding and Dispensing yang
membahas tentang penyakit “Ginekologi”. Rasa hormat dan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu apt. Dra. Lungguk
Hotagaol,M.Pd, M.Farm selaku dosen pengampu mata kuliah
Compounding and Dispensing yang senantiasa meluangkan waktu,
tenaga dan perhatiannya dalam memberikan ilmu, arahan dan saran
dalam penyusunan makalah ini.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obstetri dan ginekologi merupakan cabang ilmu kedokteran yang mempelajari dan
menangani kesehatan wanita. Obstetri dan ginekologi adalah cabang ilmu kedokteran
yang berbeda. Obstetri fokus dalam penanganan kehamilan dan persalinan, sedangkan
ginekologi fokus dalam penanganan masalah organ reproduksi wanita. Ginekologi adalah
cabang ilmu kedokteran yang khusus mempelajari masalah seputar sistem reproduksi
wanita. Meski keduanya berbeda, kedua cabang ilmu ini melingkupi dua masalah
kesehatan terbesar pada wanita sehingga tergabung dalam satu spesialisasi yang disebut
dengan istilah OBGYN. Di Indonesia, dokter spesialis ini diberi gelar Spesialis Obstetri
& Ginekologi (Kebidanan dan Kandungan) atau disingkat SpOG. Organisasi ini berdiri
dilatarbelakangi oleh taraf kesehatan perempuan Indonesia masih memprihatinkan seperti
tercermin dari tingginya angka kesakitan dan angka kematian ibu maupun perinatal.
Disadari bahwa kesehatan perempuan merupakan kondisi yang mutlak harus
diperhatikan, karena dari perempuan yang sehat akan lahir generasi mendatang yang
sehat sehingga mampu menjadi tumpuan harapan bangsa Indonesia untuk bersaing
diantara bangsa di dunia terutama dalam era globalisasi. Tubuh wanita mengalami proses
biologis yang berbeda-beda, meliputi menstruasi, melahirkan, serta menopause. Jika
mengalami masalah kesehatan terkait ketiga proses tersebut atau masalah pada organ
reproduksi wanita, dokter Obgyn adalah dokter yang perlu Anda temui untuk
mendapatkan beragam pelayanan dan penanganan seputar kesehatan wanita tersebut.
Layanan ginekologi mengarah pada kesehatan organ reproduksi wanita, mulai dari
vagina, rahim, ovarium, hingga tuba falopi. Layanan ginekologi juga bisa mencakup
penanganan masalah yang berhubungan dengan payudara wanita (1).
Kanker ginekologi merupakan salah satu jenis kanker yang banyak menyerang
kaum perempuan di Indonesia bahkan di dunia. Di negara Indonesia kanker menjadi
penyakit ke dua yang paling banyak menyerang perempuan setelah kanker mulut atau
kanker leher rahim (Mardiana, 2009). Beberapa pengobatan untuk mengobati penyakit-
penyakit ginekologi dapat ditangani melalui pembedahan, kemoterapi, terapi penyinaran,
dan konsumsi obat-obatan. Salah satu dari beberapa pengobatan melaui pembedahan,
kemoterapi, terapi penyinaran, maupun konsumsi obat-obatan akan memunculkan
beberapa efek samping. Apoteker akan memantau terapi pengobatan ginekologi agar hasil
terapi sesuai dengan yang diharapkan, dan apabila timbul efek samping dari obat-obatan
yang dikonsumsi tersebut cepat untuk ditangani dan dapat mencegah efek samping yang
lebib berat pada pasien (1).
B. RUMUSAN MASALAH
Penyakit ginekologi dan kanker ginekolgi merupakan salah satu jenis penyakit kanker
yang banyak menyerang kaum perempuan di Indonesia bahkan di dunia. Beberapa
pengobatan untuk mengobati penyakit-penyakit ginekologi dapat ditangani melalui
pembedahan, kemoterapi, terapi penyinaran, dan konsumsi obat-obatan. Salah satu dari
beberapa pengobatan melaui pembedahan, kemoterapi, terapi penyinaran, maupun
konsumsi obat-obatan akan memunculkan beberapa efek samping. Berdasarkan latar
belakang tersebut
1. Apa yang dimaksud dengan ginekologi?
2. Apakah obat untuk terapi ginekologi pada pasien sudah sesuai?
C. TUJUAN
1. Membahas mengenai ilmu ginekologi.
2. Membahas kesesuaian terapi obat penyakit ginekolog.
BAB II
MATERI POKOK
A. PATOFISIOLOGI
Infeksi ginekologi adalah infeksi yang menyerang sistem reproduksi wanita pada kondisi
wanita tidak sedang hamil. Sedangkan pemeriksaan ginekologi adalah suatu prosedur
klinik yang ilakukan secara bimanual untuk menenukan atau mengetahui kondisi organ
genitalia wanita, berkaitan dengan upaya pengenalan atau penentuan ada tidaknya
kelainan pada bagian tersebut. Pemeriksaan ini merupakan rangkaian dari suatu prosedur
pemeriksaan yang lengkap sehingga hasil pemeriksaan ini terfokus pada tampilan
genitalia eksterna dan upaya untuk mengetahui arah, besar, konsistensi uterus dan
serviks, kondisi adneksa, parametrium dan organ-organ disekitar genitalia interna (rongga
pelvik). Infeksi pada vulva yang lazim disebut vulvitis sebagian besar dengan gejala
keputihan atau lekorea dan tanda infeksi local. Sebab-sebab: Gonokokus, Candida
albican, Trichomonas, Oxyuris, Pediculi pubis, Diabetes, Vulvitis dapat juga terjadi
sekunder, terhadap leukore dan fistel tractus genital (2).
1. Vulvitis
a. Masalah Kesehatan
Infeksi pada vulva yang lazim disebut vulvitis sebagian besar dengan gejala
keputihan atau lekorea dan tanda infeksi lokal.
Penyebab : gonococcus, Candida albican, Trichomonas, Pediculi pubis, diabetes.
Vulvitis juga dapat terjadi sekunder terhadap leukore dan fistel tractus genital.
Bentuk-bentuk yang jarang terjadi :
1) Dipheri: hanya terjadi pada anak-anak dan terbentuk. Pseudomembran putih
2) Pada beberapa macam infeksi kadang-kadang terjadi juga gambaran yang
menyerupai diphteri seperti pada sepsis, thyphus
3) Vulvitis aphtosa
4) Gangrene vulva
5) Herpes genital: menyebabkan nyeri.
Penyulit vulvitis ;
1) Bartholinitis : biasanya oleh gonococcus tapi dapat juga disebabkan oleh
kuman biasa.
2) Kondiloma akuminata : tumor-tumor bersifat kulit yang runcing. Biasanya
akibat fluor.
b. Hasil Anamnesis
Gejala-gejala :
1) Perasaan panas dan nyerti terutama waktu buang air kecil
2) Leokorea yang sering disertai perasaan gatal hingga terjadi iritasi oleh adanya
garukan
3) Gangguan coitus
4) Introitus dan labia menjadi merah dan bengkak dan sering tertutup oleh secret
5) Hygiene yang kurang seperti pada wanita yang gemuk dan tua
6) Infeksi vulva yang merupakan bagian terluar genital wanita dapat dalam
bentuk:
a) Infeksi kulit berambut : menimbulkan kesukaran bergerak
b) Infeksi kelenjar bartholini : terletak dibagian bawah vulva, penderita sukar
jalan dan duduk karena sakit.
e. Penatalaksanaan Komprehensif
1) Terapi yang paling baik adalah terapi causal. Misalnya infeksi oleh kuman-
kuman dapat diberikan salep yang mengandung antibiotika, antimycotika
sering dengan cortisone
2) Trichomonas dapat diobati dengan derivat imidasol, oxyuriasis dengan
piperazin, pediculi dengan DDT
3) Pada anak-anak kita harus ingat akan vulvitis gonorrhoica, pada orang dewasa
kemungkinan diabetes selalu harus dipertimbangkan.
4) Secara umum dapat diberikan zitbad
5) Bartholini abses harus diinsisi dan diberikan antibiotika
6) Condylomata acuminate dapat dihilangkan dengan elektrokoagulasi
2. Infertilitas
a. Masalah Kesehatan
Infertilitas adalah kegagalan dari pasangan suami-istri untuk mengalami
kehamilan setelah melakukan hubungan seksual, tanpa kontrasepsi, selama satu
tahun. Ketidaksuburan (infertil) adalah suatu kondisi dimana pasangan suami istri
belum mampu memiliki anak walaupun telah melakukan hubungan seksual
sebanyak 2 – 3 kali seminggu dalam kurun waktu 1 tahun dengan tanpa
menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun.
Disebut infertilitas primer kalau istri belum pernah hamil walaupun bersenggama
dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan 12 bulan. Disebut infertilitas
sekunder kalau istri pernah hamil akan tetapi kemudian tidak terjadi kehamilan
lagi walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan 12
bulan.
b. Hasil Anamnesis
Pasien biasanya datang dengan keluhan belum mendapatkan keturunan dalam
perkawinannya. Tiga faktor utama yang paling berperan dalam infertilitas yaitu
umur perempuan, lama infertilitas dan jenis infertilitas (primer atau sekunder).
Umur perempuan merupakan parameter terpenting yang berbanding terbalik
dengan fekunditas, terutama disebabkan oleh penurunan kualitas dan kuantitas
oosit. Faktor lain yang perlu diketahui adalah adanya riwayat laparotomi yang
dapat berperan dalam perlengketan pelvik (risiko relatif 4.4 ; CI = 3.4-‐6.5).
Kebiasaan merokok juga dapat menurunkan fekunditas dan keberhasilan program
teknologi reproduksi berbantu (TRB). Anamnesis yang lengkap dapat
menyingkirkan kemungkinan faktor etiologi infertilitas yaitu gangguan ovulasi
(lama dan keteraturan siklus haid), oklusi tuba fallopii (riwayat operasi
sebelumnya) dan endometriosis (dismenorea dan dispareunia).
Pemeriksaan Fisik.
Pria :pemeriksaan lengkap (fisik, seksual, psikologik), pemeriksaan klinik
genitalia untuk ukuran testis, variokel, dll.
Wanita :pemeriksaan lengkap (fisik, seksual, psikologik), pemeriksaan pelvis
untuk kelainan traktus genitalis.
Pemeriksaan penunjang.
Pria : analisis semen termasuk volume semen (> 2 ml dengan > 20 juta
spermatozoa/ml), motilitas (lebih dari 40%, 4 jam setelah semen
dikeluarkan), dan morfologi ( 60% spermatozoa harus mempunyai
morfologi normal).
Wanita : tes ovulasi (pengukuran temperatur basal tubuh dll, insuflasi tuba,
histerosalphingografi, laparoskopi, pemeriksaan endokrin, pemeriksaan
getah serviks, biopsi endometrium).
d. Pemeriksaan Diagnosis
Diagnosis klinis : berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
Diagnosis banding :
1) Infertilitas primer
2) Infertilitas sekunder
b. Hasil Anamnesis
1. Nyeri abdomen dapat berkembang secara bertahap atau tiba-tiba, tergantung
pada jenis kelainan perdarahan bertahap atau torsi intermitten, perdarahan akut,
ruptur mendadak atau torsi. Nyeri dapat terlokalisir pada salah satu kuadran
bagian bawah atau menyeluruh pada abdomen bagian bawah.
2. Nausea atau vomitus dapat terjdi segera setelah nyeri tiba-tiba yang menyiksa
atau dapat berkembang setelah nyeri timbul beberapa jam.
3. Riwayat menstruasi
4. Sinkope atau syok
Pemeriksaan Penunjang
1. Tes kehamilan
2. Foto abdomen
3. USG
4. Hitung darah lengkap : kadar Hb, Hmt, Jumlah lekosit
5. Tes koagulasi
6. Kuldosentesis
Penegakan Diagnosis (Assesment) Diagnosis ditegakkan dari hasil anamnesis
pemeriksaan fisik dan penunjang Diagnosis Banding : 1. Kehamilan ektopik 2.
Infeksi pelvis 3. Appendicitis akut 4. Divertikulitis 5. Perforasi usus 6. Obstruksi
usus Komplikasi : perdarahan, infeksi, obstruksi usus karena perlengketan,
nekrosis.
f. Prognosis
Prognosis kasus ini tergantung penanganan.
4. Endometriosis
a. Masalah kesehatan
Endometritis adalah peradangan atau iritasi pada lapisan rahim (endometrium). Hal
ini berbeda dengan endometriosis. Keterlambatan terapi dapat menyebabkan syok.
Endometritis dapat terjadi pada saat yang sama dengan infeksi panggul lainnya.
b. Hasil anamnesis
Seorang perempuan berusia 24 tahun datang ke dokter dengan keluhan perdarahan
pervaginam. Pasien juga demam, nyeri perut bawah. Gejala ini mulai timbul
setelah pemasangan IUD beberapa hari yang lalu. Dari pemeriksan fisik di dapat
lokia berbau dan purulen.
Gajala yang timbul pada endometritis meliputi
1. Demam >380C dapat disertai menggigil
2. Nyeri perut bawah
3. Lokia berbau dan purulen
4. Nyeri tekan pada uterus
5. Uterus subinvolusi
6. Kadang susah BAB
7. Dapat disertai perdarahan pervaginam dan syok
Endometritis disebabkan oleh infeksi pada rahim. Hal ini dapat disebabkan
Klamidia Trakomatis, Gonore, TBC, atau campuran bakteri yang normal vagina.
Hal ini lebih mungkin terjadi setelah keguguran atau melahirkan. Hal ini juga lebih
umum setelah persalinan lama atau sectio secaria. Faktor predisposisi meliputi
kurangnya tindakan aseptik saat melakukan tindakan, kurangnya higien pasien, dan
kurangnya nutrisi. Risiko endometritis lebih tinggi setelah prosedur panggul yang
dilakukan melalui leher rahim seperti biopsi endometrium, histeroskopi,
penempatan alat kontrasepsi dalam rahim (IUD).
Candida vaginitis dikaitkan dengan pH vagina normal (<4,5). Penggunaan 10% KOH
dalam sediaan basah meningkatkan visualisasi ragi dan miselia dengan mengganggu
bahan seluler yang mungkin mengaburkan ragi atau pseudohyphae. Pemeriksaan wet
mount dengan preparasi KOH harus dilakukan untuk semua wanita dengan gejala atau
tanda VVC, dan wanita dengan hasil positif harus dirawat. Bagi mereka dengan tinja
basah negatif tetapi ada tanda atau gejala, kultur vagina untuk Candida harus
dipertimbangkan. Jika Candida kulturtidak dapat dilakukan untuk para wanita ini,
pengobatan empiris dapat dipertimbangkan. Mengidentifikasi Candida dengan kultur
tanpa adanya gejala atau tanda bukan merupakan indikasi untuk pengobatan, karena
sekitar 10% -20% wanita mengandung Candida sp. dan jamur lain di vagina. Pengujian
PCR untuk ragi tidak disetujui FDA; kultur untuk ragi tetap menjadi standar emas untuk
diagnosis. VVC dapat terjadi bersamaan dengan PMS. Kebanyakan wanita sehat dengan
VVC tanpa komplikasi tidak memiliki faktor pencetus yang dapat diidentifikasi (1).
A. SKRINING RESEP
Skrining Resep atau biasa dikenal dengan Pengkajian Resep merupakan kegiatan
apoteker dalam mengkaji sebuah resep yang meliputi pengkajian administrasi,
farmasetik dan klinis sebelum resep diracik. Tujuannya tentunya untuk menjamin
keamanan (safety) dan kemanjuran (efficacy) dari obat dalam resep ketika
digunakan pasien serta memaksimalkan tujuan terapi.
B. SKRINING ADMINISTRASI
Persyaratan administrasi meliputi nama dokter, SIP, alamat dokter, tanggal
penulisan resep, nama, umur, berat badan, alamat pasien, tanda tangan/paraf
dokter, jenis obat, dosis, potensi/indikasi, cara pemakaian, dan bentuk sediaan
jelas. Pada resep pasien kesesuaian administrasi hampir seluruhya lengkap dan
jelas namun, tidak tercantumnya alamat pasien.
Data ceklis Ada Tidak
Nama dokter √
Alamat & no √
tlp dokter
SIP dokter √
Paraf/ttd √
dokter
Nama pasien √
Umur pasien √
Alamat pasien √
Tanggal Lahir √
C. SKRINING
Kesesuaian farmasetis meliputi bentuk sediaan, dosis, inkompatibiltas, stabilitas
dan cara pemberian. Pada pasien tersebut tidak tercantumkan data inkompatibitas,
cara penyimpanan obat.
D. SKRINING KLINIS
Persyaratan klinis meliputi, ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat,
duplikasi pengobatan, alergi, interaksi, dan efek samping obat, kontra indikasi
serta efek adiktif. Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan
kepada dokter penulis dengan memberikan pertimbangan dan alternatif bila perlu
menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan.
a. Ketepatan indikasi, obat yang ditulis pada resep harus sesuai dengan
indikasi penyakit yang diderita pasien.
b. Dosis dan waktu penggunaan obat, pada resep harus tepat agar terapi yang
diberikan mencapai hasil yang maksimal.
c. Duplikasi pengobatan, obat yang ada pada resep terdiri dari beberapa obat
yang mempunyai indikasi yang sama.
d. Efek samping, merupakan efek yang tidak diinginkan yang timbul pada
dosis terapi.
e. Alergi, obat yang ada pada resep harus diketahui mempunyai potensi
reaksi alergi pada pasien, apalagi untuk pasien yang memiliki riwayat
alergi tertentu.
f. Kontra indikasi, merupakan obat yang ditulis berlawanan dengan indikasi
penyakit pasien.
1. Primolut N
2. Diflucan
a. Indikasi : Kandidiasis Vaginal.
b. Dosis dalam literature : 150 mg dosis tunggal.
c. Dosis dalam resep : 1x1
d. Efek Samping : Nausea, sakit perut, diare, kembung;
gangguan enzim hati; kadang-kadang ruam (hentikan obat atau awasi
secara ketat); angioudem, anafilaksis.
e. Kontraindikasi : Gangguan ginjal, kehamilan (dosis tinggi
menyebabkan teratogenik) dan menyusui, peningkatan enzim hati.
Aritmia, hindarkan pemakaian bersama astemizol atau terfenadin atau
cisaprid.
f. Interaksi : Penggunaan bersama warfarin, oral
sulfonylurea, hidroklortiazid, fenitoin, rifampisin, teofilin, terfenadine,
takrolimus : flukonazol meningkatkan kadar obat dengan menurunkan
metabolisme.
3. Formyco cream
a. Indikasi : Anti jamur, kandidiasis vaginal resisten
yang kronis/ vulval kandidiasis.
b. Dosis : 2% (oleskan tipis 1x/hari selama 2 minggu).
c. Dosis dalam resep : -
d. Efek Samping : Iritasi lokal dan reaksi hipersensitif, sedikit
rasa panas, eritema dan gatal. Pengobatan dihentikan bila efek samping
bertambah berat.
e. Kontraindikasi : Pemberian bersamaan dengan terfenadin
atau astemizol.
f. Interaksi : Belum ada interaksi yang dilaporkan.
4. Floragyn
a. Indikasi : Terapi tambahan untuk kandidiasis
vulvovag, vaginosis bacterial.
b. Dosis dalam literatur : 2 kapsul per hari pada hari pertama terapi
antibiotik hingga 3 minggu sesudah penghentian terapi antibiotik.
Diberikan 1-2 jam sesudah pemberian antibiotic (terapi pengobatan), 1
kapsul per hari selama 3 minggu dengan selang waktu pemberian tiap 4
bulan (terapi pencegahan).
c. Dosis dalam resep : 2x1.
d. Efek Samping : Tidak menimbulkan efek samping jika
digunakan sesuai dengan yang di anjurkan.
e. Kontraindikasi : Tidak boleh diberikan pada pasien yang
hipersensitif terhadap komponen yang terkandung dalam Floragyn.
f. Interaksi : Belum ada interaksi yang dilaporkan.
5. Vitamin D3 5000 IU
a. Indikasi :.Meningkatkan kadar vitamin D pada
pasien dengan riwayat kekurangan/defisiensi vitamin D.
b. Dosis dalam literatur : Dewasa 5000 IU/hari untuk pengobatan
minimal 8 minggu .
c. Dosis dalam resep : 1x1 5000 IU.
d. Efek Samping : Hipersensitifitas.
e. Kontraindikasi : Hiperkalemia dan atau hiperkalsiuria,
kalsium nephrolithiasis, hipervitaminosis, kerusakan dan kegagalan ginjal
parah.
f. Interaksi : Menurunkan efek anti kejang (Fenitoin,
Fenobarbital, Primidone), rigfampisin dan INH, Glukokortikoid, obat
yang menyebabkan malabsorbsi lemak seperti orlistat, paraffin liquid,
cholestyramine, dapat mengganggu absorbs cholecalciferol, obat
sitotoksik, Actynomicin dan imidazole obat antifungi mengganggu kerja
vitamin D, meningkatkan kadar aluminium hidroksida, cardiac
glycosides, garam magnesium, Sucralfat.
6. Cavit D3
a. Indikasi : Suplemen kalsium untuk wanita hamil, dan
menyusui.
b. Dosis dalam literatur : kalsium hydrogen fosfat 500 mg,
kolekalsiferol 133 IU 1 tablet perhari.
c. Dosis dalam resep : 1x1.
d. Efek Samping : Belum ada efek samping yang dilaporkan.
e. Kontraindikasi : Hipersensitivitas terhadap salah satu
komposisi dari Cavit D3.
f. Interaksi : Belum ada interaksi yang dilaporkan.
7. Formical
a. Indikasi : Suplemen untuk membantu memenuhi
kebutuhan kalsium pada: remaja dan dewasa muda, wanita hamil dan
menyusui, wanita menopause dan orang lanjut usia.
b. Dosis dalam literatur : 1 kaplet 2 atau 3 kali sehari (Kalsium
karbonat 766 mg, magnesium hidroksida 372,5 mg, zink sulfat
monohidrat 14 mg, vitamin D3 3,8 mcg, boron glycinate 22 mg).
c. Dosis dalam resep : 1x1.
d. Efek Samping : Gangguan gastrointestinal ringan sesekali,
misalnya konstipasi dan perut kembung.
e. Kontraindikasi : Hipersensitivitas. harus di bawah
pengawasan pengobatan pada hipoklorhidria kronis, riwayat batu kemih,
gangguan fungsi ginjal.
f. Interaksi : Hindari penggunaan bersamaan dengan
tetrasiklin.
G. ETIKET
Jl. Gereja Theresia No.22, Menteng Jakarta Jl. Gereja Theresia No.22, Menteng Jakarta
10350 10350
Sehari 3x1 tablet sesudah makan Sehari 1x1 kapsul sebelum makan per
minggu
Diminum jam 07 pagi, jam 2 siang dan jam
10 malam
Jl. Gereja Theresia No.22, Menteng Jakarta Jl. Gereja Theresia No.22, Menteng Jakarta
10350 10350
Dioleskan tipis 1x sehari Sehari 2x1 kapsul 1-2 jam sesudah minum
Diflucan
Jl. Gereja Theresia No.22, Menteng Jakarta Jl. Gereja Theresia No.22, Menteng Jakarta
10350 10350
Sehari 1x1 tablet sesudah makan Sehari 1x1 kaplet sesudah makan
H. COPY RESEP
SIPA : 23/XII/2021
SALINAN RESEP
Iter 5x
R/ Vit. D3 5000 IU NO. XXX
S1d1tab
------------------------------------------ det orig -----------
R/ Formical NO. XXX
S1d1tab
----------------------------------------- det orig---------------
P.C.C.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Ginekologi merupakan cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang
masalah yang berkaitan dengan sistem reproduksi wanita
2. Pada resep tersebut menurut kelompok kami pasien memperoleh pengobatan untuk
penyakit ginekologi yaitu pasien diberikan obat Primolut N (untuk pendarahan
disfungsi uterus), Diflucan (untuk mengatasai Kandidiasis Vaginal), Formyco
Cream (obat topical untuk kandidiasis), Floragyn terapi tambahan untuk
kandidiasis), Vitamin D3, dan Formical (suplemen terapi kalsium yang diduga
untuk program hamil), terapi pengobatan sudah sesuai, namun perlu dipantau untuk
penggunaan antibiotic golongan Azole bagi pasien Menorrhagia ataupun
Perdarahan Disfungsi Uterus.
B. SARAN
Perlu dilakukan monitoring dari terapi obat terhadap kondisi fisiologi dari pasien seperti
monitoring kadar estrogen dan progesteron, kadar kalsium dalam darah.
DAFTAR PUSTAKA
3. Adikuntati YM. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Tingkat Pendapatan dengan Perilaku
Swamedikasi Demam oleh Ibu- Ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. J Chem Inf
Model. 2008;01(01):1689–99.
5. Centers for Disease Control and Prevention : 2015 Sexually Transmitted Diseases
Treatment Guidelines.
8. https://www.medscape.com/
9. Konsensus Tatalaksana Pendarahan Uterus Abnormal Karena Efek Samping Kontrasepsi
(POGI dan HIFERI)