Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH COMPOUNDING AND DISPENSING

“GINEKOLOGI”

Disusun oleh:
Kelompok 2

1. Sandi Cahya Prawira 2020001174


2. Sefti Qurniati Komsi 2020001175
3. Septia Fanny Wandari2020001176
4. Serlin Natalia Fono 2020001177
5. Sianne Trio Minggu L 2020001178

Dosen Pengampu : apt. Dra. Lungguk Hotagaol, M.Pd, M.Farm

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PANCASILA

JAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena atas segala berkat dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan
Makalah dari Mata Kuliah Compounding and Dispensing yang
membahas tentang penyakit “Ginekologi”. Rasa hormat dan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu apt. Dra. Lungguk
Hotagaol,M.Pd, M.Farm selaku dosen pengampu mata kuliah
Compounding and Dispensing yang senantiasa meluangkan waktu,
tenaga dan perhatiannya dalam memberikan ilmu, arahan dan saran
dalam penyusunan makalah ini.

Dengan segala keterbatasan yang dimiliki, disadari masih


banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu,
dengan segala kerendahan hati kami mengharapkan kritik dan saran
guna menyempurnakan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan.

Jakarta, 20 Mei 2021


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Obstetri dan ginekologi merupakan cabang ilmu kedokteran yang mempelajari dan
menangani kesehatan wanita. Obstetri dan ginekologi adalah cabang ilmu kedokteran
yang berbeda. Obstetri fokus dalam penanganan kehamilan dan persalinan, sedangkan
ginekologi fokus dalam penanganan masalah organ reproduksi wanita. Ginekologi adalah
cabang ilmu kedokteran yang khusus mempelajari masalah seputar sistem reproduksi
wanita. Meski keduanya berbeda, kedua cabang ilmu ini melingkupi dua masalah
kesehatan terbesar pada wanita sehingga tergabung dalam satu spesialisasi yang disebut
dengan istilah OBGYN. Di Indonesia, dokter spesialis ini diberi gelar Spesialis Obstetri
& Ginekologi (Kebidanan dan Kandungan) atau disingkat SpOG. Organisasi ini berdiri
dilatarbelakangi oleh taraf kesehatan perempuan Indonesia masih memprihatinkan seperti
tercermin dari tingginya angka kesakitan dan angka kematian ibu maupun perinatal.
Disadari bahwa kesehatan perempuan merupakan kondisi yang mutlak harus
diperhatikan, karena dari perempuan yang sehat akan lahir generasi mendatang yang
sehat sehingga mampu menjadi tumpuan harapan bangsa Indonesia untuk bersaing
diantara bangsa di dunia terutama dalam era globalisasi. Tubuh wanita mengalami proses
biologis yang berbeda-beda, meliputi menstruasi, melahirkan, serta menopause. Jika
mengalami masalah kesehatan terkait ketiga proses tersebut atau masalah pada organ
reproduksi wanita, dokter Obgyn adalah dokter yang perlu Anda temui untuk
mendapatkan beragam pelayanan dan penanganan seputar kesehatan wanita tersebut.
Layanan ginekologi mengarah pada kesehatan organ reproduksi wanita, mulai dari
vagina, rahim, ovarium, hingga tuba falopi. Layanan ginekologi juga bisa mencakup
penanganan masalah yang berhubungan dengan payudara wanita (1).

Kanker ginekologi merupakan salah satu jenis kanker yang banyak menyerang
kaum perempuan di Indonesia bahkan di dunia. Di negara Indonesia kanker menjadi
penyakit ke dua yang paling banyak menyerang perempuan setelah kanker mulut atau
kanker leher rahim (Mardiana, 2009). Beberapa pengobatan untuk mengobati penyakit-
penyakit ginekologi dapat ditangani melalui pembedahan, kemoterapi, terapi penyinaran,
dan konsumsi obat-obatan. Salah satu dari beberapa pengobatan melaui pembedahan,
kemoterapi, terapi penyinaran, maupun konsumsi obat-obatan akan memunculkan
beberapa efek samping. Apoteker akan memantau terapi pengobatan ginekologi agar hasil
terapi sesuai dengan yang diharapkan, dan apabila timbul efek samping dari obat-obatan
yang dikonsumsi tersebut cepat untuk ditangani dan dapat mencegah efek samping yang
lebib berat pada pasien (1).

B. RUMUSAN MASALAH
Penyakit ginekologi dan kanker ginekolgi merupakan salah satu jenis penyakit kanker
yang banyak menyerang kaum perempuan di Indonesia bahkan di dunia. Beberapa
pengobatan untuk mengobati penyakit-penyakit ginekologi dapat ditangani melalui
pembedahan, kemoterapi, terapi penyinaran, dan konsumsi obat-obatan. Salah satu dari
beberapa pengobatan melaui pembedahan, kemoterapi, terapi penyinaran, maupun
konsumsi obat-obatan akan memunculkan beberapa efek samping. Berdasarkan latar
belakang tersebut
1. Apa yang dimaksud dengan ginekologi?
2. Apakah obat untuk terapi ginekologi pada pasien sudah sesuai?

C. TUJUAN
1. Membahas mengenai ilmu ginekologi.
2. Membahas kesesuaian terapi obat penyakit ginekolog.
BAB II

MATERI POKOK

A. PATOFISIOLOGI

Infeksi ginekologi adalah infeksi yang menyerang sistem reproduksi wanita pada kondisi
wanita tidak sedang hamil. Sedangkan pemeriksaan ginekologi adalah suatu prosedur
klinik yang ilakukan secara bimanual untuk menenukan atau mengetahui kondisi organ
genitalia wanita, berkaitan dengan upaya pengenalan atau penentuan ada tidaknya
kelainan pada bagian tersebut. Pemeriksaan ini merupakan rangkaian dari suatu prosedur
pemeriksaan yang lengkap sehingga hasil pemeriksaan ini terfokus pada tampilan
genitalia eksterna dan upaya untuk mengetahui arah, besar, konsistensi uterus dan
serviks, kondisi adneksa, parametrium dan organ-organ disekitar genitalia interna (rongga
pelvik). Infeksi pada vulva yang lazim disebut vulvitis sebagian besar dengan gejala
keputihan atau lekorea dan tanda infeksi local. Sebab-sebab: Gonokokus, Candida
albican, Trichomonas, Oxyuris, Pediculi pubis, Diabetes, Vulvitis dapat juga terjadi
sekunder, terhadap leukore dan fistel tractus genital (2).

B. MACAM-MACAM INFEKSI GINEKOLOGI DENGAN GEJALA DAN


ETIOLOGI (2).

1. Vulvitis
a. Masalah Kesehatan
Infeksi pada vulva yang lazim disebut vulvitis sebagian besar dengan gejala
keputihan atau lekorea dan tanda infeksi lokal.
Penyebab : gonococcus, Candida albican, Trichomonas, Pediculi pubis, diabetes.
Vulvitis juga dapat terjadi sekunder terhadap leukore dan fistel tractus genital.
Bentuk-bentuk yang jarang terjadi :
1) Dipheri: hanya terjadi pada anak-anak dan terbentuk. Pseudomembran putih
2) Pada beberapa macam infeksi kadang-kadang terjadi juga gambaran yang
menyerupai diphteri seperti pada sepsis, thyphus
3) Vulvitis aphtosa
4) Gangrene vulva
5) Herpes genital: menyebabkan nyeri.

Penyulit vulvitis ;
1) Bartholinitis : biasanya oleh gonococcus tapi dapat juga disebabkan oleh
kuman biasa.
2) Kondiloma akuminata : tumor-tumor bersifat kulit yang runcing. Biasanya
akibat fluor.

b. Hasil Anamnesis
Gejala-gejala :
1) Perasaan panas dan nyerti terutama waktu buang air kecil
2) Leokorea yang sering disertai perasaan gatal hingga terjadi iritasi oleh adanya
garukan
3) Gangguan coitus
4) Introitus dan labia menjadi merah dan bengkak dan sering tertutup oleh secret
5) Hygiene yang kurang seperti pada wanita yang gemuk dan tua
6) Infeksi vulva yang merupakan bagian terluar genital wanita dapat dalam
bentuk:
a) Infeksi kulit berambut : menimbulkan kesukaran bergerak
b) Infeksi kelenjar bartholini : terletak dibagian bawah vulva, penderita sukar
jalan dan duduk karena sakit.

c. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana


Infeksi kulit berambut: terjadi perubahan warna, membengkak, terasa nyeri,
kadang-kadang tampak bernanah.
Infeksi kelenjar bartholini: warna kulitnya berubah, membengkak, terjadi
timbunan nanah di dalam kelenjar.
d. Penegakan Diagnosis (Assessment)
Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang swab sekret.

e. Penatalaksanaan Komprehensif
1) Terapi yang paling baik adalah terapi causal. Misalnya infeksi oleh kuman-
kuman dapat diberikan salep yang mengandung antibiotika, antimycotika
sering dengan cortisone
2) Trichomonas dapat diobati dengan derivat imidasol, oxyuriasis dengan
piperazin, pediculi dengan DDT
3) Pada anak-anak kita harus ingat akan vulvitis gonorrhoica, pada orang dewasa
kemungkinan diabetes selalu harus dipertimbangkan.
4) Secara umum dapat diberikan zitbad
5) Bartholini abses harus diinsisi dan diberikan antibiotika
6) Condylomata acuminate dapat dihilangkan dengan elektrokoagulasi

2. Infertilitas
a. Masalah Kesehatan
Infertilitas adalah kegagalan dari pasangan suami-istri untuk mengalami
kehamilan setelah melakukan hubungan seksual, tanpa kontrasepsi, selama satu
tahun. Ketidaksuburan (infertil) adalah suatu kondisi dimana pasangan suami istri
belum mampu memiliki anak walaupun telah melakukan hubungan seksual
sebanyak 2 – 3 kali seminggu dalam kurun waktu 1 tahun dengan tanpa
menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun.
Disebut infertilitas primer kalau istri belum pernah hamil walaupun bersenggama
dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan 12 bulan. Disebut infertilitas
sekunder kalau istri pernah hamil akan tetapi kemudian tidak terjadi kehamilan
lagi walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan 12
bulan.
b. Hasil Anamnesis
Pasien biasanya datang dengan keluhan belum mendapatkan keturunan dalam
perkawinannya. Tiga faktor utama yang paling berperan dalam infertilitas yaitu
umur perempuan, lama infertilitas dan jenis infertilitas (primer atau sekunder).
Umur perempuan merupakan parameter terpenting yang berbanding terbalik
dengan fekunditas, terutama disebabkan oleh penurunan kualitas dan kuantitas
oosit. Faktor lain yang perlu diketahui adalah adanya riwayat laparotomi yang
dapat berperan dalam perlengketan pelvik (risiko relatif 4.4 ; CI = 3.4-‐6.5).
Kebiasaan merokok juga dapat menurunkan fekunditas dan keberhasilan program
teknologi reproduksi berbantu (TRB). Anamnesis yang lengkap dapat
menyingkirkan kemungkinan faktor etiologi infertilitas yaitu gangguan ovulasi
(lama dan keteraturan siklus haid), oklusi tuba fallopii (riwayat operasi
sebelumnya) dan endometriosis (dismenorea dan dispareunia).

c. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana


Syarat-syarat pemeriksaan :
Setiap pasangan infertil harus diperlakukan sebagai satu kesatuan. Itu berarti,
kalau istri saja sedangkan suaminya tidak mau diperiksa, maka pasangan itu tidak
diperiksa.
Adapun syarat-syarat pasangan infertil sebagai berikut :
1) Istri yang berumur antara 20-30 tahun baru akan diperiksa setelah berusaha
untuk mendapatkan anak selama 12 bulan. Pemeriksaan dapat dilakukan lebih
dini apabila :
a) Pernah mengalami keguguran berulang
b) Diketahui mengalami kelainan endokrin
c) Pernah mengalami peradangan rongga panggul atau rongga perut
d) Pernah mengalami bedah gynekologi
2) Istri yang berumur antara 31-35 tahun dapat diperiksa pada kesempatan
pertama pasangan itu datang ke dokter
3) Istri pasangan infertil yang berumut antara 36-40 tahun hanya dilakukan
pemeriksaan infertilitas kalau belum mempunyai anak pada perkawinan ini.
4) Pemeriksaan infertilitas tidak dilakukan pada pasangan infertil yang salah
satu anggota pasangannya mengidap penyakit yang dapat membahayakan
kesehatan istri atau anaknya.

Pemeriksaan Fisik.
Pria :pemeriksaan lengkap (fisik, seksual, psikologik), pemeriksaan klinik
genitalia untuk ukuran testis, variokel, dll.
Wanita :pemeriksaan lengkap (fisik, seksual, psikologik), pemeriksaan pelvis
untuk kelainan traktus genitalis.

Pemeriksaan penunjang.
Pria : analisis semen termasuk volume semen (> 2 ml dengan > 20 juta
spermatozoa/ml), motilitas (lebih dari 40%, 4 jam setelah semen
dikeluarkan), dan morfologi ( 60% spermatozoa harus mempunyai
morfologi normal).
Wanita : tes ovulasi (pengukuran temperatur basal tubuh dll, insuflasi tuba,
histerosalphingografi, laparoskopi, pemeriksaan endokrin, pemeriksaan
getah serviks, biopsi endometrium).

d. Pemeriksaan Diagnosis
Diagnosis klinis : berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
Diagnosis banding :
1) Infertilitas primer
2) Infertilitas sekunder

e. Rencana Penatalaksanaan Komprehensif


Penatalaksanaan : penanganan infertilitas pada prinsipnya didasarkan atas 2 hal,
yaitu :
1) Mengatasi faktor penyebab/etiologi
2) Meningkatkan peluang untuk hamil
Penatalaksanaan tergantung pada penyebab infertiltas :
1) Air mani yang abnormal : nasehat untuk melakukan senggama berencana pada
saat-saat subur istri.
2) Varikokel : varikokelektomi
3) Sumbatan vass deferens : vasoepididimostomi
4) Infeksi traktus genitalis : antibiotika
5) Defisiensi gonadotropin : terapi hormone
6) Stimulasi ovulasi

3. Torsi dan Ruptur Kista/Tumor Adneksa (Kista Ovarium)


a. Masalah Kesehatan
Kista ovarium adalah tumor kistik pada ovarium (asal dan jenis bermacam-
macam). Dapat menyebabkan nyeri perut akut karena terpuntir atau ruptur,
terutama pada kehamilan trimester pertama. Hasil Anamnesis (Subjective) 1. Nyeri
abdomen dapat berkembang secara bertahap atau tiba-tiba, tergantung pada jenis
kelainan perdarahan bertahap atau torsi.

b. Hasil Anamnesis
1. Nyeri abdomen dapat berkembang secara bertahap atau tiba-tiba, tergantung
pada jenis kelainan perdarahan bertahap atau torsi intermitten, perdarahan akut,
ruptur mendadak atau torsi. Nyeri dapat terlokalisir pada salah satu kuadran
bagian bawah atau menyeluruh pada abdomen bagian bawah.
2. Nausea atau vomitus dapat terjdi segera setelah nyeri tiba-tiba yang menyiksa
atau dapat berkembang setelah nyeri timbul beberapa jam.
3. Riwayat menstruasi
4. Sinkope atau syok

c. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana (Objective)


Pemeriksaan Fisik :
a) Pemeriksaan Umum
1. Suhu normal atau sedikit meningkat
2. Tekanan darah dan pernafasan dalam batas normal, kecuali terdapat
gejala syok hipovolemik
b) Pemeriksaan Abdomen
1. Nyeri tekan unilateral pada kuadran bagian bawah dengan atau tanpa
nyeri lepas, rigiditas dan pengerasan.
2. Bising usus biasanya normal
c) Pemeriksaan Pelvis
1. Ukuran uterus biasanya normal kecuali pasien hamil
2. Apabila servis digerakkan sering terasa nyeri
3. Suatu masa yang terpalpasi biasanya tampil dalam bentuk hematom
disekeliling tempat perdarahan, torsi tumor kistik atau solid atau
perdarahan kedalam suatu kista ovarium.

Pemeriksaan Penunjang
1. Tes kehamilan
2. Foto abdomen
3. USG
4. Hitung darah lengkap : kadar Hb, Hmt, Jumlah lekosit
5. Tes koagulasi
6. Kuldosentesis
Penegakan Diagnosis (Assesment) Diagnosis ditegakkan dari hasil anamnesis
pemeriksaan fisik dan penunjang Diagnosis Banding : 1. Kehamilan ektopik 2.
Infeksi pelvis 3. Appendicitis akut 4. Divertikulitis 5. Perforasi usus 6. Obstruksi
usus Komplikasi : perdarahan, infeksi, obstruksi usus karena perlengketan,
nekrosis.

d. Penegakan Diagnosis (Assesment)


Diagnosis ditegakkan dari hasil anamnesis pemeriksaan fisik dan penunjang
Diagnosis Banding :
1. Kehamilan ektopik
2. Infeksi pelvis
3. Appendicitis akut
4. Divertikulitis
5. Perforasi usus
6. Obstruksi usus
Komplikasi : perdarahan, infeksi, obstruksi usus karena perlengketan, nekrosis.

e. Rencana Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)


1. Tatalaksana Umum
Apabila dicurigai adanya perdarahan intraperitonium, segera rujuk ibu ke rumah
sakit.
2. Tatalaksana Khusus
Pada kista ovarium terpuntir disertai nyeri perut dilakukan laparotomi. Pada kista
ovarium asimptomatik:
a. Bila kista berukuran > 10 cm, dilakukan laparatomi pada trimester kedua
kehamilan.
b. Bila kista berukuran < 5 cm, tidak perlu dioperasi.
c. Bila kista berukuran 5 – 10 cm, lakukan observasi: jika menetap atau
membesar, lakukan laparotomi pada trimester kedua kehamilan.
Kriteria Rujukan : Rujukan dilakukan jika dicurigai keganasan

f. Prognosis
Prognosis kasus ini tergantung penanganan.

4. Endometriosis
a. Masalah kesehatan
Endometritis adalah peradangan atau iritasi pada lapisan rahim (endometrium). Hal
ini berbeda dengan endometriosis. Keterlambatan terapi dapat menyebabkan syok.
Endometritis dapat terjadi pada saat yang sama dengan infeksi panggul lainnya.
b. Hasil anamnesis
Seorang perempuan berusia 24 tahun datang ke dokter dengan keluhan perdarahan
pervaginam. Pasien juga demam, nyeri perut bawah. Gejala ini mulai timbul
setelah pemasangan IUD beberapa hari yang lalu. Dari pemeriksan fisik di dapat
lokia berbau dan purulen.
Gajala yang timbul pada endometritis meliputi
1. Demam >380C dapat disertai menggigil
2. Nyeri perut bawah
3. Lokia berbau dan purulen
4. Nyeri tekan pada uterus
5. Uterus subinvolusi
6. Kadang susah BAB
7. Dapat disertai perdarahan pervaginam dan syok
Endometritis disebabkan oleh infeksi pada rahim. Hal ini dapat disebabkan
Klamidia Trakomatis, Gonore, TBC, atau campuran bakteri yang normal vagina.
Hal ini lebih mungkin terjadi setelah keguguran atau melahirkan. Hal ini juga lebih
umum setelah persalinan lama atau sectio secaria. Faktor predisposisi meliputi
kurangnya tindakan aseptik saat melakukan tindakan, kurangnya higien pasien, dan
kurangnya nutrisi. Risiko endometritis lebih tinggi setelah prosedur panggul yang
dilakukan melalui leher rahim seperti biopsi endometrium, histeroskopi,
penempatan alat kontrasepsi dalam rahim (IUD).

c. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang sederhana (Objective)


Pemeriksaan fisik meliputi nyeri tekan perut bawah/ nyeri uterus, lokia berbau,
purulen, perdarahan dari uterus dalam jumlah banyak. Hati-hati tanda-tanda syok.
Pemeriksaan penunjang meliputi:
1. Pemeriksaan darah perifer lengkap termasuk hitung jenis leukosit
2. Golongan darah ABO dan jenis Rh
3. Gula Darah Sewaktu (GDS)
4. Analisis urin
5. Kultur (cairan vagina, darah, dan urin sesuai indikasi)
6. Ultrasonografi (USG) untuk menyingkirkan kemungkinan adanya sisa plasenta
dalam rongga uterus atau massa intra abdomen-pelvik .

d. Penegakan diagnosis (Assessment)


Penegkan diagnosis dilakukan dengan anamnesis yang akurat dan pemeriksaan
fisik sehingga diagnosis segera ditemukan. Jangan lupa menanyakan RPS untuk
mengetahui penyebab gejala dan perdarahan vagina yang timbul. Hati-hati dengan
tanda-tanda syok.

e. Penatalaksanaan komprehensif (Plan)


Tata Laksana Umum meliputi berikan
1. Antibiotika sampai dengan 48 jam bebas demam:
a. Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam
b. Ditambah gentamisin 5 mg/kgBB IV tiap 24 jam
c. Ditambah metronidazol 500 mg IV tiap 8 jam
d. Jika masih demam 72 jam setelah terapi, kaji ulang diagnosis dan
tatalaksana
2. Cegah dehidrasi. Berikan minum atau infus cairan kristaloid.
3. Pertimbangkan pemberian vaksin tetanus toksoid (TT) bila ibu dicurigai
terpapar tetanus (misalnya ibu memasukkan jamu-jamuan ke dalam
vaginanya).
4. Jika diduga ada sisa plasenta, lakukan eksplorasi digital dan keluarkan bekuan
serta sisa kotiledon. Gunakan forsep ovarium atau kuret tumpul besar bila
perlu
5. Pasien harus dilakukan rawat inap untuk monitoring terapi yang dilakukan

C. DIAGNOSIS, PEMERIKSAAN FISIK DAN PENUNJANG

Kandidiasis Vulvovaginal (VVC)


Diagnosis Candida vaginitis disarankan secara klinis dengan adanya disuria eksterna dan
pruritus vulva, nyeri, bengkak, dan kemerahan. Tanda-tandanya meliputi edema vulva,
fisura, ekskoriasi, dan cairan vagina kental yang kental. Diagnosis dapat ditegakkan pada
wanita yang memiliki tanda dan gejala vaginitis ketika
1. Sediaan basah (saline, 10% KOH) atau pewarnaan Gram pada keputihan
menunjukkan tunas ragi, hifa, atau pseudohyphae atau
2. Kultur atau lainnya tes menghasilkan hasil yang positif untuk spesies ragi.

Candida vaginitis dikaitkan dengan pH vagina normal (<4,5). Penggunaan 10% KOH
dalam sediaan basah meningkatkan visualisasi ragi dan miselia dengan mengganggu
bahan seluler yang mungkin mengaburkan ragi atau pseudohyphae. Pemeriksaan wet
mount dengan preparasi KOH harus dilakukan untuk semua wanita dengan gejala atau
tanda VVC, dan wanita dengan hasil positif harus dirawat. Bagi mereka dengan tinja
basah negatif tetapi ada tanda atau gejala, kultur vagina untuk Candida harus
dipertimbangkan. Jika Candida kulturtidak dapat dilakukan untuk para wanita ini,
pengobatan empiris dapat dipertimbangkan. Mengidentifikasi Candida dengan kultur
tanpa adanya gejala atau tanda bukan merupakan indikasi untuk pengobatan, karena
sekitar 10% -20% wanita mengandung Candida sp. dan jamur lain di vagina. Pengujian
PCR untuk ragi tidak disetujui FDA; kultur untuk ragi tetap menjadi standar emas untuk
diagnosis. VVC dapat terjadi bersamaan dengan PMS. Kebanyakan wanita sehat dengan
VVC tanpa komplikasi tidak memiliki faktor pencetus yang dapat diidentifikasi (1).

D. TATA LAKSANA FARMAKOLOGI (3)


E. TATA LAKSANA NON FARMAKOLOGI (4,5)
- Jaga area genital agar selalu bersih dan kering. Hindari sabun dan bilas dengan air
saja.
- Hindari douching. Meskipun banyak wanita merasa bersih jika mereka douche setelah
menstruasi atau hubungan seksual, itu benar-benar dapat memperburuk keputihan
karena bakteri sehat menghilangkan lapisan vagina yang melindungi terhadap infeksi
- Makan yogurt dengan budaya hidup atau tablet Lactobacillus acidophilus untuk
mencegah infeksi jamur.
- Gunakan kondom untuk menghindari penangkapan atau penyebaran penyakit menular
seksual.
- Hindari menggunakan semprotan kebersihan feminin, wewangian, atau serbuk di
daerah kelamin.
- Hindari memakai celana yang sangat ketat atau celana pendek, yang dapat
menyebabkan iritasi.
- Kenakan celana dalam katun atau pantyhose kapas-selangkangan. Hindari pakaian
yang terbuat dari sutra atau nilon, karena bahan ini dapat membatasi aliran udara. Hal
ini dapat meningkatkan berkeringat di daerah kelamin, yang dapat menyebabkan
iritasi.
BAB III
PEMBAHASAN

RESEP TERAPI GINEKOLOGI


1) 2) Iter 5 X
R/ Primolut N XXX R/ Vit. D 5000 IU XXX
S3d1 diminum mulai 14 maret S1d1
R/ Diflucan 150 mg III R/ Cavit D3 XXX
S1d1 per minggu S1d1
R/ Formyco Cream I da Formical acc dr. Ariati 20.48
Sue
R/ Floragyn XXVIII
S2d1

A. SKRINING RESEP
Skrining Resep atau biasa dikenal dengan Pengkajian Resep merupakan kegiatan
apoteker dalam mengkaji sebuah resep yang meliputi pengkajian administrasi,
farmasetik dan klinis sebelum resep diracik. Tujuannya tentunya untuk menjamin
keamanan (safety) dan kemanjuran (efficacy) dari obat dalam resep ketika
digunakan pasien serta memaksimalkan tujuan terapi.

B. SKRINING ADMINISTRASI
Persyaratan administrasi meliputi nama dokter, SIP, alamat dokter, tanggal
penulisan resep, nama, umur, berat badan, alamat pasien, tanda tangan/paraf
dokter, jenis obat, dosis, potensi/indikasi, cara pemakaian, dan bentuk sediaan
jelas. Pada resep pasien kesesuaian administrasi hampir seluruhya lengkap dan
jelas namun, tidak tercantumnya alamat pasien.
Data ceklis Ada Tidak

Nama dokter √

Alamat & no √
tlp dokter

SIP dokter √

Paraf/ttd √
dokter

Nama pasien √

Umur pasien √

Alamat pasien √

Tanggal Lahir √

C. SKRINING
Kesesuaian farmasetis meliputi bentuk sediaan, dosis, inkompatibiltas, stabilitas
dan cara pemberian. Pada pasien tersebut tidak tercantumkan data inkompatibitas,
cara penyimpanan obat.

Nama Kandungan Bentuk Jumlah Lama Waktu


Obat Obat Sediaan Obat Penggunaan Penggunaan
Primolut N Noretisteron Tablet 30 10 hari 3x1
Diflucan Fluconazole 150 kapsul 3 3 minggu 1x1 per
mg minggu
Formyco Ketoconazole Cream 1 tube - -
cream 2%
Floragyn Lactobacillus Kapsul 28 16 hari 2x1
rhamnosus dan
Lactobacillus
reuteri 2 kapsul
per hari
Vitamin cholecalciferol Tablet 30 30 hari 1x1
D3 5000
IU
Cavit D3 Kalsium Tablet 30 30 hari 1x1
Hidrogen Fosfat
dyhidrate 500
mg, Kalsium
Hidrogen Fosfat
Cholecalciferol
133 IU
Formical Kalsium Kaplet 30 30 hari 1x1
karbonat 766
mg, magnesium
hidroksida 372,5
mg, zink sulfat
monohidrat 14
mg, vitamin D3
3,8 mcg, boron
glycinate 22 mg

D. SKRINING KLINIS
Persyaratan klinis meliputi, ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat,
duplikasi pengobatan, alergi, interaksi, dan efek samping obat, kontra indikasi
serta efek adiktif. Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan
kepada dokter penulis dengan memberikan pertimbangan dan alternatif bila perlu
menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan.
a. Ketepatan indikasi, obat yang ditulis pada resep harus sesuai dengan
indikasi penyakit yang diderita pasien.
b. Dosis dan waktu penggunaan obat, pada resep harus tepat agar terapi yang
diberikan mencapai hasil yang maksimal.
c. Duplikasi pengobatan, obat yang ada pada resep terdiri dari beberapa obat
yang mempunyai indikasi yang sama.
d. Efek samping, merupakan efek yang tidak diinginkan yang timbul pada
dosis terapi.
e. Alergi, obat yang ada pada resep harus diketahui mempunyai potensi
reaksi alergi pada pasien, apalagi untuk pasien yang memiliki riwayat
alergi tertentu.
f. Kontra indikasi, merupakan obat yang ditulis berlawanan dengan indikasi
penyakit pasien.

Pengobatan yang diperoleh pasien meliputi :

1. Primolut N

a. Indikasi : Progestogen, Perdarahan disfungsi uterus, menorrhagia,


Endometriosis.
b. Dosis dalam literature : 5 mg 3 kali/hari selama 10 hari untuk
menghentikan pendarahan.
c. Dosis dalam resep : 3x1.
d. Efek Samping : Gejala mirip pramenstruasi (termasuk
kembung, kekurangan cairan, breast tenderness), berat badan bertambah,
mual, sakit kepala, pusing, insomnia, mengantuk, depresi, reaksi kulit,
(termasuk urtikaria, pruritus, kemerahan dan jerawat).
e. Kontraindikasi : Hati-hati pada keadaan yang dapat
memperburuk retensi cairan misalnya epilepsi, hipertensi, migrain, asma,
gagal jantung atau gagal ginjal dan pasien yang cenderung mengalami
tromboemboli (perhatian khusus pada dosis tinggi). Hati-hati bila
diberikan pada pasien gangguan hati (hindari jika keadaan parah) dan
pada pasien yang mempunyai riwayat depresi dan wanita hamil,
menyusui.
f. Interaksi : Penggunaan bersamaan dengan
carbamazepine, rifampicin, tetracyclines, obat-obatan golongan NSAID,
obat antidiabetik, antikoagulan, dan hormon tiroid dapat menurunkan
tingkat/efek norethindrone dengan meningkatkan metabolisme.

2. Diflucan
a. Indikasi : Kandidiasis Vaginal.
b. Dosis dalam literature :  150 mg dosis tunggal. 
c. Dosis dalam resep : 1x1
d. Efek Samping : Nausea, sakit perut, diare, kembung;
gangguan enzim hati; kadang-kadang ruam (hentikan obat atau awasi
secara ketat); angioudem, anafilaksis.
e. Kontraindikasi : Gangguan ginjal, kehamilan (dosis tinggi
menyebabkan teratogenik) dan menyusui, peningkatan enzim hati.
Aritmia, hindarkan pemakaian bersama astemizol atau terfenadin atau
cisaprid.
f. Interaksi : Penggunaan bersama warfarin, oral
sulfonylurea, hidroklortiazid, fenitoin, rifampisin, teofilin, terfenadine,
takrolimus : flukonazol meningkatkan kadar obat dengan menurunkan
metabolisme.

3. Formyco cream
a. Indikasi : Anti jamur, kandidiasis vaginal resisten
yang kronis/  vulval kandidiasis.
b. Dosis : 2% (oleskan tipis 1x/hari selama 2 minggu).
c. Dosis dalam resep : -
d. Efek Samping : Iritasi lokal dan reaksi hipersensitif, sedikit
rasa panas, eritema dan gatal. Pengobatan dihentikan bila efek samping
bertambah berat.
e. Kontraindikasi : Pemberian bersamaan dengan terfenadin
atau astemizol.
f. Interaksi : Belum ada interaksi yang dilaporkan.

4. Floragyn
a. Indikasi : Terapi tambahan untuk kandidiasis
vulvovag, vaginosis bacterial.
b. Dosis dalam literatur : 2 kapsul per hari pada hari pertama terapi
antibiotik hingga 3 minggu sesudah penghentian terapi antibiotik.
Diberikan 1-2 jam sesudah pemberian antibiotic (terapi pengobatan), 1
kapsul per hari selama 3 minggu dengan selang waktu pemberian tiap 4
bulan (terapi pencegahan).
c. Dosis dalam resep : 2x1.
d. Efek Samping : Tidak menimbulkan efek samping jika
digunakan sesuai dengan yang di anjurkan.
e. Kontraindikasi : Tidak boleh diberikan pada pasien yang
hipersensitif terhadap komponen yang terkandung dalam Floragyn.
f. Interaksi : Belum ada interaksi yang dilaporkan.

5. Vitamin D3 5000 IU
a. Indikasi :.Meningkatkan kadar vitamin D pada
pasien dengan riwayat kekurangan/defisiensi vitamin D.
b. Dosis dalam literatur : Dewasa 5000 IU/hari untuk pengobatan
minimal 8 minggu .
c. Dosis dalam resep : 1x1 5000 IU.
d. Efek Samping : Hipersensitifitas.
e. Kontraindikasi : Hiperkalemia dan atau hiperkalsiuria,
kalsium nephrolithiasis, hipervitaminosis, kerusakan dan kegagalan ginjal
parah.
f. Interaksi : Menurunkan efek anti kejang (Fenitoin,
Fenobarbital, Primidone), rigfampisin dan INH, Glukokortikoid, obat
yang menyebabkan malabsorbsi lemak seperti orlistat, paraffin liquid,
cholestyramine, dapat mengganggu absorbs cholecalciferol, obat
sitotoksik, Actynomicin dan imidazole obat antifungi mengganggu kerja
vitamin D, meningkatkan kadar aluminium hidroksida, cardiac
glycosides, garam magnesium, Sucralfat.

6. Cavit D3
a. Indikasi : Suplemen kalsium untuk wanita hamil, dan
menyusui.
b. Dosis dalam literatur : kalsium hydrogen fosfat 500 mg,
kolekalsiferol 133 IU 1 tablet perhari.
c. Dosis dalam resep : 1x1.
d. Efek Samping : Belum ada efek samping yang dilaporkan.
e. Kontraindikasi : Hipersensitivitas terhadap salah satu
komposisi dari Cavit D3.
f. Interaksi : Belum ada interaksi yang dilaporkan.

7. Formical
a. Indikasi : Suplemen untuk membantu memenuhi
kebutuhan kalsium pada: remaja dan dewasa muda, wanita hamil dan
menyusui, wanita menopause dan orang lanjut usia.
b. Dosis dalam literatur : 1 kaplet 2 atau 3 kali sehari (Kalsium
karbonat 766 mg, magnesium hidroksida 372,5 mg, zink sulfat
monohidrat 14 mg, vitamin D3 3,8 mcg, boron glycinate 22 mg).
c. Dosis dalam resep : 1x1.
d. Efek Samping : Gangguan gastrointestinal ringan sesekali,
misalnya konstipasi dan perut kembung.
e. Kontraindikasi : Hipersensitivitas. harus di bawah
pengawasan pengobatan pada hipoklorhidria kronis, riwayat batu kemih,
gangguan fungsi ginjal.
f. Interaksi : Hindari penggunaan bersamaan dengan
tetrasiklin.

E. DRUG RELATED PROBLEM


Drug related problem (DRP) adalah kejadian atau kondisi terkait dengan terapi
penggunaan obat-obatan yang dapat mengganggu efek/luaran yang diharapkan
dari obat tersebut. 
Subjek Obje Obat Assesment Plan Pustaka
k
Ny. Y - -Primolut N Interaksi Penggunaan Medscape,
Umur 29 - Diflucan Obat Diflucan dapat Drugs.com
thn 7 bln meningkatkan
24 hari kadar estrogen
dan
progesteron
dalam tubuh,
sehingga
selama terapi
bersamaan
dengan
Difluccan,
pasien harus
diobservasi
untuk
peningkatan
atau
perubahan
respon
farmakologis
terhadap
progestin
- Primolut N Reaksi Obat Pemantauan PIONAS
Merugikan penggunaan
obat Primolut
N : Penggunan
obat primolut
dihentikan
ketika pasien
hamil dapat
menimbulkan
abnormalitas
pada janin.
- Vitamin D3 Terdapat Perlu PIONAS,
MIMS 2020
5000 IU dan duplikasi dilakukan
Formical obat dimana monitoring
pada jumlah
F. KONSELING OBAT
1. Primolut N diminum 3x1 tablet, pada jam 7 pagi, jam 2 siang, dan jam 10
malam sesudah makan, dan diminum pada hari minggu tanggal 14 maret.
2. Diflucan 150 mg diminum 1x1 kapsul, 1 minggu sekali 1 kapsul sebelum
makan.
3. Formyco cream dioleskan tipis 1x/hari selama 2 minggu
4. Floragyn diminum 2x1 kapsul,1-2 jam sesudah minum antibiotik Diflucan.
5. Vitamin D3 diminum 1x1 tablet sesudah makan
6. Formical diminum 1x1 kaplet sebelum atau sesudah makan.

G. ETIKET

Instalasi Farmasi RS YPK Mandiri Instalasi Farmasi RS YPK Mandiri

Jl. Gereja Theresia No.22, Menteng Jakarta Jl. Gereja Theresia No.22, Menteng Jakarta
10350 10350

APA : apt Diana, S.Farm APA : apt Diana, S.Farm

SIPA : 23/XII/2021 SIPA : 23/XII/2021

No R/ : 001 Tgl, 13/03/21 No R/ : 001 Tgl, 13/03/21

Ny. Yulfadila Ny. Yulfadila

Primolut N Diflucan Kapsul

Sehari 3x1 tablet sesudah makan Sehari 1x1 kapsul sebelum makan per
minggu
Diminum jam 07 pagi, jam 2 siang dan jam
10 malam

Mulai diminum tgl 14/03/2021


Instalasi Farmasi RS YPK Mandiri Instalasi Farmasi RS YPK Mandiri

Jl. Gereja Theresia No.22, Menteng Jakarta Jl. Gereja Theresia No.22, Menteng Jakarta
10350 10350

APA : apt Diana, S.Farm APA : apt Diana, S.Farm

SIPA 23/XII/2021 SIPA : 23/XII/2021

No R/ : 001 Tgl, 13/03/21 No R/ : 001 Tgl, 13/03/21

Ny. Yulfadila Ny. Yulfadila

Formyco Cream Floragyn Kapsul

Dioleskan tipis 1x sehari Sehari 2x1 kapsul 1-2 jam sesudah minum

Diflucan

Instalasi Farmasi RS YPK Mandiri Instalasi Farmasi RS YPK Mandiri

Jl. Gereja Theresia No.22, Menteng Jakarta Jl. Gereja Theresia No.22, Menteng Jakarta
10350 10350

APA : apt Diana, S.Farm APA : apt Diana, S.Farm

SIPA : 23/XII/2021 SIPA : 23/XII/2021

No R/ : 001 Tgl, 13/03/21 No R/ : 001 Tgl, 13/03/21

Ny. Yulfadila Ny. Yulfadila

Vitamin D3 5000 IU Formical Kapsul

Sehari 1x1 tablet sesudah makan Sehari 1x1 kaplet sesudah makan
H. COPY RESEP

Instalasi Farmasi RS YPK Mandiri

Jl. Gereja Theresia No.22, Menteng Jakarta 10350

APA : apt Diana, S.Farm

SIPA : 23/XII/2021
SALINAN RESEP

No R/ : 001 Tanggal : 13/03/2021

Nama dr : dr. Ariati, Sp.OG Tgl Resep : 13/03/21

Pro : Ny. Yulfadila


Umur : 29 Tahun

Iter 5x
R/ Vit. D3 5000 IU NO. XXX
S1d1tab
------------------------------------------ det orig -----------
R/ Formical NO. XXX
S1d1tab
----------------------------------------- det orig---------------

P.C.C.

apt. Diana, S.Farm

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
1. Ginekologi  merupakan cabang ilmu kedokteran yang  mempelajari tentang
masalah yang berkaitan dengan sistem reproduksi wanita
2. Pada resep tersebut menurut kelompok kami pasien memperoleh pengobatan untuk
penyakit ginekologi yaitu pasien diberikan obat Primolut N (untuk pendarahan
disfungsi uterus), Diflucan (untuk mengatasai Kandidiasis Vaginal), Formyco
Cream (obat topical untuk kandidiasis), Floragyn terapi tambahan untuk
kandidiasis), Vitamin D3, dan Formical (suplemen terapi kalsium yang diduga
untuk program hamil), terapi pengobatan sudah sesuai, namun perlu dipantau untuk
penggunaan antibiotic golongan Azole bagi pasien Menorrhagia ataupun
Perdarahan Disfungsi Uterus.

B. SARAN
Perlu dilakukan monitoring dari terapi obat terhadap kondisi fisiologi dari pasien seperti
monitoring kadar estrogen dan progesteron, kadar kalsium dalam darah.

DAFTAR PUSTAKA

1. Restu WW. EFEKTIVITAS KOMBINASI TERAPI ZILGREI DAN MASSASE


ENDORPHIN TERHADAP NYERI PADA PASIEN DENGAN KANKER PAYUDARA
DI RSI SULTAN AGUNG SEMARANG. J Chem Inf Model. 2020;
2. Paladine HL, Desai UA. Vaginitis : Diagnosis and Treatment. 2018;321–9.

3. Adikuntati YM. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Tingkat Pendapatan dengan Perilaku
Swamedikasi Demam oleh Ibu- Ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. J Chem Inf
Model. 2008;01(01):1689–99.

4. Ratnaningrum Kanti. “BUKU AJAR ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI”. Unimus


Press. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. 2017.

5. Centers for Disease Control and Prevention : 2015 Sexually Transmitted Diseases
Treatment Guidelines.

6. Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes,dan menyerahkan obat bagi pasien)

7. Pusat Informasi Obat. Badan Pengawas Obat Dan Makanan

8. https://www.medscape.com/
9. Konsensus Tatalaksana Pendarahan Uterus Abnormal Karena Efek Samping Kontrasepsi
(POGI dan HIFERI)

10. MIMS. Drugs Reference edisi 145. 2020

Anda mungkin juga menyukai