(ASMA)
Oleh :
DAFTAR ISI..................................................................................................................................i
BAB I............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.......................................................................................................1
B. PERUMUSAN MASALAH..............................................................................................3
C. TUJUAN PENELITIAN...................................................................................................3
BAB II..........................................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................................4
A. DEFINISI..........................................................................................................................4
B. KLASIFIKASI ASMA......................................................................................................4
BAB III.........................................................................................................................................7
EPIDEMIOLOGI ASMA..............................................................................................................7
BAB IV.......................................................................................................................................10
ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI ASMA..............................................................................10
BAB V........................................................................................................................................18
DIAGNOSA ASMA...................................................................................................................18
A. GEJALA.........................................................................................................................18
B. DIAGNOSA....................................................................................................................18
BAB VI.......................................................................................................................................23
TERAPI ASMA..........................................................................................................................23
BAB VII......................................................................................................................................49
KESIMPULAN...........................................................................................................................49
BAB VIII....................................................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................50
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit asma merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia,
baik di negara maju maupun di negara yang sedang berkembang. Saat ini,
penyakit asma juga sudah tidak asing lagi di masyarakat. Asma dapat diderita
oleh semua lapisan masyarakat dari usia anak-anak sampai usia dewasa. Penyakit
asma awalnya merupakan penyakit genetik yang diturunkan dari orang tua pada
anaknya. Namun, akhir-akhir ini genetik bukan merupakan penyebab utama
penyakit asma. Polusi udara dan kurangnya kebersihan lingkungan di kota-kota
besar merupakan faktor dominan dalam peningkatan serangan asma. Asma
adalah penyakit kronis variabel dari sistem pernapasan yang ditandai oleh
penyempitan saluran pernapasan kecil dan bronkiolus, meningkat bronkial
sekresi atau lendir dan pembengkakan mukosa atau peradangan, sering dalam
menanggapi satu atau lebih memicu. Asma ditandai dengan serangan sesak dada,
batuk dan mengi akibat obstruksi jalan napas. Hasil penelitian International
Study on Asthma and Alergies in Childhood pada tahun 2008 menunjukkan, di
Indonesia prevalensi penyakit asma melonjak dari sebesar 4,2 persen menjadi 5,4
persen di jawa tengah 1,5 persen menjadi 2,5 persen dan di surakarta meningkat
dari 1,5 persen menjadi 2 persen. Selama 20 tahun terakhir, penyakit ini
cenderung meningkat dengan kasus kematian yang diprediksi akan meningkat
sebesar 20 persen hingga 10 tahun mendatang. WHO memperkirakan di tahun
2015 terdapat 255 ribu penderita meninggal dunia karena asma. Asma dapat
timbul pada segala umur, dimana 30% penderita mempunyai gejala pada umur 1
tahun, sedangkan 80-90% anak yang menderita asma, gejala pertamanya muncul
sebelum umur 4-5 tahun. Sebagian besar anak yang terkena kadang-kadang
hanya mendapat serangan ringan sampai sedang, yang relatif mudah ditangani.
1
2
Sebagian kecil mengalami asma berat yang berlarut-larut, biasanya lebih banyak
yang terus menerus dari pada yang musiman. Hal tersebut yang menjadikannya
tidak mampu dan mengganggu kehadirannya di sekolah, aktivitas bermain, dan
fungsi dari hari ke hari. Asma juga salah satu diantara beberapa penyakit yang
tidak bisa disembuhkan secara total. Kesembuhan dari satu serangan asma tidak
menjamin dalam waktu dekat akan terbebas dari ancaman serangan berikutnya.
Terutama apabila pekerjaan dan lingkungannya serta faktor ekonomi, penderita
harus selalu berhadapan dengan faktor alergen yang menjadi penyebab serangan.
Karena asma merupakan penyakit yang tidak bisa disembuhkan secara total,
biasanya dokter merujuk penderita asma kepada fisioterapi yang dapat membantu
mengatasi permasalahan ditimbulkan akibat asma. Fisioterapi membantu
penderita asma untuk dapat tetap aktif dan mendapatkan kebugaran tubuh yang
optimal. Fisioterapi dapat membantu mengatasi permasalahan yang ditimbulkan
akibat asma. Fisioterapi membantu penderita asma untuk dapat tetap aktif dan
mendapatkan kebugaran tubuh yang optimal. Dari berbagai macam modalitas
fisioterapi untuk mengatasi asma, secara umum paling banyak digunakan adalah
latihan kontrol pernapasan (breathing control), teknik pembersihan saluran napas
(seputum clearance techniques), latihan pola pernapasan (active breathing
techniques) . Berbagai penelitian telah mengemukakan bahwa latihan pernapasan
memberikan perbaikan pada pasien dengan kondisi asma. Fisioterapi mempunyai
kemampuan penanganan asma yang secara umum dengan langkah-langkah
sebagai berikut: melakukan pemeriksaan derajat asma, memaksimalkan fungsi
paru, mempertahankan fungsi optimal paru dengan menghindarkan dari faktor
pencetus, mempertahankan fungsi optimal paru dengan inhalasi, secara teratur
melakukan evaluasi progra fisioterapi pada kondisi asma .
3
B. PERUMUSAN MASALAH
Untuk lebih mengetahui tentang pengobatan asma, maka dibuat rumusan
masalah, apakah asma dapat diobati berdasarkan penatalkasanaannya dan
bagaimana penggolongan obat asma?
C. TUJUAN PENELITIAN
Memperoleh informasi mengenai asma dan mengetahui pengobatan asma serta
penggolongan obat asma berdasarkan penatalaksanaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Penyakit Asma berasal dari kata “Ashtma” yang diambil dari Bahasa Yunani
yang berarti “sukar bernapas”. Penyakit asma merupakan proses inflamasi kronik
saluran pernapasan yang melibatkan banyak sel dan elemennya. Proses inflamasi
kronik ini menyebabkan saluran pernapasan menjadi hiperesponsif, sehingga
memudahkan terjadinya bronkokontriksi, edema, dan hipersekresi kelenjar, yang
menghasilkan pembatasan aliran udara di saluran pernapasan dengan manifestasi
klinik yang bersifat periodik berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk
– batuk terutama pada malam hari atau dini hari (subuh). Gejala ini berhubungan
dengan luasnya inflamasi, yang derajatnya bervariasi dan bersifat reversible
secara spontan maupun dengan atau tanpa pengobatan (3).
B. KLASIFIKASI ASMA
Asma dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologi, berat penyakit dan pola
keterbatasan aliran udara. Klasifikasi asma berdasarkan berat penyakit penting
4
5
I. Intermiten Siang hari < 2 kali per minggu Variabilitas APE < 20%
Malam hari < 2 kali per bulan VEP1 > 80% nilai prediksi
Serangan singkat APE > 80% nilai terbaik
Tidak ada gejala antar
serangan
Intensitas serangan bervariasi
II. Persisten Ringan Siang hari > 2 kali per minggu, Variabilitas APE 20 - 30%
tetapi < 1 kali per hari VEP1 > 80% nilai prediksi
Malam hari > 2 kali per bulan APE > 80% nilai terbaik
Serangan dapat
mempengaruhi aktifitas
III. Persisten Sedang Siang hari ada gejala Variabilitas APE > 30%
Malam hari > 1 kali per minggu VEP1 60-80% nilai prediksi
Serangan mempengaruhi APE 60-80% nilai terbaik
aktifitas
Serangan > 2 kali per minggu
Serangan berlangsung
berhari-hari
Sehari-hari menggunakan
inhalasi β2-agonis short acting
IV. Persisten Berat Siang hari terus menerus ada Variabilitas APE > 30%
gejala VEP1 < 60% nilai prediksi
Setiap malam hari sering APE < 60% nilai terbaik
timbul gejala
Aktifitas fisik terbatas
Sering timbul serangan
6
BAB III
EPIDEMIOLOGI ASMA
Untuk menjadi pasien asma, ada 2 faktor yang berperan yaitu faktor genetik
dan faktor lingkungan. Ada beberapa proses yang terjadi sebelum pasien
menjadi asma, yaitu :
1. Sensitisasi, yaitu seseorang dengan resiko genetik dan lingkungan apabila
terpapar dengan pemicu (induce/sensitisizer) maka akan timbul sensitisasi
pada dirinya.
2. Seseorang yang telah mengalami sensitisasi maka belum tentu menjadi
asma. Apabila seseorang yang telah mengalami sensitisasi terpajan
dengan pemacu (enhancer) maka terjadi proses inflamasi berat secara
klinis berhubungan dengan hiperaktivitas bronkus.
3. Setelah mengalami inflamasi maka bila seseorang terpajan oleh pencetus
(trigger) maka akan terjadi serangan asma (mengi).
Faktor-faktor pemicu antara lain :
Allergen dalam ruangan
Tungau debu rumah
Binatang berbulu (anjing, kucing, tikus)
Allergen kecoak, jamur, kapang, ragi, serta pajanan asap rokok
Pemacu : Rinovirus, ozon, pemakaian beta blocker,
Pencetus : semua faktor pemacu ditambah dengan aktivitas fisik,
udara dingin, histamin dan metakolin.
12
13
adanya reaksi alergi akan mengakibatkan adanya aktivasi sel mast yang
akan melepaskan mediator kimia sebagai tanda adanya reaksi
hipersensitivitas (histamine, leukotriene, faktor kemotaktis eosinofil dan
prostaglandin). Mediator kimia ini mampu mempersempit otot polos
bronkiolus, meningkatkan permeabilitas pembuluh darah, mengagregasi
platelet, dan menstimulasi reaksi Inflamasi.
Penyempitan saluran napas yang terjadi pada asma merupakan suatu hal
yang kompleks.Hal ini terjadi karena lepasnya mediator dari sel mast yang
banyak ditemukan di permukaan mukosa bronkus, lumen jalan napas dan di
bawah membran basal.Berbagai faktor pencetus dapat mengaktivasi sel
mast.Sel makrofag, eosinofil, sel epitel jalan napas, netrofil, platelet, limfosit,
dan monosit juga dapat melepaskan mediator (kemenkes, 2008).
DIAGNOSA ASMA
A. GEJALA
B. DIAGNOSA
Diagnosis asma yang tepat sangatlah penting, sehingga penyakit ini dapat
ditangani dengan semestinya, mengi (whezzing) dan/atau batuk kronik
berulang merupakan titik awal untuk menegakkan diagnosis. Secara
umum untuk menegakkan diagnosis asma diperlukan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Anamnesis
Ada beberapa hal yang harus ditanyakan dari pasien asma antara lain :
20
21
a) Inspeksi
1) Pasien terlihat gelisah
2) Sesak (napas cuping hidung, napas cepat, retraksi sela iga,
retraksi epigastrum, retraksi suprasternal)
3) Sianosis
b) Palpasi
1) Biasanya tidak ditemukan kelainan
2) Pada serangan berat dapat terjadi pulsus paradoksus
c) Perkusi
Biasanya tidak ditemukan kelainan
d) Auskultasi
1) Ekspirasi memanjang
2) Mengi
3) Suara lendir
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk diagnosis asma :
Pemeriksaan fungsi/faal paru dengan alat spirometer
Gambar 4. Spirometri
Spirometri adalah mesin yang dapat mengukur kapasitas vital
paksa (KVP) dan volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1).
Pemeriksaan ini sangat tergantung kepada kemampuan pasien
sehingga diperlukan instruksi operator yang jelas dan kooperasi
23
Alat ini adalah alat yang paling sederhana untuk memeriksa gangguan
sumbatan jalan napas, yang relatif sangat murah, mudah dibawa.
Dengan PEF meter fungsi paru yang dapat diukur adalah arus puncak
ekspirasi (APE). (Depkes RI, 2007)
Alat PEF meter relatif mudah digunakan/ dipahami baik oleh dokter
maupun penderita, sebaiknya digunakan penderita di rumah sehari-hari
untuk memantau kondisi asmanya. Manuver pemeriksaan APE dengan
ekspirasi paksa membutuhkan koperasi penderita dan instruksi yang
jelas. (PDPI, 2003)
Sumbatan jalan napas diketahui dari nilai APE < 80% nilai prediksi.
Selain itu juga dapat memeriksa reversibiliti, yang ditandai dengan
perbaikan nilai APE > 15 % setelah inhalasi bronkodilator, atau setelah
25
Diagnosis Banding
Dewasa :
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)
Bronchitis kronik
Gagal jantung kongestif
Batu kronik akibat lain-lain
Disfungsi laring
Obstruksi mekanis
Emboli paru
Anak :
Rinosinusitis
Refluks gastroesofageal
Infeksi respiratorik bawah viral berulang
Displasia bronkopulmoner
26
Tuberculosis
Malformasi kongenital yang menyebabkan
penyempitan saluran respiratorik intrakoral
Aspirasi benda asing
Sindrom dyskinesia silier primer
Defisiensi imun
Penyakit jantung bawaan
27
C. KLASIFIKASI ASMA
Tabel 1. Klasifikasi Derajat Asma Berdasarkan Gambaran Klinis Secara Umum pada Orang
Dewasa (Sebelum Pengobatan) (11)
Derajat asma Gejala Gejala malam Faal paru
I. Intermiten Bulanan APE ≥ 80%
Gejala <1x/minggu ≤ 2x/bulan VEP1 ≥ 80% nilai prediksi
Tanpa gejala diluar serangan APE ≥ 80% nilai terbaik
Serangan singkat Variabilitas APE <20%
II. Persisten
Ringan Mingguan APE ≥ 80%
Gejala > 1x/minggu, tapi < >2x/bulan VEP1 ≥ 80% nilai prediksi
1x/hari APE ≥ 80% nilai terbaik
Serangan dapat mengganggu Variabilitas APE20-30%
aktivitas dan tidur
Membutuhkan bronkodilator
setiap hari
III. Persisten
Sedang Harian APE 60-80%
Gejala setiap hari >1x/minggu VEP1 60-80% nilai prediksi
Serangan menggangu aktivitas APE 60-80% nilai terbaik
dan tidur Variabilitas APE >30%
Membutuhkan bronkodilator
setiap hari
IV. Persisten
Berat Kontinyu APE ≤ 60%
Gejala terus menerus Sering VEP1 ≤ 60% nilai prediksi
Sering kambuh APE≤ 60% nilai terbaik
Aktivitas fisik terbatas Variabilitas APE >30%
28
Tabel 2. Klasifikasi Derajat Asma pada Orang Dewasa (Dalam Pengobatan) (11)
Tahapan pengobatan yang digunakan saat penilaian
Gejala dan faal paru dalam pengobatan Tahap 1 Intermiten Tahap 2 Pesisten Tahap 3 Persisten
ringan
Sedang
Tahap I: Intermiten Gejala < 1x/mggu Intermiten Persisten ringan Persisten sedang
Serangan singkat Gejala malam < 2x/bln
Tahap II: Persisten Ringan Gejala >1x/mggu, Persisten ringan Persisten sedang Persisten berat
tapi <1x/hari
Tahap III: Persisten Sedang Gejala setiap hari Persisten sedang Persisten berat Persisten berat
Tahap III: Persisten Berat Gejala terus Persisten berat Persisten berat Persisten berat
menerus Serangan sering
BAB VI
TERAPI ASMA
A. Penatalaksanaan (1,3)
Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah meningkatkan dan
mempertahankan kualitas hidup agar penderita asma dapat hidup
normal tanpa hambatan dalam melakukan aktiviti sehari hari.
Tujuan penatalaksanaan asma:
1. Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma
2. Mencegah eksaserbasi akut
3. Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal mungkin
4. Mengupayakan aktiviti normal termasuk exercise
5. Menghindari efek samping obat
6. Mencegah terjadi keterbatasan aliran udara (airflow limitation)
ireversibel
7. Mencegah kematian karena asma
Pada prinsipnya penatalaksanaan dibagi atas 2 yaitu (6):
1. Tatalaksana asma jangka panjang
Prinsip utama tatalaksana asma jangka panjang adalah
edukasi, obat asma (pengontrol dan pelega), dan menjaga
kekambuhan. Obat pelega diberikan pada sat serangan, obat
pengontrol ditujukan untuk pencegahan serangan dan diberikan
dalam jangka panjang dan terus menerus. Penatalaksanaan asma
jangka panjang bertujuan untuk mengontrol asma dan mencegah
serangan asma. Prinsip pengobatan jangka panjang meliputi :
1) Edukasi yang diberikan mencakup :
Kapan pasien berobat / mencari pertolongan
Mengenali gejala serangan asma secara dini
Mengetahui obat-obat pelega dan pengontrol serta cara
dan waktu penggunaannya
32
Alat edukasi untuk dewasa yang dapat digunakan oleh dokter dan
pasien adalah pelangi asma, sedangkan pada anak digunakan
lembar harian.
Tabel 6. Pelangi Asma
Teofilin Oral
Metilsantin Aminofilin Oral, injeksi
Teofilin lepas lambat Oral
berjalan baik
c. Memutuskan apa yang akan dilakukan jika dibutuhkan penambahan
atau penghentian obat
d. Memutuskan kapan pasien meminta bantuan medis/dokter/IGD
3. Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus
4. Pemberian oksigen
5. Banyak minum untuk menghindari dehidrasi terutama pada anak-
anak
6. Kontrol secara teratur
7. Pola hidup sehat
Dapat dilakukan dengan :
a. Penghentian merokok
b. Menghindari kegemukan
c.Kegiatan fisik misalnya senam asma
41
Terapi Farmakologi,
Saat ini, pengobatan Langkah 1 hanya dengan beta2-agonis (SABA) kerja
pendek sesuai kebutuhan.
Pengobatan dengan kortikosteroid inhalasi (ICS) dosis rendah harian secara
teratur sangat efektif dalam mengurangi gejala asma dan mengurangi risiko
eksaserbasi terkait asma, rawat inap, dan kematian
Untuk pasien dengan gejala persisten dan / atau eksaserbasi meskipun ICS
dosis rendah, pertimbangkan untuk meningkatkan tetapi. Pertama-tama
periksa masalah umum seperti teknik inhaler, kepatuhan, paparan alergen
persisten, dan komorbiditas
- Untuk orang dewasa dan remaja, pengobatan step-up yang sering
digunkan adalah kombinasi ICS / long-acting beta2-agonist (LABA).
- Untuk orang dewasa dan remaja dengan eksaserbasi meskipun ada terapi
lain, risiko eksaserbasi berkurang dengan kombinasi ICS / formoterol
dosis rendah (dengan beclometasone atau budesonide) sebagai perawatan
dan pereda, dibandingkan dengan perawatan pengontrol pemeliharaan
ditambah SABA sesuai kebutuhan.
- Untuk anak-anak 6-11 tahun, peningkatan dosis ICS lebih disukai
daripada kombinasi ICS / LABA.
Pertimbangkan terapi setelah pengendalian asma yang baik tercapai dan
dipertahankan selama sekitar 3 bulan, untuk menemukan pengobatan terendah
bagi pasien yang mengontrol gejala dan eksaserbasi
- Berikan pasien rencana tindakan asma tertulis, pantau dengan cermat,
dan jadwalkan kunjungan tindak lanjut
- Jangan menghentikan ICS sepenuhnya kecuali ini diperlukan
sementara untuk memastikan diagnosis asma.
42
Golongan Obat Mekanisme Nama Obat Indikasi Dosis Sediaan Efek Samping Kontra Indikasi
Kerja
Xantin Bronkodilator Metyl Untuk Dewasa : 3 x Kapsul 130 mg terjadi pada level Hipersensitivitas
dengan cara Xanthine menghilangkan 130 – 150 : Bufabron. serum teofilin terhadap semua
inhibisi non (Teofilin) gejala atau mg/hari (BUFA yang < 20 xantin, peptik ulser,
pencegahan asma mcg/mL. Pada mengalami
selektif Anak 6 - 12 ANEKA)
bronkial dan level lebih dari 20 gangguan seizure
fosfodiesterase tahun: 3 x 65 – Broncophylin,
bronkospasma mcg/mL : mual, (kecuali menerima
sehingga terjadi 150 mg/hari p.c Theobron;
reversibel yang muntah, diare, obat-obat
peningkatan Euphylin retard : (INTERBAT)
berkaitan dengan sakit kepala, antikonvulsan yang
cAMP bronkhitis kronik 2 x 1 tablet sehari Tablet 150 insomnia, sesuai
dan emfisema. mg : iritabilitas. Pada
Bronsolvan level yang lebih
(KALBE); dari 35 mcg/mL :
Beta 2 Agonis Relaksasi otot Salbutamol/ Agonis β2 kerja Oral dewasa : 3 Tablet/ kapsul Bronkhitis (1,5– simpatomimetik
(Short Acting) polos pada Albuterol diperlama (seperti – 4 x 4 mg/ hari 2mg; 4 mg : 4)%, epistaksis dikontraindikasikan
salmeterol dan (1-3)%, untuk penderita;
saluran nafas Oral anak : 0,05 Astharol
furmoterol) peningkatan nafsu yang alergi terhadap
dengan
49
menstimulasi digunakan, – 0,1 mg/ kgBB/ (SANBE), makan, sakit perut obat dan
reseptor beta 2 bersamaan dengan kali setiap 6-8 Azmacon (3%),, kram otot komponennya
Asma Bronkial
dan penyempitan
saluran nafas
reversibel : 1 – 2
52
semprot, maksimal
8 semprot/ hari
Terbutalin Asma dan Oral Dewasa : 1 Tablet/ Kaplet Tremor
Sulfat kondisi lain – 2 tablet 2,5 mg : (terutama di
yang diberikan 2 – 3 x Lasmalin tangan),
berkaitan 1 (1 tablet = 2,5 (LAPI), Nairet ketegangan,
dengan mg) (OTTO), sakit kepala,
obstruksi Oral Anak : 75 Neosma (PT. kram otot, dan
saluran mcg/ kgBB IFARS) , palpitasi. Efek
napas yang diberikan 2-3 x Tismalin samping lain
reversible. 1, 7-15 tahun 2,5 (METISKA termasuk
mg diberikan 2-3 FARMA), takikardi,
x 1. Yarisma, aritmia,
Injeksi SC, IM, Sedakter (PT. vasodilatasi
atau IV lambat : DEVA perifer,
Dewasa 250-500 INDUSTRIES) gangguan tidur
mcg sampai 4 x Syrup 1,5 mg/ dan tingkah
1; Anak 2-15 5mL : Nairet, laku.
53
Fluticason 500
mcg (Glaxo
smith kline
Indonesia)
Kortikosteroid Mengurangi Budesonide Turbuhaler Turbohaler efek samping Bronkospasma akut
produksi mukus Dewasa : 200 – 200 mcg. dosis terjadi pada 3% yang membaik,
dan potensiasi 1200 mcg/ hari : Pulmicort pasien atau lebih, terapi utama pada
seperti nyeri, sakit status asmatikus
efek agonis terbagi dalam 2-4 Repsule 0,25
punggung, infeksi atau episode asma
reseptor beta dosis. mg/mL; 0,5
saluran akut lain yang
Pemeliharaan : mg/mL :
pernapasan atas, memerlukan
200 – 400 mcg 2 Pulmicort
sinusitis, tindakan intensif,
x 1 saat pagi dan Repsules faringitis, batuk, hipersensitif
malam (Astra Zeneca) konjungtivitis, terhadap beberapa
Repsule Dewasa sakit kepala, komponen, infeksi
dan Anak >12 rhinitis, jamur sistemik,
60
61
BAB VII
KESIMPULAN
BAB VIII
DAFTAR PUSTAKA
12. Global Initiative for Asthma. Global Strategy for Asthma Management
and Prevention, 2016.
13. Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Hal. 85.