Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PRFORMULASI

“INHALER”

Di susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Preformulasi


Dosen : Ine Suharyani M.Si.,Apt

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4

Anto Susanto 1848201008


Rizki Kamaludin 1848201007

Maulana Yusuf 1848201005

STIKES MUHAMMADIYAH KUNINGAN


JL. Raya Cipari-Cigugur Block D4 Cisumur Kel.Cipari Kec. Cigugur
Kab.Kuningan JawaBarat

2020/2020
2

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.salawat serta salam
semoga diberikan pada Nabi kita Muhammad SAW. Alhamdulilah kita
panjatkan puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan
hidayah dan rahmatnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas pada mata kuliah Preformulasi dengan topik Inhaler.

Makalah yang kami buat bertujuan untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Preformulasi semester 3, Penulis mengucapkan terima kasih pada
piha-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Penyusunan tugas pada mata kuliah Preformulasi semester 3 ini


tidak akan berhasil tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu sudah
sepantasnya kami mengucapakan banyak terima kasih kepada :
1. Ine Suharyani M.Si.,Apt
2. Dan juga orang tua yang mendukung dengan Do’a.
Kami sangat – sangat menyadari akan kekurangan dan kelalaian
kami dalam penulisan makalah ini baik dalam bentuk penyajian dan dalam
penyusunan makalah ini. Untuk itu dengan segala kerendahan hati kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat kontruktif demi penyusunan –
penyusunan selanjutnya.
Akhir kata kami ucapkan banyak-banyak terima kasih pada semua
pihak dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Sekali lagi kami
ucapkan terima kasih.

Kuningan,02 Januari 2020

Penyusun

2
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1  Latar belakang...............................................................................................1
1.2. Rumusan masalah.........................................................................................1
1.3. Tujuan...........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
2.1 Definisi Pengobatan Secara Inhalasi...............................................................2
2.2 Tujuan............................................................................................................4
2.3 Ventolin Inhaler.............................................................................................9
2.4. Komunikasi Informasi Edukasi (KIE)............................................................10
2.5. Penyimpanan ventolin inhaler....................................................................11
2.6. Jenis makanan yang harus dihindari bagi penderita asma..........................11
BAB III DAFTAR PUSTAKA..............................................................................15

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Terapi inhalasi adalah cara pengobatan dengan cara memberi obat


untuk dihirup agar dapat langsung masuk menuju paru-paru sebagai organ
sasaran obatnya. Terapi inhalasi adalah terapi dengan memanfaatkan uap
hasil dari kerja mesin Nebulizer. Uap air yang berasal dari campuran obat
dan pelarutnya dipercaya dapat langsung mencapai saluran pernafasan,
sehingga efektif untuk mengatasi masalah di daerah tersebut. Inhalasi sering
digunakan pada anak-anak dibawah usia 10 tahun. Batuk / pilek karena
alergi dan asma adalah gangguan saluran pernafasan yang paling umum
terjadi.
Obat yang diberikan dengan cara ini absorpsi terjadi secara cepat
karena permukaan absorpsinya luas, terhindar dari eliminasi lintas pertama
di hati, dan pada penyakit paru-paru misalnya asma bronkial, obat dapat
diberikan langsung pada bronkus. Tidak seperti penggunaan obat secara oral
(tablet dan sirup) yang terpaksa melalui sistem penghadangan oleh pelbagai
sistem tubuh, seperti eleminasi di hati.
Terapi inhalasi dapat menghantarkan obat langsung ke paru-paru
untuk segera bekerja. Dengan demikian, efek samping dapat dikurangi dan
jumlah obat yang perlu diberikan adalah lebih sedikit dibanding cara
pemberian lainnya. Sayangnya pada cara pemberian ini diperlukan alat dan
metoda khusus yang agak sulit dikerjakan, sukar mengatur dosis, dan sering
obatnya mengiritasi epitel paru.
1.2. Rumusan masalah

           1. Apa pengertian ventolin inhaler ?


           2. Bagaimana pemakaian ventolin inhaler ?
           3. Bagaimana penyimpanan ventolin inhaler ?
           4. Bagaimana cara menegatahui kalau ventolin inhaler tersebut
kosong ?
1.3. Tujuan

           1. Untuk mengetahui pengertian ventolin inhaler


           2. Untuk mengetahui cara pemakaian ventolin inhaler
           3. Untuk mengetahui cara penyimpanan ventolin inhaler
           4. Untuk mengetahui cara mengetahui kalau ventolin inhaler tersebut
kosong

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pengobatan Secara Inhalasi


            Terapi inhalasi adalah cara pengobatan dengan
cara memberi obat untuk dihirup agar dapat langsung masuk
menuju paru-paru sebagai organ sasaran obatnya. Pemberian per
inhalasi adalah pemberian obat secara langsung ke dalam saluran
napas melalui hirupan. Ada 3 tipe penghantaran obat yang ada
hingga saat ini, yakni : Metered Dose Inhaler (MDI), Metered
Dose Inhaler (MDI) dengan Spacer, dan Dry Powder Inhaler
(DPI).
a. MDI (Metered Dose Inhaler) atau Inhaler dosis terukur
Inhaler dosis terukur merupakan cara inhalasi yang
memerlukan teknik inhalasi tertentu agar sejumlah dosis obat
mencapai saluran respiratori. Propelan (zat pembawa) yang
bertekanan tinggi menjadi penggerak, menggunakan tabung
aluminium (canister). Partikel yang dihasilkan oleh MDI adalah
partikel berukuran < 5 μm. Penggunaan MDI membutuhkan
latihan, para dokter sebaiknya mengajarkan pasiennya cara
penggunaan dengan tepat, karena sebagian besar pasien sulit
mempelajarinya hanya dengan membaca brosur atau leaflet.
Penggunaan MDI mungkin tidak praktis pada sekelompok pasien
seperti pada anak kecil, usia lanjut, cacat fisik, penderita artritis,
kepatuhan pasien buruk dan pasien yang cenderung memakai
MDI secara berlebihan (Suwondo,1991).
Kesalahan yang umum terjadi pada penggunaan MDI
adalah kurangnya koordinasi, terlalu cepat inspirasi, tidak
menahan napas selama 10 detik, tidak mengocok canister
sebelum digunakan, tidak berkumur-kumur setelah penggunaan
dan posisi MDI yang terbalik pada saat akan digunakan (NACA,
2008). Obat dalam MDI yang dilarutkan dalam cairan pendorong
(propelan), biasanya propelan yang digunakan adalah
chlorofluorocarbons (CFC) dan mungkin freon/asrchon.
Propelan mempunyai tekanan uap tinggi sehingga didalam
tabung (canister) tetap berbentuk cairan (Yunus, 1995).
Kecepatan aerosol rata-rata 30 m/detik atau 100 km/jam (Dept.
Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI, 2009). Perlunya
koordinasi antara penekanan canister dan inspirasi napas pada
pemakaian inhaler.

b. MDI (Metered Dose Inhaler) dengan ruang antara (spacer)


Ruang antara (spacer) akan menambah jarak antara
aktuator dengan mulut, sehingga kecepatan aerosol pada saat

2
dihirup menjadi berkurang dan akan menghasilkan partikel
berukuran kecil yang masuk ke saluran respiratori yang kecil
(small airway) (Rahajoe, 2008). Selain itu, juga dapat
mengurangi pengendapan di orofaring. Ruang antara ini berupa
tabung 80 ml dengan panjang 10-20 cm. Pada anak-anak dan
orang dewasa pemberian bronkodilator dengan MDI dengan
spacer dapat memberikan efek bronkodilatasi yang lebih baik
(Yunus, 1995).
Kesalahan yang umum terjadi pada penggunaan MDI
dengan spacer adalah posisi inhaler yang salah, tidak menggocok
inhaler, aktuasi yang banyak tanpa menunggu atau mengocok
alat pada saat diantara dosis, obat yang berada dalam spacer
tidak dihirup secara maksimal dan spacer yang tidak cocok untuk
pasien (NACA, 2008).

canister

Mouthpiece
spacer

c. (b)
Gambar 1. (a) MDI (Metered Dose inhaler ), (b) MDI
dengan spacer

c. DPI (Dry Powder Inhaler)


Inhaler jenis ini tidak mengandung propelan, sehingga
mempunyai kelebihan dibandingkan dengan MDI. Menurut
NACA (2008), inhaler tipe ini berisi serbuk kering. Pasien cukup
melakukan hirupan yang cepat dan dalam untuk menarik obat
dari dalam alat ini. Zat aktifnya dalam bentuk serbuk kering yang
akan tertarik masuk ke paru-paru saat menarik napas (inspirasi).
Kesalahan yang umum terjadi pada penggunaan turbuhaler
adalah tidak membuka tutup, tidak memutar searah jarum jam

3
atau berlawanan arah jarum jam, tidak menahan napas, dan
pasien meniup turbuhaler hingga basah. Selain itu, inspirasi yang
kuat pada anak kecil (< 5 tahun) sulit dilakukan, sehingga
deposisi obat dalam sistem respiratori berkurang. Anak usia > 5
tahun, penggunaan obat serbuk ini dapat lebih mudah dilakukan,
karena kurang memerlukan koordinasi dibandingkan dengan
MDI sehingga dengan cara ini deposisi obat didalam paru lebih
besar dan lebih konstan dibandingkan dengan MDI tanpa spacer.
Penggunaan inhaler jenis DPI (Dry Powder Inhaler) ini tidak
memerlukan spacer sebagai alat bantu, sehingga lebih praktis
untuk pasien. Beberapa jenis inhaler bubuk kering yang
umumnya digunakan di Indonesia yaitu diskus, turbuhaler, dan
handihaler.

Mouthpiece

Saluran inhalasi Reservoir

Pengatur dosis
Pemutar dosis

Pemutar

Gambar 2. DPI (Dry Powder Inhaler)

2.2 Tujuan
Pada asma, penggunaan obat secara inhalasi dapat mengurangi efek
samping yang sering terjadi pada pemberian parenteral atau per oral, karena
dosis yang sangat kecil dibandingkan jenis lainnya. Terapi ini biasanya
digunakan dalam proses perawatan penyakit saluran pernafasan yang akut
maupun kronik, misalnya pada penyakit asma. Asma termasuk penyakit
yang sering terjadi pada anak-anak. Asthma adalah suatu gangguan pada
saluran bronchial yang mempunyai ciri bronchospasme periodik (kontraksi
spasme pada saluran nafas). Selain asma ada batuk / pilek karena alergi
adalah gangguan saluran pernafasan yang paling umum terjadi. Banyak cara
dicoba untuk mempercepat penyembuhan dan pengurangan gejala akibat
masalah ini termasuk secara inhalasi.

Penggunaan inhalasi   :
Informasikan kepada pasien tentang cara penggunaan,
pembersihan/perawatan dan penyimpanan inhaler dan spacer (bila pasien
menggunakan spacer). Kocok inhaler setiap kali sebelum dipakai. Hindari

4
semprotan ke dalam mata. Lakukan test semprotan ke udara pertama kali
sebelum digunakan. Bila inhaler tidak digunakan dalam waktu >2 minggu,
lakukan 4 kali semprotan dulu ke udara sebelum digunakan.  Kumur mulut
dengan air setelah inhalasi. Diberitahukan kepada pasien untuk segera
menghubungi dokter bila dijumpai efek-efek samping atau kondisi yang
bertambah parah.
 Contoh Obat inhaler:
Beklometason (Becotide inhaler),
Budenoside (Rhinocort inhaler),
Salbutamol (Ventolin inhaler, Combifen inhaler). 

 Cara Penggunaan Berbagai Terapi Inhalasi


Ada beberapa cara dalam terapi inhalasi, yaitu:
(1) inhaler dosis terukur (MDI, metered dose inhaler)
(2) penguapan (gas powered hand held nebulizer)
(3) inhalasi dengan intermitten positive pressure breathing (IPPB)
(4) pemberian melalui intubasi pada pasien yang menggunakan
ventilator.

 Inhaler Dosis Terukur


Inhaler dosis terukur atau lebih sering disebut MDI diberikan dalam
bentuk inhaler aerosol dengan/tanpa spacer dan bubuk halus (dry powder
inhaler) yaitu diskhaler, rotahaler, dan turbohaler. Pada umumnya
digunakan pada pasien yang sedang berobat jalan dan jarang dipergunakan
di rumah sakit. Cara ini sangat mudah dan dapat dibawa kemana-mana oleh
pasien, sehingga menjadi pilihan utama pagi penderita asma. MDI terdiri
atas 2 bagian, yaitu bagian kotak yang mengandung zat dan
bagian mouthpiece. Bila bagian kotak yang mengandung zat ini dibuka
(ditekan), maka inhaler akan keluar melalui mouthpiece.
 Pemakaian inhaler aerosol. Inhaler dikocok lebih
dahulu agar obat homogen, lalu tutupnya dibuka à inhaler dipegang
tegak, kemudian dilakukan maksimal ekspirasi pelan-pelan à mulut
inhaler diletakan di antara kedua bibir, lalu katupkan kedua bibir dan
lakukan inspirasi pelan-peran. Pada waktu yang sama kanester
ditekan untuk mengeluarkan obat tersebut dan penarikan napas
diteruskan sedalam-dalamnya à tahan napas sampai 10 detik atau
hitungan 10 kali dalam hati. Prosedur tadi dapat diulangi setelah 30
detik sampai 1 menit kemudian tergantung dosis yang diberikan oleh
dokter.
 Pemakaian inhaler aerosol dengan ruang antara
(spacer). Inhaler dikocok lebih dahulu dan buka tutupnya, kemudian
mulut inhaler dimasukan ke dalam lubang ruang antara à mouth
piece diletakan di antara kedua bibir, lalu kedua bibir dikatupkan,
pastikan tidak ada kebocoran à tangan kiri memegang spacer, dan
tangan kanan memegang kanester inhaler à tekan kanester sehingga
obat akan masuk ke dalam spacer, kemudian tarik napas perlahan
dan dalam, tahan napas sejenak, lalu keluarkan napas lagi. Hal ini
bisa diulang sampai merasa yakin obat sudah terhirup habis

5
 Pemakaian diskhaler. Lepaskan tutup pelindung
diskhaler, pegang kedua sudut tajam, tarik sampai tombol terlihat
tekan kedua tombol dan keluarkan talam bersamaan rodanya
letakkan diskhaler pada roda, angka 2 dan 3 letakkan di depan
bagian mouth piece à masukan talam kembali, letakan mendatar dan
tarik penutup sampai tegak lurus dan tutup kembali keluarkan napas,
masukan diskhaler dan rapatkan bibir, jangan menutupi lubang
udara, bernapas melalui mulut sepat dan dalam, kemudian tahan
napas, lalu keluarkan napas perlahan-lahan. putar diskhaler dosis
berikut dengan menarik talam keluar dan masukan kembali. 3

 Pemakaian rotahaler. Pegang bagian mulut


rotahaler secara vertikal, tangan lain memutar badan rotahaler
sampai terbuka masukan rotacaps dengan sekali menekan secara
tepat ke dalam lubang epat persegi sehingga puncak rotacaps berada
pada permukaan lubang pegang permukaan rotahaler secara
horizontal dengan titik putih di atas dan putar badan rotahaler
berlawanan arah sampai maksimal untuk membuka rotacaps
keluarkan napas semaksimal mungkin di luar rotahaler, masukan
rotahaler dan rapatkan bibir dengan kepala agak ditinggikan dengan
kepala agak ditengadahkan ke belakang hiruplah dengan kuat dan
dalam, kemudian tahan napas selama mungkin. lalu keluarkan
rotahaler dari mulut, sambil keluarkan napas secara perlahan-lahan. 3
 Pemakaian turbohaler.
Putar dan lepas penutup turbohaler pegang turbohaler dengan tangan kiri
dan menghadap atas lalu dengan tangan kanan putar pegangan (grip) ke arah
kanan sejauh mungkin kemudian putar kembali keposisi semula sampai
terdengar suara klik hembuskan napas maksimal di luar turbohaler
letakkan mouth piece di antara gigi, rapatkan kedua bibir sehingga tidak ada
kebocoran di sekitar mouth piece kemudian tarik napas dengan tenang
sekuat dan sedalam mungkin sebelum menghembuskan napas, keluarkan
turbohaler dari mulut. Jika yang diberikan lebih dari satu dosis ulangi
tahapan 2 – 5 (tanda panah) dengan selang waktu 1 – 2 menit – pasang
kembali tutupnya. 3
 Setelah penggunaan inhaler. 
Basuh dan kumur dengan menggunakan air. Ini untuk
mengurangi/menghilangkan obat yang tertinggal di dalam rongga mulut dan
tenggorokan, juga untuk mencegah timbulnya penyakit di mulut akibat efek
obat (terutama kortikosteroid).

 Cara mencuci.
Kegagalan mencuci inhaler dengan cara yang benar akan menimbulkan
sumbatan dan pada akhirnya dapat mengurangi jumlah/dosis obat. Cusi
bekar serbuk yang tertinggal di corong inhaler. Keluarkan belas obat dan
basuh inhaler dengan air hangat dengan sedikit sabun. Keringkan dan
masukan kembali ke dalam tempatnya.
 Bagaimana cara untuk mengetahui inhaler sudah kosong.

6
Setiap inhaler telah dilabelkan dengan jumlah dos yang ada. Jika botol obat
mengandungi 200 hisapan dan kita harus mengambil 8 hisapan sehari, maka
obat habis dalam 25 hari. Jika kita mula menggunakan inhaler pada tanggal
1 Mei, maka gantikan inhaler tersebut dengan yang baru pada/atau sebelum
tanggal 25 Mei. Tulis tanggal mula menggunakan inhaler pada botol obat
untuk menghindari kesalahan.
Kandungan inhaler juga boleh diperkirakan dengan cara
memasukkan botol obat ke    dalam air. Kedudukan botol obat di dalam air
menggambarkan kandungan obat dalam inhaler.
·          
Sifat-sifat dari pernapasan. Pada prinsifnya jumlah dari aerosol yang
berubah menjadi cairan ditentukan pula oleh volume tidal, frekuensi
pernapasan, kecepatan aliran inspirasi, dan apakah bernapas melalui mulut
atau hidung, dan juga memeriksa faal pernapasan pada umumnya.
 Obat/Zat Pada Terapi Inhalasi
Obat/zat yang biasanya digunakan secara aerosol pada umumnya adalah
beta 2 simpatomimetik, seperti metaprotenolol (Alupen), albuterol (Venolin
dan Proventil), terbutalin (Bretaire), bitolterol (Tornalat), isoetarin
(Bronkosol); Steroid seperti beklometason (Ventide), triamnisolon
(Azmacort), flunisolid ( Aerobid); Antikolinergik seperti atropin dan
ipratropium (Atrovent); dan Antihistamin sebagai pencegahan seperti
natrium kromolin.
Keuntungan dari aerosol ini baik diberikan secara aerosol maupun dengan
inhaler, adalah memberikan efek bronkodilator yang maksimal yang lebih
baik dari cara pemberian lain, sementara itu pengaruh sistemiknya hampir
tidak ada. Oleh karena itu cara pengobatan ini adalah merupakan cara yang
paling optimal.
 Efek Samping Dan Komplikasi
Jika aerosol diberikan dalam jumlah besar, maka dapat menyebabkan
penyempitan pada saluran pernapasan (bronkospasme). Disamping itu
bahaya iritasi dan infeksi pada jalan napas, terutama infeksi nosokomial
juga dapat terjadi.
 Monitoring
Terapi farmakologi dan non farmakologi ini akan memberi efek lebih
optimal dengan adanya faktor kepatuhan dari pasien dalam menjalankan
terapi. Pasien diharapkan memiliki kesadaran dalam mengkonsumsi obat
yang diberikan. Hal ini tentu saja memerlukan perhatian dari keluarga
pasien yang setiap saatdapat memantau perkembangan terapi pada pasien.
Tujuan monitoring sendiri pada terapi pengobatan ini tidak lain yaitu
untuk memaksimalkan efek terapi serta meminimalkan efek samping obat,
asma yang diderita pasien apakah sudah benar atau belum dengan obat yang
dikonsumsinya.
Untuk mengukur efektivitas  terapi, hal-hal berikut harus di monitor :
·      Penyebab asma
·      Kerusakan target organ: paru-paru,
·      Interaksi obat dan efek samping
·      Kepatuhan pasien

7
1.  Penyebab asma
Sampai saat ini penyebab penyakit asma belum diketahui secara pasti
meski telah banyak penelitian oleh para ahli. Teori atau hipotesis mengenai
penyebab seseorang mengidap asma masih belum disepakati para ahli di
dunia kesehatan.
Namun demikian yang dapat disimpulkan adalah bahwa pada penderita
asma, saluran pernapasannya memiliki sifat yang khas yaitu sangat peka
terhadap berbagai rangsangan (bronchial hyperreactivity = hipereaktivitas
saluran napas) seperti polusi udara (asap, debu, zat kimia), serbuk sari,
udara dingin, makanan, hewan berbulu, tekanan jiwa, bau atau aroma
menyengat (misalnya: parfum). Asap rokok, tekanan jiwa, alergen pada
orang normal tidak menimbulkan asma tetapi pada penderita
asma, rangsangan tersebut dapat menimbulkan serangan.
Selain itu terjadinya serangan asma juga dapat terjadi sebagai
akibat saat penderita mengalami infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) baik
flu ataupun sinisitis. Serangan penyakit asma juga bisa dialami oleh
beberapa wanita di masa siklus menstruasi, namun hal ini sangat jarang
sekali.
Suatu serangan asma dapat terjadi secara tiba-tiba ditandai dengan nafas
yang berbunyi (wheezing, mengi, bengek), batuk dan sesak nafas. Bunyi
mengi terutama terdengar ketika penderita menghembuskan nafasnya. Di
lain waktu, suatu serangan asma dapat terjadi secara perlahan dengan gejala
yang secara bertahap semakin memburuk.
Pada kedua keadaan tersebut, yang pertama kali dirasakan oleh seorang
penderita asma adalah sesak nafas, batuk atau rasa sesak di dada. Serangan
bisa berlangsung dalam beberapa menit atau bisa berlangsung sampai
beberapa jam, bahkan selama beberapa hari.
2. Kerusakan target organ:
A. Paru-paru
Secara umum, pengertian penyakit asma adalah suatu jenis penyakit
gangguan pernapasan khususnya pada paru-paru. Asma merupakan suatu
penyakit yang dikenal dengan penyakit sesak napas yang dikarenakan
adanya penyempitan pada saluran pernapasan karena adanya aktivitas
berlebih yang disebabkan oleh suatu rangsangan tertentu, yang
menyebabkan peradangan dan penyempitan pada pembuluh darah dan udara
yang mengalirkan oksigen ke paru-paru dan rongga dada.
Umumnya seseorang yang menderita sesak napas atau asma bersifat
sementara dan dapat sembuh seperti sedia kala dengan atau tanpa bantuan
obat.
Paru-paru kita digunakan untuk menghirup udara dengan iritasi, seperti
bakteri, virus, serbuk sari, dan debu, sepanjang hari setiap hari, Pada
kebanyakan orang biasanya reaksi inflamasi tidak terjadi.

8
Tetapi saluran udara di paru-paru penderita asma lebih sensitif terhadap
banyak hal-hal ini, dan sistem kekebalan tubuh pada penderita asma
ini bereaksi berlebihan dengan melepaskan berbagai jenis sel dan bahan
kimia lainnya ke saluran udara.
3. Interaksi obat dan efek samping
Penanganan dan pemberian obat-obatan kepada penderita asma adalah
tindakan mengatasi serangan yang timbul yang mana disesuaikan dengan
tingkat keparahan dari tanda dan gejala itu sendiri. Interaksi obat dan efek
samping yang dialami pada penderita asma setelah terapi vontolin inhalasi
adalah mengalami gejala pusing. Karena  efek samping tersebut maka
Bapak TR diberi parasetamol untuk mengatasi pusing yang dialami.
Pasien juga disarankan  untuk menyediakan atau menyimpan obat hirup
(Ventolin Inhaler) dimanapun beliau berada agar dapat membantu
melonggarkan saluran pernafasan saat serangan asma terjadi.
4. Kepatuhan pasien
Suatu serangan penyakit asma harus mendapatkan pengobatan sesegera
mungkin untuk membuka saluran pernafasan. Obat yang digunakan untuk
mencegah juga digunakan untuk mengobati penyakit asma, tetapi dalam
dosis yang lebih tinggi atau dalam bentuk yang berbeda. Pasien asma juga
dianjurkan untuk memeriksakan diri secara teratur ke dokter. Karena bisa
saja kondisi penyakit bertambah ringan atau sebaliknya sehingga baik obat
maupun cara hidup perlu disesuaikan. Juga disarankan untuk membawa
ventolin inhaler kemanapun, agar dapat membantu melonggarkan saluran
pernapasan saat serangan asma terjadi.
 Langkah tepat yang dapat dilakukan untuk menghindari serangan asma
adalah menjauhi faktor-faktor penyebab yang memicu timbulnya serangan
asma itu sendiri. Setiap penderita umumnya memiliki ciri khas tersendiri
terhadap hal-hal yang menjadi pemicu serangan asmanya.
Setelah terjadinya serangan asma, penderita akan merasa sudah dapat
bernafas lega akan tetapi disarankan untuk meneruskan pengobatannya
sesuai obat dan dosis yang diberikan oleh dokter.

2.3 Ventolin Inhaler


Dalam ventolin inhaler mengandung salbutamol sulfat, dimana
merupakan sympathomimetic amine termasuk golongan beta-adrenergic
agonist yang memiliki efek secara khusus terhadap reseptor beta(2)-
adrenergic  yang terdapat didalam adenyl cyclase. Adenyl cyclase
merupakan katalis dalam proses perubahan adenosine triphosphate (ATP)
menjadi cyclic-3', 5'-adenosine monophosphate (cyclic AMP). Mekanisme
ini meningkatkan jumlah cyclic AMP yang berdampak pada relaksasi otot
polos bronkial serta menghambat pelepasan mediator penyebab reaksi
hipersensitivitas dari mast cells.
Komposisi                  : Salbutamol Sulfat
Indikasi                      : Pengobatan & pencegahan asma bronkhial.
Pengobatan pada kondisi lain seperti bronkhitis & emfisema, yang
berhubungan dengan penyumbatan saluran pernafasan yang bersifat

9
reversibel. Terapi pemeliharaan rutin pada asma kronis dan bronkhitis
kronis.  
Kontra indikasi          : Aborsi yang mengancam selama trimester pertama
atau kedua masa kehamilan. Toksemia (darah keracunan) saat kehamilan,
perdarahan sebelum melahirkan, plasenta previa (uri yang melekat pada
segmen bawah rahim, sehingga menutupi mulut rahim).
Efek Samping            : Gemetar halus pada otot rangka, perasaan tegang,
vasodilatasi perifer, suatu kompensatori kecil peningkatan irama jantung,
sakit kapala, kejang otot sementara, reaksi hipersensitifitas, berpotensi
menderita hipokalemia yang serius, hiperaktifitas pada anak-anak.
Bronkhospasme paradoksikal.
Indeks Keamanan untuk Wanita Hamil : Obat Kategori C :
Penelitian pada hewan menunjukkan efek samping pada janin
( teratogenik atau embriosidal atau lainnya) dan belum ada penelitian yang
terkendali pada wanita atau penelitian pada wanita dan hewan belum
tersedia. Obat seharusnya diberikan bila hanya keuntungan potensial
memberikan alasan terhadap bahaya potensial pada janin.
Dosis   :
Dewasa : Bronkhospasme akut dan penanganan episode intermiten
pada asma : 1-2 hembusan sebagai dosis tunggal. Pemeliharaan menahun
atau sebagai pencegahan : 3-4 kali sehari 2 hembusan. Untuk mencegah
bronkhospasme yang dipicu oleh latihan/gerak badan yang berlebihan : 2
hembusan sebelum latihan (olahraga)
Anak-anak : Bronkhospasme akut, penanganan saat asma atau
sebelum olahraga : 1 hembusan. Pencegahan atau pemeliharaan rutin : 3-4
kali sehari 1 hembusan. Dosis ini dapat ditingkatkan sampai 2 hembusan
jika perlu.  

2.4. Komunikasi Informasi Edukasi (KIE)


Cara Pemakaian Ventolin Inhaler :
1. Lepaskan penutup dari mouth piece
2. Kemudian kocoklah inhaler, supaya obat merata campurannya.
3. Pegang inhaler 2,5 – 5 cm di depan mulut. Keluarkan napas
maksimal tetapi perlahan-  lahan.
4. Letakan mouth piece dalam mulut dan rapatkan bibir anda.
5. Bersamaan dengan anda menarik napas, tekanlah inhaler sambil terus
bernapas secara perlahan-lahan dan dalam. Lepaskan mouth piece
dari mulut anda.
6. Tahan napas untuk 10 detik hitungan, atau selama mungkin sebelum
mengeluarkan napas secara perlahan-lahan.
7. Untuk sediaan inhalasi, kocok dulu sebelum digunakan dan buang 4
semprotan pertama jika menggunakan inhaler baru atau inhaler yang
sudah tidak terpakai selama lebih dari 2 minggu.
8. Sebaiknya berkumur setiap kali sehabis mengkonsumsi salbutamol
supaya tenggorokan dan mulut tidak kering.
9. Jika dibutuhkan lebih dari 1 hisapan dalam sekali pemakaian, maka
beri jarak waktu minimal 1 menit untuk setiap hisapan.

10
Kontraindikasi dari obat ini adalah untuk penderita yang hipersensitif
terhadap salbutamol. Adapun efek samping yang mungkin timbul karena
pamakaian salbutamol, antara lain: gangguan sistem saraf (gelisah, gemetar,
pusing, sakit kepala, kejang, insomnia); nyeri dada; mual, muntah; diare;
anorexia; mulut kering; iritasi tenggorokan; batuk; gatal; dan ruam pada
kulit (skin rush).  
Untuk penderita asma yang disertai dengan penyakit lainnya seperti:
hipertiroidisme, diabetes mellitus, gangguan jantung termasuk insufisiensi
miokard maupun hipertensi, perlu adanya pengawasan yang lebih ketat
karena penggunaan salbutamol bisa memperparah keadaan dan
meningkatkan resiko efek samping.

2.5. Penyimpanan ventolin inhaler


Simpan obat pada suhu kamar agar stabil (aerosol: 15-25o C; inhalasi
cair: 2-25o C dan sirup: 2-30o C)

2.6. Jenis makanan yang harus dihindari bagi penderita asma


Salah satu zat yang diketahui berkaitan erat dengan serangan asma
adalah sulfit. Sensitifitas terhadap sulfit pada umumnya hanya terbatas pada
penderita asma yang bergantung pada obat steroid.
Makanan yang mengandung sulfit dapat memicu serangan asma pada
20 persen orang penderita asma. Sulfit terdapat dalam makanan sebagai
hasil dari fermentasi dan ditemukan dalam makanan olahan.
1. Jus Lemon atau Limun Buatan
Meminum lemon atau air jeruk nipis sungguhan jauh lebih bagus.
Meskipun sedikit merepotkan, tetapi rasanya lebih segar dan penderta asma
dapat bernapas lebih lega.
2. Bir, Anggur, dan Minuman Fermentasi Lain
Minuman semacam ini akan menyebabkan kesulitan bernapas pada
penderita asma setelah dikonsumsi. Kandungan sulfitnya lah yang
menyebabkannya.
3. Buah atau Sayuran Kering
Selain buah-buahan kering seperti kismis, nanas, aprikot dan cranberry,
makanan lain yang harus dihindari adalah ceri maraschino dan guacamole,
makanan tradisional Meksiko yang terbuat dari bahan dasar alpukat,
ditambah dengan lemon dan garam.
4. Acar
Acar dan paprika sebaiknya dihindari jika sensitif terhadap sulfit.
5. Kentang
Makanan seperti kentang goreng dan kentang kering juga mengandung
sulfit, jadi berhati-hatilah. Menu kentang dapat diganti dengan menu yang
lebih sehat dengan kentang manis panggang atau kentang panggang dengan
ditambahi minyak zaitun.
6. Udang
Udang beku juga mengandung sulfit. Sulfit digunakan sebagai zat
tambahan untuk mencegah munculnya bintik-bintik hitam pada udang. Akan

11
lebih baik jika mengkonsumsi udang segar. Meskipun mungkin lebih mahal,
tapi akan membuat penderita asma merasa lebih baik untuk jangka panjang.
7. Makanan Lain yang Mengandung Sulfit
Makanan lain yang mengandung sulfit adalah asparagus, daun bawang,
pati jagung, telur, bawang putih, selada, sirup maple, salmon, produk
kedelai dan tomat.
Adapun usaha-usaha pencegahan yang dapat dilakukan untuk
mencegah datangnya serangan penyakit asma, antara lain :
1. Menjaga kesehatan
Menjaga kesehatan merupakan usaha yang tidak terpisahkan dari
pengobatan penyakit asma. Bila penderita lemah dan kurang gizi, tidak saja
mudah terserang penyakit tetapi juga berarti mudah untuk mendapat
serangan penyakit asma beserta komplikasinya. Usaha menjaga kesehatan
ini antara lain berupa makan makanan yang bernilai gizi baik, minum
banyak, istirahat yang cukup, rekreasi dan olahraga yang sesuai.
Penderita dianjurkan banyak minum kecuali bila dilarang dokter,
karena menderita penyakit lain seperti penyakit jantung atau ginjal yang
berat.
Banyak minum akan mengencerkan dahak yang ada di saluran
pernapasan, sehingga dahak tadi mudah dikeluarkan. Sebaliknya bila
penderita kurang minum, dahak akan menjadi sangat kental, liat dan sukar
dikeluarkan. Pada serangan penyakit asma berat banyak penderita yang
kekurangan cairan. Hal ini disebabkan oleh pengeluaran keringat yang
berlebihan, kurang minum dan penguapan cairan yang berlebihan dari
saluran napas akibat bernapas cepat dan dalam. Untuk seorang yang
menderita penyakit asma disarankan untuk lebih sering berolahraga,dan
untuk olahraga yang disarankan yaitu olahraga renang karena renang dapat
membantu pernapasan sehinnga asma tidak sering kambuh.
2. Menjaga kebersihan lingkungan
Lingkungan dimana penderita hidup sehari-hari sangat mempengaruhi
timbulnya serangan penyakit asma. Keadaan rumah misalnya sangat penting
diperhatikan. Rumah sebaiknya tidak lembab, cukup ventilasi dan cahaya
matahari.Saluran pembuangan air harus lancar. Kamar tidur merupakan
tempat yang perlu mendapat perhatian khusus. Sebaiknya kamar tidur
sesedikit mungkin berisi barang-barang untuk menghindari debu rumah.
Hewan peliharaan, asap rokok, semprotan nyamuk, atau semprotan
rambut dan lain-lain mencetuskan penyakit asma. Lingkungan pekerjaan
juga perlu mendapat perhatian apalagi kalau jelas-jelas ada hubungan antara
lingkungan kerja dengan serangan penyakit asmanya.
3. Menghindari Faktor Pencetus
Alergen yang tersering menimbulkan penyakit asma adalah tungau debu
sehingga cara-cara menghindari debu rumah harus dipahami. Alergen lain
seperti kucing, anjing, burung, perlu mendapat perhatian dan juga perlu
diketahui bahwa binatang yang tidak diduga seperti kecoak dan tikus dapat
menimbulkanpenyakitasma. Infeksi virus saluran pernapasan sering
mencetuskan penyakit asma. Sebaiknya penderita penyakit asma menjauhi
orang-orang yang sedang terserang influenza. Juga dianjurkan menghindari
tempat-tempat ramai atau penuh sesak.

12
Hindari kelelahan yang berlebihan, kehujanan, penggantian suhu udara
yang ekstrim, berlari-lari mengejar kendaraan umum atau olahraga yang
melelahkan. Jika akan berolahraga, lakukan latihan pemanasan terlebih
dahulu dan dianjurkan memakai obat pencegah serangan penyakit asma.
Zat-zat yang merangsang saluran napas seperi asap rokok, asap mobil, uap
bensin, uap cat atau uap zat-zat kimia dan udara kotor lainnya harus
dihindari.
Perhatikan obat-obatan yang diminum, khususnya obat-obat untuk
pengobatan darah tinggi dan jantung (beta-bloker), obat-obat antirematik
(aspirin, dan sejenisnya). Zat pewarna (tartrazine) dan zat pengawet
makanan (benzoat) juga dapat menimbulkan penyakit asma.
4. Menggunakan obat-obatan antipenyakit asma
Pada serangan penyakit asma yang ringan apalagi frekuensinya jarang,
penderita boleh memakai obat bronkodilator, baik bentuk tablet, kapsul
maupun sirup. Tetapi bila ingin agar gejala penyakit asmanya cepat hilang,
jelas aerosol lebih baik.Pada serangan yang lebih berat, bila masih mungkin
dapat menambah dosis obat, sering lebih baik mengkombinasikan dua atau
tiga macam obat. Misalnya mula-mula dengan aerosol atau tablet/sirup
simpatomimetik (menghilangkan gejala) kemudian dikombinasi dengan
teofilin dan kalau tidak juga menghilang baru ditambahkan kortikosteroid.
Pada penyakit asma kronis bila keadaannya sudah terkendali dapat
dicoba obat-obat pencegah penyakit asma. Tujuan obat-obat pencegah
serangan penyakit asma ialah selain untuk mencegah terjadinya serangan
penyakit asma juga diharapkan agar penggunaan obat-obat bronkodilator
dan steroid sistemik dapat dikurangi dan bahkan kalau mungkin dihentikan.

 Keuntungan & Kerugian


            Keuntungannya, Dibandingkan dengan terapi oral (obat yang diminum),
terapi ini lebih efektif, kerjanya lebih cepat pada organ targetnya, serta
membutuhkan dosis obat yang lebih kecil, sehingga efek sampingnya ke organ
lainpun lebih sedikit. Sebanyak 20-30% obat akan masuk di saluran napas dan
paru-paru, sedangkan 2-5% mungkin akan mengendap di mulut dan tenggorokan.
Bandingkan dengan obat oral. Ibaratnya obat tersebut akan "jalan-jalan" dulu ke
lambung, ginjal, atau jantung sebelum sampai ke sasarannya, yakni paru-paru.
Pada anak-anak, umumnya diberi tambahan masker agar obat tidak
menyemprot kemana-mana. Dengan cara ini, bayi/balita cukup bersikap pasif dan
ini jelas menguntungkan. Artinya, si kecil cuma perlu bernapas saja dan tak mesti
begini atau begitu. Kalaupun ia menangis, tak perlu khawatir juga karena efeknya
malah semakin bagus mengingat obatnya kian terhirup.
  Kerugiannya, Jika penggunaan di bawah pemeriksaan dokter dan obat
yang di pakai tidak cocok dengan keadaan mulut dan sistem pernafasan , hal yang
mungkin bisa terjadi adalah iritasi pada mulut dan gangguan pernafasan. Jadi
pengguna pengobatan inhalasi akan terus berkonsultasi pada dokter tentang obat
nya. Selain hal itu obat relatif lebih mahal dan bahkan mahal dari pada obat
oral           

                                                                 
 Tindakan Keperawatan Prosedur Inhalasi

13
1. Selang dan masker yang digunakan pasien harus masing-masing,
artinya setiap pasien
    harus memiliki sendiri.
2. Ikuti resep yang dianjurkan oleh dokter, jangan memakai resep yang
diberikan pada sakit sebelumnya.
3. Perhatikan obat mana yang dapat digabung atau harus dipisah dalam
pemberian terapi
  inhalasi.
4. Pada saat mesin dihidupkan, pasien tarik nafas dalam perlahan
dengan mulut,
tahan 2-3 detik dan hembuskan kembali. Pada anak-anak cukup
dianjurkan
bernafas normal.
5. Ajarkan kepada pasien untuk tidak bernafas terlalu cepat, karena ini
akan menyebabkan pusing, gemetardan mual. Terapi
dilangsungkan kurang lebih 10-15 menit.
 Cara Pemasukan Obat

           Cara memberikan obat melalui hirupan tersebut dikenal sebagai


terapi inhalasi. Secara garis besar ada 3 macam alat/jenis terapi inhalasi,
yaitu nebulizer, MDI (metered dose inhaler), dan DPI (dry powder inhaler).
Jenis DPI yang paling sering digunakan adalah turbuhaler. MDI adalah
berupa alat semprot yang berisi obat yang harus dihirup dengan ukuran
dosis tertentu. Pada MDI, obat yang dihirup dalam bentuk aeorosol (kabut),
sedangkan pada DPI, obat yang dihirup berupa serbuk kering. Diperlukan
teknik yang benar untuk dapat menggunakan MDI ini, antara lain perlu
adanya koordinasi yang pas pada saat menekan alat semprot tersebut dengan
saat menghirup obatnya. Sehingga, untuk anak-anak kecil, alat ini mungkin
agak sulit cara menggunakannya, kecuali jika sudah dilatih secara cukup.
Obat yang biasanya digunakan dalam terapi inhalasi adalah
golongan pelega saluran nafas (bronkodilator) atau untuk mengurangi
inflamasi atau peradangan jalan nafas (golongan kortikosteroid). Ada obat-
obat yang harus digunakan secara rutin untuk mencegah serangan asma, dan
ada obat-obat yang cukup digunakan pada saat terjadinya serang

14
BAB III

DAFTAR PUSTAKA

1. Wells, B.G., Dipiro, J.T., Schwinghammer, T.L., Hamilton,C.W.,


2003, Pharmacotheraphy Handbook, fifth Ed, McGraw-Hill
Companies, USA.
2. Ikawati, Zulies, 2006, Farmakoterapi Penyakit Sistem Pernafasan,
Fakultas Farmasi UGM, Yogyakarta.
3. http://www.medscape.com
4. metered dose inhaler.http://www.wikipedia.com
5. Dr. Johan Talesu Sp.RM RS. Puri Indah Jakarta,
www.dmeonline.com, lifemedicalsupplier.com

15

Anda mungkin juga menyukai