Disusun Oleh :
AFIFAH RIZANNAH 16334706
DANY INDRIAWATY 16334612
DESY NEPIYANTI 16334708
ILHAM AZIZAM 16334711
MAISARAH 16334702
MARDIANAH UPENDI 16334714
MARIA ULPA 16334709
MAULANA FAISAL 15334080
FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang karena rahmat dan ridhonya Makalah ini
dapat terselesaikan tepat waktu. Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu
tugas dalam perkuliahan Farmakoekonomi, makalah ini berisikan.
Makalah ini berisikan mengenai bagaimana harga dan penetapan harga yang baik yang
akan diuraikan secara efektif tentang definisi dan tujuan dari penetapan harga, faktor-faktor yang
mempengaruhi penetapan harga, strategi penetapan harga pada kondisi umum dan strategi
penetapan harga pada kondisi tertentu.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada orang-orang yang telah membantu dalam
pengerjaan. Laporan ini, yang karena dengan bantuan dari jasa-jasa mereka sehingga makalah ini
mampu kami selesaikan. Orang – orang tersebut antara lain yaitu :
1. Ibu Dr. Dra. Lili Musnelina, M.Si. dan Ibu Ainun Wulandari, S. Farm., M. Sc., Apt.
sebagai dosen mata kuliah Farmakoekonomi.
2. Kedua orang tua kami yang selalu mendukung saya baik moril dan materil
3. Teman – teman kami yang banyak membantu dan memberikan support
4. Serta pihak – pihak yang namanya tidak dapat kami sebutkan satu persatu, kami
ucapkan terima kasih sebanyak - banyaknya
Kami mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penyusunan makalah ini baik kesalahan
yang disengaja maupun tidak sengaja. Demikianlah makalah ini kami ciptakan, semoga
bermanfaat bagi kami dan masyarakat luas.
PENULIS
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
.................................................................................................
Daftar
Isi ...................................................................................................................
.....
BAB I Pendahuluan
......................................................................................................
BAB II Tinjauan
Pustaka................................................................................................
BAB III
Kesimpulan.....................................................................................................
.
Daftar Pustaka
...............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan hal tersebut penulisan ini bertujuan untuk memberikan sebuah pemahaman
dalam penetapan harga diantaranya mengenai tujuan penetapan harga, alat penetapan harga
strategi dan berbagai macam pendekatan mengenai penetapan harga.
1.2.2 Apakah tujuan, metode, dan strategi yang digunakan dalam menentukan harga?
1.3 Tujuan
1.3.2 Untuk mengetahui tujuan, metode, serta sterategi dalam menentukan harga
1.4 Manfaat
1.4.2 Mengetahui tujuan metode, serta sterategi yang digunakan dalam menentukan harga
Harga mengandung pengertian, suatu nilai tukar dari produk barang atau pun jasa yang
umumnya dinyatakan dalam satuan moneter (Rupiah, Dollar, Yen dll). Dalam dunia bisnis
harga mempunyai banyak nama, sebagai contoh dalam dunia perdagangan produk disebut
harga, dalam dunia perbankan disebut bunga, atau dalam bisnis jasa akuntansi, konsultan
disebut fee, biaya transportasi taxi, telepon disebut tariff sedangkan dalam dunia asuransi
disebut premi
Menurut Stanton, (1984) Harga adalah nilai yang dinyatakan dalam dolar dan sen atau
medium moneter lainnya sebagai alat tukar.
Menurut Basu Swastha (1986) Harga diartikan sebagai jumlah uang (kemungkinan
ditambah barang) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta
pelayanannya.
Menurut Alex S Nitisemito (1991) Harga diartikan sebagai nilai suatu barang
atau jasa yang diukur dengan sejumlah uang dimana berdasarkan nilai tersebut seseorang atau
perusahaan bersedia melepaskan barang atau jasa yang dimiliki kepada pihak lain.
Berdasarkan definisi harga diatas maka dapat disimpulkan harga adalah sejumlah uang
yang harus dikeluarkan oleh konsumen untuk mendapatkan produk atau jasa yang dibelinya
guna memenuhi kebutuhan maupun keinginannya dan umumnya dinyatakan dalam satuan
moneter (Rupiah, Dollar, Yen dll). Sedangkan penetapan harga adalah suatu proses untuk
menentukan seberapa besar pendapatan yang akan diperoleh atau diterima oleh perusahan dari
produk atau jasa yang di hasilkan.
Penetapan harga telah memiliki fungsi yang sangat luas di dalam program pemasaran.
Menetapkan harga berarti bagaimana mempertautkan produk kita dengan aspirasi sasaran
pasar, yang berarti pula harus mempelajari kebutuhan, keinginan, dan harapan konsumen.
Dalam penetapan harga, produsen harus memahami secara mendalam besaran sensitifitas
konsumen terhadap harga.
Dengan demikian, harga dan penetapan harga adalah suatu proses yang harus dilakukan
oleh perusahaan untuk memberikan nilai suatu produk atau jasa dengan mengkalkulasikan
terlebih dahulu segala macam biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh keuntungan serta
mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan selain harga.
Dalam teori ekonomi klasik, setiap perusahaan selalu berorientasi pada seberapa besar
keuntungan yang akan diperoleh dari suatu produk atau jasa yang dimilikinya, sehingga tujuan
penetapan harganya hanya berdasarkan pada tingkat keuntungan dan perolehan yang akan
diterimanya. Namun di dalam perkembangannya, tujuan penetapan harga bukan hanya
berdasarkan tingkat keuntungan dan perolehannya saja melainkan berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan non ekonomis lainnya. Definisi dan tujuan penetapan harga secara umum harga
diartikan sebagai nilai suatu barang yang ditentukan atau dirupakan dengan sejumlah rupiah
atau mata uang lainnya
Berikut adalah tujuan penetapan harga yang bersifat ekonomis dan non ekonomis;
1. Memaksimalkan Laba
Penetapan harga ini biasanya memperhitungkan tingkat keuntungan yang ingin diperoleh.
Semakin besar marjin keuntungan yang ingin didapat, maka menjadi tinggi pula harga
yang ditetapkan untuk konsumen. Dalam menetapkan harga sebaiknya turut
memperhitungkan daya beli dan variabel lain yang dipengaruhi harga agar keuntungan
yang diraih dapat maksimum.
Setelah perusahaan menentukan dan menetapkan tujuan yang akan dicapai, maka langkah
atau tahapan selanjutnya adalah menentukan metode penetapan harga. Secara umum metode
penetapan harga terdiri dari 3 macam pendekatan, yakni ;
Proses penetapan harga yang didasari persepsi konsumen terhadap value atau nilai yang
diterima (price value), sensitivitas harga dan perceived quality. Untuk mengetahui value dari
harga terhadap kualitas, maka analisa Price Sensitivity Meter (PSM) merupakan salah satu
bentuk yang dapat digunakan. Pada analisa ini konsumen diminta untuk memberikan
pernyataan dimana konsumen merasa harga murah, terlalu murah, terasa mahal dan terlalu
mahal dan dikaitkan dengan kualitas yang diterima.
1. Produk Baru
Dalam menetapkan strategi penetapan harga yang efektif untuk produk baru atau tahap
perkenalan ini terdapat 2 (dua) alternatif strategi penetapan harga, yaitu:
a) Harga Mengapung (Skimming Price)
Memberikan harga tinggi untuk menutup biaya dan menghasilkan laba maksimum.
Perusahaan dapat meyakinkan konsumen bahwa produknya berbeda dengan produk
sejenis yang lain. Pendekatan skimming sangat efektif jika terdapat diferensiasi harga
pada segmen tertentu dan pesaing relatif sedikit. Skimming juga dapat dimanfaatkan
untuk membatasi permintaan sampai perusahaan merasa siap untuk melakukan
produksi masal. Apalagi skimming dapat meningkatkan nilai produk menjadi sangat
prestisius.
b) Harga Penetrasi
Memberikan harga rendah untuk menciptakan pangsa pasar dan permintaan, strategi
ini dapat diterapankan pada situasi pasar tidak terfragmentasi ke dalam segmen yang
berbeda, serta produk tersebut tidak mempunyai nilai simbolis yang tinggi.
Pendekatan ini juga efektif terhadap sasaran pasar yang sensitif harga.
a) Tahap Pertumbuhan
Pada tahap pertumbuhan ini ditandai dengan penjualan meningkat disertai munculnya
pesaing. Pada awalnya terjadi pertumbuhan yang cepat, strategi yang diterapkan
adalah tetap mempertahankan harga produk atau pasar. Ketika pertumbuhan
melambat, terapkan strategi harga agresif. Menurunkan harga untuk mendorong
penjualan sekaligus menghadapi persaingan yang semakin ketat.
b) Tahap Kematangan
Pada tahap kematangan, fleksibilitas harga merupakan kunci efektivitas strategi
penetapan harga. Pada tahapan ini perusahaan harus benar-benar responsif terhadap
situasi pasar, konsumen maupun pesaing. Strategi penetapan harga dapat
menggunakan ‘psikologis konsumen’ maupun ‘pemotongan harga’ (diskon), sehingga
perusahaan dapat menjaga loyalitas konsumen (pangsa pasar) dan meningkatkan
jumlah permintaan dan keuntungan yang diperoleh.
c) Tahap Penurunan
Tahap penurunan produk atau jasa ditandai dengan menurunnya jumlah permintaan
secara terus-menerus, sebagai tahap terakhir daur hidup produk terdapat dua alternatif
langkah utama yang dapat dipilih. Pertama, strategi diskonting (pemotongan harga),
kedua,mempertahankan harga tetapi memotong biaya-biaya yang berhubungan
dengan produk, terutama pengeluaran untuk promosi.
Biaya Bahan Baku (bahan baku/zat aktif, bahan/zat tambahan dan bahan pengemas)
Biaya Operasional (operational cost)
Biaya Marketing dan Promosi
Biaya Distribusi
Biaya Lain-lain (Umum, Penyusutan, Pajak, dan lain-lain).
Berikut adalah gambaran struktur harga obat hingga sampai di tangan pasien :
1. Harga Pokok Produksi (HPP) atau yang sering disebut dengan Cost Of Goods
Manufacture (COGM) terdiri dari: Biaya Bahan Baku (bahan aktif, bahan tambahan dan
bahan pengemas), biaya tenaga kerja langsung (direct labour), dan biaya telepon, BBM,
listrik, spare part, training dll (over-head cost). Untuk industri farmasi, biaya bahan baku
bisa mencapai 70 – 80% , direct labour antara 5 – 10% , dan overhead cost antara 15 –
20 % dari HPP. Khusus untuk obat-obat lisensi (under licence) dan obat paten (patented
drug) masih dibebani biaya lisensi atau paten serta kewajiban untuk membeli bahan baku
dari pemberi lisensi atau paten. Hal inilah salah satu penyebab mengapa obat-obat yang
masuk dalam kategori under licence atau obat-obat paten harganya jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan obat generik maupun generik bermerek.
4. HNA + Laba (Apotek dan atau PBF) + PPN = HJA (Harga Jual Apotek), yang
merupakan HET (Harga Eceran Tertinggi) yang dibayarkan oleh konsumen.
Biasanya, industri farmasi membagi produknya menjadi 2 golongan besar, yaitu obat-
obat resep (ethical) dan obat-obat OTC (over the counter /obat bebas). Obat golongan ethical
adalah obat yang hanya bisa dibeli dengan resep oleh dokter, sedangkan obat OTC bisa dibeli
langsung tanpa resep. Obat ethical ditandai dengan huruf “K” dalam lingkaran merah, sedangkan
obat OTC biasanya bertanda lingkaran biru (obat bebas terbatas) atau lingkaran hijau (obat
bebas). Termasuk dalam golongan OTC ini adalah produk-produk kesehatan berupa makanan
tambahan (food suplement), seperti multivitamin, dan sebagainya. Untuk obat-obat golongan
OTC ini, biasanya berlaku hukum pasar. Artinya, laku atau tidaknya produk sangat tergantung
bagaimana strategi marketing (marketing mix) dari produsen. Masyarakat bebas untuk memilih
produk yang hendak digunakan. Tentu saja, agar konsumen mengenal produk yang diproduksi
dan kemudian tertarik untuk membeli, maka produsen obat harus mengeluarkan biaya untuk
mempromosikan obatnya. Promosi ini bisa melalui ATL (above the line), seperti iklan di TV,
Radio, majalah atau surat kabar atau melalui BTL (bellow the line), seperti penyebaran brosur,
penempelan leaflet, sponsor seminar dan sebagainya.
Lain halnya dengan obat-obat golongan ethical. Untuk obat-obat golongan ini,
masyarakat tidak bisa bebas memilih produknya, namun dipilihkan oleh dokter yang
memeriksanya. Pilihan doter tersebut tercantum dalam selembar resep yang diberikan dokter
kepada si pasien. Selanjutnya, pasien menebus resep tadi di apotek untuk bisa mendapatkan obat.
Jadi disini konsumen “tidak memiliki kebebasan” dalam memilih obat yang hendak
dikonsumsinya, semuanya sudah ditentukan oleh dokter yang menanganinya. Di sinilah letak
akar masalahnya. Dokter yang menuliskan resep tidak ikut membayar atas obat yang dipilihnya,
sedangkan pasien tidak bisa menolak produk yang dipilihkan oleh dokter. Itulah uniknya
“komoditas” yang satu ini.
Dalam hubungan antara industri farmasi sebagai produsen, dokter sebagai penulis resep
dan pasien seperti tergambar dalam ilustrasi di atas, kemudian timbul berbagai macam tudingan
bahwa telah terjadi “perselingkuhan” antara dokter dengan industri farmasi. Industri farmasi
dituduh “menghalalkan segala cara” untuk mempengaruhi dokter agar menuliskan obat yang
diproduksinya. Cara-cara mempengaruhi dokter tersebut dilakukan oleh industri farmasi melalui
pasukan detailer (medical representatif), mulai dari hal-hal yang berbau science dan informatif
(seperti khasiat obat, efek samping, keunggulan produk dibanding pesaing, membiayai ongkos
untuk seminar atau pelatihan, biaya langganan jurnal-jurnal ilmiah, sponsor penelitian, dll)
hingga pada hal-hal yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan dunia kedokteran, seperti
hadiah AC, TV, Handphone, tiket pesiar, dan sebagainya. Lepas benar-tidaknya tudingan
tersebut, tentu saja berbagai upaya untuk mempengaruhi dokter tersebut pasti membutuhkan
biaya yang nantinya akan dibebankan pada harga obat. Biaya untuk “entertain” dokter ini bisa
mencapai 30% dari harga obat.
Industri farmasi dalam menentukan harga obat tidak semata-mata berdasarkan hitung-hitungan di
atas, tapi lebih banyak melihat berdasarkan aspek-aspek berikut :
Obat generik sendiri tidak menyediakan alokasi untuk biaya promosi sebesar obat
bermerk, itulah sebabnya kenapa obat bermerk jauh lebih mahal dibandingkan dengan obat
generik. Sebenarnya secara peraturan POM, pemberian dari perusahaan farmasi baik berupa
barang ataupun uang, yang tidak ada kaitannya dengan hal hal medis tidak dibenarkan. Namun
itulah bisnis, apapun dilakukan agar produknya dapat terjual. Satu hal lagi, obat generik dan obat
bermerk atau paten jika kandungannya sama, secara farmakologi khasiatnya tidak berbeda. Misal
Obat Generik dengan kandungan amoxicillin ,dan obat bermerk X *kandungan amoxicillin ,
sebenarnya sama saja, yang membedakan hanyalah harganya.
BAB III
KESIMPULAN
Definisi dan tujuan penetapan harga secara umum harga diartikan sebagai nilai suatu
barang yang ditentukan atau dirupakan dengan sejumlah rupiah atau mata uang lainnya.
Tujuan-tujuan dalam penetapan harga ini mengindikasikan bahwa pentingnya
perusahaan untuk memilih, menetapkan dan membuat perencanaan mengenai nilai
produk atau jasa dan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan atas produk atau jasa
tersebut.
Untuk menetapkan harga, pemimpin perusahaan harus memperhatikan pengaruhnya
terhadap variabel marketing mix. Marketing mix ini terdiri dari 4 variabel yaitu :
product (produk/barang/jasa), price (harga), place (sistem distribusi), promotion
(promosi).
Industri farmasi dalam menentukan harga obat lebih banyak melihat berdasarkan aspek-
aspek berikut :
o Harga produk sejenis yang sudah ada di pasaran
o Tingkat kompetisi pasar
o Besarnya biaya promosi yang diperlukan
o Besarnya modal yang dikeluarkan
o Besarnya laba atau margin yang diinginkan.
Faktor “X” merupakan salah satu factor terbesar yang mempengaruhi tingginya harga
obat di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Ebert, R.J., Ronald J., Grifin, Ricky W.,2003, Introducing of Business, 6th Edition, Prentice
Hall. Inc. New York.
http://organisasi.org/definisi-pengertian-harga-tujuan-metode-pendekatan-penetapan-harga-
manajemen-pemasaran
http://organisasi.org/tujuan_strategi_penetapan_harga_bagi_perusahaan_bisnis_motif_penentu
https://ahbagiyo.wordpress.com/2010/08/28/menentukan-harga-sebutir-obat/