Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH FARMAKONOMI

“HARGA DAN PENETAPAN HARGA”

Disusun Oleh :
AFIFAH RIZANNAH 16334706
DANY INDRIAWATY 16334612
DESY NEPIYANTI 16334708
ILHAM AZIZAM 16334711
MAISARAH 16334702
MARDIANAH UPENDI 16334714
MARIA ULPA 16334709
MAULANA FAISAL 15334080

FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang karena rahmat dan ridhonya Makalah ini
dapat terselesaikan tepat waktu. Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu
tugas dalam perkuliahan Farmakoekonomi, makalah ini berisikan.
Makalah ini berisikan mengenai bagaimana harga dan penetapan harga yang baik yang
akan diuraikan secara efektif tentang definisi dan tujuan dari penetapan harga, faktor-faktor yang
mempengaruhi penetapan harga, strategi penetapan harga pada kondisi umum dan strategi
penetapan harga pada kondisi tertentu.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada orang-orang yang telah membantu dalam
pengerjaan. Laporan ini, yang karena dengan bantuan dari jasa-jasa mereka sehingga makalah ini
mampu kami selesaikan. Orang – orang tersebut antara lain yaitu :
1. Ibu Dr. Dra. Lili Musnelina, M.Si. dan Ibu Ainun Wulandari, S. Farm., M. Sc., Apt.
sebagai dosen mata kuliah Farmakoekonomi.
2. Kedua orang tua kami yang selalu mendukung saya baik moril dan materil
3. Teman – teman kami yang banyak membantu dan memberikan support
4. Serta pihak – pihak yang namanya tidak dapat kami sebutkan satu persatu, kami
ucapkan terima kasih sebanyak - banyaknya
Kami mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penyusunan makalah ini baik kesalahan
yang disengaja maupun tidak sengaja. Demikianlah makalah ini kami ciptakan, semoga
bermanfaat bagi kami dan masyarakat luas.

JAKARTA, APRIL 2017

PENULIS
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
.................................................................................................

Daftar
Isi ...................................................................................................................
.....

BAB I Pendahuluan
......................................................................................................

BAB II Tinjauan
Pustaka................................................................................................

2.1 Harga dan Penetapan Harga ………………………….…………………………………….…….….

2.1.1 Pengertian Harga Dan Penetapan Harga ………………………….………………………

2.1.2 Tujuan Harga Dan Penetapan Harga ………….…..…………….…………………………

2.1.3 Metode Penetapan Harga …………………..…….………………….…………………………

2.1.4 Sterategi Penetapan Harga …………………………………………….…………………….…

2.2 Harga dan Penetapan Harga Dalam Bidang Farmasis …………………………..……..

BAB III
Kesimpulan.....................................................................................................
.

Daftar Pustaka
...............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam sebuah pasar yang keadaan persaingannya sengit, keputusan yang cukup sulit
yang harus diambil oleh pemimpin perusahaan adalah menetapkan harga. Di satu pihak, harga
produknya harus mampu bersaing dalam pasar namun dilain pihak harga tersebut juga harus
mampu memberikan keuntungan yang layak atau minimal mampu mencapai target Break Even
Point  (BEP) kepada perusahaan. Untuk menetapkan harga, pemimpin perusahaan harus
memperhatikan pengaruhnya terhadap variabel marketing mix. Marketing mix ini terdiri dari 4
variabel yaitu : product (produk/barang/jasa), price (harga), place (sistem distribusi), promotion
(promosi). Ataupun sebaliknya, pemimpin perusahaan harus mampu menganalisa pengaruh
ketiga variabel tersebut terhadap harga. Proses interaksi ini berjalan secara dinamis dengan
perkernbangan pasar.
Salah satu keputusan yang penting dalam bauran pemasaran adalah ‘Price’ yaitu
Penetapan Harga, karena dalam penetapan harga ini perusahaan harus menetapkan tujuan,
kalkulasi biaya, tingkat permintaan, harga pasar serta pencapaian-pencapaian lainnya yang ingin
diperoleh perusahaan atas produk atau jasa yang dimilikinya. Meskipun cara penetapan harga
yang dipakai sama bagi setiap perusahaan yaitu didasarkan pada biaya, persaingan, permintaan,
dan laba. Tetapi kombinasi optimal dari faktor-faktor tersebut berbeda sesuai dengan sifat
produk, pasarnya, dan tujuan perusahaan.
Salah satu cara yang dilakukan untuk menarik minat konsumen adalah dengan cara
menentukan harga yang tepat untuk produk yang terjual. Harga yang tepat adalah harga yang
sesuai dengan kualitas produk suatu barang, dan harga tersebut dapat memberikan kepuasan
kepada konsumen. GBHN tahun1993 mengamanatkan bahwa pelita VI penyediaan obat dan alat
kesehatan harus makin merata dengan harga terjangkau oleh rakyat banyak, ditingkatkan melalui
pengembangan industri peralatan kesehatan dan industri farmasi yang makin maju dan mandiri,
serta didukung oleh industri bahan baku obat yang handal melalui penguasaan ilmu pengetahuan
dan teknologi.

Berdasarkan hal tersebut penulisan ini bertujuan untuk memberikan sebuah pemahaman
dalam penetapan harga diantaranya mengenai tujuan penetapan harga, alat penetapan harga
strategi dan berbagai macam pendekatan mengenai penetapan harga.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang masalah diatas maka permasalahan yang akan penulis bahas adalah :
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan harga dan penetapan harga?

1.2.2 Apakah tujuan, metode, dan strategi yang digunakan dalam menentukan harga?

1.2.3 Faktor apakah yang mempengaruhi harga obat dipasaran?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui perbedaan antara harga dan penetapan harga

1.3.2 Untuk mengetahui tujuan, metode, serta sterategi dalam menentukan harga

1.3.3 Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi harga obat dipasaran

1.4 Manfaat

1.4.1 Mengetahui perbedaan antara Harga dan Penetapan Harga

1.4.2 Mengetahui tujuan metode, serta sterategi yang digunakan dalam menentukan harga

1.4.3 Mengetahui faktor yang mempengaruhi harga obat dipasaran


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Harga dan Penetapan Harga

2.1.1 Pengertian Harga dan Penetapan Harga

Harga mengandung pengertian, suatu nilai tukar dari produk barang atau pun jasa yang
umumnya dinyatakan dalam satuan moneter (Rupiah, Dollar, Yen dll). Dalam dunia bisnis
harga mempunyai banyak nama, sebagai contoh dalam dunia perdagangan produk disebut
harga, dalam dunia perbankan disebut bunga, atau dalam bisnis jasa akuntansi, konsultan
disebut fee, biaya transportasi taxi, telepon disebut tariff sedangkan dalam dunia asuransi
disebut premi

Menurut Stanton, (1984) Harga adalah nilai yang dinyatakan dalam dolar dan sen atau
medium moneter lainnya sebagai alat tukar.

Menurut Basu Swastha (1986) Harga diartikan sebagai jumlah uang (kemungkinan
ditambah barang) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta
pelayanannya.

Menurut Alex S Nitisemito (1991) Harga diartikan sebagai nilai suatu barang
atau jasa yang diukur dengan sejumlah uang dimana berdasarkan nilai tersebut seseorang atau
perusahaan bersedia melepaskan barang atau jasa yang dimiliki kepada pihak lain.

Berdasarkan definisi harga diatas maka dapat disimpulkan harga adalah sejumlah uang
yang harus dikeluarkan oleh konsumen untuk mendapatkan produk atau jasa yang dibelinya
guna memenuhi kebutuhan maupun keinginannya dan umumnya dinyatakan dalam satuan
moneter (Rupiah, Dollar, Yen dll). Sedangkan penetapan harga adalah suatu proses untuk
menentukan seberapa besar pendapatan yang akan diperoleh atau diterima oleh perusahan dari
produk atau jasa yang di hasilkan.

Penetapan harga telah memiliki fungsi yang sangat luas di dalam program pemasaran.
Menetapkan harga berarti bagaimana mempertautkan produk kita dengan aspirasi sasaran
pasar, yang berarti pula harus mempelajari kebutuhan, keinginan, dan harapan konsumen.
Dalam penetapan harga, produsen harus memahami secara mendalam besaran sensitifitas
konsumen terhadap harga.

Dengan demikian, harga dan penetapan harga adalah suatu proses yang harus dilakukan
oleh perusahaan untuk memberikan nilai suatu produk atau jasa dengan mengkalkulasikan
terlebih dahulu segala macam biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh keuntungan serta
mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan selain harga.

2.1.2 Tujuan Penetapan Harga

Dalam teori ekonomi klasik, setiap perusahaan selalu berorientasi pada seberapa besar
keuntungan yang akan diperoleh dari suatu produk atau jasa yang dimilikinya, sehingga tujuan
penetapan harganya hanya berdasarkan pada tingkat keuntungan dan perolehan yang akan
diterimanya. Namun di dalam perkembangannya, tujuan penetapan harga bukan hanya
berdasarkan tingkat keuntungan dan perolehannya saja melainkan berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan non ekonomis lainnya. Definisi dan tujuan penetapan harga secara umum harga
diartikan sebagai nilai suatu barang yang ditentukan atau dirupakan dengan sejumlah rupiah
atau mata uang lainnya

Berikut adalah tujuan penetapan harga yang bersifat ekonomis dan non ekonomis;

1. Memaksimalkan Laba
Penetapan harga ini biasanya memperhitungkan tingkat keuntungan yang ingin diperoleh.
Semakin besar marjin keuntungan yang ingin didapat, maka menjadi tinggi pula harga
yang ditetapkan untuk konsumen. Dalam menetapkan harga sebaiknya turut
memperhitungkan daya beli dan variabel lain yang dipengaruhi harga agar keuntungan
yang diraih dapat maksimum.

2. Meraih Pangsa Pasar


Untuk dapat menarik perhatian para konsumen yang menjadi target market atau target
pasar maka suatu perusahaan sebaiknya menetapkan harga yang serendah mungkin.
Dengan harga turun, maka akan memicu peningkatan permintaan yang juga datang dari
market share pesaing atau kompetitor, sehingga ketika pangsa pasar tersebut diperoleh
maka harga akan disesuaikan dengan tingkat laba yang diinginkan.

3. ROI (Return On Investment) atau Pengembalian Modal Usaha


Setiap usaha menginginkan tingkat pengembalian modal yang tinggi. ROI yang tinggi
dapat dicapai dengan jalan menaikkan profit margin serta meningkatkan angka penjualan.

4. Mempertahankan Pangsa Pasar


Ketika perusahaan memiliki pasar tersendiri, maka perlu adanya penetapan harga yang
tepat agar dapat tetap mempertahankan pangsa pasar yang ada.

5. Tujuan Stabilisasi Harga


Dalam pasar yang konsumennya sangat sensitif terhadap harga, bila suatu perusahaan
menurunkan harganya, maka para pesaingnya harus menurunkan pula harga mereka.
Kondisi seperti ini yang mendasari terbentuknya tujuan stabilisasi harga dalam industri-
industri tertentu (misalnya minyak bumi). Tujuan stabilisasi dilakukan dengan jalan
menetapkan harga untuk mempertahankan hubungan yang stabil antara harga suatu
perusahaan dan harga pemimpin industri (industry leader).

6. Menjaga Kelangsungan Hidup Perusahaan


Perusahaan yang baik menetapkan harga dengan memperhitungkan segala kemungkinan
agar tetap memiliki dana yang cukup untuk tetap menjalankan aktifitas usaha bisnis yang
dijalani.
Definisi dan tujuan penetapan harga secara umum harga diartikan sebagai nilai suatu
barang yang ditentukan atau dirupakan dengan sejumlah rupiah atau mata uang lainnya.
Tujuan-tujuan dalam penetapan harga ini mengindikasikan bahwa pentingnya perusahaan
untuk memilih, menetapkan dan membuat perencanaan mengenai nilai produk atau jasa dan
tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan atas produk atau jasa tersebut.

2.1.3 Metode Penetapan Harga

Setelah perusahaan menentukan dan menetapkan tujuan yang akan dicapai, maka langkah
atau tahapan selanjutnya adalah menentukan metode penetapan harga. Secara umum metode
penetapan harga terdiri dari 3 macam pendekatan, yakni ;

1. Penetapan Harga Berdasarkan Biaya

a) Penetapan Harga Biaya Plus


Didalam metode ini, harga jual per unit ditentukan dengan menghitung jumlah
seluruh biaya per unit ditambah jumlah tertentu untuk menutupi laba yang
dikehendaki pada unit tersebut ( margin )

Rumus ; Biaya Total + Margin = Harga Jual

b) Penetapan Harga Mark-Up


Untuk metode Mark-up ini, harga jual per unit ditentukan dengan menghitung harga
pokok pembelian per unit ditambah ( mark-up ) jumlah tertentu

Rumus ; Harga Beli + Mark-Up = Harga Jual

c) Penetapan Harga BEP ( Break Even Point )


Metode pentapan harga berdasarkan keseimbangan antara jumlah total biaya
keseluruhan dengan jumlah total penerimaan keseluruhan.

Rumus ; Total Biaya = Total Penerimaan


2. Penetapan Harga Berdasarkan Harga Pesaing Atau Kompetitor

Penetapan harga dilakukan dengan menggunakan harga kompetitor sebagai referensi,


dimana dalam pelaksanaannya lebih cocok untuk produk yang standar dengan kondisi pasar
oligopoli. Untuk menarik dan meraih para konsumen dan para pelanggan, perusahaan
biasanya menggunakan strategi harga. Penerapan strategi harga jual juga bisa digunakan
untuk mensiasati para pesaingnya, misalkan dengan cara menetapkan harga di bawah harga
pasar dengan maksud untuk meraih pangsa pasar.

3. Penetapan Harga Berdasarkan Permintaan

Proses penetapan harga yang didasari persepsi konsumen terhadap value atau nilai yang
diterima (price value), sensitivitas harga dan perceived quality. Untuk mengetahui value dari
harga terhadap kualitas, maka analisa Price Sensitivity Meter (PSM) merupakan salah satu
bentuk yang dapat digunakan. Pada analisa ini konsumen diminta untuk memberikan
pernyataan dimana konsumen merasa harga murah, terlalu murah, terasa mahal dan terlalu
mahal dan dikaitkan dengan kualitas yang diterima.

2.1.4 Strategi Penetapan Harga

Strategi penetapan harga adalah tahapan dimana perusahaan mengklasifikasikan dan


menggolongkan produk atau jasa yang dihasilkannya merupakan ‘produk baru’ yang belum
memiliki konsumen tetap atau ‘produk yang telah beredar’ yang telah memiliki pangsa pasar
tersendiri. Strategi penetapan harga ini juga berhubungan dengan siklus kehidupan produk
(Product Life Cycle) dimana suatu produk memiliki empat tahapan utama yakni, Perkenalan,
Pertumbuhan, Kematangan dan Penurunan. Secara khusus strategi penetapan harga ini terdiri
dari :

1. Produk Baru

Dalam menetapkan strategi penetapan harga yang efektif untuk produk baru atau tahap
perkenalan ini terdapat 2 (dua) alternatif strategi penetapan harga, yaitu:
a) Harga Mengapung (Skimming Price)
Memberikan harga tinggi untuk menutup biaya dan menghasilkan laba maksimum.
Perusahaan dapat meyakinkan konsumen bahwa produknya berbeda dengan produk
sejenis yang lain. Pendekatan skimming sangat efektif jika terdapat diferensiasi harga
pada segmen tertentu dan pesaing relatif sedikit. Skimming juga dapat dimanfaatkan
untuk membatasi permintaan sampai perusahaan merasa siap untuk melakukan
produksi masal. Apalagi skimming dapat meningkatkan nilai produk menjadi sangat
prestisius.
b) Harga Penetrasi
Memberikan harga rendah untuk menciptakan pangsa pasar dan permintaan, strategi
ini dapat diterapankan pada situasi pasar tidak terfragmentasi ke dalam segmen yang
berbeda, serta produk tersebut tidak mempunyai nilai simbolis yang tinggi.
Pendekatan ini juga efektif terhadap sasaran pasar yang sensitif harga.

2. Produk Yang Telah Beredar


Strategi penetapan harga untuk produk yang telah beredar ini tentunya tidak terlepas dari
posisi produk atau jasa tersebut dari siklus kehidupan produk, dalam hal ini tahapan
siklusnya berada pada 3 (tiga) tingkatan berikutnya setelah perkenalan yakni:

a) Tahap Pertumbuhan
Pada tahap pertumbuhan ini ditandai dengan penjualan meningkat disertai munculnya
pesaing. Pada awalnya terjadi pertumbuhan yang cepat, strategi yang diterapkan
adalah tetap mempertahankan harga produk atau pasar. Ketika pertumbuhan
melambat, terapkan strategi harga agresif. Menurunkan harga untuk mendorong
penjualan sekaligus menghadapi persaingan yang semakin ketat.

b) Tahap Kematangan
Pada tahap kematangan, fleksibilitas harga merupakan kunci efektivitas strategi
penetapan harga. Pada tahapan ini perusahaan harus benar-benar responsif terhadap
situasi pasar, konsumen maupun pesaing. Strategi penetapan harga dapat
menggunakan ‘psikologis konsumen’ maupun ‘pemotongan harga’ (diskon), sehingga
perusahaan dapat menjaga loyalitas konsumen (pangsa pasar) dan meningkatkan
jumlah permintaan dan keuntungan yang diperoleh.

c) Tahap Penurunan
Tahap penurunan produk atau jasa ditandai dengan menurunnya jumlah permintaan
secara terus-menerus, sebagai tahap terakhir daur hidup produk terdapat dua alternatif
langkah utama yang dapat dipilih. Pertama, strategi diskonting (pemotongan harga),
kedua,mempertahankan harga tetapi memotong biaya-biaya yang berhubungan
dengan produk, terutama pengeluaran untuk promosi.

2.2 Harga dan Penetapan Harga Dalam Bidang Farmasis

Terkait tingginya harga obat di Indonesia, terdapat perbedaan pandangan antara


perusahaan-perusahaan farmasi sebagai produsen dan dengan masyarakat sebagi konsumen.
Perusahaan farmasi menganggap jika harga obat yang mereka keluarkan sudah teramat murah
sampai-sampai mereka hampir mengurangi dan bahkan meminta subsidi dari pemerintah untuk
bahan baku. Penentuan harga obat, sebagaimana “komoditas” yang lain, juga sangat dipengaruhi
beberapa hal, antara lain :

 Biaya Bahan Baku (bahan baku/zat aktif, bahan/zat tambahan dan bahan pengemas)
 Biaya Operasional (operational cost)
 Biaya Marketing dan Promosi
 Biaya Distribusi
 Biaya Lain-lain (Umum, Penyusutan, Pajak, dan lain-lain).

Berikut adalah gambaran struktur harga obat hingga sampai di tangan pasien :

1. Harga Pokok Produksi (HPP) atau yang sering disebut dengan Cost Of Goods
Manufacture (COGM) terdiri dari: Biaya Bahan Baku (bahan aktif, bahan tambahan dan
bahan pengemas), biaya tenaga kerja langsung (direct labour), dan biaya telepon, BBM,
listrik, spare part, training dll (over-head cost). Untuk industri farmasi, biaya bahan baku
bisa mencapai 70 – 80% , direct labour antara 5 – 10% , dan overhead cost antara 15 –
20 % dari HPP. Khusus untuk obat-obat lisensi (under licence) dan obat paten (patented
drug) masih dibebani biaya lisensi atau paten serta kewajiban untuk membeli bahan baku
dari pemberi lisensi atau paten. Hal inilah salah satu penyebab mengapa obat-obat yang
masuk dalam kategori under licence atau obat-obat paten harganya jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan obat generik maupun generik bermerek.

2. Selanjutnya, HPP + Biaya Marketing + Biaya Lain-lain (General Affairs, termasuk


komisi dan bonus Komisaris atau Direksi, baiya CSR, dll) + Bunga & Depresiasi + Laba
Operasional (profit) menjadi HJP (Harga Jual Pabrik) atau yang sering disebut dengan
Cost Of Goods Sales (COGS).

3. HJP + Biaya Distribusi (Distribution Fee) = HNA (Harga Netto Apotek).

4. HNA + Laba (Apotek dan atau PBF) + PPN = HJA (Harga Jual Apotek), yang
merupakan HET (Harga Eceran Tertinggi) yang dibayarkan oleh konsumen.

Biasanya, industri farmasi membagi produknya menjadi 2 golongan besar, yaitu obat-
obat resep (ethical) dan obat-obat OTC (over the counter /obat bebas). Obat golongan ethical
adalah obat yang hanya bisa dibeli dengan resep oleh dokter, sedangkan obat OTC bisa dibeli
langsung tanpa resep. Obat ethical ditandai dengan huruf “K” dalam lingkaran merah, sedangkan
obat OTC biasanya bertanda lingkaran biru (obat bebas terbatas) atau lingkaran hijau (obat
bebas). Termasuk dalam golongan OTC ini adalah produk-produk kesehatan berupa makanan
tambahan (food suplement), seperti multivitamin, dan sebagainya. Untuk obat-obat golongan
OTC ini, biasanya berlaku hukum pasar. Artinya, laku atau tidaknya produk sangat tergantung
bagaimana strategi marketing (marketing mix) dari produsen. Masyarakat bebas untuk memilih
produk yang hendak digunakan. Tentu saja, agar konsumen mengenal produk yang diproduksi
dan kemudian tertarik untuk membeli, maka produsen obat harus mengeluarkan biaya untuk
mempromosikan obatnya. Promosi ini bisa melalui ATL (above the line), seperti iklan di TV,
Radio, majalah atau surat kabar atau melalui BTL (bellow the line), seperti penyebaran brosur,
penempelan leaflet, sponsor seminar dan sebagainya.

Lain halnya dengan obat-obat golongan ethical. Untuk obat-obat golongan ini,
masyarakat tidak bisa bebas memilih produknya, namun dipilihkan oleh dokter yang
memeriksanya. Pilihan doter tersebut tercantum dalam selembar resep yang diberikan dokter
kepada si pasien. Selanjutnya, pasien menebus resep tadi di apotek untuk bisa mendapatkan obat.
Jadi disini konsumen “tidak memiliki kebebasan” dalam memilih obat yang hendak
dikonsumsinya, semuanya sudah ditentukan oleh dokter yang menanganinya. Di sinilah letak
akar masalahnya. Dokter yang menuliskan resep tidak ikut membayar atas obat yang dipilihnya,
sedangkan pasien tidak bisa menolak produk yang dipilihkan oleh dokter. Itulah uniknya
“komoditas” yang satu ini.

Dalam hubungan antara industri farmasi sebagai produsen, dokter sebagai penulis resep
dan pasien seperti tergambar dalam ilustrasi di atas, kemudian timbul berbagai macam tudingan
bahwa telah terjadi “perselingkuhan” antara dokter dengan industri farmasi. Industri farmasi
dituduh “menghalalkan segala cara” untuk mempengaruhi dokter agar menuliskan obat yang
diproduksinya. Cara-cara mempengaruhi dokter tersebut dilakukan oleh industri farmasi melalui
pasukan detailer (medical representatif), mulai dari hal-hal yang berbau science dan informatif
(seperti khasiat obat, efek samping, keunggulan produk dibanding pesaing, membiayai ongkos
untuk seminar atau pelatihan, biaya langganan jurnal-jurnal ilmiah, sponsor penelitian, dll)
hingga pada hal-hal yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan dunia kedokteran, seperti
hadiah AC, TV, Handphone, tiket pesiar, dan sebagainya. Lepas benar-tidaknya tudingan
tersebut, tentu saja berbagai upaya untuk mempengaruhi dokter tersebut pasti membutuhkan
biaya yang nantinya akan dibebankan pada harga obat. Biaya untuk “entertain” dokter ini bisa
mencapai 30% dari harga obat.

Industri farmasi dalam menentukan harga obat tidak semata-mata berdasarkan hitung-hitungan di
atas, tapi lebih banyak melihat berdasarkan aspek-aspek berikut :

1. Harga produk sejenis yang sudah ada di pasaran


2. Tingkat kompetisi pasar
3. Besarnya biaya promosi yang diperlukan
4. Besarnya modal yang dikeluarkan
5. Besarnya laba atau margin yang diinginkan.

Obat generik sendiri tidak menyediakan alokasi untuk biaya promosi sebesar obat
bermerk, itulah sebabnya kenapa obat bermerk jauh lebih mahal dibandingkan dengan obat
generik. Sebenarnya secara peraturan POM, pemberian dari perusahaan farmasi baik berupa
barang ataupun uang, yang tidak ada kaitannya dengan hal hal medis tidak dibenarkan. Namun
itulah bisnis, apapun dilakukan agar produknya dapat terjual. Satu hal lagi, obat generik dan obat
bermerk atau paten jika kandungannya sama, secara farmakologi khasiatnya tidak berbeda. Misal
Obat Generik dengan kandungan amoxicillin ,dan obat bermerk X *kandungan amoxicillin ,
sebenarnya sama saja, yang membedakan hanyalah harganya.

BAB III
KESIMPULAN

 Definisi dan tujuan penetapan harga secara umum harga diartikan sebagai nilai suatu
barang yang ditentukan atau dirupakan dengan sejumlah rupiah atau mata uang lainnya.
 Tujuan-tujuan dalam penetapan harga ini mengindikasikan bahwa pentingnya
perusahaan untuk memilih, menetapkan dan membuat perencanaan mengenai nilai
produk atau jasa dan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan atas produk atau jasa
tersebut.
 Untuk menetapkan harga, pemimpin perusahaan harus memperhatikan pengaruhnya
terhadap variabel marketing mix. Marketing mix ini terdiri dari 4 variabel yaitu :
product (produk/barang/jasa), price (harga), place (sistem distribusi), promotion
(promosi).
 Industri farmasi dalam menentukan harga obat lebih banyak melihat berdasarkan aspek-
aspek berikut :
o Harga produk sejenis yang sudah ada di pasaran
o Tingkat kompetisi pasar
o Besarnya biaya promosi yang diperlukan
o Besarnya modal yang dikeluarkan
o Besarnya laba atau margin yang diinginkan.
 Faktor “X” merupakan salah satu factor terbesar yang mempengaruhi tingginya harga
obat di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Ebert, R.J., Ronald J., Grifin, Ricky W.,2003, Introducing of Business, 6th Edition, Prentice
Hall. Inc. New York.

Kismono, Gugup.,2001, Bisnis Pengantar, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta

Djatmiko, Kuliah Pengantar Bisnis UEU, 2011-2012

http://organisasi.org/definisi-pengertian-harga-tujuan-metode-pendekatan-penetapan-harga-
manajemen-pemasaran
http://organisasi.org/tujuan_strategi_penetapan_harga_bagi_perusahaan_bisnis_motif_penentu

https://ahbagiyo.wordpress.com/2010/08/28/menentukan-harga-sebutir-obat/

Anda mungkin juga menyukai