Anda di halaman 1dari 37

Prinsip Farmakoterapi dan

Penggunaan Obat yang Rasional


Team Teaching
Farmakoterapi 1
Definisi Farmakoterapi
• Pharmacon = obat
• Therapeia = upaya penanggulangan penyakit
• Therapeutics = cabang farmakoterapi yg mempelajari cara-cara
pengobatan

• FARMAKOTERAPI adalah ilmu yang mempelajari tentang


penanganan penyakit melalui penggunaan obat-obatan.

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaI


TERAPI OBAT
(Farmakoterapi)

TANPA OBAT
GABUNGAN
(Non farmakoterapi)

-Radioterapi
-Hidroterapi
-fisioterapi
-Operasi
-Diet

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaI


PROSES FARMAKOTERAPI
KELUHAN TIDAK
SEMBUH SEMBUH

DIAGNOSIS EFEK

CARA PENYEMBUHAN
PENGGUNAAN OBAT

DRUG THERAPY
PENYERAHAN OBAT

PEMILIHAN OBAT

PENETAPAN REGIMEN PERESEPAN


DOSIS

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaI


www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaI
www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaI
Pengobatan Rasional

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaI


Definisi
• Penggunaan obat dikatakan rasional bila bila pasien menerima obat
yang sesuai dengan kebutuhannya, untuk periode waktu yang adekuat
dan dengan harga yang paling murah untuk pasien dan masyarakat
(WHO 1985) .
• Tujuan: Untuk menjamin pasien mendapatkan pengobatan yang
sesuai dengan kebutuhannya, untuk periode waktu yang adekuat
dengan harga yang terjangkau.

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaI


www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaI
www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaI
Kriteria Pengobatan yang Rasional (Kemenkes, 2011)
a. Tepat Diagnosis
b. Tepat Indikasi Penyakit
c. Tepat Pemilihan Obat
d. Tepat Dosis
e. Tepat Cara Pemberian
f. Tepat Interval Waktu Pemberian
g. Tepat lama pemberian
h. Waspada terhadap efek samping
i. Tepat penilaian kondisi pasien
j. Obat yang diberikan harus efektif dan aman dengan mutu terjamin, serta tersedia setiap
saat dengan harga yang terjangkau
k. Tepat informasi
l. Tepat tindak lanjut (follow-up)
m. Tepat penyerahan obat (dispensing)
n. Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang dibutuhkan
www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaI
Tepat Diagnosis
• Penggunaan obat disebut rasional jika diberikan untuk diagnosis yang tepat.
• Jika diagnosis tidak ditegakkan dengan benar, maka pemilihan obat akan terpaksa
mengacu pada diagnosis yang keliru tersebut.
• Akibatnya obat yang diberikan juga tidak akan sesuai dengan indikasi yang
seharusnya.

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaI


Tepat Indikasi Penyakit

•Ketepatan Indikasi Penggunaan Obat apabila ada indikasi yang benar (sesuai dengan
diagnosa Dokter) untuk penggunaan obat tersebut dan telah terbukti manfaat terapetiknya.
•Setiap obat memiliki spektrum terapi yang spesifik. Antibiotik, misalnya diindikasikan untuk
infeksi bakteri. Dengan demikian, pemberian obat ini hanya dianjurkan untuk pasien yang
memberi gejala adanya infeksi bakteri.
•Contoh :
• Pasien dengan diagnosa TB Paru diberikan Obat dengan komposisi Rifampisin, Ethambutol dan
INH
• Pasien dengan Diagnosa DM Type 2 diberikan : Glibenclamid, Humulin Injeksi dll.

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaI


Tepat Pemilihan Obat
• Keputusan untuk melakukan upaya terapi diambil setelah diagnosis ditegakkan dengan benar. Dengan
demikian, obat yang dipilih harus yang memiliki efek terapi sesuai dengan spektrum penyakit.
• Tepat Obat adalah Ketepatan pemilihan obat apabila dalam proses pemilihan obat
mempertimbangkan :
• Ketepatan Kelas Terapi & Jenis Obat (Efek terapi yang diperlukan)
• Kemanfaatan dan Keamanan sudah terbukti ( Resiko Efek Samping maupun adanya kondisi Kontra
Indikasi )
• Jenis obat paling mudah didapat
• Sedikit Mungkin Jumlah Jenis obat
• Contoh: Gejala demam terjadi pada hampir semua kasus infeksi dan inflamasi. Untuk sebagian besar
demam, pemberian parasetamol lebih dianjurkan, karena disamping efek antipiretiknya, obat ini relatif
paling aman dibandingkan dengan antipiretik yang lain. Pemberian antiinflamasi non steroid (misalnya
ibuprofen) hanya dianjurkan untuk demam yang terjadi akibat proses peradangan atau inflamasi.

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaI


Tepat Dosis
• Tepat Dosis adalah Jumlah obat yang diberikan berada dalam range terapi
• Dosis, cara dan lama pemberian obat sangat berpengaruh terhadap efek terapi
obat.
• Pemberian dosis yang berlebihan, khususnya untuk obat yang dengan rentang
terapi yang sempit, akan sangat beresiko timbulnya efek samping.
• Sebaliknya dosis yang terlalu kecil tidak akan menjamin tercapainya kadar terapi
yang diharapkan.

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaI


Tepat Cara Pemberian

• Tepat Cara pemberian adalah Pemilihan yang tepat pemberian obat sesuai dengan
kondisi pasien. Mis : per Oral, per Rektal, Intravena, Intratekal, subcutan dll
• Obat Antasida seharusnya dikunyah dulu baru ditelan.
• Demikian pula antibiotik tidak boleh dicampur dengan susu, karena akan membentuk
ikatan, sehingga menjadi tidak dapat diabsorpsi dan menurunkan efektivtasnya

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaI


Tepat Interval Waktu Pemberian
• Cara pemberian obat hendaknya dibuat sesederhana mungkin dan praktis, agar
mudah ditaati oleh pasien.
• Makin sering frekuensi pemberian obat per hari (misalnya 4 kali sehari), semakin
rendah tingkat ketaatan minum obat.
• Contoh: Obat yang harus diminum 3 x sehari harus diartikan bahwa obat tersebut
harus diminum dengan interval setiap 8 jam.

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaI


Tepat lama pemberian
• Lama pemberian obat harus tepat sesuai penyakitnya masing-masing.
• Contoh: Untuk Tuberkulosis dan Kusta, lama pemberian paling singkat adalah 6
bulan. Lama pemberian kloramfenikol pada demam tifoid adalah 10-14 hari.
• Pemberian obat yang terlalu singkat atau terlalu lama dari yang seharusnya akan
berpengaruh terhadap hasil pengobatan.

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaI


Waspada terhadap efek samping
• Pemberian obat potensial menimbulkan efek samping, yaitu efek tidak diinginkan
yang timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi, karena itu muka merah
setelah pemberian atropin bukan alergi, tetapi efek samping sehubungan
vasodilatasi pembuluh darah di wajah.
• Contoh: Pemberian tetrasiklin tidak boleh dilakukan pada anak kurang dari 12
tahun, karena menimbulkan kelainan pada gigi dan tulang yang sedang tumbuh.

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaI


Tepat penilaian kondisi pasien
• Respon individu terhadap efek obat sangat beragam.
• Hal ini lebih jelas terlihat pada beberapa jenis obat seperti teofilin dan aminoglikosida. Pada penderita dengan kelainan
ginjal, pemberian aminoglikosida sebaiknya dihindarkan, karena resiko terjadinya nefrotoksisitas pada kelompok ini
meningkat secara bermakna.
• Beberapa kondisi berikut harus dipertimbangkan sebelum memutuskan pemberian obat:
• β-bloker (misalnya propranolol) hendaknya tidak diberikan pada penderita hipertensi yang memiliki riwayat asma, karena obat
ini memberi efek bronkhospasme.
• Antiinflamasi Non Steroid (AINS) sebaiknya juga dihindari pada penderita asma, karena obat golongan ini terbukti dapat
mencetuskan serangan asma.
• Peresepan beberapa jenis obat seperti simetidin, klorpropamid, aminoglikosida dan allopurinol pada usia lanjut hendaknya
ekstra hati-hati, karena waktu paruh obat- obat tersebut memanjang secara bermakna, sehingga resiko efek toksiknya juga
meningkat pada pemberian secara berulang.
• Peresepan kuinolon (misalnya siprofloksasin dan ofloksasin), tetrasiklin, doksisiklin, dan metronidazol pada ibu hamil sama
sekali harus dihindari, karena memberi efek buruk pada janin yang dikandung.

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaI


Obat yang diberikan harus efektif dan aman dengan mutu terjamin, serta tersedia
setiap saat dengan harga yang terjangkau

• Untuk efektif dan aman serta terjangkau, digunakan obat-obat dalam daftar obat esensial.
• Pemilihan obat dalam daftar obat esensial didahulukan dengan mempertimbangkan efektivitas,
keamanan dan harganya oleh para pakar di bidang pengobatan dan klinis.
• Untuk jaminan mutu, obat perlu diproduksi oleh produsen yang menerapkan CPOB (Cara
Pembuatan Obat yang Baik) dan dibeli melalui jalur resmi. Semua produsen obat di Indonesia
harus dan telah menerapkan CPOB.
• Contoh :
Mengutamakan meresepkan obat –obat Generik dibandingkan dengan obat –obat patent yang
biaya / harga jelas lebih mahal

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaI


Tepat informasi
• Informasi yang tepat dan benar dalam penggunaan obat sangat penting dalam menunjang keberhasilan
terapi
• Contoh:
• Peresepan rifampisin akan mengakibatkan urine penderita berwarna merah. Jika hal ini tidak
diinformasikan, penderita kemungkinan besar akan menghentikan minum obat karena menduga obat
tersebut menyebabkan kencing disertai darah. Padahal untuk penderita tuberkulosis, terapi dengan
rifampisin harus diberikan dalam jangka panjang.
• Peresepan antibiotik harus disertai informasi bahwa obat tersebut harus diminum sampai habis selama
satu kurun waktu pengobatan (1 course of treatment), meskipun gejala-gejala klinik sudah mereda atau
hilang sama sekali. Interval waktu minum obat juga harus tepat, bila 4 kali sehari berarti tiap 6 jam. Untuk
antibiotik hal ini sangat penting, agar kadar obat dalam darah berada di atas kadar minimal yang dapat
membunuh bakteri penyebab penyakit.

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaI


Tepat tindak lanjut (follow-up)
• Pada saat memutuskan pemberian terapi, harus sudah dipertimbangkan upaya
tindak lanjut yang diperlukan, misalnya jika pasien tidak sembuh atau mengalami
efek samping.
• Contoh:
• Terapi dengan teofilin sering memberikan gejala takikardi. Jika hal ini terjadi, maka
dosis obat perlu ditinjau ulang atau bisa saja obatnya diganti.
• Dalam penatalaksanaan syok anafilaksis, pemberian injeksi adrenalin yang kedua
perlu segera dilakukan, jika pada pemberian pertama respons sirkulasi kardiovaskuler
belum seperti yang diharapkan.

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaI


Tepat penyerahan obat (dispensing)
• Penggunaan obat rasional melibatkan juga dispenser sebagai penyerah obat dan
pasien sendiri sebagai konsumen.
• Pada saat resep dibawa ke apotek atau tempat penyerahan obat di Puskesmas,
apoteker/asisten apoteker menyiapkan obat yang dituliskan peresep pada lembar
resep untuk kemudian diberikan kepada pasien. Proses penyiapan dan
penyerahan harus dilakukan secara tepat, agar pasien mendapatkan obat
sebagaimana harusnya.
• Dalam menyerahkan obat juga petugas harus memberikan informasi yang tepat
kepada pasien.

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaI


Pasien patuh terhadap perintah pengobatan
yang dibutuhkan
• ketidaktaatan minum obat umumnya terjadi pada keadaan berikut:
• Jenis dan/atau jumlah obat yang diberikan terlalu banyak
• Frekuensi pemberian obat per hari terlalu sering
• Jenis sediaan obat terlalu beragam
• Pemberian obat dalam jangka panjang tanpa informasi
• Pasien tidak mendapatkan informasi/penjelasan yang cukup mengenai cara
minum/menggunakan obat
• Timbulnya efek samping (misalnya ruam kulit dan nyeri lambung), atau efek ikutan
(urine menjadi merah karena minum rifampisin) tanpa diberikan penjelasan terlebih
dahulu.

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaI


Ciri-ciri Penggunaan Obat yang Tidak
Rasional
• Peresepan berlebih (overprescribing)
• Peresepan Boros (Extravagant)
• Peresepan kurang (underprescribing)
• Peresepan majemuk (multiple prescribing)
• Peresepan salah (incorrect prescribing)

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaI


Peresepan berlebih (overprescribing)
• Peresepan dengan obat – obat yang lebih mahal padahal ada alternatif yang lebih
murah dengan manfaat dan keamanan yang sama
• Contoh :
* Pemberian Antibiotika pada ISPA non Pneumonia (Umumnya disebabkan oleh
Virus)
• Catatan : > 80 % pasien ISPA non Pneumonia diberikan antibiotika padahal
hanya 10 – 30 % yang membutuhkan antibiotika

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaI


Peresepan Boros (Extravagant)
Peresepan dengan dosis, lama pemberian atau jumlah obat yang diresepkan melebihi ketentuan
• Contoh :
Gentamicin Injeksi 80 mg untuk pasien dengan BB : 45 Kg selama 3 minggu. Menurut Standar Terapi Dosis ,
80 mg dan selama 2 minggu
Peresepan dengan obat – obat sebenarnya tidak diperlukan
• Contoh :
• Pemberian beberapa jenis multi vitamin : Vitamin B comp ( Generik ) dengan Iberet tab (Patent)
pada pasien hamil
• Pemberian Infus pada setiap pasien masuk dari IGD ( Instalasi Gawat Darurat ) padahal belum
tentu mengalami kekurangan cairan tubuh.
• Pemberian Antibiotika profilaksis untuk pasien bedah bersih

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaI


Peresepan kurang (underprescribing),
• Bila obat yang diperlukan tidak diresepkan
• Dosis obat yang diberikan tidak cukup
• Contoh : Amoxicilin 250 mg untuk Dewasa seharusnya diberikan Amoxicilin 500
mg untuk Dewasa
• Lama pemberian terlalu pendek.
• Contoh: Pemberian Antibiotika selama 3 hari untuk pasien ISPA Pneumonia
( Menurut Standar Terapi selama 6 hari )

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaI


Peresepan majemuk (multiple prescribing)
• Pemakaian dua atau lebih kombinasi obat padahal cukup diberikan obat tunggal
saja
• Contoh :
• Pasien anak dengan diagnosa : Batuk dan Pilek, Pemberian puyer berisi :
- Ampisilin, Parasetamol, Gliseril Guayacolat, Deksametason, CTM dan Luminal

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaI


Peresepan salah (incorrect prescribing)
• Pemakaian obat dengan indikasi keliru
• Contoh :
Pemberian Vit B 12 untuk keluhan pegal linu , Yang umumnya bukan karena defisiensi Vit B 12
• Diagnosis tepat tetapi obatnya keliru
• Contoh :
Pemberian obat Tetrasiklin pada pasien anak dengan diagnosa cholera, padahal ada pilihan yang
lebih aman, yaitu : Kotrimoksazole
• Pemakaian obat tanpa memperhitungkan kondisi lain (Mis: kelainan ginjal, jantung, dll)
• Contoh :
Pemberian antibiotika Gol Aminoglikosida pada pasien lansia yang jelas memberi resiko ototoksik
dan nefrotoksik, sementara yang lebih aman tersedia.

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaI


Peran Tenaga Teknis Kefarmasian dalam
Pengobatan yang rasional
• Ada 3 hal Farmasis dapat berperan dalam proses peresepan :
• Sebelum resep ditulis
• Masukan Farmasis klinis dalam penyusunan kebijakan: penyusunan Formularium RS, kebijakan peresepan, pedoman
pengobatan dll
• Selama resep ditulis
• Mempengaruhi penulis resep dengan mempengaruhi pengetahuannya, sikap dan prioritas dalam penulisan resep
(masuk dalam tim multidisiplin); mis : tim TPN, tim kemoterapi sitotoksik, tim pemantauan terapi obat dll.
• Sesudah resep ditulis
• Mengkoreksi atau menyempurnakan kualitas peresepan. Hal ini terjadi sesaat setelah resep dituliskan atau sebagai
bagian proses penatalaksanaan obat secara rutin
• Farmasis dapat mengambil peran bermakna dalam audit medis dan klinis
• Pemantauan pasien dan peresepan menjadi tugas utama farmasis klinis

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaI


Pharmaceutical Care ( PC )
• Pharmaceutical Care ( PC ): adalah suatu konsep yang melibatkan tanggung jawab farmasis untuk
menjamin TERAPI OBAT OPTIMAL terhadap pasien secara INDIVIDU, sehingga pasien membaik dan kualitas
hidupnya meningkat
• Tanggung jawab Farmasis dalam Pharmaceutical Care sangat penting dan mirip dengan tanggung jawab
profesi kesehatan lainnya ( dokter, perawat) yang dikelompokkan dalam 3 bagian :
• Tanggung jawab sosial
• Tanggung jawab profesional
• Tanggung jawab pada pasien ( utama )
• Unsur – unsur Pharmaceutical Care adalah kaitan medikasi ( medication related / Drug related problem ),
dilakukan langsung kepada pasien sehingga diperoleh hasil optimal dan kualitas hidup meningkat dan
memuaskan hasilnya.
• Fungsi utama Pharmaceutical Care :
• Identifikasi aktual dan potensial DRP
• Menyelesaikan masalah DRP
• Mencegah terjadinya DRP

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaI


Drug Related Problem ( DRP )
1. Pasien memerlukan obat tetapi indikasinya kurang tepat (Untreated indications)
2. Pasien memerlukan terapi obat tetapi mendapatkan obat yang indikasinya tidak ada (Medication use without
indication)
3. Pasien memerlukan terapi obat tetapi mendapat obat produk yang salah (Improper drug selection)
4. Pasien memerlukan terapi obat tetapi mendapat dosis obat yang kurang (Subtherapeutic dosage)
5. Pasien memerlukan terapi obat tetapi mendapat dosis obat yang berlebihan (overdosis ) sehingga takut terjadi
keracunan
6. Pasien tidak menggunakan obat karena alasan : kepatuhan, ekonomi dan avaibilitas (Failure to receive
medications)
7. Pasien mendapat terapi obat tetapi mengalami efek samping obat/alergi (Adverse Drug Reaction : Drug Allergy)
8. Pasien mendapat terapi obat tetapi kemungkinan ada interaksi (Drug interaction)

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaI


Dampak dilaksanakan Pharmaceutical Care
• Memperbaiki hasil klinis terapi obat
• Mencegah terjadinya Drug Related Problem ( DRP )
• Menurunkan LOS ( Length of Stay ) pasien rawat inap
• Menurunkan biaya perawatan

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaI


UPAYA MENINGKATKAN
PENGGUNAAN OBAT YANG RASIONAL
• Peningkatan kemampuan Dokter sebagai Penulis Resep
• Peningkatan kemampuan Apoteker dalam menyelesaikan “ Permasalah yang
berhubungan dengan obat ” ( DRP )
• Pemberian Pendidikan & Konseling Pasien di Unit – unit Pelayanan Kesehatan
oleh Apoteker sebagai “Drug Informan dan Drug Konselor” ( Puskesmas, Apotek
dan Rumah Sakit )
• Optimalisasi Kegiatan Panitia / Komite Farmasi dan Terapi dalam Evaluasi
Penggunaan Obat

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaI


Thank You

Anda mungkin juga menyukai