Anda di halaman 1dari 48

Oleh :

Nanang Munif Yasin, M.Pharm, Apt


Infeksi Saluran Kemih (ISK)
adalah adanya mikroorganisme
dalam urin yang tidak dapat
dihitung dari kontaminasi, dan
potensial untuk invasi ke
jaringan saluran kemih dan
struktur lain yang
berdekatan.
ISK memperlihatkan sindrom
klinik yang bervariasi meliputi :

pyelonephritis (radang
pada ginjal)
ISK bagian atas

cystitis (radang kandung


kemih)
urethritis(radang uretra)

ISK bagian bawah


ISK kambuhan mempunyai
karakteristik episode simptomatik
yang bervariasi dengan periode
asimptomatik diantaranya. Infeksi
ini meliputi reinfeksi dan relaps.
 
Relaps menggambarkan timbulnya
infeksi lagi dengan penyebab
organisme yang sama dengan
infeksi awal.
 
Reinfeksi disebabkan oleh
organisme baru yang berbeda
dengan infeksi awal.
ISK didapatkan melalui 3 rute:
Asenden (paling banyak)
aliran darah
jalur limfatik
Bakteri kemudian akan masuk ke
kandung kemih melalui uretra.
 
Di kandung kemih, organisme akan
berkembang biak dengan cepat
dan bergerak naik ke ginjal.
 
Infeksi di ginjal melalui
penyebaran mikroorganisme via
aliran darah dan dapat terjadi
sebagai hasil dari penyebaran
organisme dari tempat infeksi
primer di tubuh.
Tiga faktor penentu
terjadinya infeksi adalah :
ukuran inokulum
virulensi mikroorganisme
pertahanan tubuh px
ISK uncomplicated terjadi
pada saluran Genito-Urinary
(GU) yang normal,

ISK complicated terjadi


pada :
saluran GU yang abnormal
Penyakit saluran GU
lainnya
Pasien dengan kateter
PENYEBAB
 
Penyebab paling umum ISK
uncomplicated adalah :
E Coli (sejumlah 85%
infeksi yang didapat dari
masyarakat)
Stap Saprophyticus
sejumlah 5 - 15%.
PENYEBAB
Patogen pada ISK complicated
atau infeksi nosokomial meliputi :
Proteus sp
Klebsiella sp
Enterobacter sp
Pseudomonas sp
Staphylococci
Enterococcus faccalis
Candida sp (pada pasien
kritis & pasien dengan
kateterisasi kronik)
Mayoritas ISK disebabkan
oleh organisme tunggal.
 
Pada pasien batu ginjal,
dengan kateter, abses ginjal
kronik ditemukan organisme
campuran yang terisolasi.
Tipe simptom pada ISK bagian
bawah meliputi :
Dysuria (sukar & nyeri saat
kencing)
Frequency (sering kencing
tanpa peningkatan volume harian)
Urgency (selalu ingin kencing)
Nyeri pada daerah suprapubik
Nocturia
Manifestasi klinik pada ISK
bagian atas meliputi :
Nyeri panggul
Nyeri abdomen
Simptom sistemik meliputi
demam, kaku-kaku, sakit
kepala, mual, muntah, rasa
tak enak badan.
Gejala lain yang ditemukan :
Haematuria
Urin bau dan keruh
Proteinuria
Demam & bingung
terutama pada geriatrik
dan pediatrik
 
Kunci diagnosis ISK adalah
kemampuan untuk
menunjukkan jumlah
bakteri yang signifikan
pada spesimen urin yang
tepat,

Pasien dengan ISK


biasanya mempunyai > 105
bakteri/mL di urin
Urinalisis
Uji Mikroskopi
Kultur & sensitivitas

 
PRINSIP UMUM

Manajemen pasien ISK meliputi


evaluasi awal, seleksi antibiotik &
durasi terapi, dan evaluasi
selanjutnya.
Pemilihan antibiotik berdasarkan :
1. tingkat keparahan tanda dan
gejala
2. Sisi/tempat infeksi
3. Infeksi complicated atau
uncomplicated
 
ISK UNCOMPLICATED
PADA WANITA
Terapi dosis tunggal selama 12-24
jam efektif pada cystitis akut.
Sulfisoksazol (2g),
Kotrimoksazole (DS),
Amoksisilin (3g)
Terapi jangka pendek (selama 3
hari)
Amoksisilin (500 mg tid),
Trimetoprim (100 mg bid)
Ciprofloksasin (250 mg bid)
lebih baik dari pada dosis
tunggal  
SYMPTOMATIC
ABACTERIURIA

Dosis tunggal atau terapi


jangka pendek dengan
Kotrimoksazole efektif pada
kasus ini.

Terapi Chlamydial :
Azitromisin 1 g (SD)
Doksisiklin 100 mg bid
(selama 7 hari) 
ASYMPTOMATIC
BACTERIURIA
Manajemen asymptomatic
bacteriuria tergantung umur
pasien, & jika wanita, apakah
sedang hamil.

Pada anak-anak, terapi dilakukan


seperti pd infeksi symptomatik
(terapi konvensional).

Pada wanita yg tidak hamil, terapi


masih kontroversial namun
pengobatan mempunyai efek kecil
pada infeksi 
PYELONEPHRITIS AKUT

Adanya demam yg tinggi & rasa sakit


pada panggul harus diterapi sebagai
pyelonephritis akut dan
penanganannya yg cepat perlu
dilakukan.

Pasien dgn penyakit yg parah harus


dirawat di RS dan diawali dgn
pemberian obat secara iv.

Pengecatan gram segera dilakukan,


diikuti urinalisis, kultur &
sensitivitas test.
PYELONEPHRITIS AKUT

Pasien dgn gejala ringan-sedang


disarankan dgn terapi oral
selama 2 minggu

Terapi oral yg efektif mis.


Kotrimoksazole, fluoroquinolon.

Jika pengecatan gram


menunjukkan streptococci, E.
faecalis, disarankan diberikan
ampicillin & amoksisilin.
PYELONEPHRITIS AKUT

Pada pasien yg parah, diberikan


terapi kombinasi aminoglikosida
dgn ampicillin secara intravena.

Karena meningkatnya resistensi


thdp ampicillin, dapat dipilih
obat lain :
cotrimoxazole parenteral,
Aztreonam,penicillin dgn
penghambat β-laktamase,
cephalosporins atau imipenem
PYELONEPHRITIS AKUT
Jika pasien dirawat 6 bln
sebelumnya, dengan kateter
perlu diperhatikan kemungkinan
infeksi pseudomonas dan
enterococcus, atau organisme
resisten.

Disarankan kombinasi
aminoglikosida dengan
ceftazidime, ticarcillin-asam
klavulanat, aztreonam, imipenem
atau piperacillin.
PYELONEPHRITIS AKUT

Jika pasien respon terhadap


kombinasi awal, aminoglikosida
dapat dihentikan sesudah 3
hari dan diikuti dengan non-
aminoglikosida.

Kultur kuman sebaiknya


dilakukan 2 minggu setelah
terapi selesai.
ISK PADA PRIA

Terapi pada pria memerlukan waktu


lebih lama ± 2 minggu.
Kultur urine harus diperoleh sebelum
terapi, sebab penyebab infeksi pada
pria tidak dapat diprediksi seperti
pada wanita
Jika dicurigai gram (-), diberikan
terapi dengan cotrimoksazole atau
fluoroquinolon.
Terapi awal selama 10-14 hari.
Pada kasus kambuhan diperlukan
terapi selama 6 minggu.
INFEKSI KAMBUHAN

Relaps dan reinfeksi porsinya


cukup signifikan pada semua
kasus ISK

Pasien pada umumnya wanita &


dibagi menjadi 2 kelompok :
1. kurang dari 2 atau 3 episode
tiap tahunnya
2. lebih dari 3 episode tiap
tahunnya.
INFEKSI KAMBUHAN

Pada pasien kurang dari 2 atau


3episode/tahun, setiap episode
infeksi diterapi secara terpisah.

Terapi dosis tunggal atau terapi


jangka pendek digunakan pada wanita
simptomatik dgn ISK bawah.

Pasien dengan lebih dari 3


episode/th,dilakukan terapi
profilaksis jangka panjang selama 6
bln & kultur urine dilakukan secara
periodik.
INFEKSI KAMBUHAN

Pada wanita dgn simptomatik


reinfeksi yg berkaitan dgn
aktivitas seksual
- buang air kecil sesudah
intercourse bisa membantu
mencegah infeksi
- terapi profilaksis dosis
tunggal dgn cotrimoksazole
sesudah intercourse dapat
menurunkan kejadian infeksi.
INFEKSI KAMBUHAN
Wanita yg relapse sesudah
terapi jangka pendek sebaiknya
menerima terapi selama 2
minggu.

Pada pasien yg relapse setelah 2


minggu, terapi dilanjutkan untuk
2-4 minggu berikutnya.

Jika relapse terjadi setelah 6


minggu terapi, diperlukan terapi
6 bulan atau lebih panjang.
ISK PADA WANITA HAMIL

Pada pasien dgn bakteriurine yg


signifikan, symptomatik atau
asymptomatik, terapi
direkomendasikan untuk mencegah
kemungkinan komplikasi selama hamil

Terapi menggunakan antibiotik yg


efek sampingnya relatif ringan :
sulfonamida, cephalexin, ampicillin,
amoxicillin, coamoxiclav,
nitrofurantoin selama 7 hari.
ISK PADA WANITA HAMIL

Tetrasiklin harus dihindari krn


efek teratogenik

Sulfonamid dihindari selama


trismester III krn menimbulkan
kernikterus & hiperbilirubinemia

Quinolon tidak boleh diberikan


sebab potensial menghambat
perkembangan tulang pada bayi.
PASIEN DGN KATETER

Jika bakteriuria asymptomatik,


kateterisasi jangka pendek (< 30
hari) terapi antibiotik harus
ditunda & kateter dilepas
secepat mungkin.

Tidak ada bukti pemberian


antibiotik profilaksis mencegah
demam, pyelonephritis akut pada
pasien dgn catether jangka
panjang.
Indikasi Antibiotik Dosis Interval Durasi
ISK bawah Cotrimoksazol 2 DS tab Single dose 1 hari
Uncomplicated 1 DS tab bid 3 hari
Ciprofloksasin 250 mg bid 3 hari
Norfloksasin 400 mg bid 3 hari
Ofloksasin 200 mg bid 3 hari
Levofloksasin 250 mg qd 3 hari
Lomefloksasin 400 mg qd 3 hari
Enoksasin 200 mg bid 3 hari
Amoksisilin 6 x 500 mg Single dose 1 hari
500 mg bid 3 hari
Co-amoksiclav 500 mg tid 3 hari
Trimetoprim 100 mg bid 3 hari
Nitrofurantoin 100 mg qid 3 hari
Fosfomisin 3 gram Single dose 1 hari
Indikasi Antibiotik Dosis Interval Durasi
ISK bawah Cotrimoksazol 1 DS tab bid 7-10 hari
Complicated Trimetoprim 100 mg bid 7-10 hari
Norfloksasin 400 mg bid 7-10 hari
Ciprofloksasin 200-500 mg bid 7-10 hari
Ofloksasin 200-400 mg bid 7-10 hari
Levofloksasin 400 mg qd 7-10 hari
Lomefloksasin 250 mg qd 7-10 har
Co-amoksiclav 500 mg tid 7-10 hari
Indikasi Antibiotik Dosis Interval Durasi
ISK kumat Nitrofurantoin 50 mg qd 6 bulan
Trimetoprim 100 mg qd 6 bulan
Kotrimoksazol ½ SS tab qd 6 bulan

Sindrom Kotrimoksazol 1 DS tab bid 3 hari


urethral akut

Gagal terapi Azitromisin 1g Single dose 7 hari


dengan Doksisilin 100 mg bid 14 hari
Kotrimoksazol
Indikasi Antibiotik Dosis Interval Durasi
Pyelonefritis Cotrimoksazol 1 DS tab bid 14 hari
Akut Ciprofloksasin 500 mg bid 14 hari
Ofloksasin 400 mg bid 14 hari
Norfloksasin 400 mg bid 14 hari
Levofloksasin 250 mg qd 14 hari
Lomefloksasin 400 mg qd 14 hari
Enoksasin 400 mg bid 14 hari
Co-amoksiclav 500 mg tid 14 hari

Keterangan
:
dosis diatas untuk pasien dengan fungsi ginjal normal
DS = Double Strenght; SS = Single Strenght
Diagnosis Patogen Terapi Keterangan
Cystitis Akut E. Coli 1.Kotrimoksazol 3 hari Terapi jangka pendek
uncomplicated S. saprophyticus 2.Quinolon 3 hari lebih efektif
dibanding dosis
tunggal
Kehamilan E. Coli 1. Ampi-clav 7 hari Hindari Kotrimoksazol
S. saprophyticus 2. Sefalosporin 7 hari pada trimester III
3. Kotrimoksazol 7 hari
Pyelonefritis akut
Uncomplicated E. Coli 1.Kotrimoksazol 14 hari Dapat diterapi sbg
2.Quinolon 14 hari pasien rawat jalan

Complicated E. Coli, 1.Quinolon 14 hari Keparahan ISK


menentukan durasi
P. Mirabilis, 2. Penisilin spektrum
terapi IV. Dilanjutkan
K pneumoniae, luas + aminoglikosida terapi oral sampai
Proteus sp, lengkap 14 hari.
P aeruginosa
Terapi oral Keterangan
Sulfonamid Telah banyak digantikan oleh obat lain karena resistensi
Kotrimoksazol Sangat efektif untuk sebagian besar bakteri enterik aerob,
kecuali Pseudomonas aeruginosa.
Kadarnya tinggi di jaringan sal kemih dan di urin, terutama
penting untuk ISK complicated
Efektif untuk profilaksis ISK kumat
Penisilin Ampisilin, mrp DOC untuk enterocci sensitif penisin
Ampisilin Karena meningkatnya resistensi E coli, digunakan terbatas
Amoksisilin pada cystitis akut
Co-amoksiclav Co-amoksiclav untuk mengatasi problem resistensi
Karbenisilin indanyl
Sefalosporin Tidak ada keunggulan dibanding obat lain untuk terapi ISK.
Sefaleksin, Sefadrin Biaya relatif mahal
Sefaklor, Sefadroksil Berguna pada kasus resistensi terhadap amoksisilin dan
Sefuroksim, Sefiksim, Kotrimoksazol
Sefzil, Sefpodoksim Tidak aktif melawan enterococci.
Terapi oral Keterangan
Tetrasiklin Obat ini efektif untuk terapi awal pada ISK. Resistensinya
Tetrasiklin, cepat sehingga penggunannya dibatasi. Obat ini juga efektif
Doksisiklin melawan pertumbuhan candida, juga digunakan secara
Minosiklin primer untuk infeksi chlamydial
Quinolon Quinolon generasi baru mempunyai spektrum yang lebih
Siprofloksasin luas terhadap P.aeruginosa. Obat ini efektif untuk
Ofloksasin, Norfloksasin pyelonefritis dan prostatitis. Hindari penggunaannya pada
Levofloksasin kehamilan & anak-anak
Nitrofurantoin Obat ini efektif untuk terapi maupun untuk profilaktik pada
pasien dengan ISK kambuhan. Keuntungan utamanya
adalah sedikitnya resistensi meskipun digunakan untuk
terapi jangka panjang. Yang membatasi penggunaannya
ADR : intoleransi GI, neuropathy, reaksi pulmonary
Azitromisin Terapi single dose untuk infeksi chlamydial

Methanamin Untuk profilaksis atau supresif antar episode infeksi


hipurat/mandalat

Fosfomisin Terapi single dose untuk infeksi uncomplicated


Terapi Keterangan
parenteral
Aminoglikosida Gentamisin & tobramisin sama efektif namun gentamisin
Gentamisin lebih murah.
Tobramisin Tobramisin mempunyai aktivitas pseudomonal yang lbh
baik, hal ini penting untuk infeksi sistemik yg serius.
Netilmisin
Amikasin digunakan secara umum untuk bakteri
Amikasin multiresisten
Penisilin Obat-obat ini sama efektifnya.
Ampisilin Penisilin spektrum luas lebih efektif melawan P.aeruginosa
Ampisilin/Sulbaktam dan enterococci.
Tikarsilin/klavulanat Seringkali obat ini lebih dianjurkan dibanding sefalosporin.
Obat ini sangat berguna pada pasien dg gangguan renal
Piperasilin
atau jika aminoglikosida tdk bisa digunakan.
Piperasilin/tazobaktam
Sefalosporin generasi Generasi II & III mempunyai spektrum luas untuk melawan
I,II,III bakteri Gram Negatif, tapi tidak aktif melawan Enterococci
dan mempunyai aktivitas yg terbatas untuk melawan
P.aeruginosa (kecuali ceftazidim & cefepim) Obat ini sangat
berguna pada infeksi nosokomial dan urosepsis
Terapi Keterangan
parenteral
Imipenem/silastatin Obat ini mempunyai spektrum luas thd Gram Positif,Gram
Meropenem negatif, & bakteri anaerob. Obat ini juga efektif melawan
P.aeruginosa dan enterococci. Tapi terutama yang terkait
dengan superinfeksi candidal

Aztreonam Monobactam yang hanya aktif thd bakteri Gram Negatif


termasuk beberapa strain P.aeruginosa dan organisme
resisten lainnya. Digunakan secara umum untuk infeksi
nosokomial ketika aminoglikosida tidak bisa digunakan dan
pada pasien yang sensitif thd penisilin.

Quinolon Mempunyai aktivitas spektrim luas thd bakteri Gram Negatif


Siprofloksasin termasuk P. aeruginosa dan organisme resisten lainnya.
Obat ini mempunyai kadar yang tinggi di jaringan dan di
Ofloksasin
urin serta secara aktif disekresi pada kondisi fungsi ginjal
Levofloksasin
Yang menurun
Sparfloksasin
SEMOGA
BERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai