TETRASIKLIN
A.
B.
MEKANISME KERJA
Efek antimikroba
C.
SPEKTRUM ANTIMIKROBA
D.
FARMAKOKINETIK
E.
EFEK SAMPING
Efek samping yang mungkin timbul akibat pemberian golongan tetrasiklin dapat
dibedakan dalam 3 kelompok yaitu reaksi kepekaan, reaksi toksik dan iritatif serta
reaksi yang timbul akibat perubahan biologik.
REAKSI KEPEKAAN. Reaksi kulit yang mungkin timbul akibat pemberian golongan
tetrasiklin ialah erupsi morbiliformis, urtikaria dan dernmatitis ekfoliatif. Reaksi yang
lebih hebat ialah udem angioneurotik dan reaksi anafilaksis. Demam dan eosinofilia
dapat pula tejadi pada waktu terapi berlangsung.Sensitisasi silang antara berbagai
derivate tetrasiklin sering terjadi.
REAKSI TOKSIK DAN IRITATIF. Iritasi lambung paling sering terjadi pada pemberian
tetrasiklin per oral,terutama dengan oksuitetrasiklin dan doksisiklin.Makin besar
dosis yang diberikan,makin sering pula terjadi reaksi ini. Keadaan ini dapat diatasi
dengan mengurangi dosis untuk sementara waktu atau memberikan golongan
tetrasiklin bersama waktu atau makanan, tetapi jangan dengan susu atau antacid
yang mengandung aluminium,magnesium atau kalsium. Diare seringkali timbul
akibat iritasi dan ini harus dibedakan dengan diare akibat superinfeksi stafilokokus
atau Clotridium difficile yang sangat bahaya. Manifestasi reaksi iritatif yang lain
ialah terjadinya tromboflebitis pada pemberian IV dan rasa nyeri setempat bila
golongan tetrasiklin disuntikan IM tanpa anastetik local.
Terapi dalam waktu lama juga dapat menimbulkan kelainan darah tepi seperti
leukositosis, limfosit atipik, granulasi toksik pada granulosit dan
trombositopenia. Reaksi fototoksik paling jarang timbul dengan tetrasiklin,tetapi
paling sering timbul pada pemberian demetilklortetrasiklin. Manifestasinya berupa
fotosensitivitas, kadang-kadang disertai demam dan eosinofiia. Pigmentasi kuku dan
onikolisis, yaitu lepasnya kuku dari dasarnya, juga dapat terjadi.
Hepatotoksisitas dapat terjadi pada pemberian golongan tetrasiklin dosis tinggi
(lebih dari 2 gram sehari) dan paling sering terjadi setelah pemberian parenteral.
Oksitetrasiklin dan tetrasiklin mempunyai sifat hepatotoksik yang paling lemah
dibandingkan dengan golongan tetrasiklin lain. Wanita hamil dengan pielonafritis
paling sering menderita kerusakan hepar akibat pemberian golongan tetrasiklin.
Kecuali doksisiklin,golongan tetrasiklin akan mengalami kumulasi dalam
tubuh, karena itu dikontraindikasikan pada gagal ginjal.Efek samping yang paling
sering timbul biasanya berupa azotemia,iperfosfatemia dan penurunan berat
badan. Golongan tetrasiklin memperlambat koagulasidarah dan memperkuat efek
antikoagulan kumarin. Diduga hal ini disebabkan oleh terbentuknya kelat dengan
kalsium, tetapi mungkin juga karena obat-obat ini mempengaruhi sifat fisikokimia
lipoprotein plasma.
Tetrasiklin terikat pada jaringan tulang yang sedang tumbuh dan membentuk
kompleks.pertumbuhan tulang akan terhambat sementara pada fetus dan
anak bahaya ini terutama terjadi mulai pertengahan masa hamil sampai anak umur
tiga tahun.Timbulnya kelainan ini lebih ditentukan oleh jumlah daripada lamanya
penggunaan tetrasiklin.
Pada gigi susu maupun gigi tetap,tetrasiklin dapat menimbulkan
disgenesis,perubahan warna permanen dan kecenderungan terjadinya
karies.Perubahan warna bervariasi dari kuning coklat sampai kelabu tua.Karena itu
tetrasiklin jangan digunakan mulai pertengahan kedua kehamilan sampai anak
umur 8 tahun.Efek ini terlihat lebih sedikit pada oksitetrasiklin dan doksisiklin.
F.
DOSIS
Dosis tetrasiklin yang paling sering digunakan pada anak adalah 250 mg diberikan
setiap 6 jam sekali dan penggunaannya sampai 5-7 hari saja. Pemberian ini akan
menghasilkan kadar plasma puncak dalam tubuh sekitar 2-3 g/ml. Jika kadar obat
dalam plasma melewati batas normal akibat dari pemakaian dosis yang besar,
frekuensi penggunaan obat yang lama dan berulang maka ditakutkan akan
memberikan dampak pada gigi berupa perubahan warna.
antibiotik sebagai spektrum luas dapat membunuh segala jenis bakteri dalam
rongga mulut. Ini memberikan kesempatan bagi kandida atau jamur untuk
berkembangbiak, karena banyaknya substrat yang dapat mempercepat proses
pertumbuhannya sehingga mengakibatkan terjadinya kandidiasis oral.
Resiko yang paling tinggi terjadi jika tetrasiklin diberikan pada usia pembentukan
gigi sulung dan gigi anterior permanen. Jika diberikan usia 2 bulan-5 tahun, maka
seluruh gigi sulung dan kemungkinan gigi anterior permanen akan mengalami
perubahan warna yang akan menimbulkan permasalahan estetis di kemudian hari.
Perubahan warna gigi pada usia dini umumnya bersifat permanen karena tetrasiklin
masuk dan berikatan dengan unsur-unsur gigi pada saat terjadinya pembentukan
dentin.
Pengobatan ibu hamil dengan tetrasiklin juga menyebabkan perubahan warna gigi
sulung pada bayi yang dilahirkan. Ini dikarenakan tetrasiklin dapat menembus
plasenta sehingga si bayi yang berada dalam kandungan dapat terpapar tetrasiklin.
Bahaya perubahan warna gigi terjadi akibak pemakaian tetrasiklin pada kehamilan
trimester kedua hingga trimester ketiga.
2.
gigi permanen. Pada masa pembentukan gigi, struktur gigi yang sedang mengalami
kalsifikasi seperti kalsium akan diikat oleh tetrasiklin secara irreversible. Kemudian
ikatan tersebut mengikat hidroksi apatit dalam struktur gigi yang sedang erupsi.
Ikatan ini nantinya akan menetap pada dentin dan enamel sehingga mengakibatkan
perubahan warna pada gigi.
3.