Anda di halaman 1dari 16

FARMAKOTERAPI II

“SINUSITIS”

OLEH :
KELOMPOK 8

PUJA ASTAWAN O1A116099


HARSONO O1A116101
MUHAMMAD NUR SALAM GANI O1A116111
AKBAR REFORMASI PANGAN O1A116113

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat-Nya berupa kesehatan dan kemampuan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Farmakoterapi II.
Tidak lupa pula ucapan terima kasih kami kepada bapak Sunandar Ikhsan,
serta pihak-pihak lain yang telah membantu dalam proses penusunan makalah ini,
semoga makalah ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi
pembacanya.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
olehnya itu kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca, agar nantinya
dapat lebih baik lagi.Demikian, apabila terdapat beberapa kesalahan oenulisan
dalam makalah ini kami mohon maaf.

Kendari, 04 Maret 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................


DAFTAR ISI ............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang ................................................................................
1.2   Tujuan .............................................................................................
1.3   Manfaat ...........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi ............................................................................................
2.2  Etiologi ............................................................................................
2.3  Epedemiologi ..................................................................................
2.4  Patogenesis / Patofisiologi ..............................................................
2.5 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala) ............................................
2.6 Komplikasi ......................................................................................
2.7   Pencegahan ......................................................................................
2.8   Penatalaksanaan ..............................................................................
2.9   Prognosis .........................................................................................

BAB III PENUTUP ..................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Sinusitis merupakan suatu penyakit yang terjadi di daerah sinus pada rongga
hidung manusia. Sinusitis suatu proses peradangan pada mukrosa atau selaput
lendir sinus paranasal. Sinus paranasal adalah rongga-rongga yang terdapat pada
tulang-tulang di wajah. Yang terdiri dari sinusa frontal (di daerah dahi), sinus
etmoid (pangkal hidung), sinus maksila (pipi kanan dan kiri), sinus sfenoiddi
belakang sinus etmoid). Di dalam hidung kita terdapat empat pasang sinus yaitu:
·   Sinus Etmoidalis yang terletak di belakang jembatan hidung, di antara kedua
mata.
·    Sinus Maksilaris adalah sinus pipi, sinus ini terletak di belakang tilang pipi,
meluas dari tempat di bawah mata hingga ke tepat di atas gigi atas. Akar gigi
di rahang atas sering menonjol ke dalam dasar sinus maksilaris, yang menjadi
penyebab mengapa banyak orang yang menderita infeksi sinus mengalami
sakit gigi. Sinus maksilaris biasanya adalah sinus yang pertama kali terbentuk
di dalam rahim. Sinus maksilaris biasanya berbentuk segitiga dan berukuran
seperti kenari besar.
·     Sinus frontalis adalah sinus dahi. Sinus ini terletak di dalam tulang frontal
dahi. Dinding belang sinus frontalis sebenarnya membentuk tulang yang
menutupi otak.
·      Sinus sfenoidalis dapat di anggap sebagai sinus dalam. Sinus ini terletak di
bagian hidung, jauh dari dalam tengkorak, terletak di bagian belakang hidung,
dan di lokasi dimana mata dan otak bertemu.
Didalam hidung kita juga mempunyai Kompleks Ostio Meatus (KOM) yang
berfingsi sebagai pintu pagar sempit daerah sempit di meatus medius, tempat
mengalirnya lendir dari sinus ke hidung tempat keluarnya masuknya lendir atau
udara ke dalam sinus. Karena di dalam sinus terdapat lendir silia dan kelenjar,
sehingga ketika sinus yang sehat tersumbat lendir akan mengalir balik dan pintu
dari sinus juga tersumbat dan silia berhenti bergerak secara efektif dan, drainase
dari sinus terhenti kemuadian hidung mulai merasa tersumbat, dan setelah
beberapa hari atau minggu mulai merasakan tekanan sinus di wajah atau dahi
karena produksi lendir yang seharusnya keluar melalui KOM tidak dapat keluar
karena sinus tersumbat. Penyebab timbulnya sinusitis dalam salah satu dari tiga
kategori besar anatomi misalnya patah tulang hidung, tumor dan lain-lain. Genetis
misalnya penyakit imunodefisi, asmatriad, dan lingkungan misalnya alergi asap
rokok, flu, polusi udara dan lain-lain. Penyakit sinusitis dibedakan menjadi dua
yaitu:
1.  Sinusitis Akut
Gejala biasanya di dahului oleh infeksi salurin pernafasan atas (terutama pada
anak kecil), berupa pilek dan batuk yang lama, lebih dari tujuh hari. Gejala
subyektif terbagi atas gejala sistemamik yaitu demam dan rasa lesu. Serta gejala
lokal yaitu hidung tersumbat, cairan hidung mengental yang kadang berbau dan
dan mengalir ke naso faring (post nasal drip), halitosis, sakit kepala yang berlebih
berat pada pagi hari, nyeri di daerah sinus yang terkena bahkan nyeri di bagian
tempat lain sekitas sinus.

2.    Sinus Kronis


Sinusitis kronis berbeda dengan dinusitis akut dalam berbagai aspek,
umumnya sukar disembuhkan dengan pengobatan medik saja. harus di cari
penyebab dan faktor predisposisinya (keadaan mudah terjangkit ileh penyakit).
Populasi bahan kimia dan polusi dapat menyebabkan silia rusak, sehingga terjadi
perubahan mukosa hidung. Perubahan tersebut juga dapat disebabkan oleh alergi,
sehingga mempermudah terjadinya infeksi, dan memudahkan infeksi itu menjadi
kronis apabila pengobatan sinusitis akut tidak sempurna. Adapun gejala yang
ditimbulkan di antaralnya hidung tersumbat, terasa tidak nyaman dan gatal di
daerah tenggorokan, pendengaran terganggu,nyeri atau sakit kepala, serta sering
batuk dahkan terjadi komplikasi bronkitis dan asma bronkhial.
Gejala sinusitis yang paling umum adalah sakit kepala, nyeri pada daerah
wajah, serta demam. Hampir 25% dari pasien sinusitis akan mengalami demam
yang berhubungan dengan sinusitis yang di derita. Gejala lainya berupa wajah
pucat, perubahan warna cairan hidung, hidung tersumbat, nyeri menelan, dan
batuk. Beberapa pasien akan merasakan sakit kepala bertambah hebat bila kepala
di tundukkan ke depan. Pada sinusitis karena alergi maka penderita juga akan
mengalami gejala lain yang berhubungan dengan alerginya seperti gatal pada
mata, dan bersin-bersin.
Gejala lain yang di timbulkan oleh sinusitis adalah:
Ø   Rasa sakit atau adanya tekanan di daerah dahi, pipi, hidung, dan diantara
mata,
Ø   Sering sakit kepala
Ø   Demam
Ø   Berkurangnya indra penciuman
Ø   Batuk biasanya akan memburuk saat malam
Ø   Nafas berbau (halitosis)
Ø   Sakit gigi.
Gejala sinusitis pada anak-anak meliputi:
Ø   Flu atau penyakit pernafasan yang makin memburuk.
Ø   Demam tinggi disertai dengan adanya lendir yang berwarna gelap
1.2  Tujuan
Penulisan makalah ini untuk memenuhi tujuan-tujuan yang di harapkan dapat
bermanfaat bagi kalangan mahasiswa. Secara terperinci tujuan dari pembuatan
makalah ini adalah:
Bertujuan untuk memenuhi tugas TIK.
Membuat pembaca tahu akan penyakit sinusitis.
Menambah wawasan tentang jenis-jenis penyakit terutama pennyakit
sinusitis.
Makalah ini juga dibuat agar pembaca dapat mengetaui cara mencegah dan ciri-
ciri dari penyakit sinusitis.
Serta bertujuan untuk mengetahui fungsi dari sinus itu sendiri.

1.3  Manfaat
1)  Agar dapat memahami penyakit sinusitis secara menyeluruh.
2)   Dapat memahami konsep dari penyakit sinusitis.
3)    Dapat mengetahui lebih jauh penyakit sinusitis dari ciri-ciri, cara mencegah,
gejala yang ditimbulkan, dan cara penanganannya.
4)    Mahasiswa mampu memahami dan membuat acuan keperawatan pada pasien
penderita sinusitis.
5)   Serta mampu mengimplementasikannya dalam proses keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Definisi
Sinusitis merupakan salah satu penyakit atau kelainan pada sinus paranasal
yang akhir-akhir ini semakin meningkat. Dampak yang di timbulkan oleh
penyakit ini bervariasi, mulai dari yang ringan sampai dengan yang berat.
Betapapun ringannya dampak yang ditimbulkan, penyakit ini selalu menyebabkan
penurunan kualitas kualitas hidup penderitanya. Sehingga akan terjadi pula
kerugian, baik yang dapat ternilai maupun yang tidak dapat ternilai harganya.
Sinusitis merupakan suatu proses peradangan pada mukrosa atau selaput
lendir sinus paranasal. Akibat peradangan ini dapat menyeabkan pembentukan
ciran atau kerusakan tulang di bawahnya. Sinus paranasal adalah rongga-rongga
yang terdapat pada tulang di wajah. Terdiri dari sinus frontal (di dahi), sinus
edmoid (pangkal hidung). Sinus maksila (di pipi kanan dan kiri), sinus sfeniod (di
belakang sinus edmoid).
Definisi sinusitis yang paling sederhana berasal dari bahasa latinnya. Akhiran
umum dalam dunia kedokteran itis berarti “peradangan”, karena itu sinusitis
adalah suatu peradangan sinus. Sinusitis adalah masalah sinus. Di dalam hidung
kita terdapat empat pasang sinus yaitu:
·   Sinus Etmoidalis yang terletak di belakang jembatan hidung ,diantara kedua
mata.
·     Sinus Maksilaris adalah sinus pipi.Sinus ini terletak di belakang tulang
pipi,meluas dari tepat dibawah mata hingga ke tepat di atas gigi atas.Akar
gigi di rahang atas sering menonjol ke dalam dasar sinus maksilaris,yang
menjadi penyebab mengapa banyak orang yang menderita infeksi sinus
mengalami sakit gigi.Sinus maksilaris biasanya adalah sinus yang pertama
kali terbentuk di dalam rahim.Sinus maksilaris biasanya berbentuk segitiga
dan berukuran kenari besar.
·      Sinus Frontalis adalah sinus dahi.Sinus ini terletak di dalam tulang frontal
dahi.Dinding belakang sinus frontalis sebenarnya membentuk tulang yang
menutupi otak.Ukuran sinus frontalis dapat bervariasi dari satu orang ke
orang lain.Menariknya 10% populasi tidak pernah membentuk sinus frontalis
dan kita tidak tahu alasannya.
·     Sinus Sfenoidalis dapat dianggap sebagai sinus dalam.Sinus ini terletak di
bagian belakang hidung,jauh di dalam tengkorak,terletak di bagian belakang
hidung,jauh di dalam tengkorak,terletak di lokasi di mana mata dan otak
bertemu.
Didalam hidung kita juga mempunyai KOM atau kompleks Ostiomeatus yang
merupakan sebagai pintu pagar sempit,daerah sempit di meatus medius,tempat
mengalirnya lendir dari sinus ke hidung,tempat keluar masuknya cairan lendir
atau udara ke dalam sinus.
Karena di dalam sinus terdapat lendir,silia dan kelenjar.Sehingga ketika sinus
yang sehat tersumbat lendir akan mengalir balik dan pintu dari sinus (ostium) juga
tersumbat dan silia berhenti bergerak secara efektif,dan drainase dari sinus
terhenti kemudian hidung mulai merasa tersumbat,dan setelah beberapa hari atau
minggu,mulai merasakan tekanan sinus di wajah atau di dahi karena produksi
lendir yang seharusnya keluar melalui KOM tidak dapat karena sinus
tersumbat.Penyebab timbulnya sinusitis,namun berbagai penyebab itu termasuk
dalam salah satu dari tiga kategori besar anatomis misalnya patah tulang hidung,
polip hidung, tumor, genetis misalnya penyakit imunodefisiensi,asma triad dll dan
lingkungan misalnya alergi, asap rokok, flu, dan polusi udara.

Penyakit sinusitis dibedakan menjadi dua yaitu:


1.  Sinusitis Akut
Gejala biasanya di dahului oleh infeksi salurin pernafasan atas (terutama pada
anak kecil), berupa pilek dan batuk yang lama, lebih dari tujuh hari. Gejala
subyektif terbagi atas gejala sistemamik yaitu demam dan rasa lesu . Serta gejala
lokal yaitu hidung tersumbat, cairan hidung mengental yang kadang berbau dan
dan mengalir ke naso faring (post nasal drip), halitosis, sakit kepala yang berlebih
berat pada pagi hari, nyeri di daerah sinus yang terkena bahkan nyeri di bagian
tempat lain sekitas sinus.
2.   Sinus Kronis
Sinusitis kronis berbeda dengan dinusitis akut dalam berbagai aspek,
umumnya sukar disembuhkan dengan pengobatan medik saja. harus di cari
penyebab dan faktor predisposisinya (keadaan mudah terjangkit ileh penyakit).
Populasi bahan kimia dan polusi dapat menyebabkan silia rusak, sehingga terjadi
perubahan mukosa hidung. Perubahan tersebut juga dapat disebabkan oleh alergi,
sehingga mempermudah terjadinya infeksi, dan memudahkan infeksi itu menjadi
kronis apabila pengobatan sinusitis akut tidak sempurna. Adapun gejala yang
ditimbulkan di antaralnya hidung tersumbat, terasa tidak nyaman dan gatal di
daerah tenggorokan, pendengaran terganggu,nyeri atau sakit kepala, serta sering
batuk dahkan terjadi komplikasi bronkitis dan asma bronkhial.

2.2    Etiologi
Pada sinus akut yaitu :
1. Inveksi virus
Sinusitis akut bisa terjadi setelah adanya infeksi virus pada salura pernafasan
bagian atas (misalnya rhinovirus, influenza, dan parainfluenza virus).
1)   Bakteri
Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam keadaan
normal tidak menimbulkan penyakit (misalnya streptococcus pnemouniae,
haemophilus influenzae). Jika sistem pertahanan tubuh menurun atau drainase dari
sinus tersumbat akibat pilek atau infeksi virus lainnya, maka bakteri yang
sebelumnya tidak berbahaya akan berkembang biak dan menyusup ke dalam
sinus, sehingga terjadi infeksi sinus akut.
2)   Infeksi Jamur
Infeksi jamur bisa menyebabkan sinusitis akut pada penderita gangguan
sistem kekebalan, contohnya aspergillus.
3)   Peradangan menahun pada saluran hidung
Pada penderita rhinitis alergi dan juga penderita rhinitis vasomotor. Septum
nasi yang bengkok dan tonilitis yang kronis.
Sedangkan pada Sinusitis akut yaitu:
1.   Sinusitis akut yang sering kambuh atau tidak sembuh.
2.   Alergi.
3.  Karies dentis (gigi geraham atas).
4.   Septum nasiyang bengkok sehingga mengganggu aliran mucosa.
5.    Benda asing dan sinus paranasal.
6.    Sinus akut yang sering kambuh atau tidak sembuh.
7.    Tumor di hidung dan sinus paranasal

2.3  Epedemiologi
Untuk memahami tentang sinusitis kronis maka perlu mengetahui mekanisme
patofisiologi sinusitis pada umumnya untuk mengetahui mekanisme patofisiologi
sinusitis kronisumumnya, untuk mengidentifikasi faktor risiko paling sering
dikaitkan dengan onset, termasuk: 
1.    Perubahan pernapasan hidung (atresia choanal, hidung deviasi septum, benda
asing, tumor,) dan obstruksi ostia.; 
2.    Infeksi pada saluran napas atas, sering dan berulang-ulang; 
3.    Cacat dalam transportasi mukosiliar; 
4.    Penyakit umum membuang-buang seperti diabetes, penyakit kolagen, sepsis,
AIDS. 
5.   Penggunaan vasokonstriktor topikal, terutama pada remaja yang bermain
olahraga dan wanita hamil. 
6.    Penggunaan dan penyalahgunaan obat-obatan seperti mariyuana, kokain,
lem. 
7.   Iritasi Homemade, seperti insektisida, deterjen dan cat. 
8.    Iritasi seperti asap rokok. 
9.    Iritasi di tempat kerja.
2.4 Patogenesis / Patofisiologi
Kesehatan sinus di pengaruhi oleh oatium-ostium sinus dan lancarnya klirens
mukosiliar (mucociliary clearance) di dalam KOM. Mukus juga mengandung
substansi antimicrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan
tubuh terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan.
Organ-organ yang membentuk KOM letaknya berdekatan dan bila terjadi
edema, mukosa yang berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat
bergerak dan ostium tersumbat. Akibatnya terjadi tekanan negative di dalam
rongga sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi, mula-mula serus. Kondisi
ini biasa di anggap sebagai rinosinusitis non-bacterial dan biasanya sembuh dalam
beberapa hari tanpa pengobatan. Bila kondisi ini menetap, secret yang terkumpul
dalam dalam sinus merupakan media baik untuk tumbuhnya dan multiplikasi
bakteri secret menjadipurulen keadaan ini disebut sebagai rinosinusitis akut
bakterial dan memerlukan terapi antibiotik.
Jika terapi tidak berhasil (misalnya karena faktor predisposisi), inflamasi
berlanjut terjadi hipoksia dan bacteri anaerob berkembang. Mukosa semakin
membengkak dan ini merupakan rantai siklus yang terus berputar sampai akhirnya
perubahan mukosa menjadi kronik yaitu hipertrofi, polipoid ataau pembentukan
polip dan kista. Pada keadaan ini mungkin di perlukan tindakan operasi.
Klasifikasi dan mikrobiologi: consensus intermational tahun 1995 membagi
rinosinusitis hanya akut dengan batas sampai 8 minggu dan kronik jika lebih dari
8 minggu. Consensus tahun 2004 membagi menjadi akut dengan batas sampai 4
minggu,subakut antara 4 minggu sampai 3 bulan dan kronikjika lebih dari 3 bulan.
Sinusitis kronik dengan penyebab rinogenik umumnya merupakan lanjutan dari
sinusitis akut yang tidak terobati secara adekuat. Pada sinusitis kronik adanya
factor predisposisi harus dicari dan di obati secara tuntas.
Menurut sebagai penelitian, bacteri utama yang di temukan padasinusitis akut
adalah streptococus pneumonia (30-50%). Hemopylus influenzae (20-40%) dan
moraxella catarrhalis (4%). Pada anak, M.Catarrhalis lebih banyak di temukan
(20%). Pada sinusitis kronik . faktor predisposisi lebih berperan, tetapi umumnya
bakteri yang ada lebih condong ke arah bakteri negative gram dan anaerob.
  
2.5 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)
Gejala mayor dan gejala minor:
1. Nyeri, berat, dan tertekan pada wajah.
2. Hidung tersumbat.
3. Lendir pada hidung berwarna kuning atau kehijauan.
4. Nyeri gigi.
5.   Gangguan membau.
6.   Batuk.
7. Telinga terasa nyeri dan panas

Gejala sinusitis
Ada beberapa gejala yang terjadi disaat infeksi sinus kita mulai dengan tiga
besar yang dialami banyak orang nyeri dan tekanan nyeri, tumpu berdenyut (atau
terasa berat). Tekanan yang terjadi pada sinus terjadi akibat yang ditimbulkan oleh
jaringan yang meradang pada ujung-ujung syaraf di dinding dalam sinus. Lokasi
nyeri ini kerap kali khas untuk sinus yang terinfeksi antara lain:
·    Sinusitis frontalis menyebabkan nyeri dahi atau sakit kepala.
·     Sinusitis maksilaris menyebabkan nyeri pipi yang mungkin menyebar ke gigi
di rahang atas.
·      Sinusitis etmoidalis menyebabkan nyeri di antara mata atau di jembatan
hidung.
·     Sinusitis sfenoidalis menyebabkan nyeri di belakang mata, puncak kepala,
atau di sepanjang tengkuk.

Terjadi kesulitan bernafas dan penyumbatan.


Kombinasi pembengkakan membran atau selaput hidung dan peningkatan
pembentukan lendir menyebabkan sulit bahakan mustahil bernafas melalui
hidung. Penyumbatan ini dpat mengenai satu atau kedua sisi hidung. Bagi
sebagian penderita sinusitis istilah penyumbatan merujuk bukan pada
tersumbatnya pernafasan hidung  melainkan perasaan penuh atau tersumbat di
wajah terutama pada bagian pipi. Sensai ini disebabkan oleh tersumbatnya sinus
itu sendiri. Jika ostium yang membengkak tertutup, membrane mukosa pada sinus
akan menyerap oksigen, menghasilkan tekanan negative, yang dapat
menimbulkan sensasi penyumbatan wajah atau bahkan nyeri. 

2.6 Komplikasi
Komplikasi sinusitis telah menurun secara nyata sejak ditemukannya
antibiotik. Komplikasi berat biasanya terjadi pada sinusitis akut atau pada sinusitis
kronik dengan eksaserbasi akut, berupa komplikasi orbita atau intracranial.
Kelainan orbita disebabkan oleh sinus paranasal yang berdekatan dengan mata
(orbita). Yang paling sering adalah sinusitis etmoid, kemudian sinusitis frontal
maksila. Penyebaran infeksi terjadi melalui tromboflebitis dan perkontinuitatum.
Kelainan yang dapat timbul ialah edema palpebra,selulitis orbita, asbes
subperiostal, abses orbita dan selanjutnya dapat terjadi thrombosis sinus
kavernosus. Kelainan Intrakranial. Dapat berupa meningitis, abses ekstradural
atau subdural, abses otak dan thrombosis sinus kavernosus.
Komplikasi juga dapat terjadi pada sinusitis kronis berupa: osteomelitis dan
abses suberiostal. Paling sering timbul akibat sinusitis frontal dan biasanya di
temukan pada anak-anak . pada osteomielitis sinus maksila dapat timbul fistula
oroantral fistula pada pipi. Kelainan paru, seperti bronchitis kronik dan bronki
ektasis. Adanya kelainan sinus paran asal disertai dengan kelainan paru ini disebut
sinobronkitis, selain itu dapat juga menyebabkan kambuhnya asma bronchial yang
sukar dihilangkan sebelum sinusitisnya disembuhkan.

2.7  Pencegahan
Pencegahan merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari
faktor penyebab ataupun faktor resiko dari penyakit itu sendiri.
Ø  Pencegahan Primer
·     Atasi terlebih dahulu penyakit primer yang menjadi pemicunya jika yang
bermasai adala gigi geraham, maka kujingilah dokter gigi langganan anda
untuk mendapatkan perawatan yang tepat begitu juga dengan pemicu yang
lain.
·      Setelah anda menyelesaikan masalah dengan pemicunya, anda dapat
berkonsultasi dengan dokter spesialis THT untuk memulai pengobatan
sinusitis. Ada beberapa bentuk pengobatan yang bisa anda lakukan
pengobatan dengan obat-obatan antik biotik akan membantu mengatasi
sinusitis yang diakibatkan oleh infeksi kuman. Penggunaan obat anti biotik
akan disesuaikan dengan bakteri penyebab infeksi. Dari sekian banyak
bakteri, ada lima jenis yang diketahui paling sering menginfeksi rongga sinus.
Kelima jenis tersebut diantaranya haemophilus influenzae, staphylococcus
aureus, stephylococcus pneumoniae, steplococcus pyogenes, dan moraxella
catarrhalis.
·      Untuk melonggarkan hidung yang tersumbat, anda bisa menggunakan
dekongestan. Obat ini tersedia dalam dua bentuk, yaitu obat tetes atau
semprot, dan obat topikal. Sedangkan jika anda kesulitan mengeluarkan lendir
di hidung maka anda memerlukan bantuan obat-obatan mukolitik seperti
bromhexine. Tapi, pastikan anda berkonsultasi terlebih dulu dengan dokter
sebelum menggunakannya.
·      Saat sinusitis tak memberi respon positif terhadap obat-obatan yang anda
gunakan, maka anda memerlukan proses drainase. Proses ini bertujuan untuk
mengeluarkan lendir yang menumpuk di dalam rongga sinus. Sementara itu,
untuk para penderita alergi, anda juga akan memerlukan antihistamin.

Ø  Pencegahan Sekunder
·    Istirahat yang cukup untuk membantu tubuh melawan infeksi.
·      Minum banyak cairan seperti air atau jus. Akan membantu mencairkan
sekresi mukosa dan meningkatkan graenase.
·      Uapi sinus dengan menggantungkan handuk di kepala saat anda menghirup
uap dari semangkuk air panas.
·      Beri kompres hangat ke wajah dan tempelkan handuk hangat di sekitar pipi,
hidung, dan mata untuk meringankan rasa sakit pada wajah.
·     Hindari asap rokok dan polusi udara karena dapat mengiritasi saluran hidung.
·     Tidur dengan kepala di tinggikan untuk menguras sinus dan mengurangi
sumbatan.

Ø  Pencegahan Tersier
·      Istirahat yang cukup minum banyak cairan serta menghindari asap rokok dan
polusi udara
·      Untuk penderita alergi akan memerlukan antihistamin dan penangan lebih
jauh dari dokter.

2.8  Penatalaksanaan
Tujuan terapi sinusitis ialah:
1.    Mempercepat penyembuhan.
2.    Mencegah komplikasi.
3.    Mencegah perubahan menjadi kronik.
Prinsip pengobatan ialah membuka di KOM sehingga drenase dan ventilasi
sinus-sinus pulih secara alami.antibiotik dan dekongestan merupakan terapi
pilihan pada sinusitis akut bacterial,untuk menghilangkan infeksi dan
pembengkakan maukosa serta membuka sumbatan ostium sinus. Antibiotik yang
dipilih adalah golongan penisilin seperti amoksilin. Jika diperkirakan kuman telah
resisten atau memproduksi beta-laktamase, maka dapat diberikan amoksilin-
klavulanat atau jenis sefalosporin generasi ke-2. Pada sinusitis antibiotik yang
sesuai untuk kuman negative gram dan anaerob.
Selain dekongestan oral dan topikal, terapi lain dapat diberikan jika
diperlukan, seperti analgetik,mukolitik,teroidoral/topikal, pencucian rongga
hidung dengan NaCi atau pemanasan (diatemi). Antihistamin tidak rutin
diberikan, karena sifat antikolinergiknya dapat menyebabkan secret jadi lebih
kental. Bila ada alergi berat sebaiknya diberikan antihistamin generasi ke-2 irigasi
sinus maksila atau proetz displa cement therapy juga merupakan terapi tambahan
yang bermanfaat. Imunoterapi dapat dipertimbangkan jika pasien menderita 
kelainan alergi yang berat.
Tindakan operasi. Bedah sinus endoskopi fungsional (BSEF/FESS)
merupakan operasi terkini untuk sinusitis kronik yang memerlukan operasi.
Tindakan ini telah menggantikan hampir semua jenis bedah sinus terdahulu
karena memberikan hasil yang lebih memuaskan dan tindakan ringan dan tidak
radikal. Indikasinya berupa:sinusitis kronik yang tidak membaik setelah terapi
adekuat;sinusitis kronik disertai kista atau kelainan yang irreversible;polip
ekstensif, adanya komplikasi sinusitis serta sinusitis jamur.

2.9    Prognosis
Prognosis dari sinusitis biasanya sembuh tanpa pengobatan khusus.
Kekembuhan adalah umum, kesembuhan klinis sangat sulit meskipun kursus
berulang dan operasi sinus. Pasien biasanya datang dengan penyakit lanjut.
Proknosis buruk, terutama dalam kasus otak atau kronis.
BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Sinusitis adalah penyakit yang di daerah sinus. Sinus itu sendiri rogga udara
yang terdapat di area wajah yang terhubung dengan hidung. Fungsi dari rongga
sinus sendiri adalah untuk menjaga kelembapan hidung dan menjaga pertukaran
udara di daerah hidung.Sinusitis merupakan salah satu penyakit atau kelainan
pada sinus paranasal yang akhir-akhir ini semakin meningkat. Dampak yang di
timbulkan oleh penyakit ini bervariasi, mulai dari yang ringan sampai dengan
yang berat. Betapapun ringannya dampak yang ditimbulkan, penyakit ini selalu
menyebabkan penurunan kualitas kualitas hidup penderitanya. Sehingga akan
terjadi pula kerugian, baik yang dapat ternilai maupun yang tidak dapat ternilai
harganya.
Rongga sinus sendiri terdiri dari 4 jenis yaitu  :
1) Sinus Etmoidalis yang terletak di belakang jembatan hidung, di antara kedua
mata.
2) Sinus Maksilaris adalah sinus pipi, sinus ini terletak di belakang tilang pipi,
meluas dari tempat di bawah mata hingga ke tepat di atas gigi atas. Akar gigi
di rahang atas sering menonjol ke dalam dasar sinus maksilaris, yang 
menjadi penyebab mengapa banyak orang yang menderita infeksi sinus
mengalami sakit gigi. Sinus maksilaris biasanya adalah sinus yang pertama
kali terbentuk di dalam rahim. Sinus maksilaris biasanya berbentuk segitiga
dan berukuran seperti kenari besar.
3) Sinus frontalis adalah sinus dahi. Sinus ini terletak di dalam tulang frontal
dahi. Dinding belakang sinus frontalis sebenarnya membentuk tulang yang
menutupi otak.
4) Sinus sfenoidalis dapat di anggap sebagai sinus dalam. Sinus ini terletak di
bagian hidung, jauh dari dalam tengkorak, terletak di bagian belakang hidung,
dan di lokasi dimana mata dan otak bertemu.
Untuk mencegah penyakit sinusitis secara dini kita hanya perlu berolah raga
secara teratur khususnya setelah waktu subuh dimana udara pagi saat itu masih
jernih dan bersih. Perbanyak menghirup udara bersih, dengan cara menghirup dan
mengeluarkannya secara perlahan-lahan. Sehingga daerah sinus menjadi lebih
bersih.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2012, Cough Etiology, Evaluation, and Treatments, tersedia di


www.respiratoryguidelines.ca, diakses pada 9 July 2015
Guyton A.C. dan Hall, J.E., 2008, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11, ECG,
Jakarta.
Ikawati, Z., 2011, Penyakit Sistem Pernafasan dan Tatalaksana Terapinya, Bursa
Ilmu, Yogyakarta.
McCool, F. D.,Global Physiology and Pathophysiology of Cough, CHEST
January 2006 vol. 129 no. 1 suppl 48S-53S
Puspitasari, I., 2010, Jadi Dokter Untuk Diri Sendiri, B-First : Yogyakarta, 44-45
Supriyatno, B., 2010, Batuk Kronik pada Anak, Maj Kedokt Indon, 60(6), 286.

Anda mungkin juga menyukai