A. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui cara menentukan
kadar multikomponen campuran asetosal, paracetamol & kafein secara
spektrofotometri uv-vis.
B. Landasan Teori
Kimia analitik adalah ilmu yang berusaha memperbaiki alat pengukuran
komposisi kimiawi bahan alami dan buatan. Komposisi kimia adalah keseluruhan
gambar (komposisi) bahan pada skala kimia dan mencakup fitur geometris seperti
morfologi molekuler dan distribusi spesies di dalam sampel serta fitur dimensi
tunggal seperti komposisi persen dan identitas spesies. Agar efektif dan efisien,
analisis sampel memerlukan keahlian dalam: Kimia yang bisa terjadi pada sampel,
Analisis dan metode penanganan sampel untuk berbagai macam masalah (alat
perdagangan, Akurasi dan ketepatan metode, Analisis data dan pencatatan yang
dan radiasi elektromagnetik. Di Saat ini, metode ini digunakan secara luas untuk
analisis berbagai macam sampel. Hal ini dipertimbangkan sebagai salah satu alat
efektif untuk studi struktural baik atom maupun molekul. Untuk melakukan
perkiraan radiasi (UV / visible) diserap oleh zat dari larutan yang diberikan.
spektrofotometri ini cukup mudah, cepat, cukup spesifik dan tepat untuk sejumlah
mengikuti satu hukum dasar yang dikenal dengan nama Hukum Beer-Lambert
atau radiasi yang terlihat diserap oleh zat dalam solusi Instrumen yang mengukur
rasio, atau fungsi rasio, intensitas dua balok cahaya di daerah U.V-Visible disebut
Tekniknya sederhana, cepat, cukup spesifik dan bisa diterapkan sejumlah kecil
oleh McNeil Laboratories sebagai obat analgesik dan antipiretik yang diresepkan
untuk anak-anak dengan nama dagang Tylenol Children's Elixir (nama tylenol
Di Polandia, parasetamol tersedia pada tahun 1961 dan sejak saat itu maka itu
adalah milik salah satu yang paling sering Obat analgesik dijual. Ada sekitar 100
dalam kombinasi dengan zat aktif yang lain (Bebenista dan Jerzy, 2014).
dan Obat A.S. (FDA) pada tahun 1955. Acetaminophen dipromosikan sebagai
saran agar lebih aman dan Mungkin lebih manjur dibanding aspirin. Itu
lebih rendah dan toksik manifestasi yang diamati dengan asetaminofen dari pada
dengan aspirin Hal ini biasa digunakan untuk menghilangkannya demam, sakit
kepala, dan nyeri ringan lainnya, dan merupakan bahan utama dalam banyak pilek
dan flu pengobatan. Asaminamin dan aspirin diberikan di dosis miligram yang
sama sama efektifnya mengurangi rasa sakit dan demam. Dalam kombinasi
parasetamol juga digunakan pada pengelolaan rasa sakit yang lebih parah (seperti
tingkat dan jumlah obat aktif yang mencapai SSP, dimana Efek analgesik terjadi.
Parasetamol adalah tersedia sebagai formulasi oral, dubur dan injectable (Payasi
dkk., 2010).
dan lemak bebas asam dan kenaikan glukosa. Kafein mengandung minuman yang
dari efek yang diinginkan ini, Kondisi medis yang serius termasuk hipertensi dan
itu, pasien dengan resep tertentu Obat juga disarankan untuk menghentikan
asupan kafein mereka. Administrasi Makanan dan Obat A.S. telah menyarankan
kidney dis- Kemudahan, kafein merupakan faktor risiko untuk promosi kista yang
upaya untuk menjauhkan diri dari kafein untuk dengan jelas menyebutkan
masalah kesehatan, banyak orang tergantikan tanpa kafein untuk kopi berkafein,
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu :
a) Aquades
b) Asetosal murni
c) Etanol 95 %
d) Kafein Murni
e) Paracetamol murni
f) Sediaan aspilet
g) Sediaan Bintang 7
h) Sediaan procold
i) Tissue
D. Skema Kerja
1. Asetosal
Asetosal
- Ditimbang 100 mg
- Dilarutkan dalam 15 mL etanol 95% dan di ad dengan
aquades hingga mencukupi volume labu takar 500 mL
- Di ambil 5 variasi konsentrasi (2, 4, 6, 8, 10 ppm)
- Diukur absorbansi tiap konsentrasi pada alat
spektrofotometri uv-vis dengan panjang gelombang 200-
350 nm
2 ppm : 0,025 Å
4 ppm : 0,027 Å
6 ppm : 0,022 Å
8 ppm : 0,023 Å
10 ppm : 0,022 Å
2. Paracetamol
Paracetamol
- Ditimbang 100 mg
- Dilarutkan dalam 15 mL etanol 95% dan di ad dengan
aquades hingga mencukupi volume labu takar 500 mL
- Di ambil 5 variasi konsentrasi (2, 4, 6, 8, 10 ppm)
- Diukur absorbansi tiap konsentrasi pada alat
spektrofotometri uv-vis dengan panjang gelombang 200-
350 nm
2 ppm : 0,031 Å
4 ppm : 0,032 Å
6 ppm : 0,028 Å
8 ppm : 0,023 Å
10 ppm : 0,020 Å
3. Kafein
Kafein
- Ditimbang 100 mg
- Dilarutkan dalam 15 mL etanol 95% dan di ad dengan
aquades hingga mencukupi volume labu takar 500 mL
- Di ambil 5 variasi konsentrasi (2, 4, 6, 8, 10 ppm)
- Diukur absorbansi tiap konsentrasi pada alat
spektrofotometri uv-vis dengan panjang gelombang 200-
350 nm
2 ppm : 0,030 Å
4 ppm : 0,021 Å
6 ppm : 0,025 Å
8 ppm : 0,025 Å
10 ppm : 0,020 Å
4. Sediaan
Sediaan Obat
- Ditimbang 200 mg
- Dilarutkan dalam 15 mL etanol 95% dan di ad dengan
aquades hingga mencukupi volume labu takar 500 mL
- Di pipet 5 mL dan di encerkan dengan aquades sampai
100 mL dalam labu ukur.
- Diukur absorbansi tiap sediaan obat pada alat
spektrofotometri uv-vis dengan panjang gelombang 200-
350 nm
Hasil pengamatan
E. Hasil Pengamatan
1. Larutan standar
a) Tabel absorbansi standar
Panjang
No Konsentrasi Absorbansi
Nama Bahan Gelombang
. (ppm) (Å)
(nm)
1 Asetosal murni
2 0,001
4 0,001
350 6 0,003
8 0,004
10 0,003
2 Paaracetamol murni
2 0,001
4 0,001
350 6 0,000
8 0,001
10 0,001
b) Kurva absorbansi
Asetosal murni
Paracetamol murni
Absorbansi (Å)
0.04
0.03
0.03 f(x) = − 0 x + 0.03
R² = 0.41 Absorbansi (Å)
0.02 Linear (Absorbansi (Å))
0.02
0.01
0.01
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Kafein murni
Absorbansi (Å)
0.04
0.03
0.03 f(x) = − 0 x + 0.03 Absorbansi (Å)
0.02 R² = 0.41
Linear (Absorbansi (Å))
0.02
0.01
0.01
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Sampel obat
0.25
f(x) = 0.12 x − 0.12
0.2 R² = 0.7 Aborbansi (A)
Linear (Aborbansi (A))
0.15
0.1
0.05
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
a) Aspilet
y = -0.000x + 0.029
0,002 = -0.000x + 0.029
0.000x = 0.029 – 0.002
x = 0.027
b) Procold
y = -0.000x + 0.029
0,006 = -0.000x + 0.029
0.000x = 0.029 – 0.006
x = 0.023
c) Bintang 7
y = -0.000x + 0.029
0,007 = -0.000x + 0.029
0.000x = 0.029 – 0.007
x = 0.022
F. Pembahasan
Spektrofotometri UV-VIS adalah suatu metode analisis dengan
absorbansi atau transmitasisi dalam spektro UV dan daerah tampak dalam analisis
kualitatif dan kuantitatif spesies kimia. Absorbansi jenis ini berlangsung dalam
dua tahap yaitu tyang pertama yaitu eksitasi spesies akibat absorbansi foton
dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas
gelombang.
gelombang dari sinar putih lebih dapat terseleksi dan ini diperoleh dengan alat
pengurai seperti prisma, grating ataupun celah optis. Pada fotometer filter, sinar
dengan panjang gelombang yang diinginkan diperoleh dengan berbagai filter dari
yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya
blangko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorpsi antara sampel dan
Adapun kadar suatu obat dalam suatu sediaan farmasi mempengaruhi efek
terapi yang diharapkan, namun juga kadar yang tidak sesuai dengan kadar yang
telah ditetapkan pada suatu senyawa obat tertentu juga dapat berefek buruk, baik
jenis merk obat generik yang dijual di pasaran umumnya sama, yakni 500 mg,
sedangkan asetosal sebesar 500 mg 3 kali sehari sebagai antinyeri dan 1 gram
setelah makan 3-4 kali sehari sebagai antiradang. Penggunaan kofein sebagai
merupakan instrument analisis yang tidak rumit, selektif, serta kepekaan dan
ketelitiannya tinggi. Selain itu, senyawa asetosal, parasetamol dan kofein yang
spektrofotometri UV-Vis.
Dalam percobaan ini digunakan alat yaitu labu ukur 50 mL/100 mL, oven
batang pengaduk, erlenmayer, gelas kimia, gelas ukur, kuvet, neraca analitik,
obat.
Hasil pengamatan yang diperoleh pada percobaan ini yaitu nilai absorbansi
paracetamol pada sediaan Procold adalah 0.023. nilai absorbansi asetosal pada
sediaan aspilet adalah 0.027. nilai absorbansi kafein pada sediaan bodrex adalah
0.022
Manfaat percobaan ini dalam bidang farmasi yaitu seorang calon farmasis
dapat mengetahui cara penentuan kadar multi komponen campuran asetosal,
paracetamol, dan kofein secara spektrofotometri UV-Vis sehingga dapat diketahui
kadar sediaan obat baik itu dalam bentuk sediaan tablet, serbuk serta kapsul.
G. Kesimpulan
Kesimpulan pada percobaan ini yaitu diperolehnya nilai absorbansi
paracetamol pada sediaan Procold adalah 0.023. nilai absorbansi asetosal pada
sediaan aspilet adalah 0.027. nilai absorbansi kafein pada sediaan bodrex adalah
0.022
DAFTAR PUSTAKA
Behera, S., Subhajit G., Fahad A., Saayak S. Dan Sritoma B., 2012, UV-Visible
Spectrophotometric Method Development and Validation of Assay of
Paracetamol Tablet Formulation, Journal of Analytical & Bioanalytical
Techniques, Vol. 3 (6).
McCusker, R. R., Brian F., Bruce A. G., Mark S. G., Edward J. C., 2006, Caffeine
Content of Decaffeinated Coffe, Journal of Analytical Toxicology, Vol. 30
(1).
Mehmood, Y., Ayesha T., Usama J. dan Muhammad J., 2015, UV-Visible
Spectrophotometric Method Development and Validation of Assay of Iron
Sucrose Injection, International Journal of Pure & Applied Bioscience, Vol.
3 (2).
Payasi A., Gupta A., Chaudhary M., Dwivedi K. V., Singh B. M. Dan Shrivastava
M. S., 2010, Sub-Acute Toxicity Studies of Paracetamol Infusion in Mus
Musculus Mice, International Journal of Drug Development & Research,
Vol. 2 (1).