Anda di halaman 1dari 20

HASIL DISKUSI

GEL DAN PASTA

1. Definisi Gel dan jelly


1. Gel
a. Menurut ansel’s pharmaceutical dosage forms and drug delivery
systems 10 th edition (Allen dan howard, 2014 :278 )
b. Menurut pharmaceutics dosage forms and design (jones, 2008:88 )
c. Menurut pharmaceutical compounding and dispensing 2nd edition
(Mariott dkk., 2010: 167)
d. Menurut pharmaceutical manufacturing handbook production and
processes (Gad, 2008:281)
e. Menurut encylopedia of pharmaceutical technology 3rd edition
(Swarbrick., 2007:363)
Kesimpulan :
Gel adalah sediaan semi padat yang transparan mengandung dispersi
partikel molekul kecil dan besar yang terdispersi dalam pembawa air
dengan penambahan gelling agent kandungan air dari sediaan gel yaitu 85-
95%.

2. Jelly
a. Menurut encylopedia of pharmaceutical technology 3rd edition
(swarbrick, 2007:957).
b. Menurut the theory and practice of industrial pharmacy (lachman,
1986:548)
c. Menurut the art comounding (Scoville, 1911:116)
d. Menurut remington : the science and practice of pharmacy (Gennaro,
2000:340).
e. Menurut pharmaceutics the science of dosage form design (Aulton,
2010:95).
Kesimpulan:
Jelly adalah sediaan semi padat yang tembus cahaya dan lengket
mengandung bahan hidrat atau granul dari fase terdispersi dengan basis
larut air yang terdiri dari derivat sintetik dan derivat alami.

2. Keuntungan dan kerugian gel


a. Menurut fast track: pharmaceutical dosage forms and design (jones,
2008:76-77).
b. Menurut international journal of pharmaceutical research and bio-
science, vol 2(5) (singh dkk.,2013)
c. Menurut ansel’s pharmaceutical dosage forms and drug delivery
systems 10th edition (allen dan howard,2014:324)
d. Menurut world journal of pharmaceutical science vol 3(5) (mudhey
dkk.,2015)
e. Menurut international journal of drug development of research vol 3(1)
(patel dkk., 2011)
Kesimpulan :
1. Keuntungan
1. Pelepasan obat yang cepat, zat aktif lebih mudah terlepas dari sediaan
sehingga efek pada kulit atau tempat pemberian akan lebih cepat
sampai.
2. Kemudian aplikasi, gel mudah di aplikasikan karena merupakan sediaan
topikal sehingga dalam pengaplikasiannya langsung diberikan pada
tempat yang diinginkan.
3. Kemudahan penghapusan dan penggunaan,karena terdiri dari basis larut
air maka untuk menghilangkan gel dan tempat pemberian sangat mudah
dengan pembilasan menggunakan air
4. Dapat dibuat dalam berbagai tempat pengaplikasian yaitu mata,
hidung,vagina dan rektum
5. Memberikan efek dingin pada pengaplikasianya, sehingga nyaman
digunakan oleh pasien.
2. Kerugian
1. Permeabilitas buruk di kulit karena terdiri dari basis larut air sehingga
kandungan air dar sediaan gel lebih banyak maka dari itu sediaan akan
lebih sulit menembus membran sel yang menembus lipid.
2. Agen-agen yang mudah terhidrolisis tidak cocok diformulasikan dalam
bentuk gel karena kandungan air yang banyak pada gel sehingga agen
cenderung lebih mudah mengalami hidrolisis.
3. Mudah ditumbuhi mikroba karena banyak mengandung air.
4. Proses pembuatan rumit,di mana dalam pembuatannya sediaan gel
terdiri dari asam dan basa sehingga PH- nya harus stabil, selain itu
perbandingan air dan gelling agent harus sesuai agar gel mengembang.

3. Pembagian gel
a. Menurut pharmaceutical the science of dosage form design (Aulton,
2002:88).
b. Menurut encylopedia of pharmaceutical manufacturing handbook 3 rd
edition (Swarbrick, 2007:1875).
c. Menurut pharmaceutical dosage forms and design (Jones, 2008:88-91)
d. Menurut fast track: physical pharmacy (Attwood dan alexander, 2008:86).
e. Menurut ansel’s pharmaceutical dosage form and drug delivery system 10th
edition (Allen dan howard, 2014:324).
Kesimpulan :
a. Berdasarkan ikatannya
1) Gel tipe I
Gel ini merupakan sistem irreversible dengan jaringan 3 dimensi
yang dibentuk oleh ikatan kovalen antara makromolekul.
2) Gel tipe II
Gel ini merupakan sistem reversible yang dibentuk oleh ikatan
hydrogen intermolekul.
b. Berdasarkan pelarutnya
1) Hidrogel (pelarut air)
Hidrogel pada umumnya terbentuk oleh polimer hidrofilik yang
saling sambung silang melalui ikatan kimia atau gaya kohesi.
Contoh: Bentonit magma, gelatin.

2) Xerogel
Xerogel merupakan suatu gel dengan dengan konsentrasi pelarut
yang rendah. Xerogel terbentuk oleh evaporasi pelarut.
Contoh gelling agent : gelatin kering.

3) Organogel
Organogel merupakan sediaan semipadat yang terdiri atas pelarut
non polar dan polar. Penambahan pelarut polar dan nonpolar mengarah
pada pembentukan jaringan 3 dimensi. Campuran tersebut dapat
dipanaskan dan kemudian didinginkan untuk mendapatkan struktur
seperti jeli.
Contoh gelling agent : Natrium alginat.
4) Emulgel
Emulgel merupakan salah satu sistem pengiriman obat topikal
yang paling menarik karena memiliki sistem kendali rilis ganda yaitu
gel dan emulsi. Tujuan utama formulasi ini adalah pengiriman obat
hidrofobik ke sirkulasi sistemik melalui kulit. Emulgel membantu
dalam penggabungan obat-obatan hidrofobik ke dalam fasa minyak
dan kemudian gumpalan berminyak terdispersi dalam fase berair
menghasilkan emulsi o / w.
Contoh gelling agent : HPMC K4 dan Carbopol 934.

c. Berdasarkan bentuk ikatan


1) Struktur kumparan acak gel dibentuk oleh komponen pembentuk gel
golongan polimer sintetik dan derivate selulosa. Mekanisme
pembentukan gel disebabkan adanya interaksi antara polimer-pelarut
atau terjadi penggabungan antara molekul polimer yang menyebabkan
jarak antar partikel menjadi kecil dan terbentuk ikatan silang antar
molekul yang jumlahnya makin lama makin banyak.
2) Struktur heliks gel dibentuk oleh komponen pembentuk gel golongan
gomxanthan dan polisakarida dengan bentuk struktur gel lebih teratur
akibat adanya jalinan antara dua rantai polimer.
3) Struktur batang disebut juga struktur gel model egg box yang terjadi
ikatan silang antara polimer dengan kation divalen. Contoh yang
spesifik adalah kalsiumalginat.
4) Struktur bangunan kartu gel yang terbentuk dari partikel koloid terjadi
akibat penggabungan antara muatan positif dari koloid dengan muatan
negatif dari permukaan datar partikel koloid.

d. Berdasarkan fase terdispersinya


1) Gel 1 fase
Gel satu fase atau fase tunggal merupakan gel yang molekul
organiknya tersebar merata pada cairan pembawa (larut dalam fase
kontinyu) sehingga tidak dapat dibedakan lagi antara molekul organik
dan pembawanya.
2) Gel 2 fase
Gel dua fase ini terbentuk jika masa gel terdiri dari partikel kecil
yang terpisah. Partikel organik tidak larut, hamper secara keseluruhan
terdispersi pada fase kontinyu.
4. Komposisi gel
a. Menurut pharmaceutics dosage form and design (jones,2008:98)
b. Menurut pharmaceutical compounding and dispensing (marriot
dkk.,2010:107-109)
c. Menurut encylopedia of pharmaceutical technology
(swarbrick,2007:3264).
d. Menurut pharmaceutical dosage form and drug delivery systems 9th edition
(allen dan howard.,2014:278).
e. Menurut the teory and practice of industrial pharmacy
(lachman,1986:548).
Kesimpulan:
Nama Fungsi contoh konsentr Literatur
Bahan asi
Zat aktif Agen carragenan 0,3-1% Jones,2008:92
terapeutik
pengawet Mencegah Fenolat 0,2-0,3 Felton,2012:438
adanya %
Asam 0,1-0,5
kontaminas
benzoat %
i bakteri
Benzil 3%
alkohol
Benzethoniu 0,01-
m chloride 0,02%
phenoxyetha 0,5-1%
nol
Antioksid Menigkatk Natrium 0,01- Jones,2008:6,
an an metabisulfat 0,1% rowe
Propil <0,1%
stabilitas dkk.,2009:75;587;
galatte
kimia dari 634
Butylated 0,02-
sediaan
hidroxytolue 0,5%
na
Sodium 0,001-
metabisulfat 1%
Butylated 0,02-0,5
hydroxyonis
ole
Buffer Mengontro Sodium 0,16% Rowe
l PH phosphate dkk.,2009:659;621
Sodium 0,1-2%
sediaan ;574
acetate
Potassium 0,3-2%
citrate
Calcium 2%
phosphate
Humekta Mencegah Propylen 5% Swarbrick,2007:15
n penguapan glikol -54, ann dan
Glycerol 5%
air pada liebert,1985
Sorbitol 5%
kulit
Hexylene 0,005-
glicol 0,1%
Butylene 0,001-
glycol 0,5%
Enhancer Untuk Asam oleat 1% Maharani,2009
meningkat Sidabutar, 2007
Propilen 1-10%
kan
glikol
penetrasi menthol 1-6%
yang dapat
DM 50 5-10%
meningkat
Span 20 1-10%
kan
permeabilit
as kulit
Pembawa Untuk Purified Up to Rowe dkk.,2009 :
meningkat water 100% 766,517,283
Gliserol 5-15%
kan
Alkohol Variable
kelarutan
Propilen 5-80%
agen
glikol
terapeutik Polietlen 30%
glikol 400

5. Definisi gelling agent


a. Menurut pharmaceutical manufacturing handbook production and process
(Gad,2008:293).
b. Menurut pharmaceutical compounding and dispensing 2nd edition (Mariott
dkk,2010:167).
c. Menurut encylopedia of pharmaceutical technology 3rd edition
(Swarbrick,2007:3264).
d. Menurut pharmaceutics the science of dosage form design 2 nd edition
(Aulton, 2002:317).
e. Menurut international journal of universal pharmacy and biosciences (Sah
dkk.,2014)
Kesimpulan:
Gelling agent adalah bahan/zat hidrokoloid yang digunakan untuk
formulasi gel yang dapat meningkatkan viskositas yang baik.

6. Gelling agent yang ideal


a. Menurut pharmaceutical manufacturing handbook productions and process
(Gad,2008:293).
b. Menurut dairy engineering advanced technology and their application
(Meghwall dkk.,2017:41).
c. Menurut handbook of fruits processing second edition (Nirmal dkk.,2012).
d. Menurut drug delivery (Mitra dkk.,2015:203).
e. Menurut international journal of medical and pharmaceutical sience volume
1(Satloja dan supraja,2016).
Kesimpulan:
1. Tidak inkompaktibilitas. Gelling agent harus kompatible dan tidak
memberikan reaksi negatif terhadap komponen atau bahan lain.
2. Terbebas dari mikroba, gelling agent harus bebas dari mikroba karena akan
empengaruhi kestabilab mikrobiologi dari sediaan gel.
3. Tetap stabil terhadap perubahan suhu dan PH serta dalam penyimpanan agar
spesifikasi sediaan gel tetap bertahan.
4. Ekonomis, gelling agent harus murah/terjangkau harganya.
5. Memberikan sensasi dingin dari bau yang menyenangkan, gelling agent
sebisa mungkin tidak berbau busuk agar pengguna nyaman.
6. Tidak mengiritasi gelling agent harus aman.

7. Jenis-jenis gelling agent beserta contohnya


a. Menurut imedput ijournal vol 2(1) (semala dan gouypattapu,2016).
b. Menurut jurnal pharmacy vol 2 (1) (pujiastuti dan slining,2015).
c. Menurut fast track: physical pharmacy (atwood dan alexander,2008:88-89).
d. Menurut pharmaceutics, dosage form and design (jones,2008:92-94).
e. Menurut hanbook of fluits and fruits processing (nirmal dkk.,2012).
Kesimpulan :
1. Polimer alami, seperti gelatin, kasein, colagen, putih telur.
2. Polimer semi sintetik seperti karboksimetil selullosa, etil selulosa dan
hidroksimetil sellulosa.
3. Polimer sintetik, contoh carbopol, crbomer dan poloxomer.

8. Faktor-faktor yang mempengaruhi sediaan gel


a. Menurut pharmaceutical compounding and dispensing (marriot
dkk.,2010:169).
b. Menurut pharmaceutical dosage form and design (jones, 2008: 94-96).
c. Menurut fast track : physical pharmacy (attwood dkk.,2008:34).
d. Menurut pharmaceutical manufacturing handbook (gad,2002:291).
e. Menurut advances infilonment spiring of textes and polymers (zhany).
Kesimpulan:
1. Konesntrasi polimer hidrofilik, pada konsentrasi yang rendah larutan
hidrofilik biasanya akan bersifat sebagai aliran newtonian dan menngkatkan
konsentrasi maka sifat aliran berubah.
2. Temperatur, pada beberapa hidrokolod suhu akan menyebabkan penurunan
kekentalan, karena itu kenaikan suhu dapat mengubah sifat aliran yang
semula non newtonian.
3. Pengaruh PH, pada umumnya akan membentuk gel dengan baik pada
kisaran PH tertentu. Hal ini ditunjukkan oleh terjadinya peningkatan
kekentalan dengan menigatnya PH hingga mejadi titik tertentu.
4. Pengaruh ion, beberapa jenis hidrokoloid memberikan ion-ion logam
tertentu untuk membentuk gelnya.
5. Berat molekul dari polimer, penggunaan bahan pembentuk gel yang
konsentrasi tinggi atau BM besar dapat menghasilkan gel yang sulit.
6. Sifat pelarut, pelarut akan berpenetrasi diantara matriks gel dan terjadi
interaksi antara pelarut dan gel. Pengembangan gel kurang sempurna jika
terjadi ikatan silang antar polimer.

9. Metode pembuatan gel


a. Menurut fast track: pharmaceutics dosage form and design (jones,2008:109-
110).
b. Menurut pharmaceutical compounding and dispensig 2nd edition (marriott
dkk.,2010:169).
c. Menurut handbook 0f pharmaceutical manufacturing formulation semi solid
product volume 4 (niazi 1994:133).
d. Menurut pharmaceutics basic principles and application to pharmacy (dash
dkk.,2014:266).
e. Menurut pharmaceutical dosage forms and drug delivery systems 10 th
edition (allen dan howard,2014:324).
Kesimpulan :
1. Pengembangan gelling agent
 Karbomer (gelling agent) dilarutkan dalam akuades dan didiamkan
minimal 30 menit agar mengembang.
 Diaduk hingga homogen (1500 ppm, 30 menit).
 Larutan NaOH 10% di tambahkan sedikit demi sedikit dengan pipet tetes
ke dalam massa gel sambil terus diaduk hinggahomogenizer hingga
terbentuk basis yang transparan.
2. Penambahan komponen lain dalam gelling agent dengan pengadukan
 Metil paraben, propil paraben natrium metabisulfat dan propilen glikol
 Larutan campuran tersebut ditambahkan sedikit demi sedikit sampai
homogen
 Gel yang dihasilakn disimpan dalam wadah tak tembus cahaya.

10. Cara pewadahan gel


a. Menurut pharmaceutical compounding and dispensing 2nd edition (marriott
dkk.,2010:181).
b. Menurut pharmaceutical dosage forms and drug delivery systems 10 th
edition (allen dan howard, 2014:280,324).
c. Menurut pharmaceutical manufacturing handbook (gad,2008:302).
d. Menurut jurnal the pharmacist vol 2 (2) (singh dkk.,2007:29).
e. Menurut world journal of pharmacy and pharmaceutical science vol 7 (2)
(bakanji dkk.,2018:502).
Kesimpulan:
1. Tube alumunium, gel di masukkan kedalam tube dengan menggunakan
perkamen yang dilipat-lipat kemudian dijepit bagian atas dengan penjepit
buaya lalau digeser kebawah sampai gel masuk ke dalam tube, lalu bagian
bawah tube dilipat 2 kali kekanan dan 1 kali kekiri.
2. Tube plastik, gel dimasukkan kedalam mulut tube dan ditutup.
3. Pot gel, gel dimasukkan dengan menggunkan sudip.

11. Evaluasi sediaan gel


a. Menurut dev pharmacto lettro vol 8(8) (aunash dkk.,2018).
b. Menurut international journal of pharmaceutical science and drug research
vol 2(1) (Rupal dkk.,2010).
c. Menurut jurnal indo american of pharmaceutical reserach (D’souza dan
rajashree,2015)
d. Menurut international jurnal of reserach and development in pharmacy and
life science (bhalani dan keton,2015).
e. Menurut brazilian jurnal of pharmaceutical science (alyalu dkk.,2016).
Kesimpulan :
1. Pengukuran PH
Di lakukan dengan menggunakan PH meter digital dengan mencelupkan
elektroda kaca sepenuhmya ke dalam larutan gel untuk menutupi
elektroda.Pengukuran dilakukan dengan dalam rangkap tiga dan rata-rata
dari tiga pembacaan dicatat.
2. Viskositas, viskositas gel di tentukan dengan menggunakan viskometer
broekfield 15-6,2 model (UDU-E) pada suhu 25 o C dengan kecepatan
spindel viskometer diputar pada 12 RPM.
3. Extrudability, sebuah tabung tertutup yang mengandung sekitar 20 gram
gel di tekan dengan kuat pada ujung yang berkeruh dan di aplikasikan
untuk mencegah gulunagan kembali. Jumlah gel yang diekstraksikan
dikumpul dan ditimbag persentase gel diekstruksikan dihitung persen gel
yang diekstruksikan
> 90 % extrudability sangat baik
> 80 % extrudability baik
> 70 % extrudability cukup
4. Spreadability, dengan metode ini di ukur berdasarkan karakteristik dari
gel. Kelebihan gel sekitar 2 gram yang diteliti ditempatkan pada slide
spreadabilty di hitung menggunakan
S = M.L/T
5. Organoleptis, pengujian organisme dilakukan dengan mengamati sediaan
gel dari bentuk , warna dan bau
6. Homogenitas, dilakukan dengan cara gel di oleskan pada sekeping kaca
atau bahan transparan lain yang cocok.
12. Definisi Pasta
a. Menurut pharmaceutical compounding and dispensing 2nd edition (marriott
dkk.,2010:165).
b. Menurut pharmaceutical dosage forms and drug delivery systems 10 th
edition
c. Menurut pharmaceutics dosage form and design (jones, 2008:77).
d. Menurut pharmaceutics the science of dosage form design 2 nd edition
(aulton,2002:530).
e. Menurut the teory and practice of industrial pharmacy (lachman
dkk.,1966:534).
Kesimpulan:
Pasta adalah sediaan semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan
obat yang ditujukan untuk pemakaian topikal digunakan sebagai antiseptik
atau pelindung kulit.

13. Keuntungan dan kerugian pasta


a. Menurut pharmaceutical compounding and dispensing 2nd edition (marriott
dkk.,2010:165).
b. Menurut ansel’s pharmaceutical dosage forms and drug delivery systems
10th edition (allen dan howard,2014: 190 dan 324).
c. Menurut pharmaceutics dosage form and design (jones,2008:76-77).
d. Menurut pharmaceutics the science of dosage form design 2 nd edition
(aulton, 2002:530).
e. Menurut fast track : pharmaceutical compounding and dispensing (langley
dan dawn,2008:107).
Kesimpulan :
1. Keuntungan
 Kandungan bahan obat yang tinggi, pasta sering digunakan untuk
mengikat cairan eksudat.
 Beban obat dalam pasta lebih melekat pada kulit sehingga meningkat
daya kerja lokal.
 Konsentrasi pasta lebih kental dari pada gel, karena pasta lebih kaku
sedangkan gel banyak mengandung air.
2. Kerugian
 Pasta mengandung bahan padat yang tinggi dari pada salep oleh karena
itu lebih kaku dan sulit tembus pada kulit an sulit menyebar pada kulit
 Pasta umumnya tidak di terapkan pada rambut karena kesulitan pada
penghapusan
 Ketika diaplikasikan ke daerah yang luka bisa menyakitkan
 Dapat membuat kulit kering karena sifatnya yang kaku.
 Karena mempunyai sifat yang kaku. Pasta tidak cocok untuk aplikasi ke
bagian tubuh yang berbulu.

14. Komposisi sediaan pasta


a. Menurut pharmaceutical compounding and dispensing 2nd edition (Marriott
dkk., 2010:165).
b. Menurut fast track: pharmaceutical compounding and dispensing (Langley
dan dawn, 2008:107).
c. Menurut pharmaceutics the science of dosage form desing 2nd edition
(Aulton, 2002:530).
d. Menurut pharmaceutics the science of dosage form and design (Jones,
2008:84-85).
e. Menurut cantik panduan lengkap merwat kulit wajah (Prianto, 2014:56).

Kesimpulan :
No Nama
Fungsi Contoh Konsentrasi Literatur
. Bahan
Zat aktif Sebagai agen  Zinc oxide Sweetman,
1. terapeutik 2009 :
1621
Diluent Sebagai bahan  Dithranol  50% Aulton,
pemberi  Coal tar  50% 2002: 530;
konsistensi pada  Starch  3-20% marriot
2. pasta 2010: 166;
Rowe
dkk.,
2009: 685
Pengawet Untuk  Asam  0,1-0,3% Jones,
melindungi pasta benzoat  0,02-0,3% 2008: 84
dari kontaminasi  Metil  0,02-0,3%
mikroba paraben  3,0%
 Propil  0,5-1,0%
3.
paraben
 Benzil
alkohol
 Fenoksil
etanol
Antioksidan Mencegah  BHA  0,005- Jones,
sediaan dari  BHT 0,02% 2008: 85
oksidasi  Propil  0,007-0,1%
galat  ≤ 1%
4.  Natrium  0,1%
sulfit  0,01-0,1%
 Natrium
metabisulf
at
5. Pelarut Sebagai  Silikon  0,1-50% Jones,
pembawa/pelarut cair  1-6% 2008: 84;
komponen pasta  Minyak  0,1-95% marriot
nabati 2010: 166;
 Parafin
cair

15. Faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan pasta


a. Menurut pharmaceuitcs dosage form and design (jones,2008:77).
b. Menurut handbook of phrmacetical manufacturing formulation semi solid
products (niazi, 2004:60).
c. Menurut pharmaceutics the science of dosage form design 2 nd edition
(aulton,2002:60).
d. Menurut pharmaceutical compounding and dispensing 2nd edition (marriott
dkk.,2010:165).
e. Menurut biomedical and pharmaceutical science with pasient care
correlation (karimi,2015:497).
Kesimpulan:
1. Tempat penyimpanan , sediaan pasta di masukkan dalam tabung ujung
tertutup untuk mendukung periode penggunan maksimum
2. Konsistensi, sediaan pasta mengandung proporsi bahan bentuk yang tinggi
dan oleh karena itu biasanya sangat kaku.
3. Konsentrasi basis pasta farmasi umumnya terdiri dari basis yang
mengandung konsentrasi tinggi dari obat yang tersebar.
4. PH. Nilai PH yang terlalu asam dapat mengakibatkan iritasi sedangkan PH
terlalu basa dapat mengakibatkan kulit bersisik.

16. Metode pembuatan pasta


a. Menurut the theory and practice of industrial pharmacy 3rd edition
(Lachman dkk.,1988:534).
b. Menurut pharmaceutics compounding and dispensing 2nd edition (marriott
dkk.,2010:166).
c. Menurut pharmaceutics dosage form and design (jones,2008:85-86).
d. Menurut ansel’s pharmaceutical dosage forms and drug delivery systems
10th edition (allen dan howard,2014:223).
e. Menurut pharmaceutics basic principles and application to pharmacy
practice (dash skk.,2014:266-267).
Kesimpulan:
1. Metode triturasi
Biasanya dilakukan pada skala laboratorium dengan mencampurka obat
dengan basis dan bahan lain dengan spatula.
2. Metode fusi (peleburan)
Biasanya dilakukan pada skala besar, dipanaskan dan bahan padat sesuai
dengan titik lelehnya dilanjutkan dengan pancampuran menggunakan
mixer atau homogenizer untuk memperoleh homogenitas yang diinginkan
penyebaran agen terapi bubuk ke dasar hidrokarbon dipanaskan
menggunakan mixer mekanik untuk menurunkan viskositas, dimasukkan
kedalam basis salep sebagai basis cair terpisah. Pencampuran ini
dilakukan dengan 2 fase/tahap:
 Mencampur dua tahap secara bersama
 Menambahkan fase air ke fase sumber air.

17. Cara pewadahan pasta


a. Menurut pharmaceutical compounding and dispensing(langley and
dawn,2008:125).
b. Menurut ansel’s pharmaceutical dosage forms and drug gelivery systems
10th edition (allen dan howard,2014:324-325).
c. Menurut jurnal pharmacist vol 2 (2) (singh dkk.,2007:29).
d. Menurut pharmaceutical compounding and dispensing (marriott
dkk.,2010:181).
e. Menurut encylopedia of pharmaceutical technology (marriott,2007:2533).
Kesimpulan :

Pasta umumnya menggunakan wadah tabung atau plastik, logam dan


botol kaca. Sediaan pasta dapat dikemas dengan ukuran wadah yang sesuai
dengan volume sediaan sehingga menghasilkan produk akhir.
18. Evaluasi sediaan pasta
a. Menurut dasar-dasar farmasetika dan sediaan semi solid (elmitra,
2017:216-219).
b. Menurut jurnal khazanah vol 7(2) (ningsih dkk.,2015).
c. Menurut jurnal JPS FIK UINAM vol 4(3) (anggi,2016).
d. Menurut jurnal ilmu kefarmasian indonesia vol 15(2) (sari dkk.,2017).
e. Menurut jurnal media farmasi vol 12 (2) (elfiyani dkk.,2015).
Kesimpulan :
1. PH, Pengukuran PH ini dilakukan untuk mengukur PH dengan cara pasta
di lakukan dalam cawan dan diletakkan kertas indikator PH. PH pasta
diketahui dengan penambahan warna pada kertas Ph yang sesuai dengan
kulit 4,5-6,5.
2. Viskositas, pasta dimasukkan dalam wadah dan dipasang pada viskometer
viskositas pasta di lihat dari daya sebarnya. Apabila daya sebar besar,
berarti viskometernya baik.
3. uji daya sebar, sebanyak 0,20 gram diletakkan ditengah kaca, di tutup
dengan kaca lain yang telah di timbang dan dibiarkan selama 1 menit
kemudian siukur diameter sebar pasta.
4. Uji daya lekat, sebanyak 250 mg pasta iratakan pada slah satu gelas objek
kemudian ditutup dengan gelas objek lain setelh itu diberikan tindihan
sebesar 1 KG dan stopwatch dinyalakan waktu dihitung mulai dari
pemberian beban dan beban dihentikan ketika gelas objek tersebur
berhenti dihentikan. Uji daya lekat diamati apabila semakin lama melekat
pada gelas objek maka semakin baik daya lekatnya.
5. Uji organoleptis, pengujian sifat fisik pasta dengan mengamati secara
langsung atau visual dibawah sinar. Uji organoletis dilihat bau, warna dan
bentuk pasta.
6. Uji homogenitas. Masing-masing pasta yang akan diuji dioleskan pada 3
buah kaca objek dioles gelas objek tersebut maka pasta yang diuji
dinyatakan homogen
19. Sistem aliran newtonian dan non newtonian
a. Menurut pharmaceutical manufacturing handbook (gad,
2008:326,293,719).
b. Menurut ansel’s pharmaceutical dosage form and drug delivery system 10th
edition (allen dan howard,2014:452).
c. Menurut fast track: physical pharmacy atwood dan alexander,2008:88-89).
d. Menurut pharmaceutics basic principles and application to pharmacy
practice (dash dkk.,2014:62-63).
e. Menurut encyclopedia of pharmaceutical technology 3rd edition vol. 1
(swarbrick,2007:3130,3132).
Kesimpulan :
Aliran newton adalah fluida ideal yang rasio laju gesernya terhadap
tegangan geser larutan polimer hidrofilik menunjukkan aliran newton karena
terbatsnya jumlah interaksi polimer mrningkat dan kahirnya pada konsentrasi
polimer yang ditentukan, sifat aliran dari sistem ini menjadi non newtonian.
Aliran non newtonian terbagi 2 yaitu aliran pdeudoplastis dan aliran dilatan.

Anda mungkin juga menyukai