Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUIDA DAN SEMISOLIDA


GEL KETOPROFEN 2.5 %

Disusun oleh:
LINDA INDRIANI
P17335113026

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG


JURUSAN D3 FARMASI
2014

GEL KETOPROFEN 2.5 %

I.

TUJUAN PERCOBAAN
1. Diharapkan mampu dalam menentukan formulasi yang tepat dalam pembuatan
sediaan gel Ketoprofen dengan kadar 2.5 %.
2. Memahami cara pembuatan gel Ketoprofen dengan baik.
3. Melakukan evaluasi hasil sediaan dari gel Ketoprofen.

II.

PENDAHULUAN
Gel merupakan sistem semi padat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel
anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. gel
kadang kadang disebut jeli. (Farmakope Indonesia, edisi IV, 1995).
Gel umumnya merupakan suatu sediaan semipadat yang jernih, tembus cahaya dan
mengandung zat aktif, merupakan dispersi koloid mempunyai kekuatan yang disebabkan oleh
jaringan yang saling berikatan pada fase terdispersi (Ansel, 2005).
Jika massa gel terdiri dari jaringan partikel kecil yang terpisah, digolongkan sebagai
sistem dua fase (gel Alumunium Hidroksida). Dalam sistem dua fase, jika ukuran partikel
dari fase terdispersi relatif besar disebut Magma (misalnya Magma Bentonit). Baik gel
maupun magma dapat berupa tiksotropik membentuk semi padat jika dibiarkan dan menjadi
cair pada pengocokan. Jadi sediaan harus dikocok dahulu sebelum digunakan untuk
menjamin homogenitas dan hal ini tertera pada etiket.
Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organik yang tersebar serba sama dalam
suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul makro yang
terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik (karbomer)
atau dari gom alam (tragakan). Walaupun gel-gel ini umumnya mengandung air dan etanol,
minyak dapat juga digunakan sebagai pembawa. Contohnya minyak mineral dapat
dikombinasi dengan resin polietilena untuk membentuk dasar salep berminyak. Gel dapat
digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal atau dimasukan kedalam lubang tubuh.
Pengolongan Gel :
A Berdasarkan sifat fasa koloid:

Gel anorganik, contoh: bentonit magma

Gel organik, pembentuk gel berupa polimer

B Berdasarkan sifat pelarut:

Hidrogel (pelarut air)

Contoh : bentonit magma, gelatin.

Organogel (pelarut bukan air/pelarut organik)


Contoh : plastibase (suatu polietilen dengan BM rendah yang terlarut dalam minyak
mineral dan didinginkan secara shock cooled), dan dispersi logam stearat dalam minyak.

Xerogel
Contoh : gelatin kering, tragakan ribbons dan acacia tears, dan sellulosa kering dan
polystyrene.

Emulgel
Emulgel adalah emulsi baik O/W maupun W/O yang dibuat gel dengan
mencampurkannya dengan gelling agent. Keunggulan emulgel memiliki kelebihan daya
hantar obat yang baik seperti gel maupun emulsi

C Berdasarkan bentuk struktur gel:

Kumparan acak
Ikatan silang. Contoh: struktur dibentuk oleh gelling agent golongan polimer sintetik dan
derivat selulosa, penambahan selanjutnya akan meningkatkan sifat viskoelastis dan
ketegaran masa gel.

Heliks
Jalinan antara dua rantai polimer. Contoh: struktur dibentuk oleh gelling agent golongan
gom xanthan dan polisakarida.

Batang (egg box)


Ikatan silang polimer dengan kation valensi 2. Contoh: Kalsium alginat

Bangunan kartu
Koloid positif dan negatif bergabung pada permukaan datar koloid.

D Berdasarkan jenis fase terdispersi :

Gel fase tunggal, terdiri dari makromolekul organik yang tersebar serba sama dalam
suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul makro yang
terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik (misal
karbomer) atau dari gom alam (misal tragakan). Molekul organik larut dalam fasa
kontinu.

Gel sistem dua fasa, terbentuk jika masa gel terdiri dari jaringan partikel kecil
yang terpisah. Dalam sistem ini, jika ukuran partikel dari fase terdispersi relatif besar,
masa gel kadang-kadang dinyatakan sebagai magma. Partikel anorganik tidak larut,
hampir secara keseluruhan terdispersi pada fasa kontinu.
Ketoprofen digunakan dalam muskoloskeletal dan gangguan sendi seperti ankylosing

spondylitis, osteoartritis, dan gangguan peri-artikular seperti bruritis dan tendenitis.


Digunakan juga sebagai dismenorhea, nyeri pasca operasi, dan untuk mengurangi demam.
Sebagai anti-inflamasi ( Martindel hal: 73).
Ketoprofen adalah derivat-benzoil (1973) yang sedikit lebih kuat khasiatnya . Sifat-sifat
lainnya hampir sama dengan ibuprofen. Efek sampingnya lebih sering terjadi. (Obat-obat
Penting hal: 333).
Zat aktif

Ketoprofen berkhasiat sebagai antiinflamasi, analgetik-antipiretik. Dengan

mekanisme NSAID (Non Steroid Anti Inflamasi) yang digunakan untuk mengurangi rasa
nyeri, NSAID menghalangi aktivitas cycloogenase (Cox) sehingga menghalangi sintesis
prostaglandin (agen perdangan dalam tubuh yang menimbulkan radang / pembengkakan pada
lapisan kulit) serta menghalangi pembentukan tromboksan A2 (TXA2) yang merupakan hasil
katalisis (Cox) yang berfungsi untuk merangsang agregasi pletelet yang menyebabkan
penyempitan pembuluh darah.
Sediaan Ketoprofen gel 2.5 % ini diformulasikan untuk penggunaan topikal pada kulit,
gel ini berkhasiat sebagai analgetik antiinflamasi yang ditujukan untuk mengurangi rasa nyeri
akibat gangguan sendi, luka lebam serta akibat nyeri lainnya.
Dosis Ketoprofen gel untuk pemakaian topikal pada kulit adalah :
Sehari 2-4 kali hingga 10 hari ( Martindel, hal : 73)
Sehingga dosis yang digunakan untuk Ketoprofen gel 2.5% adalah :
Sehari 2-3 kali dioleskan tipis pada bagian kulit yang nyeri .

III.

FORMULASI
1. Ketoprofenum ( C16H14O3, BM : 254,3 ) FI ed IV Th: 1995.
Pemerian

Serbuk hablur, putih atau hampir putih, tidak atau hampir tidak
berbau.
(FI ed IV hal: 487)

Struktur

Sinonim
Kelarutan

Ketoprofen
Mudah larut dalam etanol, dalam kloroform dan dalam eter,
praktis tidak larut alam air.

Penyimpanan

(FI ed IV hal: 487)


Dalam wadah tertutp baik.

Inkompatibilitas

(FI ed IV hal: 487)


Antikoagulan : peningkatan resiko erosi lambung dan
pendarahan. Aspirin : toksisitas GI aditif. Nephrotoxicity
kedua agen dapat ditingkatkan. Lithium : serum lithium dapat
ditingkatkan. Methotrexate : peningkatan kadar methotrexate.

Kegunaan

( A to Z drugs info )
Antiinflamasi
(FI ed III hal: 57)

2.

Carboksi Metil Selulosa-Na (CMC-Na) HOPE 6th, ed:2009 hal 118

Pemerian

Serbuk atau granul putih atau hampir putih, tidak berbau,

Kelarutan

berasa dan higroskopik


Kadar air mengandung kurang dari 10 % air. Praktis tidak
larut dalam aseton, etanol (95%), eter dan toluene. Mudah

Kadar Penggunaan

terdispersi dalam air pada semua suhu.


1.5 % - 1 %

Data fisik

(IMO; karya moh.Anief hal : 140 )


Titik Leleh : 227-2520C
Densitas (bulk) : 0,52 g/cm

Stabilitas

Densitas (tapped ) : 0,78 g/cm


Na-Karboksimetil dapat di sterilkan dalam keadaan kering
dengan mempertahankan itu dalam suhu 100C selama 1 jam.
Larutan air stabil pada pH 2-10 . Larutan Berair disimpan
dalam jangka waktu lama harus mengandung pengawet .

Inkompatibilitas

Bahan massal harus di simpan dalam wadah tertutup baik.


Na-Karboksimetil tidak kompetibel dengan kuat larutan asam
dan dengan garam laut besi, dan beberapa logam lainnya
seperti alumunium , merkuri, dan seng. Kompatibel dengan

Kegunaan

Xanthan.
Suspending

agent,

Coating

agent,

Stabilizing

agent,

Flokulating agent, disintegran kapsul.

3. Propilen glikol (RM : C3H8O2) FI ed IV Th: 1995


Pemerian

Cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak


berbau, menyerap air pada udara lembab.

Kelarutan

(FI ed IV hal: 534)


Dapat bercampur

dengan

air,

dengan

aseton,

dengan

chloroform, larut dalam eter dan dalam beberapa minyak


essensial; tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemak.

Data Fisik

(FI ed IV hal: 534)


Densisitas : 1.038 g/cm3 at 208C
Titik Leleh : -59C

Kadar

(HOPE,6th ed:2009 hal 592)


ADI : 25mg/kgbb

Penggunaan

Topicals 5% 80%
Pengawet

Stabilitas

: 15%-30%

(HOPE,6th ed:2009 hal 592)


Di tempat terbuka cenderung mengoksidasi. Propilen glikol
secara kimiawi stabil saat di campur dengan etanol (95%),
gliserin atau air, Propilen glikol cenderung higroskopis dan
harus di simpan dalam tempat tertutup, terlindung dari cahaya,
di tempat yang sejuk dan kering.

Inkompatibilitas

(HOPE,6th ed:2009 hal 592)


Propilen glikol tidak kompatibel dengan reagen oksidasi seperti
kalium permanganat

Kegunaan

(HOPE,6th ed:2009 hal 592)


Anti cap-locking agent, Co-solvent, Pengawet anti mikroba,
desinfektan, Humektan
(HOPE,6th ed:2009 hal 592)

4. Na- benzoat (RM : C2H5NaO2 ,BM: 144,11) FI ed IV Th: 1995


Pemerian
Granul putih atau kristal, tidak berbau atau praktis tidak berbau,
stabil diudara.
(FI ed IV hal: 584)
Kelarutan
Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol dan
lebih mudah larut dalam etanol 90%.
(FI ed IV hal: 584)

Struktur

Data fisik
pH : 2-5
(HOPE,6th ed:2009 hal 628)
Stabilitas

Larutan berair dapat disterilkan dengan autoklaf atau filtrasi.

Kadar

(HOPE,6th ed:2009 hal 628)


ADI : 5mg/kgbb

Penggunaan

Topicals 0,1% 0,5%

Inkompatibilitas

(HOPE,6th ed:2009 hal 628)


Tidak kompatibel dengan senyawa kuartener, gelatin, garam
besi, garam kalsium, dan garam logam berat, termasuk perak,
timah, dan merkuri. Aktivitas Pengawet dapat dikurangi dengan
interaksi dengan kaolin (2) atau surfaktan nonionik

Kegunaan

(HOPE,6th ed:2009 hal 628)


Sebagai antimikroba (pengawet).
(HOPE,6th ed:2009 hal 628)

5. Aquadest (RM : H2O ; BM : 18,02) FI ed III Th: 1979.


Pemerian

Cairan jernih, tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa

Kelarutan

(FI ed:III hal:96)


Dapat bercampur dengan pelarut polar lainnya
(HOPE, 6th ed:2009 hal: 766)

Struktur

Data fisik

Titik beku : 0 C

Titik didih : 100 C


Densitas: 1,00 g/cm3
Stabilitas

(HOPE, 6th ed:2009 hal: 766)


Stabil disemua keadaan fisik (padat, cair, gas)

Inkompatibilitas

(HOPE, 6th ed:2009 hal: 766)


air dapat bereaksi dengan obat dan berbagai eksipien yang
rentan akan hidrolisis (terjadi dekomposisi jika terdapat air
atau kelembapan) pada peningkatan temperatur. Air bereaksi
secara kuat dengan logam alkali dan bereaksi cepat dengan
logam alkali tanah dan oksidanya seperti kalsium oksida dan
magnesium oksida. Air juga bisa bereaksi dengan garam
anhidrat menjadi bentuk hidrat.

Kegunaan

(HOPE, 6th ed:2009 hal: 766)


Pelarut/Pembawa
(FI ed III hal :96)

IV. PERMASALAHAN FARMASETIK DAN PENYELESAIAN


No

Permasalahan

.
1

Bahan aktif

Penyelesaian
akan dibuat sediaan Digunakan gelling agent yaitu , Na-

dalam bentuk gel

CMC sebanyak 2% untuk membentuk


basis gel
(HOPE 6th hal: 118)

Bahan aktif tidak larut dalam air

Digunakan

Propylen

glikol

mendispersikan bahan aktif.


(HOPE 6th hal: 592)

untuk

Basis gel yang digunakan merupakan Digunakan aquadest sebagai pelarut


basis hidrofilik.

gelling agent.
(FI ed III hal :96)

Sediaan

akan

digunakan

dalam Digunakan Antimikroba / pengawet

jangka waktu yang lama (multiple yaitu Na-Benzoat sebanyak 0.25%


dose)

V.

(HOPE 6th hal : 627)

PENDEKATAN FORMULA
No

Nama Bahan

Jumlah

Kegunaan

.
1

Ketoprofen

2.5 %

Zat Aktif

Na-CMC

(b/v)
2%

(FI ed IV hal: 487)


Gellyng agent

Na-Benzoat

(b/v)
0.25 %

(HOPE 6th hal : 118)


Antimikroba

Propilen glikol

(b/v)
10 %

(HOPE 6th hal : 627)


Penetran, Pelarut

Aquadest

(b/v)
ad 100 %

(HOPE 6th hal : 592)


Pelarut

3
4
5

(v/v)
(FI ed III hal: 96 )
PENIMBANGAN
Dibuat sediaan sebanyak 80 gr
Untuk menjaga agar sediaan tidak kurang dari jumlah yang diinginkan maka

VI.

dilebihkan 20%.
Jadi pada penimbangan 80 gr + (20% x 80 gr ) = 96 gram
Ketoprofen 2.5 % = 2.5 gr/100ml x 96 gr = 2.4 gram
Na-CMC 2 % = 2 gr/100ml x 96 gr = 1.92 gram
Na-Benzoat 0. 25 % = 0. 25 gr/100 ml x 96 gr = 0.24 gram
Propilen glikol 10 % = 10 gr/100 ml x 96 gr = 9.6 gram
Aquadest ad 100 % = (100% - 14.75%) = 85.25%
= 85.25 ml/100 ml x 96 gram = 81.84 ml

1.
2.
3.
4.
5.

No

Nama Bahan

Jumlah yang Ditimbang

.
1
2
3

Ketoprofen
Na-CMC
Na-Benzoat

2.4 gram
1.92 gram
0.24 gram

4
5

Propilen glikol
Aquadest

VII.

1.
2.
3.

9.6 gram
81.84 ml

PROSEDUR PEMBUATAN
Persiapan dan penimbangan bahan
Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
Ditara wadah gel yang akan digunakan.
Di timbang bahan yang diperlukan sebanyak :
Ketoprofen
2.4 gram
Na-CMC
1.92 gram
Na-Benzoat
0.24 gram
Propilen glikol
9.6 gram
Aquadest
81.84 ml

Pembuatan Gellyng Agent CMC-Na


1 Siapkan air mendidih sebanyak 20 kali dari CMC-Na ( 38.4 ml ), lalu masukan
2

kedalam mortir panas.


Timbang CMC-Na sebanyak 1.92 gram , lalu taburkan diatas permukaan air dalam

3
4

beaker glass secara merata, diamkan hingga CMC-Na mengembang.


Gerus homogen sampai terbentuk basis gel yang baik.
Tambahkan sisa aquadest 28.44 ml, gerus homogen ad terbentuk basis gel yang

baik.
Pembuatan Gel Ketoprofen 2.5%
1 Timbang Na-Benzoat sebanyak 0.24 gram, larutkan dengan aquadest sebanyak 5
2
3

ml, dalam beaker glass 1.


Timbang Propilen glikol sebanyak 9.6 gram, dalam cawan penguap.
Timbang Ketoprofen sebanyak 2.4 gram, lalu dispersikan dengan propilen glikol
dalam cawan penguap. Campurkan dengan larutan Na-Benzoat dalam beaker glass

1, bilas cawan penguap dengan 5 ml aquadest , aduk sampai homogen.


Masukan Bahan yang ada dalam beaker glass 1 kedalam mortir yang berisi gellyng
agent yang sudah terbentuk sedikit demi sedikit, bilas beaker glass dengan
aquadest 5 ml , gerus perlahan ad homogen hingga terbentuk sediaan gel yang

baik.
Sediaan gel yang sudah terbentuk dimasukan kedalam wadah tube sebanyak 10
gram @ untuk 8 tube. Tutup & beri etiket.

VIII.

DATA PENGAMATAN EVALUASI SEDIAAN

No Jenis
evaluasi

Prinsip

Jumla

evaluasi

Hasil pengamatan

Syarat

sampel
Pot

pengamatan
Warna bening,
jernih, dan tembus

cahaya, serta
memberikan

1.

Organoleptik

Mengeval

sensasi dingin
Warna bening,

uasi

jernih, dan tembus

bau,

warna dan

II

cahaya, serta
memberikan

kejernihan

sensasi dingin
Warna bening,

Warna sediaan
jernih, tembus
cahaya dan
memberikan sensasi
dingin karena
menggunakan basis
hidrofil

jernih, dan tembus


III

cahaya, serta
memberikan
sensasi dingin

2.

Uji pH

Mengeval
uasi pH

Pot

pH awal pembuatan

pH

harus sama dengan

setiap

pH setelah 1

sediaan

II

minggu yaitu 7

saat

III

pertama
3.

Uji volume

dibuat dan
Mengident
3
setelah

terpindahkan

ifikasi
volume
setiap
sediaan

Berat
pot
cream
koson

Berat

Jika A adalah

pot

volume rata-rata

cream

Berat

kurang dari 100%

sediaan

dari yang tertera

sediaa

pada etiket akan

n
38.48

tetapi tidak ada satu

28.55
3

gram
28.03

gram
37.99

sediaan

gram
28.15

gram
37.96

kosong

gram

gram

dengan
cara
mengukur
berat
sediaan
dan berat

9.935

wadah pun

gram

volumenya kurang
dari 95% dari

9.956

volume yang tertera

gram

pada etiket, atau B

9.812

tidak lebih dari satu

gram

wadah volume
kurang dari 95%
tetapi tidak kurang
dari 90% dari
volume yang tertera
pada etiket, lakukan
pengujian terhadap
20 wadah
tambahan. Volume
rata-rata larutan
yang diperoleh dari
30 wadah tidak
kurang dari 100%
dari volume yang
tertera pada etiket
dan tidak lebih dari

satu dari 30 wadah


volume kurang dari
95% tetapi tidak
kurang dari 90%
seperti yang tertera

Menguji
sediaan

Pot

dengan
cara

mengambi
4.

homogenitas

sedikit 3

II

sediaan

Homogenitas
Bahan aktif
tersebar merata
Bahan aktif

Bahan aktif tersebar


merata di atas kaca

tersebar merata arloji

dan
diletakkan
di

kaca

III

Bahan aktif
tersebar merata

arloji

IX.

PEMBAHASAN
Gel umumnya merupakan suatu sediaan semipadat yang jernih, tembus cahaya dan

mengandung zat aktif, merupakan dispersi koloid mempunyai kekuatan yang disebabkan oleh
jaringan yang saling berikatan pada fase terdispersi (Ansel, 1989).
Sifat dan karakteristik gel adalah sebagai berikut (Dispersi System):
1 Swelling
Gel dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat mengabsorbsi larutan
sehingga terjadi pertambahan volume. Pelarut akan berpenetrasi diantara matriks gel dan
terjadi interaksi antara pelarut dengan gel. Pengembangan gel kurang sempurna bila terjadi
ikatan silang antar polimer di dalam matriks gel yang dapat menyebabkan kelarutan
komponen gel berkurang.
2 Sineresis.

Suatu proses yang terjadi akibat adanya kontraksi di dalam massa gel. Cairan yang
terjerat akan keluar dan berada di atas permukaan gel. Pada waktu pembentukan gel terjadi
tekanan yang elastis, sehingga terbentuk massa gel yang tegar. Mekanisme terjadinya
kontraksi berhubungan dengan fase relaksasi akibat adanya tekanan elastis pada saat
terbentuknya gel. Adanya perubahan pada ketegaran gel akan mengakibatkan jarak antar
matriks berubah, sehingga memungkinkan cairan bergerak menuju permukaan. Sineresis
dapat terjadi pada hidrogel maupun organogel.
3 Efek suhu
Efek suhu mempengaruhi struktur gel. Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur
tapi dapat juga pembentukan gel terjadi setelah pemanasan hingga suhu tertentu. Polimer
separti MC, HPMC, terlarut hanya pada air yang dingin membentuk larutan yang kental. Pada
peningkatan suhu larutan tersebut membentuk gel. Fenomena pembentukan gel atau
pemisahan fase yang disebabkan oleh pemanasan disebut thermogelation.
4 Efek elektrolit.
Konsentrasi elektrolit yang sangat tinggi akan berpengaruh pada gel hidrofilik dimana
ion berkompetisi secara efektif dengan koloid terhadap pelarut yang ada dan koloid
digaramkan (melarut). Gel yang tidak terlalu hidrofilik dengan konsentrasi elektrolit kecil
akan meningkatkan rigiditas gel dan mengurangi waktu untuk menyusun diri sesudah
pemberian tekanan geser. Gel Na-alginat akan segera mengeras dengan adanya sejumlah
konsentrasi ion kalsium yang disebabkan karena terjadinya pengendapan parsial dari alginat
sebagai kalsium alginat yang tidak larut.
5 Elastisitas dan rigiditas
Sifat ini merupakan karakteristik dari gel gelatin agar dan nitroselulosa, selama
transformasi dari bentuk sol menjadi gel terjadi peningkatan elastisitas dengan peningkatan
konsentrasi pembentuk gel. Bentuk struktur gel resisten terhadap perubahan atau deformasi
dan mempunyai aliran viskoelastik. Struktur gel dapat bermacam-macam tergantung dari
komponen pembentuk gel.
6 Rheologi
Larutan pembentuk gel (gelling agent) dan dispersi padatan yang terflokulasi
memberikan sifat aliran pseudoplastis yang khas, dan menunjukkan jalan aliran non-Newton
yang dikarakterisasi oleh penurunan viskositas dan peningkatan laju aliran.
Bahan pembentuk gel ( Gellyng Agent )
1

Polimer ( Gel Organik)


Guar Gum
: Na- Alginat, Karagenan, Tragakan, Pektin
Derivat selulosa : HPMC, CMC-Na, HPC, HEC
Polimer Sintetis : Carbophol, Carbomer

2
3
4
5
6
7

Polietilen ( Gelling oil)


Koloid Padat Terdispersi
Surfaktan
Gellant lain
: Carbowax, beeswax
PVA
Clays
: Bentonit, Hectorit, Laponite

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam formulasi:


1

Penampilan gel: transparan atau berbentuk suspensi partikel koloid yang terdispersi,
dimana dengan jumlah pelarut yang cukup banyak membentuk gel koloid yang

mempunyai struktur tiga dimensi.


Inkompatibilitas dapat terjadi dengan mencampur obat yang bersifat kationik pada
kombinasi zat aktif, pengawet atau surfaktan dengan pembentuk gel yang bersifat

anionik (terjadi inaktivasi atau pengendapan zat kationik tersebut).


Gelling agents yang dipilih harus bersifat inert, aman dan tidak bereaksi dengan

komponen lain dalam formulasi.


Penggunaan polisakarida memerlukan penambahan pengawet sebab polisakarida

bersifat rentan terhadap mikroba.


Viskositas sediaan gel yang tepat, sehingga saat disimpan bersifat solid tapi sifat
soliditas tersebut mudah diubah dengan pengocokan sehingga mudah dioleskan saat

penggunaan topikal.
Pemilihan komponen dalam formula yang tidak banyak menimbulkan perubahan

viskositas saat disimpan di bawah temperatur yang tidak terkontrol.


Konsentrasi polimer sebagai gelling agents harus tepat sebab saat penyimpanan dapat
terjadi penurunan konsentrasi polimer yang dapat menimbulkan syneresis (air

mengambang diatas permukaan gel).


Pelarut yang digunakan tidak bersifat melarutkan gel, sebab bila daya adhesi antar
pelarut dan gel lebih besar dari daya kohesi antar gel maka sistem gel akan rusak.

Keuntungan dari sediaan gel :


Untuk Hidrogel :

Efek pendinginan pada kulit saat digunakan.


Penampilan sediaan yang jernih dan elegan.
Pada pemakaian di kulit setelah kering meninggalkan film tembus pandang, elastis,
daya lekat tinggi yang tidak menyumbat pori sehingga pernapasan pori tidak

terganggu.
Mudah dicuci dengan air.
Pelepasan obatnya baik.
kemampuan penyebarannya pada kulit baik.

Kerugian dari sediian gel :


Untuk hidrogel : harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air sehingga
diperlukan penggunaan peningkat kelarutan seperti surfaktan agar gel tetap jernih
pada berbagai perubahan temperatur, tetapi gel tersebut sangat mudah dicuci atau
hilang ketika berkeringat, kandungan surfaktan yang tinggi dapat menyebabkan iritasi

dan harga lebih mahal.


Penggunaan emolien golongan ester harus diminimalkan atau dihilangkan untuk

mencapai kejernihan yang tinggi.


Untuk hidroalkoholik : gel dengan kandungan alkohol yang tinggi dapat
menyebabkan pedih pada wajah dan mata, penampilan yang buruk pada kulit bila
terkena pemaparan cahaya matahari, alkohol akan menguap dengan cepat dan
meninggalkan film yang berpori atau pecah-pecah sehingga tidak semua area tertutupi
atau kontak dengan zat aktif.

Pada praktikum kali ini zat aktif yang digunakan adalah Ketoprofen. Ketoprofen
merupakan Serbuk hablur, putih atau hampir putih, tidak atau hampir tidak berbau.
(Farmakope Indonesia, 1995). Ketoprofen digunakan dalam muskoloskeletal dan gangguan
sendi seperti ankylosing spondylitis, osteoartritis, dan gangguan peri-artikular seperti bruritis
dan tendenitis. Digunakan juga sebagai dismenorea, nyeri pasca operasi, dan untuk
mengurangi demam. Sebagai anti-inflamasi ( Martindel hal: 73).
Sediaan Ketoprofen gel 2.5 % ini diformulasikan untuk penggunaan topikal pada kulit,
gel ini berkhasiat sebagai analgetik antiinflamasi yang ditujukan untuk mengurangi rasa nyeri
akibat gangguan sendi, luka lebam serta akibat nyeri lainnya.
Setelah sediaan jadi, maka dilakukan evaluasi berupa pengamatan organoleptik, uji
penetapan pH, uji volume terpindahkan, dan uji homogenitas. Pengamatan Organoleptik
meliputi pengamatan yang dilakukan dengan cara melihat warna, bau, dan rasa dari sediaan.
Hasil pengamatan organoleptik dari sediaan gel Ketoprofen 2.5 % yang dilakukan pada
percobaan praktikum kali ini adalah gel berwarna bening jernih, tembus cahaya, setelah
dioleskan pada kulit memberikan rasa dingin, tidak lengket dan tidak berbau tengik. Dari
pengamatan yang dilakukan, warna gel tetap seperti pada pembuatan pertama berwarna
bening jernih dan tidak mengalami perubahan. Pada sediaan juga tidak ditemukan adanya
pertumbuhan mikroba ataupun jamur.
Setelah dilakukan pengamatan organoleptik, selanjutnya dilakukan uji penetapan pH
sediaan. Dari hasil pengamatan pada pengujian pH sediaan didapatkan, pH dari sediaan gel

Ketoprofen 2.5 % adalah 7, pH sediaan dari gel Ketoprofen ini tidak mengalami perubahan
dari pH pengujian pada awal pembuatan. pH sediaan gel dapat dikatakan memenuhi
persyaratan sebagai gel yang baik, karena tidak mengalami perubahan dari pH sediaan awal.
Selanjutnya dilakukan uji volume terpindahkan pada sediaan dengan cara menimbang
tiap pot yang berisi sediaan, berat yang didapat merupakan (Wx) , kemudian pot dikosongkan
,dicuci bersih dan dikeringkan, kemudian ditimbang lagi lengkap dengan tutup potnya, berat
yang didapat merupakan (Wo). Selisih dari keduanya merupakan berat sediaan utuh (Ws).
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan didapatkan dari pot ke 1 berat sediaannya adalah
9.935 gram, pot ke 2 adalah 9.956 gram, dan pot ke 3 adalah 9.812 gram. Dari ke 3 pot
tersebut hasil yang didapatkan dari pengujian volume terpindahkan kurang dari jumlah yang
tertera pada etiket , untuk pot 1 jumlah kekurangan sediaan adalah sebanyak 0.65 % , jumlah
sediaan adalah 99.35%. Untuk pot gel ke 2 jumlah kekurangan sediaan adalah sebanyak
0.44%, jumlah sediaan adalah 99.56 % . Untuk pot gel ke 3 jumlah kekurangan sediaan
adalah sebanyak 1.88 %, jumlah sediaan adalah 98.12 % . Namun kekurangan tersebut masih
memenuhi syarat uji dari volume terpindahkan sesuai dengan prinsip yang tertera pada
Farmakope Indonesia edisi IV yakni jumlah sediaan tidak ada yang kurang dari 95%.
Terakhir dilakukan uji homogenitas dari sediaan gel yang dibuat, uji homogenitas
dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan pada kaca arloji. Dari hasil pengamatan yang
dilakukan pada 3 sampel gel, didapatkan hasil bahwa sediaan gel terdistribusi homogen saat
dioleskan pada kaca arloji.

X.

KESIMPULAN
Formulasi yang tepat untuk sediaan gel Ketoprofen 2.5 % yang dibuat adalah sebagai
berikut.
No

Nama Bahan

Jumlah

Kegunaan

.
1
2
3
4
5

Ketoprofen

2.5 %

Zat Aktif

Na-CMC

(b/v)
2%

(FI ed IV hal: 487)


Gellyng agent

Na-Benzoat

(b/v)
0.25 %

(HOPE 6th hal : 118)


Antimikroba

Propilen glikol

(b/v)
10 %

(HOPE 6th hal : 627)


Co-solven, Pelarut

Aquadest

(b/v)
ad 100 %

(HOPE 6th hal : 592)


Pelarut

(v/v)

(FI ed III hal: 96 )

Dari evaluasi hasil sediaan, sediaan gel Ketoprofen 2.5 % didapatkan hasil sebagai
berikut :
1. Organoleptika = warna bening jernih, tembus cahaya, memberikan sensasi dingin
pada sat dioleskan ke kulit, tidak lengket serta tidak terdapat pertumbuhan mikroba.
2. Volume terpindahkan = volume rata-rata 9.901 gram.
3. pH sediaan = 7,0.
4. Uji Homogenitas = sediaan gel Ketoprofen terdistribusi merata pada saat dioleskan
ke kaca arloji.

XI.

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV,
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia edisi III,
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Rowe, Raymond C .2006. Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th ed., London :
Pharmaceutical Press.
Drs.H.A.Syamsuni,Apt .2006. Ilmu Resep. EGC Jakarta
Tjay, tan hoan & Kirana rahardja. 2007. Obat-Obat Penting edisi keenam. Jakarta: PT
elex media komutindo.
Ansel, Howard C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Keempat. Jakarta:
UI-Press

LAMPIRAN
Etiket

Kemasan Sekunder

Anda mungkin juga menyukai