Disusun oleh:
LINDA INDRIANI
P17335113026
I.
TUJUAN PERCOBAAN
1. Diharapkan mampu dalam menentukan formulasi yang tepat dalam pembuatan
sediaan gel Ketoprofen dengan kadar 2.5 %.
2. Memahami cara pembuatan gel Ketoprofen dengan baik.
3. Melakukan evaluasi hasil sediaan dari gel Ketoprofen.
II.
PENDAHULUAN
Gel merupakan sistem semi padat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel
anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. gel
kadang kadang disebut jeli. (Farmakope Indonesia, edisi IV, 1995).
Gel umumnya merupakan suatu sediaan semipadat yang jernih, tembus cahaya dan
mengandung zat aktif, merupakan dispersi koloid mempunyai kekuatan yang disebabkan oleh
jaringan yang saling berikatan pada fase terdispersi (Ansel, 2005).
Jika massa gel terdiri dari jaringan partikel kecil yang terpisah, digolongkan sebagai
sistem dua fase (gel Alumunium Hidroksida). Dalam sistem dua fase, jika ukuran partikel
dari fase terdispersi relatif besar disebut Magma (misalnya Magma Bentonit). Baik gel
maupun magma dapat berupa tiksotropik membentuk semi padat jika dibiarkan dan menjadi
cair pada pengocokan. Jadi sediaan harus dikocok dahulu sebelum digunakan untuk
menjamin homogenitas dan hal ini tertera pada etiket.
Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organik yang tersebar serba sama dalam
suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul makro yang
terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik (karbomer)
atau dari gom alam (tragakan). Walaupun gel-gel ini umumnya mengandung air dan etanol,
minyak dapat juga digunakan sebagai pembawa. Contohnya minyak mineral dapat
dikombinasi dengan resin polietilena untuk membentuk dasar salep berminyak. Gel dapat
digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal atau dimasukan kedalam lubang tubuh.
Pengolongan Gel :
A Berdasarkan sifat fasa koloid:
Xerogel
Contoh : gelatin kering, tragakan ribbons dan acacia tears, dan sellulosa kering dan
polystyrene.
Emulgel
Emulgel adalah emulsi baik O/W maupun W/O yang dibuat gel dengan
mencampurkannya dengan gelling agent. Keunggulan emulgel memiliki kelebihan daya
hantar obat yang baik seperti gel maupun emulsi
Kumparan acak
Ikatan silang. Contoh: struktur dibentuk oleh gelling agent golongan polimer sintetik dan
derivat selulosa, penambahan selanjutnya akan meningkatkan sifat viskoelastis dan
ketegaran masa gel.
Heliks
Jalinan antara dua rantai polimer. Contoh: struktur dibentuk oleh gelling agent golongan
gom xanthan dan polisakarida.
Bangunan kartu
Koloid positif dan negatif bergabung pada permukaan datar koloid.
Gel fase tunggal, terdiri dari makromolekul organik yang tersebar serba sama dalam
suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul makro yang
terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik (misal
karbomer) atau dari gom alam (misal tragakan). Molekul organik larut dalam fasa
kontinu.
Gel sistem dua fasa, terbentuk jika masa gel terdiri dari jaringan partikel kecil
yang terpisah. Dalam sistem ini, jika ukuran partikel dari fase terdispersi relatif besar,
masa gel kadang-kadang dinyatakan sebagai magma. Partikel anorganik tidak larut,
hampir secara keseluruhan terdispersi pada fasa kontinu.
Ketoprofen digunakan dalam muskoloskeletal dan gangguan sendi seperti ankylosing
mekanisme NSAID (Non Steroid Anti Inflamasi) yang digunakan untuk mengurangi rasa
nyeri, NSAID menghalangi aktivitas cycloogenase (Cox) sehingga menghalangi sintesis
prostaglandin (agen perdangan dalam tubuh yang menimbulkan radang / pembengkakan pada
lapisan kulit) serta menghalangi pembentukan tromboksan A2 (TXA2) yang merupakan hasil
katalisis (Cox) yang berfungsi untuk merangsang agregasi pletelet yang menyebabkan
penyempitan pembuluh darah.
Sediaan Ketoprofen gel 2.5 % ini diformulasikan untuk penggunaan topikal pada kulit,
gel ini berkhasiat sebagai analgetik antiinflamasi yang ditujukan untuk mengurangi rasa nyeri
akibat gangguan sendi, luka lebam serta akibat nyeri lainnya.
Dosis Ketoprofen gel untuk pemakaian topikal pada kulit adalah :
Sehari 2-4 kali hingga 10 hari ( Martindel, hal : 73)
Sehingga dosis yang digunakan untuk Ketoprofen gel 2.5% adalah :
Sehari 2-3 kali dioleskan tipis pada bagian kulit yang nyeri .
III.
FORMULASI
1. Ketoprofenum ( C16H14O3, BM : 254,3 ) FI ed IV Th: 1995.
Pemerian
Serbuk hablur, putih atau hampir putih, tidak atau hampir tidak
berbau.
(FI ed IV hal: 487)
Struktur
Sinonim
Kelarutan
Ketoprofen
Mudah larut dalam etanol, dalam kloroform dan dalam eter,
praktis tidak larut alam air.
Penyimpanan
Inkompatibilitas
Kegunaan
( A to Z drugs info )
Antiinflamasi
(FI ed III hal: 57)
2.
Pemerian
Kelarutan
Kadar Penggunaan
Data fisik
Stabilitas
Inkompatibilitas
Kegunaan
Xanthan.
Suspending
agent,
Coating
agent,
Stabilizing
agent,
Kelarutan
dengan
air,
dengan
aseton,
dengan
Data Fisik
Kadar
Penggunaan
Topicals 5% 80%
Pengawet
Stabilitas
: 15%-30%
Inkompatibilitas
Kegunaan
Struktur
Data fisik
pH : 2-5
(HOPE,6th ed:2009 hal 628)
Stabilitas
Kadar
Penggunaan
Inkompatibilitas
Kegunaan
Kelarutan
Struktur
Data fisik
Titik beku : 0 C
Inkompatibilitas
Kegunaan
Permasalahan
.
1
Bahan aktif
Penyelesaian
akan dibuat sediaan Digunakan gelling agent yaitu , Na-
Digunakan
Propylen
glikol
untuk
gelling agent.
(FI ed III hal :96)
Sediaan
akan
digunakan
V.
PENDEKATAN FORMULA
No
Nama Bahan
Jumlah
Kegunaan
.
1
Ketoprofen
2.5 %
Zat Aktif
Na-CMC
(b/v)
2%
Na-Benzoat
(b/v)
0.25 %
Propilen glikol
(b/v)
10 %
Aquadest
(b/v)
ad 100 %
3
4
5
(v/v)
(FI ed III hal: 96 )
PENIMBANGAN
Dibuat sediaan sebanyak 80 gr
Untuk menjaga agar sediaan tidak kurang dari jumlah yang diinginkan maka
VI.
dilebihkan 20%.
Jadi pada penimbangan 80 gr + (20% x 80 gr ) = 96 gram
Ketoprofen 2.5 % = 2.5 gr/100ml x 96 gr = 2.4 gram
Na-CMC 2 % = 2 gr/100ml x 96 gr = 1.92 gram
Na-Benzoat 0. 25 % = 0. 25 gr/100 ml x 96 gr = 0.24 gram
Propilen glikol 10 % = 10 gr/100 ml x 96 gr = 9.6 gram
Aquadest ad 100 % = (100% - 14.75%) = 85.25%
= 85.25 ml/100 ml x 96 gram = 81.84 ml
1.
2.
3.
4.
5.
No
Nama Bahan
.
1
2
3
Ketoprofen
Na-CMC
Na-Benzoat
2.4 gram
1.92 gram
0.24 gram
4
5
Propilen glikol
Aquadest
VII.
1.
2.
3.
9.6 gram
81.84 ml
PROSEDUR PEMBUATAN
Persiapan dan penimbangan bahan
Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
Ditara wadah gel yang akan digunakan.
Di timbang bahan yang diperlukan sebanyak :
Ketoprofen
2.4 gram
Na-CMC
1.92 gram
Na-Benzoat
0.24 gram
Propilen glikol
9.6 gram
Aquadest
81.84 ml
3
4
baik.
Pembuatan Gel Ketoprofen 2.5%
1 Timbang Na-Benzoat sebanyak 0.24 gram, larutkan dengan aquadest sebanyak 5
2
3
baik.
Sediaan gel yang sudah terbentuk dimasukan kedalam wadah tube sebanyak 10
gram @ untuk 8 tube. Tutup & beri etiket.
VIII.
No Jenis
evaluasi
Prinsip
Jumla
evaluasi
Hasil pengamatan
Syarat
sampel
Pot
pengamatan
Warna bening,
jernih, dan tembus
cahaya, serta
memberikan
1.
Organoleptik
Mengeval
sensasi dingin
Warna bening,
uasi
bau,
warna dan
II
cahaya, serta
memberikan
kejernihan
sensasi dingin
Warna bening,
Warna sediaan
jernih, tembus
cahaya dan
memberikan sensasi
dingin karena
menggunakan basis
hidrofil
cahaya, serta
memberikan
sensasi dingin
2.
Uji pH
Mengeval
uasi pH
Pot
pH awal pembuatan
pH
setiap
pH setelah 1
sediaan
II
minggu yaitu 7
saat
III
pertama
3.
Uji volume
dibuat dan
Mengident
3
setelah
terpindahkan
ifikasi
volume
setiap
sediaan
Berat
pot
cream
koson
Berat
Jika A adalah
pot
volume rata-rata
cream
Berat
sediaan
sediaa
n
38.48
28.55
3
gram
28.03
gram
37.99
sediaan
gram
28.15
gram
37.96
kosong
gram
gram
dengan
cara
mengukur
berat
sediaan
dan berat
9.935
wadah pun
gram
volumenya kurang
dari 95% dari
9.956
gram
9.812
gram
wadah volume
kurang dari 95%
tetapi tidak kurang
dari 90% dari
volume yang tertera
pada etiket, lakukan
pengujian terhadap
20 wadah
tambahan. Volume
rata-rata larutan
yang diperoleh dari
30 wadah tidak
kurang dari 100%
dari volume yang
tertera pada etiket
dan tidak lebih dari
Menguji
sediaan
Pot
dengan
cara
mengambi
4.
homogenitas
sedikit 3
II
sediaan
Homogenitas
Bahan aktif
tersebar merata
Bahan aktif
dan
diletakkan
di
kaca
III
Bahan aktif
tersebar merata
arloji
IX.
PEMBAHASAN
Gel umumnya merupakan suatu sediaan semipadat yang jernih, tembus cahaya dan
mengandung zat aktif, merupakan dispersi koloid mempunyai kekuatan yang disebabkan oleh
jaringan yang saling berikatan pada fase terdispersi (Ansel, 1989).
Sifat dan karakteristik gel adalah sebagai berikut (Dispersi System):
1 Swelling
Gel dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat mengabsorbsi larutan
sehingga terjadi pertambahan volume. Pelarut akan berpenetrasi diantara matriks gel dan
terjadi interaksi antara pelarut dengan gel. Pengembangan gel kurang sempurna bila terjadi
ikatan silang antar polimer di dalam matriks gel yang dapat menyebabkan kelarutan
komponen gel berkurang.
2 Sineresis.
Suatu proses yang terjadi akibat adanya kontraksi di dalam massa gel. Cairan yang
terjerat akan keluar dan berada di atas permukaan gel. Pada waktu pembentukan gel terjadi
tekanan yang elastis, sehingga terbentuk massa gel yang tegar. Mekanisme terjadinya
kontraksi berhubungan dengan fase relaksasi akibat adanya tekanan elastis pada saat
terbentuknya gel. Adanya perubahan pada ketegaran gel akan mengakibatkan jarak antar
matriks berubah, sehingga memungkinkan cairan bergerak menuju permukaan. Sineresis
dapat terjadi pada hidrogel maupun organogel.
3 Efek suhu
Efek suhu mempengaruhi struktur gel. Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur
tapi dapat juga pembentukan gel terjadi setelah pemanasan hingga suhu tertentu. Polimer
separti MC, HPMC, terlarut hanya pada air yang dingin membentuk larutan yang kental. Pada
peningkatan suhu larutan tersebut membentuk gel. Fenomena pembentukan gel atau
pemisahan fase yang disebabkan oleh pemanasan disebut thermogelation.
4 Efek elektrolit.
Konsentrasi elektrolit yang sangat tinggi akan berpengaruh pada gel hidrofilik dimana
ion berkompetisi secara efektif dengan koloid terhadap pelarut yang ada dan koloid
digaramkan (melarut). Gel yang tidak terlalu hidrofilik dengan konsentrasi elektrolit kecil
akan meningkatkan rigiditas gel dan mengurangi waktu untuk menyusun diri sesudah
pemberian tekanan geser. Gel Na-alginat akan segera mengeras dengan adanya sejumlah
konsentrasi ion kalsium yang disebabkan karena terjadinya pengendapan parsial dari alginat
sebagai kalsium alginat yang tidak larut.
5 Elastisitas dan rigiditas
Sifat ini merupakan karakteristik dari gel gelatin agar dan nitroselulosa, selama
transformasi dari bentuk sol menjadi gel terjadi peningkatan elastisitas dengan peningkatan
konsentrasi pembentuk gel. Bentuk struktur gel resisten terhadap perubahan atau deformasi
dan mempunyai aliran viskoelastik. Struktur gel dapat bermacam-macam tergantung dari
komponen pembentuk gel.
6 Rheologi
Larutan pembentuk gel (gelling agent) dan dispersi padatan yang terflokulasi
memberikan sifat aliran pseudoplastis yang khas, dan menunjukkan jalan aliran non-Newton
yang dikarakterisasi oleh penurunan viskositas dan peningkatan laju aliran.
Bahan pembentuk gel ( Gellyng Agent )
1
2
3
4
5
6
7
Penampilan gel: transparan atau berbentuk suspensi partikel koloid yang terdispersi,
dimana dengan jumlah pelarut yang cukup banyak membentuk gel koloid yang
penggunaan topikal.
Pemilihan komponen dalam formula yang tidak banyak menimbulkan perubahan
terganggu.
Mudah dicuci dengan air.
Pelepasan obatnya baik.
kemampuan penyebarannya pada kulit baik.
Pada praktikum kali ini zat aktif yang digunakan adalah Ketoprofen. Ketoprofen
merupakan Serbuk hablur, putih atau hampir putih, tidak atau hampir tidak berbau.
(Farmakope Indonesia, 1995). Ketoprofen digunakan dalam muskoloskeletal dan gangguan
sendi seperti ankylosing spondylitis, osteoartritis, dan gangguan peri-artikular seperti bruritis
dan tendenitis. Digunakan juga sebagai dismenorea, nyeri pasca operasi, dan untuk
mengurangi demam. Sebagai anti-inflamasi ( Martindel hal: 73).
Sediaan Ketoprofen gel 2.5 % ini diformulasikan untuk penggunaan topikal pada kulit,
gel ini berkhasiat sebagai analgetik antiinflamasi yang ditujukan untuk mengurangi rasa nyeri
akibat gangguan sendi, luka lebam serta akibat nyeri lainnya.
Setelah sediaan jadi, maka dilakukan evaluasi berupa pengamatan organoleptik, uji
penetapan pH, uji volume terpindahkan, dan uji homogenitas. Pengamatan Organoleptik
meliputi pengamatan yang dilakukan dengan cara melihat warna, bau, dan rasa dari sediaan.
Hasil pengamatan organoleptik dari sediaan gel Ketoprofen 2.5 % yang dilakukan pada
percobaan praktikum kali ini adalah gel berwarna bening jernih, tembus cahaya, setelah
dioleskan pada kulit memberikan rasa dingin, tidak lengket dan tidak berbau tengik. Dari
pengamatan yang dilakukan, warna gel tetap seperti pada pembuatan pertama berwarna
bening jernih dan tidak mengalami perubahan. Pada sediaan juga tidak ditemukan adanya
pertumbuhan mikroba ataupun jamur.
Setelah dilakukan pengamatan organoleptik, selanjutnya dilakukan uji penetapan pH
sediaan. Dari hasil pengamatan pada pengujian pH sediaan didapatkan, pH dari sediaan gel
Ketoprofen 2.5 % adalah 7, pH sediaan dari gel Ketoprofen ini tidak mengalami perubahan
dari pH pengujian pada awal pembuatan. pH sediaan gel dapat dikatakan memenuhi
persyaratan sebagai gel yang baik, karena tidak mengalami perubahan dari pH sediaan awal.
Selanjutnya dilakukan uji volume terpindahkan pada sediaan dengan cara menimbang
tiap pot yang berisi sediaan, berat yang didapat merupakan (Wx) , kemudian pot dikosongkan
,dicuci bersih dan dikeringkan, kemudian ditimbang lagi lengkap dengan tutup potnya, berat
yang didapat merupakan (Wo). Selisih dari keduanya merupakan berat sediaan utuh (Ws).
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan didapatkan dari pot ke 1 berat sediaannya adalah
9.935 gram, pot ke 2 adalah 9.956 gram, dan pot ke 3 adalah 9.812 gram. Dari ke 3 pot
tersebut hasil yang didapatkan dari pengujian volume terpindahkan kurang dari jumlah yang
tertera pada etiket , untuk pot 1 jumlah kekurangan sediaan adalah sebanyak 0.65 % , jumlah
sediaan adalah 99.35%. Untuk pot gel ke 2 jumlah kekurangan sediaan adalah sebanyak
0.44%, jumlah sediaan adalah 99.56 % . Untuk pot gel ke 3 jumlah kekurangan sediaan
adalah sebanyak 1.88 %, jumlah sediaan adalah 98.12 % . Namun kekurangan tersebut masih
memenuhi syarat uji dari volume terpindahkan sesuai dengan prinsip yang tertera pada
Farmakope Indonesia edisi IV yakni jumlah sediaan tidak ada yang kurang dari 95%.
Terakhir dilakukan uji homogenitas dari sediaan gel yang dibuat, uji homogenitas
dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan pada kaca arloji. Dari hasil pengamatan yang
dilakukan pada 3 sampel gel, didapatkan hasil bahwa sediaan gel terdistribusi homogen saat
dioleskan pada kaca arloji.
X.
KESIMPULAN
Formulasi yang tepat untuk sediaan gel Ketoprofen 2.5 % yang dibuat adalah sebagai
berikut.
No
Nama Bahan
Jumlah
Kegunaan
.
1
2
3
4
5
Ketoprofen
2.5 %
Zat Aktif
Na-CMC
(b/v)
2%
Na-Benzoat
(b/v)
0.25 %
Propilen glikol
(b/v)
10 %
Aquadest
(b/v)
ad 100 %
(v/v)
Dari evaluasi hasil sediaan, sediaan gel Ketoprofen 2.5 % didapatkan hasil sebagai
berikut :
1. Organoleptika = warna bening jernih, tembus cahaya, memberikan sensasi dingin
pada sat dioleskan ke kulit, tidak lengket serta tidak terdapat pertumbuhan mikroba.
2. Volume terpindahkan = volume rata-rata 9.901 gram.
3. pH sediaan = 7,0.
4. Uji Homogenitas = sediaan gel Ketoprofen terdistribusi merata pada saat dioleskan
ke kaca arloji.
XI.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV,
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia edisi III,
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Rowe, Raymond C .2006. Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th ed., London :
Pharmaceutical Press.
Drs.H.A.Syamsuni,Apt .2006. Ilmu Resep. EGC Jakarta
Tjay, tan hoan & Kirana rahardja. 2007. Obat-Obat Penting edisi keenam. Jakarta: PT
elex media komutindo.
Ansel, Howard C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Keempat. Jakarta:
UI-Press
LAMPIRAN
Etiket
Kemasan Sekunder