Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Obat tradisional pada saat ini banyak digunakan karena menurut


beberapa penelitian tidak terlalu menyebabkan efek samping yang merugikan.
Salah satu tanaman obat yang dapat digunakan sebagai antibakteri yaitu
temukunci dengan nama latin Boesenbergia pandurata Roxb. Temukunci
masuk dalam divisi magnoliophytae, kelas liliopsidae, bangsa zingiberales,
suku zingiberaceae, marga boesenbergia jenis Boesenbergia pandurata Roxb
nama lainnya Boesenbergia rotunda dan Kaempferia pandurata (Eng-Chonget
al., 2012).

Senyawa-senyawa aktif yang terdapat pada rimpang temukunci


diantaranya fl avanon (pinostrobin, pinosembrin, alpinetin, dan 5,7-dimetoksifl
avanon), fl avon (dimetoksifl avon dan 3’,4’,5,7-tetra-metoksi fl avon), kalkon
(2’,6’-dihidroksi-4’-metoksikalkon, kardamonin, panduratin A, panduratin B,
boesenbergin A, boesenbergin B, dan rubranin), monoterpena (geranial dan
neral), dan diterpena (asam pimarat) (Win, 2008; Eng-Chong et al., 2012).

Rimpang temu kunci banyak terdapat di Indonesia dan sangat mudah


untuk dikembangkan di samping itu juga tanaman temu kunci mempunyai
khasiat untuk memperbaiki gangguan pencernaan, karminativa, obat batuk
kering, pencahar dan merangsang keluarnya air seni, juga bersifat analgetika
dan mengobati radang pada indung telur. Kandungan kimia temu kunci antara
lain adalah minyak atsiri, damar , zat pati, saponin, flavonoid pinostrolerin dan
alipinetin. Minyak atsiri temu kunci mengandung kamfer, sineol, metil
sinamat, hidromirsen, sedangkan sineol merupakan “oxide volatile oil“ yang
digunakan sebagai parfum, antiseptik, diaforetika dan ekspektoran (Bahri &
Putranti, 2018).

Kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus cangkang kapsul keras


atau lunak. Cangkang kapsul dibuat dari Gelatin dengan atau tanpa zat bahan
lain. Cangkang dapat pula dibuat dari Metilselulosa atau bahan lain yang
cocok. Permasalahan ekstrak atau bahan alam adalah cenderung memiliki rasa
yang tidak enak dan bau yang khas. Oleh karena itu, untuk menutupi
kekurangan bahan alam tersebut sediaan dibuat dalam bentuk kapsul. Isi kapsul
dapat berupa serbuk atau granul. Formulasi serbuk sering membutuhkan
penambahan zat pengisi, lubrikan, dan glidan pada bahan aktif untuk
mempermudah proses pengisian kapsul (Ditjen POM, 1979).
Formulasi kapsul yang mengandung ekstrak kental dengan kadar air
cukup tinggi memerlukan perlakuan khusus untuk menghasilkan kapsul yang
baik. Oleh karena itu perlu adanya eksipien yang mampu mengadsorpsi serta
eksipien yang dapat meningkatkan sifat alirnya. Vivapur 101 adalah eksipien
yang dapat digunakan sebagai adsorbent. Penambahan aerosil pada formulasi
diharapkan dapat menjaga higroskopisitas sediaan kapsul (Agoes, 2007).
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan di laboratorium Farmasetika, Prodi
S1 Farmasi, STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa Timbangan Analitik,
Desintegrator tester, Beker gelas, Stopwatch, Lemari Pengering, Waterbath,
Kompor Listrik, Pipet Tetes, Ayakan, Loyang, Batang Pengaduk, Spatel,
Mortir dan stamper. Sedangkan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupaVivapur 101, Amillum
Jagung, Aerosil, Talk, Magnesium Stearat, Simplisia Daun Bayam, Etanol
70%, Aquadest, kertas perkamen, Kertas Saring.

3.3 Prosedur Penelitian


3.3.1 Pembuatan Serbuk Simplisia
a. dipilih rimpang temu kunci yang masih segar
b. Dilakukan sortasi basah cuci bersih 350 gram
c. Dikeringkan dengan cara dioven dalam suhu 50ºC hingga
mendapatkan simplisia kering
d. Dilakukan penggilingan simplisia dengan cara diblender hingga
menjadi serbuk.
e. Diambil 250 gram serbuk temu kunci (Risnanita, 2018).

3.3.2 Ekstraksi
a. Sebanyak 250 gram serbuk temu kunci dimasukan dalam wadah
ekstraksi
b. Perendaman dengan 1,5 Liter etanol 96% selama 3 x 24 jam dengan
beberapa kali pengadukan
c. Saring filtrat dengan menggunakan kertas saring
d. Filtrat dipekatkan dengan waterbath
e. Ekstrak hasil maserasi dikentalkan menggunakan waterbath
kemudian ekstrak dikentalkan kembali didalam oven dengan suhu
80ºC sampai diperoleh ekstrak yang kental (Risnanita, 2018).

3.3.3 Pembuatan Granul


a. Timbang masing - masing bahan
b. Buat larutan pengikat dengan cara melarutkan amilum jagung dalam
23 ml aquadest yang telah dipanaskan
c. Campurkan ekstrak temu kunci aduk sampai homogen
d. Tambahkan aerosil, aduk sampai homogen
e. Setelah homogen tambahkan sedikit demi sedikit larutan pengikat
hingga kalis
f. Ayak adonan menggunakan ayakan nomor mesh 18
g. Keringkan dalam lemari pengering dengan suhu 50ºC selama 1 jam
h. Setelah kering keluarkan granul dari lemari pengering
i. Campurkan granul dengan talk dan magnesium stearat hingga
homogen
j. Dilakukan pengayakan kembali menggunakan ayakan dengan
nomor mesh 20 (Risnanita, 2018).

3.3.4 Pembuatan Kapsul


a. Siapkan cangkang kapsul sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan
b. Serbuk dibagi menjadi dua bagian besar kemudian bagi lagi menjadi
beberapa bagian kecil
c. Masukkan serbuk dalam cangkang kemudian kapsul lalu tutup
d. Bersihkan kapsul dengan tisu (Risnanita, 2018).

3.3.5 Pengujian Sediaan Kapsul


a. Uji keseragaman bobot
 Timbang saksama 20 kapsul satu per satu
 Diberi identitas tiap kapsul
 Dikeluarkan isi tiap kapsul dengan cara yang sesuai
 Ditimbang secara seksama tiap cangkang kapsul kosong
 Dihitung bobot netto dari isi tiap kapsul dengan cara
mengurangkan bobot cangkang kapsul dari masing-masing bobot
kapsul
 Dari hasil penetapan kadar, seperti tertera pada masing – masing
monografi, hitung jumlah zat aktif dalam tiap kapsul, dengan
anggapan bahwa zat aktif terdistribusi secara homogen
(Murniasih dkk, 2017).

b. Uji waktu hancur


 Sejumlah 6 kapsul, dimasukkan pada masing – masing tabung
pada keranjang, yang dibawahnya terdapat kasa baja berukuran
10 mesh.
 Digunakan media air bersuhu 37 ± 2ºC.
 Dilakukan pengamatan terhadap kapsul, semua kapsul harus
hancur, kecuali bagian dari cangkang kapsul
 Bila 1 atau 2 kapsul tidak hancur sempurna, pengujian diulangi
dengan 12 kapsul lainnya, tidak kurang dari 16 dari 18 kapsul
yang diuji hancur sempurna
 Dicatat waktu yang diperlukan kapsul untuk hancur sempurna
(Ditjen POM, 1995).

Anda mungkin juga menyukai