Anda di halaman 1dari 4

METODE

Metode yang digunakan dalam pembuatan formulasi ini yaitu menggunakan metode
granulasi kering karena granulasi kering cukup murah dan senyawa antioksi dan sensitive
terhadap panas. Penelitian ini dilakukan di laboratorium universitas mandala waluya, kendari.

a. Bahan
Bahan yang digunakan dalam formulasi ini yaitu ekstrak kulit pisang raja
(Musa paradisiaca Linn), etanol, metanol, vivapur 101, amilum jagung (Amylum
maydis), talk, Mg. stearat, aerosil dan cangkang kapsul.
b. Peralatan
Alat yang digunakan dalam formulasi ini yaitu batang
pengaduk,beakerglass,disintegrator, kasa, kertas saring, mangkuk, mikroskop, oven,
rotary evaporator, timbangan, wadah maserasi (toples), dan lakban hitam .
c. Penyiapan Simplisia
Sampel yang digunakan yaitu kulit pisang raja (Musa paradisiaca Linn.) yang di
dapatkan di pasar anduonohu kendari. Kulit pisang raja terlebih dahulu dicuci dan
kemudian dikeringkan di dalam oven pada suhu 50°C. Selanjutnya simplisia yang telah
kering dipotong hingga kecil dan ditimbang sebanyak 500 g untuk diekstraksi.
d. Penyiapan Ekstrak etanol Kulit Pisang
Simplisia kulit pisang raja diekstraksi dengan metode maserasi dengan menggunakan
pelarut etanol. Simplisia kulit pisang ditimbang sebanyak 500 g kemudian dimasukkan
kedalam wadah maserasi. Selanjutnya ditambahkan pelarut etanol hingga simplisia
terendam di dalam wadah maserasi dan kemudian diaduk. Wadah ditutup dan dibiarkan
selama 3-5 hari sambil diaduk setiap 24 jam. Hasil maserasi berupa ekstrak cair
kemudian disaring hingga diperoleh filtrat dan residu. Residu diekstraksi kembali dengan
metode maserasi (remaserasi) dengan menggunakan pelarut metanol. Filtrat diuapkan
dengan menggunakan rotary evaporator pada suhu 55°C hingga diperoleh ekstrak kental.
Ekstrak kental diuapkan pada suhu kamar hingga pelarut menguap dan didapatkan
ekstrak kering.
e. Pembuatan kapsul
Ekstrak kental dikeringkan dengan penambahan vivapur 101, amilum jagung ( Amylum
maydis, talk, Mg. stearat dan aerosol dicampur hingga homogen Masukkan campuran
tersebut kedalam cangkang kapsul. Sediaan di evaluasi keseragaman bobotnya, waktu
hancur dan higroskopisnya.
f. Pembuatan granul
Formulasi kapsul ekstrak kulit pisang raja (Musa paradisiaca Linn) dengan bahan pengisi
amilum jagung serta bahan tambahan lainnya. Untuk formulasi dibuat 100 sediaan
kapsul.
Formulasi Sediaan Kapsul :
Serbuk Ekstrak kulit pisang raja (Musa paradisiaca Linn) 80 mg, Amilum Jagung 85
mg, Aerosil 10 mg, Talk 18 mg, Magnesium Stearat 7 mg, Bobot Kapsul 500mg.
Komposisi dalam satu kapsul terdiri dari serbuk Serbuk Ekstrak kulit pisang raja
(Musa paradisiaca Linn) 80 mg, Amilum Jagung 85 mg, Aerosil 10 mg, Talk 18 mg,
Magnesium Stearat 7 mg. Timbang masing - masing bahan. Buat larutan pengikat dengan
cara melarutkan amilum jagung dalam 23 ml aquadest yang telah dipanaskan. Campurkan
serbuk ekstrak kulit pisang raja aduk sampai homogen. Tambahkan aerosil, aduk sampai
homogen. Setelah homogen tambahkan sedikit demi sedikit larutan pengikat hingga kalis.
Ayak adonan menggunakan ayakan nomor mesh 18. Keringkan dalam lemari pengering
dengan suhu 50ºC selama 1 jam. Setelah kering keluarkan granul dari lemari pengering.
Campurkan granul dengan talk dan magnesium stearat hingga homogen. Lalu ayak
kembali menggunakan ayakan dengan nomor mesh 20.
1. Pengisian Cangkang Kapsul
Cara pengisian kapsul ekstrak bayam dilakukan tanpa bantuan alat lain atau
dengan tangan. Siapkan cangkang kapsul sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan.
Serbuk dibagi menjadi dua bagian besar kemudian bagi lagi menjadi beberapa bagian
kecil. Masukkan serbuk dalam cangkang kapsul lalu tutup. Bersihkan kapsul dengan
tisu.
2. Evaluasi sediaan Kapsul meliputi :
a. Uji keseragamanBobot
Dilakukan pada 20 kapsul ,dilakukan untuk memastikan bahwa bobot yang
terdapat dalam kapsul pada suatu formula memiliki jumlah yang sama dan zat aktif
yang sama. Timbang saksama 20 kapsul, satu per satu beri identitas tiap kapsul,
keluarkan isi tiap kapsul dengan cara yang sesuai. Timbang saksama tiap
cangkang kapsul kosong dan hitung bobot netto dari isi tiap kapsul dengan cara
mengurangkan bobot cangkang kapsul dari masing-masing bobot kapsul. Dari
hasil penetapan kadar, seperti tertera pada masing – masing monografi, hitung
jumlah zat aktif dalam tiap kapsul, dengan anggapan bahwa zat aktif terdistribusi
secara homogen. Untuk kriterianya kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing
monografi, persyaratan keseragaman bobot dipenuhi jika tidak kurang dari 9 dari 10
satuan sediaan seperti ditetapkan dari cara keseragaman bobot terletak dalam
rentang 85% hingga 115% dari yang tertera pada etiket dan tidak ada satuan terletak
di luar rentang 75% hingga 125% yang tertera pada etiket dan simpangan baku
relatif dari 10 satuan sediaan kurang dari atau sama dengan 6% (Ditjen POM,
1995).
b. Uji waktu Hancur
Pertama-tama diambil aquadest sebanyak 900 ml dimasukkan kedalam
beaker glass 1000 ml.Suhu disintegrator diatur sebesar 37 ̊C ± 2 ̊C. Masukkan 6
kapsul yang akan diuji pada masing-masing tabung keranjang. Masukkan kas
berukuran 10 mesh seperti yang diuraikan pada IbnuSuwaris/ EvaluasiMutu
Obat18J. Sintesis, Vo.1(1), 2020 rangkaian keranjang, kasa ini ditempatkan pada
permukaan lempengan atas dari rangkaian keranjang. Keranjang dimasukkan
kedalam beaker glass 1 liter yang berisi aquades. Jalankan alat selama 30
menit, kemudian angkat keranjang dan amati semua kapsul. Semua kapsul harus
hancur, kecuali bagian daricang kangkapsul. Syarat waktu hancur obat
tradisional sediaan kapsul keras < 30 menit (PerKBPOMRI, 2014)
c. Uji Mikroskopik
Serbuk isi kapsul ditambah beberapa tetes kloralhidrat letakkan pada
obyek glass dan tutup dengan cover glass. Dilihat pada mikroskop perbesaran
100.
d. Uji Kadar Air
Kapsul masukkan lebih kurang 10 g zat, kemudian timbang saksama
dalam wadah yang telah ditara.keringkan pada suhu 105 0C selama 5 jam,
dan timbang. kadar air isi kapsul kurang dari 10% (PerKBPOMRI, 2014).

Anda mungkin juga menyukai