Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

PERCOBAAN II

MASERASI

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 4 B

-SHILVIE FEBIAN R (12121080)


-GHINA MAHFUZHAH (12121081)
-IIN MUTMAINAH (12121082)
-RIZKI PRATAMA (12121083)
-SALMA PUTRI NAFIVAH (12121084)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI FARMASI MUHAMMADIYAH CIREBON

2022/2023
I. TUJUAN

Mahasiswa mengetahui cara-cara penyarian zat-zat berkhasiat dari suatu


simplisia dengan cara maserasi.

II. DASAR TEORI

Ekstrak merupakan sediaan kental yang diperoleh menggunakan cara


mengekstraksi senyawa aktif berasal simplisia nabati atau hewani memakai solusi
yang sesuai. kemudian, sebagian atau seluruh bagian penghancur diuapkan hingga
tersisa serbuk/kerak (mentah).serbuk yang tersisa kemudian diperlakukan dngan
beberapa perlakuanyang tidak sinkron buat menerima yang akan terjadi atau
memenuhi standar yang sudah ditentukan. (Ditjen POM, 1995)

Ekstraksi menggunakan komposisi zat terlarut antara dua solusi yang tidak
bercampur. Buat ambil zat terlarut berasal satu pelarut ke pelarut lainnya,
kesetimbangan heterogene sensial melibatkan pembagian spesies antara dua pelarut
fase yang tidak bisa bercampur. Keseimbangan ini terdapat pada banyak proses
pengerjaan dalam penelitian kimia serta industri. (Oxtoby, 2001)

Metode ekstraksi yang dipilih sesuai beberapa faktor mirip sifat bahan baku
obat, daya adaptasi terhadap setiap jenis metode ekstraksi dan pentingnya
mendapatkan ekstrak yang sempurna(Ansel, 1989)

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut


dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar).
Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metodepencapaian konsentrasi
pada keseimbangan.
Prinsip maserasi adalah ekstraksi zat aktif yang dilakukan dengan cara
merendam serbuk dalam pelarut yang sesuai selama beberapa hari pada temperature
kamar terlindung dari cahaya, pelaut akan masuk kedalam sel tanaman melewati di
dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di
dalam sel dengan diluar sel. Larutan yang konentrasinya tinggi akan terdeak keluar
dan diganti oleh pelarut dengan konsentrasi redah (proses difusi). Peristiwa tersebut
akan berulang sampai terjadi keseimbangan antara larutan didalam sel dan larutan
diluar sel (Ansel, 1989).Maserasi biasanya dilakukan pada temperatur 15°- 20°C
dalam waktu selama 3 hari sampai bahan-bahan yang larut, melarut (Ansel, 1989)

Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif


yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah
mengembang dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, sitrak, dan lain-lain.
Maserasi dilakukan dengan merendamserbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan
penyari yang digunakan dapat berupaair, etanol, air-etanol, atau pelarut lain. (Sidik
dan Mudahar, 2000).

Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga
selyang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan zat aktif didalam sel dan diluar sel, maka larutan terpekat
akan terdesak keluar. Peristiwa ini berulang sehingga terjadi keseimbangan
konsentrasi antara larutan diluar sel dan didalam sel.

Pada umumnya maserasi dilakukan dengan cara 10 bagian simplisia dengan


derajat kehalusan yang cocok, dimasukkan kedalam bejana kemudian dituangi
dengan 75 bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari
cahaya, sambil berulang-ulang diaduk. Setelah 5 hari diserkai, ampas diperas. Pada
ampas ditambahkan cairan penyari secukupnya, diaduk dan diserkai sehingga
diperoleh seluruh sari sebanyak 100 bagian. Bejana ditutup, dibiarkan ditempat sejuk,
terlindung dari cahaya, selama 2 hari kemudian endapan dipisahkan.
Pengadukan pada proses maserasi dapat menjamin keseimbangan konsentrasi
bahan yang diekstraksi lebih cepat didalam cairan penyari. Hasil penyarian dengan
cara maserasi perlu dibiarkan selama waktu tertentu. Hal ini dilakukan untuk
mengendapkan zat-zat yang tidak diperlukan tetapi ikut terlarut dalam cairan penyari
Maserasi biasanya dilakukan pada temperatur 15-20oc dalam waktu selama 3
hari sampai bahan-bahan yang larut, melarut (Ansel, 1989) Maserasi digunakan untuk
penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan
penyari, tidak mengandung zat yang mudah mengembang dalam cairan penyari
Farmakope Indonesia menetapkan bahwa sebagai cairan penyarian adalah
air,etanol , etanol-air atau eter. Etanol di pertimbangkan sebagai penyari karena lebih
selektif dan kuman sulit dalam etanol 20% keatas,tidak beracun,netral,absorbasi nya
baik,etanol dapat tercampur dengan air pada segalanya perbandingan dan panas yang
diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit.
III. ALAT DAN BAHAN

No Alat - alat yang digunakan Bahan yang digunakan

1. Bejana Maserasi Simplisia :

 Tapak dara
(Catharanthus rosens)
 Seledri (Apium
graveolens)
 Jambu biji (Psidium
guajava)
 Sirsak (Annona
muricata)

2. Beker glass 250ml Kapas

3. Gelas ukur 500ml Kertas saring

4. Batang pengaduk Etanol

IV. PROSEDUR KERJA

1. MASERASI

Masukkan 10 bagian simplisia dengan derajat halus tertentu ke dalam sebuah


bejana, tuangi dengan 75 bagian cairan penyari, tutup, biarkan selama  5 hari
terlindung dari cahaya sambil sering diaduk, serkai, peras, cuci ampas dengan cairan
penyari secukupnya hingga diperoleh  100 bagian. Pindahkan ke dalam bejana
tetutup, biarkan di tempat sejuk, terlindung dari cahaya selama  2 hari  enap
tuangkan / saring. ( Farmakope Indonesia Edisi III ).

2. PEMEKATAN
Pemekatan ekstrak cair yang dihasilkan dari proses maserasi, perkolasi, atau
sokletasi dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama penguapan dilakukan dengan
menggunakan rotary evaporator, sehingga pelarut menguap pada suhu yang rendah.
Hal ini dilakukan untuk menghindari rusaknya bahan aktif karena panas akibat
penguapan, mengingat waktu yang lama untuk menguapkan banyak pelarut yang
terdapat dalam ekstrak cair. Pemekatan ini dilakukan hingga volume lebih kurang
tinggal sepertiganya.
Tahap berikutnya dilakukan di dalam cawan penguap yang telah ditara
sebelumnya yang diuapkan di atas tangas air. Proses ini  tidak terlalu lama, mengingat
pelarut yang masih ada tinggal sedikit. Penguapan dilakukan hingga mendapatkan
ekstrak yang kental.
Proses selanjutnya adalah perhitungan rendemen, untuk mengetahui seberapa
banyak ekstrak yang didapatkan dari proses ekstraksi yang dilakukan. Rendemen
dihitung dalam prosen. Selanjutnya ekstrak kental yang didapatkan dikemas dalam
botol kaca dan diberi label.

V. HASIL PENGAMATAN
1. Maserasi
- Simplisia segar = 100 gram
100 g
- Etanol = = 750 mL
10
- Pembilas = 25 bagian
= 100 gram/ 10 = 250 mL
- Suhu = 39,9 ℃
- Rpm = 60 rpm
- Waktu = 40 menit
2. Pemekatan
- Bobot cawan kosong = 199,36 gram
- Berat ekstrak + Cawan = 218,65 gram
- Berat ekstrak = 218,65 – 199,36 = 19,29 gram
Berat Ekstrak
- % rendeman = x 100%
Berat Simplisia
19,29
= x 100%
100
= 19,29 %
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kita melakukan uji coba maserasi dan pemekatan. Ekstrak
merupakan sediaan kental yang diperoleh menggunakan cara mengekstraksi senyawa
aktif berasal simplisia nabati atau hewani memakai solusi yang sesuai. kemudian,
sebagian atau seluruh bagian penghancur diuapkan hingga tersisa serbuk/kerak
(mentah).serbuk yang tersisa kemudian diperlakukan dngan beberapa perlakuanyang
tidak sinkron buat menerima yang akan terjadi atau memenuhi standar yang sudah
ditentukan. (Ditjen POM, 1995)

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakanpelarut


dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar).
Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metodepencapaian konsentrasi
pada keseimbangan. Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang
mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat
yang mudah mengembang dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, sitrak,
dan lain-lain. Prinsip maserasi adalah ekstraksi zat aktif yang dilakukan dengan cara
merendam serbuk dalam pelarut yang sesuai selama beberapa hari pada temperature
kamar terlindung dari cahaya, pelaut akan masuk kedalam sel tanaman melewati di
dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di
dalam sel dengan diluar sel.
Diperoleh data hasil pengamatan maserasi untuk pelarut simplisia yaitu etanol
750 mL, Untuk pembilas sebanyak 250 mL, lalu setelah diperoleh hasil rendaman
pada 5 hari dimasukan pada rotary evaporator dengan rpm 60, waktu 40 menit dan
suhu 39,9 ℃, lalu diuapkan pada water bath sampai volume nya sepertiga nya dan
mengental, diperoleh bobot cawan kosong sebesar 199,9 gram. Diperoleh %rendeman
19,29%

VII. KESIMPULAN

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakanpelarut


dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar).
Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metodepencapaian konsentrasi
pada keseimbangan. Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang
mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat
yang mudah mengembang dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, sitrak,
dan lain-lain. Diperoleh %rendeman sebesar 19,29%
VI. LAMPIRAN

Timbangan
Simplisia kering 4
Timbangan Timbangan Simplisia Timbangan
Simplisia kering 1 kering 2 Simplisia kering 3

Hasil
Proses penyaringan Proses Pemekatan dari penguapan Hasil ekstrak
dilakukan dengan
menggunakan rotary
evaporator, sehingga
pelarutmenguap pada
suhuyang rendah.
Timbangan cawan Hasil ekstrak Ekstrak kental dikemas
kosong dalam botol diberi
label

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H. C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Jakarta : Universitas
Indonesia Press. Haqiqi,Sohibul Himam. 2008. Kromatografi Lapis Tipis.
Jakarta.
Hariana, Arief. 2006. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya seri 3. Jakarta : Penebar
Swadaya Madbardo.2010. Pengertian Pengujian Organoleptik.
http://madbardo.blogspot.com/2010/02/pengertian-
pengujianorganoleptik.html (diakses pada tanggal 6 April 2012, pukul 11.10)
Sidik dan H mudahar.2000. Ekstraksi Tumbuhan Obat, Metode dan Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Mutu Produksinya. jakarta, 12-15.
Siskha.2010.Pembuatan dan Penetapan Kontrol.
http://siskhana.blogspot.com/2010/01/pembuatan-danpenetapan-kontrol.html
(diakses pada tanggal 6 April 2012, pukul 10.50) Voight, R. 1995. Buku
Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi ke-5. Yogyakarta : UGM Press

Anonim. 1986. Sediaan Galenik. Departemen kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.


Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen
KesehatanRepublik Indonesia.

Anief, Moh. 2007. Farmasetika. Jogjakarta : UGM Press.

Anif,N dan Heru,S. 2012. Petunjuk Praktikum Galenika. Surakarta : FMIPA UNS

Ansel, H. C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Jakarta Universitas
Indonesia Press.

Ditjen POM. 1995. Farmkope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Oxtoby, D. W. 2001. Kimia Modern. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai