Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

(Maserasi)

OLEH
NAMA : TRI WAHYUNI WULANDARI
NIM : 1901002

AKADEMI FARMASI YANNAS HUSADA


BANGKALAN
TAHUN 2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. DASAR TEORI

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari
simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua
atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa
diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan
(Anonim,1995).

Metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti sifat dari bahan
mentah obat, daya penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi dan
kepentingan dalam memperoleh ekstrak yang sempurna (Ansel, 1989).

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut


dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan
(kamar). Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif
yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah
mengembang dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, sitrak, dan lain-
lain. Maserasi dilakukan dengan merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari.
Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol, atau pelarut lain.
(Sidik dan Mudahar, 2000).

Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel
yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan zat aktif didalam sel dan diluar sel, maka larutan terpekat
akan terdesak keluar. Peristiwa ini berulang sehingga terjadi keseimbangan
konsentrasi antara larutan diluar sel dan didalam sel.

Pada umumnya maserasi dilakukan dengan cara 10 bagian simplisia dengan


derajat kehalusan yang cocok, dimasukkan kedalam bejana kemudian dituangi
dengan 75 bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung
dari cahaya, sambil berulang-ulang diaduk. Setelah 5 hari diserkai, ampas diperas.
Pada ampas ditambahkan cairan penyari secukupnya, diaduk dan diserkai sehingga
diperoleh seluruh sari sebanyak 100 bagian. Bejana ditutup, dibiarkan ditempat
sejuk, terlindung dari cahaya, selama 2 hari kemudian endapan dipisahkan.
Pengadukan pada proses maserasi dapat menjamin keseimbangan konsentrasi
bahan yang diekstraksi lebih cepat didalam cairan penyari. Hasil penyarian dengan
cara maserasi perlu dibiarkan selama waktu tertentu. Hal ini dilakukan untuk
mengendapkan zat-zat yang tidak diperlukan tetapi ikut terlarut dalam cairan
penyari, seperti: malam dan lain-lain (Sarwi. 2010).

Pada penyarian dengan cara maserasi perlu dilakukan pengadukan dengan


tujuan untuk meratakan konsentrasi larutan diluar serbuk simplisia, sehingga
dengan pengadukan tersebut tetap terjaga adanya derajat perbedaan konsentrasi
yang sekecil-kecilnya antara laruta di dalam sel dengan larutan diluar sel. Hasil
penyarian dengan cara maserasi perlu dibiarkan selama 2 hari untuk
mengendapkan zat-zat yang tidak diperlukan tetapi ikut terlarut dalam cairan
penyari.

Etanol tidak menyebabkan pembengkakan membran sel dan memperbaiki


stabilitas bahan obat terlarut. Keuntungan lain, etanol mampu mengendapkan
albumin dan menghambat kerja enzim. Umumnya yang digunakan sebagai cairan
pengekstraksi adalah campuran bahan pelarut yang berlainan, khususnya
campuran etanol-air. Etanol (70%) sangat efektif dalam menghasilkan jumlah
bahan aktif yang optimal, dimana bahan penganggu hanya skala kecil yang turut
ke dalam cairan pengekstraksi (Voight, 1994).

Farmakope Indonesia menetapkan bahwa sebagai cairan penyari adalah air,


etanol, etanol-air atau eter. Etanol dipertimbangkan seba gai penyari karena lebih
selektif, kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% keatas, tidak beracun,
netral, absorbsinya baik, etanol dapat bercampur dengan air pada segala
perbandingan dan panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit (Anonim,
1986).
1.2. TUJUAN
1. Mahasiswa diharapkan memahami dan mampu melakukan penyarian
bahan.
2. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan kontrol kualitas terhadap
ekstrak.
3. Mahasiswa mampu mencari perbandingan jumlah bahan baku dengan
pelarut.
4. Mahasiswa mampu memahami penyarian simplisia dengan cara maserasi
dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyari simplisia secara
maserasi
BAB II

METODE

1.
1.1. ALAT DAN BAHAN
Adapun alat dan bahan yang di gunakan dalam praktikum maserasi yaitu:
1.1.1. Alat
1. Erlenmeyer
2. Beaker glass
3. Gelas ukur
4. Corong glass
5. Shaker orbital
6. Timbangan digital
1.1.2. Bahan
1. Pelarut etanol
2. Simplisia Daun Kersen
3. Kain saring
4. Kertas saring
5. Aluminium foil
6. Label

1.2. PROSEDUR KERJA


1. Timbang simplisia sebanyak 75 gram, masukkan ke dalam maserator
2. Ambil pelarut (etanol) masukkan kedalam maserator sampai semua
simplisia terendam (pelarut yang digunakan 1 : 13) dan kemudian
3. Tutup dengan menggunakan aluminium foil dan beri labe
4. Diamkan selama 3-5 hari, diaduk menggunakan shaker orbital
5. Setelah didiamkan, pisahkan hasil penyarian dengan menggunakan kain
planel dan kertas saring.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

2.
3.
3.1. HASIL
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari praktikum maserasi yaitu dengan
menggunakan bahan simplisia daun kersen sebanyak 75 gram sedangkan
pelarutnya menggunakan etanol 75 ml x 13 = 975 ml (1 : 13) sampai simplisia
terendam seluruhnya. Setelah itu didiamkan selama 3 hari dalam keaadaan tetap
diatas shaker orbital. Setelah 3 hari di saring menggunakan kain saring dan
dilanjutkan penyaringan menggunakan kertas saring dan dari praktikum maserasi
ini menghasilkan ekstraksi daun kersen sebanyak 810 ml.

Gambar 3.1 Hasil ekstraksi metode maserasi

3.2. PEMBAHASAN
Maserasi ini jenis metode ekstraksi dengan sistem tanpa pemanasan jadi pada
metode ini tidak mengalami pemanasan sama sekali. Dari hasil yang diperoleh
praktikum maserasi dapat dilihat bahwa menggunakan lebih banyak pelarut
sehingga daun simplisia yang digunakan dapat mempengaruhi banyaknya larutan
yang digunakan. Warna simplisia sebelum didiamkan setelah ditambahkan pelarut
etanol berwarna coklat muda dan setelah digoyang-goyangkan dengan
menggunakan alat shakeer orbital yang didiamkan selama 3 hari mendapatkan
hasil warna coklat tua.
Metode maserasi ini mempunyai kelebihan dan kekurang. Kelebihan dari
ekstraksi dengan metode maserasi yaitu unit alat yang dipakai sederhana, hanya
dibutuhkan bejana perendam, biaya operasionalnya relatif rendah, prosesnya
relatif hemat penyari dan tanpa pemanasan. Sedangkan kelemahan dari ekstraksi
dengan metode ini yakni proses penyariannya tidak sempurna, karena zat aktif
hanya mampu terekstraksi sebesar 50% saja.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.
4.1. KESIMPULAN
Hasil dari pembahasan praktikum maserasi ini dapat disimpulkan bahwa
maserasi ini salah satu metode ekstraksi dengan sistem tanpa pemanasan sehingga
sampel tidak megalami pemanasan sama sekali. Dan kualitas daun dapat
mempengaruhi banyaknya pelarut yang digunakan. Metode maserasi ini proses
penyariannya ini tidak sempurna karena zat aktifnya mampu terektraksi hanya
50% saja.
4.2. SARAN
Saran yang dapat diberikan pada praktikum ini kepada kita semua adalah
harus lebih berhati-hati dalam menggunakan alat-alat praktikum dan memahami
prosedur kerja sebelum melakukan pratikum.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1986. Sediaan Galenik. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Anonim.1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Ansel, H. C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Jakarta :
Universitas Indonesia Press.
Sidik dan H mudahar.2000. Ekstraksi Tumbuhan Obat, Metode dan Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Mutu Produksinya. jakarta, 12-15.
Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi ke-5. Yogyakarta :
UGM Press.
LAMPIRAN

Gambar 6.1 menimbang Gambar 6.2 menuangkan


simplisia daun kersen larutan kedalam maserator

Gambar 6.3 letakkan di alat Gambar 6.4 digoyang-


shaker orbital goyangkan selama 3 hari
Gambar 4.5 hasil maserasi Gambar 4.6 hasil disaring
selama 3 hari menggunakan kain saring

Gambar 4.5 disaring Gambar 4.6 hasil ekstrak


menggunakan kertas saring daun kersen metode maserasi

Anda mungkin juga menyukai