Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

”MASERASI”

Kelas : 2 C

Nama Kelompok : 7

Rizma Alda Maharani (2291038)


Siti Darma Juliantari (2291039)
Siti Darnila (2291040)
Siti Ellaseptia Ningsih (2291041)
Siti Janatul Mahwana (2291042)
Siti Rahmania Almunawarah (2291043)

Dosen Pengampu : Fitri Sri Rizki, M.Si

AKADEMI FARMASI YARSI PONTIANAK

TAHUN AJARAN 2022/2023


A. TUJUAN PRAKTIKUM

Mahasiswa dapat mengetahui proses pengambilan ekstrak dengan metode maserasi

B. DASAR TEORI

Merasi adalah salah satu jenis metode ekstraksi dengan sistem tanpa
pemanasan atau dikenal dengan istilah ekstraksi dingin, jadi pada metode ini pelarut
dan sampel tidak mengalami pemanasan sama sekali. Sehingga maserasi merupakan
teknik ekstraksi yang dapat digunakan untuk senyawa yang tidak tahan panas ataupun
tahan panas.Namun biasanya maserasi digunakan untuk mengekstrak senyawa yang
tidak tahan panas (termolabil) atau senyawa yang belum diketahui sifatnya. Karena
metode ini membutuhkan pelarut yang banyak dan waktu yang lama.
Secara sederhana, maserasi dapat kita sebut metoda “perendaman” karena
memang proses ekstraksi dilakukan dengan hanya merendam sample tanpa
mengalami proses lain kecuali pengocokan (bila diperlukan). Prinsip penarikan
(ekstraksi) senyawa dari sample adalah dengan adanya gerak kinetik dari pelarut,
dimana pelarut akan selalu bergerak pada suhu kamar walaupun tanpa pengocokan.
Namun untuk mempercepat proses biasanya dilakukan pengocokan secara berkala
(Depkes,1995).

Menurut Harmita (2008),


maserasi merupakan cara
sederhana yang dapat
dilakukan dengan merendam
serbuk simplisia dalam pelarut.
Maserasi adalah proses
pengestrakan simplisia
dengan menggunakan pelarut
dengan beberapa kali
pengocokan atau pengadukan
pada temperature ruangan
(kamar) (Istiqomah, 2013).
Menurut Harmita (2008),
maserasi merupakan cara
sederhana yang dapat
dilakukan dengan merendam
serbuk simplisia dalam pelarut.
Maserasi adalah proses
pengestrakan simplisia
dengan menggunakan pelarut
dengan beberapa kali
pengocokan atau pengadukan
pada temperature ruangan
(kamar) (Istiqomah, 2013).
Menurut Harmita (2008), maserasi merupakan cara sederhana yang dapat
dilakukan dengan merendam serbuk simplisia dalam pelarut. Maserasi adalah proses
pengestrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali
pengocokan atau pengadukan pada temperature ruangan (kamar) (Istiqomah, 2013).
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan
dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari
akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat
aktif, zat aktif akan larut dengan karena adanya perbedaan konsentrasi antara
larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat
didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi
antara larutan di luar sel dan di dalam sel.
Maserasi merupakan metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut diam atau
dengan adanya pengadukan beberapa kali pada suhu ruangan. Metoda ini dapat
dilakukan dengan cara merendam bahan dengan sekali-sekali dilakukan pengadukan.
Pada umumnya perendaman dilakukan selama 24 jam, kemudian pelarut diganti
dengan pelarut baru. Maserasi juga dapat dilakukan dengan pengadukan secara
sinambung (maserasi kinetik). Kelebihan dari metode ini yaitu efektif untuk senyawa
yang tidak tahan panas (terdegradasi karena panas), peralatan yang digunakan relatif
sederhana, murah, dan mudah didapat. Namun metode ini juga memiliki
beberapa kelemahan yaitu waktu ekstraksi yang lama, membutuhkan pelarut
dalam jumlah yang banyak, dan adanya kemungkinan bahwa senyawa tertentu tidak
dapat diekstrak karena kelarutannya yang rendah pada suhu ruang (Sarker,
S.D., et al, 2006).
Kelemahan dari maserasi adalah prosesnya membutuhkan waktu yang cukup
lama. Ekstraksi secara menyeluruh juga dapat menghabiskan sejumlah besar volume
pelarut yang dapat berpotensi hilangnya metabolit. Beberapa senyawa juga tidak
terekstraksi secara efisien jika kurang terlarut pada suhu kamar (27ºC).
Ekstraksi secara maserasi dilakukan pada suhu kamar (27ºC), sehingga tidak
menyebabkan degradasi metabolit yang tidak tahan panas (Fadhilaturrahmi, 2015).

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
- Botol maserasi
- Erlenmeyer
- Corong
- Toples kaca
- Beaker glass
- Kertas saring
- Batang pengaduk
- Rotary evaporator

2. Bahan
- Serbuk daun singkong
- Etanol 70%
- Aquadestillata

D. KLASIFIKASI DAUN SINGKONG


Secara taksonomi singkong dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
 Kingdom : Plantac (Tumbuhan)
 Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
 Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
 Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
 Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
 Subkelas : Rosidae
 Ordo : Euphorbiaceae
 Famili : Euphorbiaceae
 Genus : Manihot
 Spesies : Manihot esculenta crantz
E. IDENTIFIKASI DAUN SINGKONG
 Nama Indonesia : Daun Singkong
 Nama Latin : Manihot esculenta folium Crantz.
 Famili : Euphorbiaceae
 Zat Berhasiat utama : Flavonoid
 Pemerian : Rasa pahit
 Penggunaan : Mengobati diare
 Bagian tanaman yang digunakan : Daun (folium)
 Organoleptis : Daun warna hijau, bentuk daun menjari dan meruncing.

F. CARA KERJA

Serbuk daun singkong

- Ditimbang serbuk daun singkong sebanyak 40 gram, kemudian dimasukkan


kedalam toples kaca
- Ditambahkan etanol 70% hingga serbuk terendam dirandam selama 3x24 jam
dengan Sesekali diaduk
- Disaring dengan katas saring atau kain kasa
- Cairan yang diperoleh dikentalkan dengan alat rotary evaporator
- Ditimbang wadah yang akan digunakan untuk menempatkan ekstarak
- Dikeringkan ekstrak hingga pelarut benar-benar manguap
- Disimpan dieksitator

Hasil
G. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini kami melakukan proses Maserasi. Maserasi merupakan
proses perendaman sampel menggunakan pelarut organik pada suhu ruangan. Proses
ini sangat menguntungkan dalam isolasi senyawa bahan alam karena melalui
perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding dan membran sel
akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel sehingga metabolit
sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik dan
ekstraksi senyawa akan sempurna karena dapat diatur lama perendaman yang
dilakukan. Pemilihan pengekstrak untuk proses maserasi akan memberikan
efektifitas yang tinggi melalui cara memerhatikan kelarutan senyawa bahan
alam pelarut tersebut.
Proses maserasi adalah proses lanjutan dari pembuuatan simplisia sebelumnya.
Serbuk simplisia daun singkong yang telah ditimbang sebanyak 40g dimasukkan
kedalam toples kaca. Kemudian ditambahkan dengan pelarut. Pelarut yang digunakan
adalah etanol 70%. Kemudian pada permulaan pertama diambil etanol sebanyak
80ml, kamudian langsung dimasukkan ke dalam toples kaca yang telah berisi serbuk
sambil dilakukan pengadukan. Namun serbuk daun singkong masih belum dapat
terendam, sehingga ditambahkan lagi 80ml etanol 70%, hasil yang didapatkan juga
sama. Ditambahkan lagi 80ml, juga masih sama. Ditambahkan lagi 80ml, masih
belum terendam, kemudian ditambahkan lagi sebanyak 40ml, hasilnya mulai sedikit
terendam namun tidak secara keseluruhan. Dan yang terakhir ditambahkan lagi etanol
70% sebanyak 40ml, dan didapatkan hasil bahwa daun singkong terendam secara
sempurna. Dan total dari larutan yang kami gunakan secara keseluruhan adalah
400ml. Proses perendaman ini dilakukan selama 3x24 jam.
Setelah dilakukan proses perendaman selama 3x24 jam, hasil dari maserasi
tersebut disaring dengan menggunakan kain kasa, kemudian cairan diukur kembali
dengan menggunakan gelas ukur, dan didapatkan hasil sebanyak 223ml.

H. KESIMPULAN

Dari praktikum yang telah dilakukan kami dapat mengetahui dan melakukan
proses maserasi pada simplisia. Pada proses maserasi ini kami menggunakan etanol
70% sebanyak 400ml, hal tersebut dikarenakan pada daun singkong memerlukan
banyak pelarut untuk bisa terendam secara sempurna. Dan setelah dilakukan
maserasi selama 3x24 jam, hasil dari maserasi di saring dan setelah disaring
didapatkan hasil cairan sebanyak 223ml.
DAFTAR PUSTAKA

Istiqomah, 2013,
Perbandingan Metode
Ekstraksi Maserasi dan
Sokletasi
Terhadap Kadar Piperin
Buah Cabe Jawa (Piperis
retrofracti fructus).
Program Studi Farmasi
Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan,
Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta.
Endarini lully. 2016. Farmakognosi dan Fitokimia. Pusdik SDM
Kesehatan. Jakarta
Istiqomah, 2013, Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi dan Sokletasi
Terhadap Kadar Piperin Buah Cabe Jawa (Piperis retrofracti fructus).
Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Sarker S.D., Latif Z., dan Gray A.I., 2006, Nat-ural products isolation. In: Sarker SD,
Latif Z, & Gray AI, editors. Natural Products Isolation. 2nd ed. Totowa
(New Jersey). Humana Press Inc.
DOKUMENTASI

Disiapkan Etanol 70% Dimasukkan etanol 70% kedalam toples kaca

Diaduk secara perlahan 1. Di maserasi selama 3x24 jam

Disaring menggunakan kain kasa Diperas hasil yang telah disaring


Hasil setelah disaring

Anda mungkin juga menyukai