Anda di halaman 1dari 3

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari

simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir
semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga
memenuhi baku yang telah ditetapkan. Hal yang penting dalam teknologi farmasi adalah cara
mengekstraksi. Jenis ekstraksi dan cairan mana yang sebaiknya digunakan sangat tergantung dari
kelarutan bahan kandungan serta stabilitasnya (Indraswari, 2008).

Metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti sifat dari bahan mentah
obat, daya penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi dan kepentingan dalam
memperoleh ekstrak yang sempurna (Indraswari, 2008).

Menurut Mukhriani ( 2014) Jenis-jenis metode ekstraksi yang dapat digunakan adalah
sebagai berikut :

a. Maserasi
Maserasi merupakan metode sederhana yang paling banyak digunakan. Cara ini
sesuai, baik untuk skala kecil maupun skala industri.(Agoes,2007). Metode ini dilakukan
dengan memasukkan serbuk tanaman dan pelarut yang sesuai ke dalam wadah inert yang
tertutup rapat pada suhu kamar. Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai
kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi dalam sel
tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel dengan penyaringan.
Kerugian utama dari metode maserasi ini adalah memakan banyak waktu, pelarut yang
digunakan cukup banyak, dan besar kemungkinan beberapa senyawa hilang. Selain itu,
beberapa senyawa mungkin saja sulit diekstraksi pada suhu kamar. Namun di sisi lain,
metode maserasi dapat menghindari rusaknya senyawa-senyawa yang bersifat termolabil.
b. Ultrasound - Assisted Solvent Extraction
Merupakan metode maserasi yang dimodifikasi dengan menggunakan bantuan
ultrasound (sinyal dengan frekuensi tinggi, 20 kHz). Wadah yang berisi serbuk sampel
ditempatkan dalam wadah ultrasonic dan ultrasound. Hal ini dilakukan untuk
memberikan tekanan mekanik pada sel hingga menghasilkan rongga pada sampel.
Kerusakan sel dapat menyebabkan peningkatan kelarutan senyawa dalam pelarut dan
meningkatkan hasil ekstraksi.
c. Perkolasi
Pada metode perkolasi, serbuk sampel dibasahi secara perlahan dalam sebuah
perkolator (wadah silinder yang dilengkapi dengan kran pada bagian bawahnya). Pelarut
ditambahkan pada bagian atas serbuk sampel dan dibiarkan menetes perlahan pada
bagian bawah. Kelebihan dari metode ini adalah sampel senantiasa dialiri oleh pelarut
baru. Sedangkan kerugiannya adalah jika sampel dalam perkolator tidak homogen maka
pelarut akan sulit menjangkau seluruh area. Selain itu, metode ini juga membutuhkan
banyak pelarut dan memakan banyak waktu.
d. Soxhlet
Metode ini dilakukan dengan menempatkan serbuk sampel dalam sarung selulosa
(dapat digunakan kertas saring) dalam klonsong yang ditempatkan di atas labu dan di
bawah kondensor. Pelarut yang sesuai dimasukkan ke dalam labu dan suhu penangas
diatur di bawah suhu reflux. Keuntungan dari metode ini adalah proses ektraksi yang
kontinyu, sampel terekstraksi oleh pelarut murni hasil kondensasi sehingga tidak
membutuhkan banyak pelarut dan tidak memakan banyak waktu. Kerugiannya adalah
senyawa yang bersifat termolabil dapat terdegradasi karena ekstrak yang diperoleh terus-
menerus berada pada titik didih.
e. Reflux dan Destilasi Uap
Pada metode reflux, sampel dimasukkan bersama pelarut ke dalam labu yang
dihubungkan dengan kondensor. Pelarut dipanaskan hingga mencapai titik didih. Uap
terkondensasi dan kembali ke dalam labu. Destilasi uap memiliki proses yang sama dan
biasanya digunakan untuk mengekstraksi minyak esensial (campuran berbagai senyawa
menguap). Selama pemanasan, uap terkondensasi dan destilat (terpisah sebagai 2 bagian
yang tidak saling bercampur) ditampung dalam wadah yang terhubung dengan
kondensor. Kerugian dari kedua metode ini adalah senyawa yang bersifat termolabil
dapat terdegradasi

Ekstrak atau extracta diketahui terdapat tiga jenis ekstrak yaitu : (1) ekstrak kering,
(2)ekstrak cair dan (3) ekstrak kental. Ekstrak kering merupakan sediaan berbentuk bubuk, yang
dibuat dari hasil tarikan simplisia yang diuapkan pelarutnya. Susut pengeringan ekstrak kering
tidak lebih besar dari 5% bobot/bobot. Sedangkan ekstrak cair merupakan sediaan cair yang
secara umum campuran 1 bagian berat atau volume setara dengan 1 bagian obat herbal kering
atau bahan asal hewan. Ekstrak kental merupakan sediaan setengah padat atau kental yang dibuat
dari hasil penyarian simplisia kemudian pelarutnya diuapkan. Bila ingin mendapatkan zat keras
10%, maka simplisia yang diperlukan dapat menggunakan kadar 20%, dengan melakukan
penarikan zat aktif sesuai pelarut yang dikehendaki (Lazuadi,2019)

Prinsip utama extract adalah penarikan zat berkhasiat atau separasi baik dengan panas
maupun non-panas melalui proses maserasi atau perkolasi. Selanjutnya hasil filtrat yang didapat,
dikumpulkan. Langkah lanjutan yaitu dilakukan desiccation atau drying menggunakan
rotavapour untuk mendapatkan extract kering (extractum sica), sehingga akan didapat serbuk
dari bahan bakal dalam kadar 100%. Kadar 100% tersebut segera dicuci beberapa kali
menggunakan NaCL physiologis dan selanjutnya dikeringkan kembali. Serbuk yang telah dicuci
merupakan ekstrak bahan aktif terlarut dalam pelarut ekstraksi yang digunakan (Lazuadi, 2019).

Pada pembuatan ekstrak cair disyaratkan tak perlu dilakukan pengeringan sehingga
didapatkan filtrat hasil ekstraksi. Ekstrak cair dipersiapkan dengan penambahan etanol dengan
konsentrasi tertentu atau air ke obat herbal atau bahan asal hewan atau dengan melarutkan
ekstrak kental atau kering dari obat herbal atau bahan asal hewan dalam air atau etanol dengan
jumlah tertentu, dan jika diperlukan dilakukan penyaringan. Sediaan ekstrak cair ditemukan
sedikit endapan tetapi tak berpengaruh pada mutu sediaan ekstrak yang didapat. Pelarut-pelarut
yang umum digunakan pada ekstrak cair selain etanol yaitu metanol dan 2-propanol, dengan
criteria metanol tidak lebih dari 0.05% bobot/bobot, sedangkan untuk 2-propanol tidak lebih
0,05% bobot/bobot. Ekstrak kental dapat pula diperoleh dengan cara menguapkan hasil filtrat
yang terkumpul menggunakan uap nitrogen, setelah itu akan didapatkan ekstrak kental bahan
bakal (Lazuadi, 2019).

Contoh ekstrak kering diantaranya adalah Extractum cardul benedicti, Extractum


Gentiane, Extractum liquiritae, Extractum taraxaci, Extractum dendrophthoe species (Benalu
duku), Contoh ekstrak kental (seperti petis) salah satunya adalah Extractum Belladona spissum,
sedangkan contoh ekstrak cair salah satunya adalah Extractum secale cornuti liquidum (100%).

DAFTAR PUSTAKA

Indraswari, Arista. 2008. Optimasi pembuatan ekstrak daun dewandaru (eugenia uniflora l.)
Menggunakan metode maserasi dengan parameter kadar total senyawa fenolik dan
flavonoid. Universitas Muhammadiyah : Surakarta

Lazuardi, Muhammad. 2019. Bagian Khusus Ilmu Farmasi Veteriner Ed.1. Airlangga University
Press : Surabaya

Mukhriani. 2014. Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, Dan Identifikasi Senyawa Aktif. Jurnal
Kesehatan. 7 (2) : 1

Anda mungkin juga menyukai