Anda di halaman 1dari 9

Tugas makalah

"Perkolasi"

Disusun oleh
Nama kelompok :
1. Andini ayu lestari (F019001)
2. Sri atmi wijayani (F019014)
3. Nopri Babidaa (F019013)

Akademi farmasi
Bina farmasi palu
2021
Daftar isi
Daftar isi …………………………………….
BAB I PENDAHULUAN
A. latar belakang…………………………
BAB II DASAR TEORI
A. Ekstraksi………………………………
B. Maserasi………………………………
C. Ekstraksi………………………
D. Pelarut ………………………………..
E. Simplisia …………………………………
BAB III PEMBAHASAN
Daftar pustaka………………………………...

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Maserasi merupakan salah satu teknik pembuatan preparat yang digunakanuntuk
melihat kenampakan sel secara utuh.Maserasi pada jaringan tumbuhandengan
cara memisahkan sel-sel unsur jaringan pengangkut.Sel akan diisolasi
danmemudahkan untuk dipelajari. Untuk memperoleh jaringan pengangkut yang
baik,preparat maserasi adalah suatu preparat yang proses pembuatannya dengan
carapembusukan buatan (melunakkan jaringan tertentu) dengan menggunakan
cairanmaserator. Proses membusuknya jaringan yang mudah hancur akan
terbuang,sementara jaringan yang tidak rusak akibat cairan maserator akan tetap
bertahandan utuh (Rachman, A.N. & R.M. Siagian (1976).
Tanaman Sirih merah merupakan tanaman yang tumbuh menjalar.Batangnya
bulat berwarna hijau keunguan dan tidak berbunga. Daunnya bertangkai
berbentuk jantung dengan bagian atas meruncing, bertepi rata danpermukaannya
mengkilap atau tidak berbulu. Panjang daunnya bisa mencapai 15-20 cm. Warna
daun bagian atas hijau bercorak warna putih keabu-abuan. Bagianbawah daun
berwarna merah cerah. Daunnya berlendir, berasa sangat pahit danberaroma
wangi khas sirih. Batangnya bersulur dan beruas dengan jarak buku 5-10 cm. Di
setiap buku tumbuh bakal akar (Sudewo, 2005).
BAB II
DASAR TEORI
A. Ekstraksi
Ektrasi adalah jenis pemisahan satu atau beberapan bahan dari suatu padatan
atau cairan. Proses ekstrasi bermula dari penggumpalan ekstrak dengan pelarut
kemudian terjadi kontak anatar bahan dan pelarut sehingga pada bidang antar muka
bahan ekstraksi dan pelarut terjadi pengendapan masaa dengan cara difusi
(Sudjadadi.1988).
Faktor-faktor yang mempengaruhi ekstraksi antara lain yaitu ukuran bahan
baku, pemilihan pelarut, waktu proses ekatrasi suhu ektrasi. Ukuran bahan baku
yang kecil baku yang kecil akan menghasilkam hasil yang rendah. Pemilihan pelarut
akan mempengaruhi suhu ekstraksi dan waktu proses ekstraksi. Jika suhu tinggi,
maka akan menghasilkan sisa pelarut yang tinggi pula (Anam.2010:74).
Pemisahan zat-zat terlarut antara dua cairan yang tidak saling mencampur
antara lainmenggunakan alat corong pisah. Ada suatu jenis pemisahan lainnya
dimana pada satufase dapat berulang-ulang dikontakkan dengan fase yang lain,
misalnya ekstraksiberulang-ulang suatu larutan dalam pelarut air dan pelarut
organik, dalam hal inidigunakan suatu alat yaitu ekstraktor sokshlet.
Metode sokshlet merupakan metodeekstraksi dari padatan dengansolvent (pelarut)
cair secara kontinu. Alatnya dinamakansokshlet (ekstraktor sokshlet) yang digunakan
untuk ekstraksi kontinu dari sejumlah kecilbahan Istilah-istilah berikut ini
umumnya digunakan dalam teknik ekstraksi:
1. Bahan ekstraksi: Campuran bahan yang akan diekstraksi
2. Pelarut (media ekstraksi): Cairan yang digunakan untuk melangsungkan ekstraksi
3. Ekstrak: Bahan yang dipisahkan dari bahan ekstraksi
4. Larutan ekstrak: Pelarut setelah proses pengambilan ekstrak
5. Rafinat (residu ekstraksi): Bahan ekstraksi setelah diambil ekstraknya
6. Ekstraktor: Alat ekstraksi
7. Ekstraksi padat-cair: Ekstraksi dari bahan yang padat
8. Ekstraksi cair-cair (ekstraksi dengan pelarut = solvent extraction): Ekstraksi
daribahan ekstraksi yang cair.
B. Maserasi
Maserasi merupakan salah satu metode ekstraksi yang dilakukan melalui
perendaman serbuk bahan dalam larutan pengekstrak. Metode ini digunakan untuk
mengekstrak zat aktif yang mudah larut dalam cairan pengekstrak, tidak
mengembang dalam pengekstrak, serta tidak mengandung benzoin. Keuntungan
dari metode ini adalah peralatannya mudah ditemukan dan pengerjaannya
sederhana (Hargono dkk., 1986).
Menurut Hargono dkk. (1986), ada beberapa variasi metode maserasi, antara
lain digesti, maserasi melalui pengadukan kontinyu, remaserasi, maserasi
melingkar, dan maserasi melingkar bertingkat. Digesti merupakan maserasi
menggunakan pemanasan lemah (40-50°C). Maserasi pengadukan kontinyu
merupakan maserasi yang dilakukan pengadukan secara terus-menerus, misalnya
menggunakan shaker, sehingga dapat mengurangi waktu hingga menjadi 6-24
jam. Remaserasi merupakan maserasi yang dilakukan beberapa kali.
Maserasi melingkar merupakan maserasi yang cairan pengekstrak selalu
bergerak dan menyebar. Maserasi melingkar bertingkat merupakan maserasi
yang bertujuan untuk mendapatkan pengekstrakan yang sempurna. Lama maserasi
memengaruhi kualitas ekstrak yang akan diteliti. Lama maserasi pada umumnya
adalah 4-10 hari (Setyaningsih, 2006).
Menurut Voight (1995), maserasi akan lebih efektif jika dilakukan proses
pengadukan secara berkala karena keadaan diam selama maserasi
menyebabkan turunnya perpindahan bahan aktif. Melalui usaha ini
diperoleh suatu keseimbangan konsentrasi bahan ekstraktif yang lebih cepat
masuk ke dalam cairan pengekstrak.
C. Tujuan ekstraksi
Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat
dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat
padat ke dalam pelarut di mana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka,
kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut.
1. Ekstrak
Ekstraksi pelarut dilakukan dengan cara dingin (maserasi). Proses ekstraksi
dengan teknik maserasi dilakukan dengan beberapa kali pengocokan atau
pengadukan pada suhu ruang. Keuntungan cara ini mudah dan tidak perlu
pemanasan sehingga kecil kemungkinan bahan alam menjadi rusak atau
teruraiPemilihan pelarut berdasarkan kelarutan dan polaritasnya memudahkan
pemisahan bahan alam dalam sampel. Pengerjaan metode maserasi yang lama
dan keadaan diam selama maserasi memungkinkan banyak senyawa yang
akan terekstraksi (Istiqomah, 2013). Proses ekstraksi lainnya dilakukan dengan cara
pemanasan, refluks yaitu ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik
didihnya, selama waktu tertentu dengan jumlah pelarut terbatas yang relatif
konstan dan adanya pendingin balik. Ekstraksi dapat berlangsung dengan efisien dan
senyawa dalam sampel secara lebih efektif dapat ditarik oleh pelarut.
1. Sediaan bahan herbal yang tidak mengandung bahan alami Pembagian ekstrak
a. Menurut farmakope Indonesia
1.) Ekstrak cair
adalah ekstrak hasil penyarian bahan alam dan masih
mengandung pelarut.
2.) Ekstrak kental
Ekstrak yang telah mengalami proses penguapan dan sudah
tidak mengandung cairan pelarut lagi, tetapi konsistensinya
tetap cair pada suhu kamar.
3.) Ekstrak kering
Adalah ekstrak yang telah mengalami proses penguapan dan
tidak lagi mengandung pelarut dan berbentuk padat (kering).
b. berdasarkan kandungan
ekstrak
1.) Ekstrak alami
Adalah ekstrak murni yang mengandung bahan obat herbal
alami kering, berminyak, tidak mengandung solvebt dan
eksipien.
2.) Ekstrak non alami
C. Pelarut
Pelarut adalah benda cair atau gas yang melarutkan benda padat, cair atau
gas, yang menghasilkan sebuah larutan. Pelarut paling umum digunakan dalam
kehidupan sehari-hari adalah air. Pelarut lain yang juga umum digunakan adalah
bahan kimia organik (mengandung karbon) yang juga disebut pelarut organik.
Pelarut biasanya memiliki titik didih rendah dan lebih mudah menguap
meninggalkan substansi terlarut yang didapatkan. Untuk membedakan antara
pelarut dengan zat yang dilarutkan, pelarut biasanya terdapat dalam jumlahyang
lebih besar.Sebagian besar reaksi kimia secara luas dilakukan di dalam larutan.
Larutan terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Pelarut (solvent)
pada umumnya adalah zat yang berada pada larutan dalam jumlah yang besar,
sedangkan zat lainnya dianggap sebagai zat terlarut (solute).Pelarut memenuhi
beberapa fungsi dalam reaksi kimia, dimana pelarut melarutkan reaktan dan
reagen agar keduanya bercampur, sehingga hal ini akan memudahkan
penggabungan antara reaktan dan reagen yang seharusnya terjadi agar dapat
merubah reaktan menjadi produk. Pelarut juga bertindak sebagai kontrol
suhu, salah satunya untuk meningkatkan energi dari tubrukan partikel sehingga
partikel-partikel tersebut dapat bereaksi lebih cepat, atau untuk menyerap panas
yang dihasilkan selama reaksi eksotermik.
Pelarut yang digunakan dalam maserasi Menurut Farmakope Indonesia, pelarut yang
dapat digunakan pada maserasi adalah air, etanol, etanol-air atau eter. Pilihan utama
untuk pelarut pada maserasi adalah etanol karena etanol memiliki beberapa
keunggulan sebagai pelarut diantaranya menurut Marjoni (2016) yaitu:
a) Etanol bersifat lebih selektif
b) Dapat menghambat pertumbuhan kapang dan kuman
c) Bersifat non toksik (tidak beracun)
d) Etanol bersifat netral
e) Memiliki daya absorbsi yang baik
f) Dapat bercampur dengan air pada berbagai perbandingan
g) Panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit
h) Etanol dapat melarutkan berbagai zat aktif dan meminimalisir terlarutnya zat
pengganggu seperti lemak.
Waktu maserasi pada umumnya adalah 5 hari, karena dengan waktu tersebut telah
tercapai keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada bagian dalam sel
dengan luar sel. Pengocokan yang dilakukan selama maserasi akan
menjamin keseimbangan konsentrasi bahan ekstraksi lebih cepat dalam cairan.
Tanpa adanya pengocokan akan mengakibatkan berkurangnya perpindahan bahan
aktif selama proses maserasi (Marjoni, 2016).
E. Simplisia
Tanaman Secang (Caesalpinia sappan L.) Secang merupakan tanaman yang sudah
lama digunakan sebagai obat tradisional. Kayu secang sangat dikenal di Sulawesi sebagai
pemberi warna pada air minum yang dikenal sebagai teh secang. Kayu secang juga
merupakan salah satu ramuan yang digunakan dalam pembuatan minuman tradisional Betawi
bir pletok, yaitu sebagai pemberi warna (Sasmito, 2017)
1. Deskripsi tanaman secang
Perdu atau pohon kecil, tinggi 5-10 m, batang dan percabangannya berduri
tempel yang bentuknya bengkok dan letaknya tersebar, batang bulat,
warnanya hijau kecoklatan. Daun majemuk menyirip ganda, panjang 25-40 cm,
jumlah anak daun 10-20 pasang yang letaknya berhadapan. Anak daun
tidak bertangkai, bentuknya lonjong, pangkal romping, ujung bulat, tepi rata
dan hampir sejajar, panjang 10-25 mm, lebar 3-11 mm, warnanya hijau.
Bunganya bunga majemuk berbentuk malai, keluar dari ujung tangkai dengan
panjang 10-40 cm, mahkota bentuk tabung, warnanya kuning. Buahnya buah
polong, panjang 8-10 cm, lebar 3-4 cm, ujung seperti paruh berisi 3-4 biji, bila
masak warnanya hitam. Biji bulat memanjang, panjang 15-18 mm, lebar 8-11
mm, tebal 507 mm, warnanya kuning kecoklatan (Herbie, 2015). Secang
(Cesalpinia sappan L.) menyukai tempat terbuka sampai ketinggian 1.000
mdpl., seperti di daerah pegunungan yang berbatu tetapi tidak terlalu dingin.
Secang tumbuh liar dan kadang ditanam pagar atau pembatas kebun. Berikut ini
klasifikasinya:
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dycotyledonae
Bangsa :Fabales
Suku : Fabacaeae
Marga :Caesalpinia
Jenis : Caesalpinia sappan L.
Kelebihan dan kekurangan ekstraksi secara maserasi
Ekstraksi secara maserasi tidak terlepas dari kelebihan dan kekurangan
yang dimiliki. Berikut ini adalah kelebihan dan kekurangan metode maserasi
menurut Marjoni (2016):
Kelebihan dari Metode Maserasi
a) Peralatan yang digunakan sangat sederhana
b) Teknik pengerjaan relative sederhana dan mudah dilakukan
c) Biaya operasionalnya relative rendah
d) Dapat digunakan untuk mengekstraksi senyawa yang bersifat
termolabil karena maserasi dilakukan tanpa pemanasan.
Kekurangan Metode Maserasi
1)Kerugian utama dari metode maserasi ini adalh memerlukan banyak waktu.
2)Proses penyariannya tidak sempurna, karena zat aktif hanya mampu
terekstraksi sebesar 50%
3)Pelarut yang digunakan cukup banyak.
4)Kemungkinan besar ada beberapa senyawa yang hilang saat ekstraksi.
5)Beberapa senyawa sulit diekstraksi pada suhu kamar.
6)Penggunaan pelarut air akan membutuhkan bahan tambahan seperti
pengawet yang diberikan pada awal ekstraksi. Penambahan pengawet
dimaksudkan untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan kapang.
ss
BAB III
PEMBAHASAN
Ekstraksi merupakan suatu proses penarikan senyawa metabolit sekunder
dengan bantuan pelarut. Ekstraksi akan lebih cepat dilakukan pada suhu tinggi,
tetapi hal ini dapat mengakibatkan beberapa komponen mengalami
kerusakan (Harborne, 1987).
Metode ekstrak yang digunakan dalam penelitian ini
adalahmetodemaserasikarena metode tersebut merupakan salah satu
metode umum dalam proses ekstraksi bahan alam, selain itu metode
maserasi lebih sedehana dan mudah.
Menurut Harmita (2008),maserasi merupakan cara sederhana yang
dapatdilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam pelarut.
Pelarut akan menembus dinding sel dan masuk kedalam rongga sel yang
mengandung zat-zat aktif sehingga zat aktif akan larut. Pelarut yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pelarut etanol 96% dan air.
Menurut Trifani (2012), Etanol dan air digunakan sebagai pelarut karena
bersifat polar, universal, dan mudah didapat. Senyawa polar
merupakan senyawa yang larut didalam air. Senyawa metabolit sekunder
yang akan diambil pada buah pare bersifat polar sehingga proses ekstraksi
menggunakan pelarut polar. Maserasi dilakukan selama 24 jam dengan
pengadukan menggunakan shaker water bathpada kecepatan 120 rpm.
Pengadukan bertujuan untuk mempercepat kontak antara sampel dan
pelarut. Kemudian larutan disaring menggunakan penyaring buchner dan
diperoleh filtrat dengan warna hijau kehitaman pada ekstrak etanol dan
warna hijau muda pada ekstrak air. Kemudian filtrat dipekatkan dengan
menggunakan rotary vakum evaporatorsehingga diperoleh ekstrak pekat.
Ekstrak etanol pekat yang diperoleh adalah 7,9541 gr. Proses evaporasi
ini dilakukan untuk menghilangkan pelarutnya. Ekstrak pekat dari masing-
masing sampel kemudian diuji fitokimia dengan menggunakan reagen untuk
mengetahui adanya senyawa flavonoid, alkaloid, saponin, polifenol dan tanin
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen POM. 2000.
Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.
Cetakan pertama Jakarta :
depkes RI.Harborne. J.B. 1987.
Metode Fitokimia. ITB Press. BandungZam-zam, M.Y dkk. 2016. Farmakognosi. Jakarta:
Buku KedokteranEGC.

Anda mungkin juga menyukai