Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI

PEMBUATAN SYRUP PARACETAMOL

Disusun Oleh :
1. Adhik Agastyo (16008001)
2. Fahmiyatul Bariroh (16008009)
3. Fatimatuz Zahroh (16008010)
4. Nur Mufidah (16008019)
5. Risnatun Nazilah (16008020)
6. Shinta Slariska (160080)

AKADEMI FARMASI MITRA SEHAT MANDIRI


SIDOARJO
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan laporan Teknologi
Farmasi tentang pembuatan sirup paracetamol. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam laporan ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga laporan ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi
perbaikan laporan ini di waktu yang akan datang.

Sidoarjo, 21 Juli 2018

penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Paracetamol merupakan salah satu obat golongan analgetik-antipiretik yang
digunakan sangat luas dikalangan masyarakat Indonesia, selain karena harganya yang
cukup terjangkau , paracetamol juga memiliki aktivitas yang mampu menekan fungsi
sistem syaraf pusat secara selektif dan relatif aman dengan penggunaan dosis terapi.
Paracetamol yang ada di pasaran tersedia dalam berbagai bentuk sediaan antara lain
bentuk tablet, kaplet, maupun syrup. Adapun pada fomulasi kali ini kami membuat
sediaan sirup.
Sirup didefinisikan sebagai sediaan cair yang mengandung sukrosa. Kecuali
dinyatakan lain, kadar sukrosa tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari 66%. Secara
umum, sirup dibagi menjadi 2 macam yaitu Non Medicated Syrup/Flavored Vehicle
Syrup (seperti chery syrup, cocoa syrup, orange syrup, aple syrup) dan Medicated
Syrup/Syrup Obat seperti sirup piperazina sitrat, sirup isoniazid).
Non Medicated Syrup adalah sediaan sirup yang tidak mengandung bahan obat,
melainkan hanya mengandung gula, perasa, pengawet dan pewarna. Sedangkan Sirup
Obat mengandung bahan obat/zat berkhasiat.
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum ini adalah :
1. Mahasiswa dapat mengetahui rancangan formula dalam pembuatan syrup paracetamol
2. Mahasiswa dapat memahami proses pembuatan syrup paracetamol
3. Mahaiswa mampu memahami evaluasi pada sediaan sirup paracetamol
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi

Menurut Farmakope Indonesia III, sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang
mengandung sakarosa. Kadar sakarosa (C12 H22 O11) tidak kurang dari 64% dan tidak lebih
dari 66%.
Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain dalam kadar tinggi
(Anonim, 1995). Secara umum sirup merupakan larutan pekat dari gula yang ditambah obat
atau zat pewangi dan merupakan larutan jernih berasa manis. Sirup adalah sediaan cair kental
yang minimal mengandung 50% sakarosa.
Dalam perkembangannya, banyak sekali pengertian mengenai sirup. Sirup adalah
sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa. Sirup adalah sediaan cairan kental
untuk pemakaian dalam, yang minimal mengandung 90% sakarosa.

1. Komponen Sirup
a. Pemanis
Pemanis berungsi untuk memperbaiki rasa dari sediaan. Dilihat dari
kalori yang dihasilkan dibagi menjadi pemanis berkalori tinggi dan pemanis
berkalori rendah. Adapun pemanis berkalori tinggi misalnya sorbitol, sakarin
dan sukrosa sedangkan yang berkalori rendah seperti laktosa.
b. Pengawet antimikroba
Digunakan untuk menjaga kestabilan obat dalam penyimpanan agar
dapat bertahan lebih lama dan tidak ditumbuhi oleh mikroba atau jamur.
c. Perasa dan Pengaroma
Hampir semua sirup disedapkan dengan pemberi rasa buatan atau
bahan-bahan yang berasal dari alam untuk membuat sirup mempunyai rasa
yang enak. Karena sirup adalah sediaan cair, pemberi rasa ini harus
mempunyai kelarutan dalam air yang cukup. Pengaroma ditambahkan ke
dalam sirup untuk memberikan aroma yang enak dan wangi. Pemberian
pengaroma ini harus sesuai dengan rasa sediaan sirup, misalkan sirup dengan
rasa jeruk diberi aroma citrus.
d. Pewarna
Pewarna yang digunakan umumnya larut dalam air dan tidak bereaksi
dengan komponen lain dalam sirup dan warnanya stabil dalam kisaran pH
selama penyimpanan. Penampilan keseluruhan dari sediaan cair terutama
tergantung pada warna dan kejernihan. Pemilihan warna biasanya dibuat
konsisen dengan rasa. Juga banyak sediaan sirup, terutama yang dibuat dalam
perdagangan mengandung pelarut-pelarut khusus, pembantu kelarutan,
pengental dan stabilisator.
2. Sifat Fisika Kimia Sirup
a. Viskositas
Viskositas atau kekentalan adalah suatu sifat cairan yang berhubungan
erat dengan hambatan untuk mengalir. Kekentalan didefinisikan sebagai gaya
yang diperlukan untuk menggerakkan secara berkesinambungan suatu
permukaan datar melewati permukaan datar lainnya dalam kondisi mapan
tertentu bila ruang diantara permukaan tersebut diisi dengan cairan yang akan
ditentukan kekentalannya. Untuk menentukan kekentalan, suhu zat uji yang
diukur harus dikendalikan dengan tepat, karena perubahan suhu yang kecil
dapat menyebabkan perubahan kekentalan yang berarti untuk pengukuran
sediaan farmasi. Suhu dipertahankan dalam batas tidak lebih dari 0,1 oC.
b. Uji mudah tidaknya dituang
Uji mudah tidaknya dituang adalah salah satu parameter kualitas sirup.
Uji ini berkaitan erat dengan viskositas. Viskositas yang rendah menjadikan
cairan akan semakin mudah dituang dan sebaliknya. Sifat fisik ini digunakan
untuk melihat stabilitas sediaan cair selama penyimpanan. Besar kecilnya
kadar suspending agent berpengaruh terhadap kemudahan sirup untuk dituang.
Kadar zat penstabil yang terlalu besar dapat menyebabkan sirup kental dan
sukar dituang.
c. Uji Intensitas Warna
Uji intensitas warna dilakukan dengan melakukan pengamatan pada
warna sirup mulai minggu 0-4. Warna yang terjadi selama penyimpanan
dibandingkan dengan warna pada minggu 0. Uji ini bertujuan untuk
mengetahui perubahan warna sediaan cair yang disimpan selama waktu
tertentu.

2.2 Uraian Bahan


a. Uraian Zat aktif
1. Parasetamol (Sumber FI Edisi III, Halaman 37)
Warna : Putih
Rasa : Pahit
Bau : Tidak berbau
Pemerian : serbuk hablur
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, larut dalam 7 bagian etanol
(95%)P, larut dalam 13 bagian aseton, larut dalam 40
bagian gliserol, larut dalam sebagian propilen glikol,
larut dalam alkali hidroksida.
Suhu lebur : 169o - 172o C
Masa molekular : 272,4 g/mol
pH larutan : 3,8 – 6,1
Stabilitas : Pada suhu > 40oC akan lebih mudah terdegradasi,
lebih mudah terurai dengan adanya udara dari luar dan
adanya cahaya, pH jauh dari rentang pH optimum akan
menyebabkan zat terdegradasi karena terjadi hidrolisis.
Khasiat &Penggunaan: Analgetikum, Antipiretikum.

b. Uraian Bahan Tambahan


1. Propilen Glikol (FI. Edisi III Hal. 534)
Nama resmi : PROPYLENGLYCOLUM
Nama sinonim : Propilenglikol
Rumus molekul : C3H8O2
Berat molekul : 76,10
Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
rasa agak manis, higroskopik
Kelarutan : Dapat campur dengan air, dengan etanol (95%)p, dan
dengan kloroform p, larut dalam 6 bagian eter p, tidak
dapat campur dengan eter minyak tanah p, dan dengan
minyak lemak
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Zat tambahan, pelarut
2. CMC (FI. Edisi III Hal. 534)
Nama resmi :
Nama sinonim :
Rumus molekul :
Berat molekul :
Pemerian :
Kelarutan :
Penyimpanan :
Khasiat :

B. Prinsip Percobaan
Pembuatan sirup paracetamol menggunakan propilenglikol serta bahan
tambahan lain seperti sukrosa, pengawet, anti oksidan, colouris dan flavor. Evaluasi
dilakukan dengan pemeriksaan organoleptik, pemeriksaan pH, pemeriksaan BJ,
pemeriksaan viskositas. Evaluasi kembali dilakukan setelah penyimpanan selama
seminggu.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum pembuatan sediaan sirup ini berlangsung pada hari Selasa tanggal 14 April
2018 di Laboratorium Kimia Farmasi STIKes BTH Tasikmalaya.

B. Alat Dan Bahan


a. Alat : Alat yang di gunakan dalam percobaan ini adalah Timbangan, Batang
pengaduk, Botol coklat, Kertas perkamen, Gelas ukur, Erlenmeyer, Pipet tetes,
Beaker glass, Piknometer
b. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah paracetamol. Propilenglikol,
Na Benzoat, CMC, Esense Aple, Aquadest
C. Formulasi dan perhitungan
R/ Paracetamol 125 mg/ 5 ml
Propilenglikol 10%
Na Benzoat 0,1%
CMC 1%
Esense Aple QS
Aquadest ad 60 ml

 Perhitungan
 Jumlah yang diminta = n + 2
= 30 + 2
=32
 Volume persediaan =60 ml
= 60 ml x 32
=1920 ml
60
1. Paracetamol = x 125 mg
5
= 1500 mg
= 1500 mg x 32
= 4800 mg
2. PG = 10%
10
= x 1920
100
= 192 ml
3. Na Benzoat = 0,1%
0,1
= x 1920
100
= 1,92

4. CMC = 1%
1
= x 1920
100
= 19,2
5. Esense Apel QS
6. Aquadest QS
D. Prosedur Pembuatan

Siapkan alat dan Setarakan Menimbang


bahan timbangan bahan

Tambahkan
Panaskan Propilen Glikol
sebagian lalu aduk ad
Kalibrasi
aquades, lalu homogen
botol 60 ml
larutkan
Paracetamol

Tambahkan Mucilago
Buat pada sediaan dan
Tambahkan Mucillago dari aduk ad homogen
Na Benzoat CMC
Tambahkan
sedikit pewarna
Tambahkan
hijau aduk ad
Esense Apel
homogen

Kemas,
Ad aquades
beri etiket
sampai 1920 ml
& label

BAB IV

UJI MUTU FISIK DAN PEMBAHASAN

A. Uji Mutu Fisik Sediaan


1. Organoleptis
a. Percobaan 1

#. Replikasi 1
Sirup yang kami buat mempunyai mempunyai hasil :
- Warna : Hijau
- Bau : Bau khas Apel
- Rasa : Manis
#. Replikasi 2
Sirup yang kami buat mempunyai mempunyai hasil :
- Warna : Hijau
- Bau : Bau khas Apel
- Rasa : Manis
#. Replikasi 3
Sirup yang kami buat mempunyai mempunyai hasil :
- Warna : Hijau
- Bau : Bau khas Apel
- Rasa : Manis
b. Percobaan 2

#. Replikasi 1
Sirup yang kami buat mempunyai mempunyai hasil :
- Warna : Hijau
- Bau : Bau khas Apel
- Rasa : Manis
#. Replikasi 2
Sirup yang kami buat mempunyai mempunyai hasil :
- Warna : Hijau
- Bau : Bau khas Apel
- Rasa : Manis
#. Replikasi 3
Sirup yang kami buat mempunyai mempunyai hasil :
- Warna : Hijau
- Bau : Bau khas Apel
- Rasa : Manis
2. Bobot Jenis
a. Percobaan 1
#. Replikasi 1
Piknometer kosong (a) = 32,362 g
Piknometer + air (b) = 82,365 g
Piknometer + sirup (c) = 82,992 g
Berat jenis Air
b−a 82,365−32,362
ρ= v = 50
= 1,00006 g/ml

Berat Jenis Sample


c−a 82,992−32,362
ρ= v = 50
= 1,0126 g/ml

#. Replikasi 2
Piknometer kosong (a) = 30,245 g
Piknometer + air (b) = 79,870 g
Piknometer + sirup (c) = 80,391 g
Berat jenis Air
b−a 79,870−30,245
ρ= v = 50
= 0,9925g/ml

Berat Jenis Sample


c−a 80,391−30,245
ρ= v = 50
= 1,00292 g/ml

#. Replikasi 3
Piknometer kosong (a) = 31,576 g
Piknometer + air (b) = 82,080 g
Piknometer + sirup (c) = 82,677 g
Berat jenis Air
b−a 82,080−31,576
ρ= v = 50
= 1,01008 g/ml

Berat Jenis Sample


c−a 82,677−31,576
ρ= v = 50
= 1,02202 g/ml
b. Percobaan 2
#. Replikasi 1
Piknometer kosong (a) = 32,155 g
Piknometer + air (b) = 82,525 g
Piknometer + sirup (c) = 83,164 g
Berat jenis Air
b−a 82,525−32,155
ρ= v = 50
= 1,0074 g/ml

Berat Jenis Sample


c−a 83,164−32,155
ρ= v = 50
= 1,02018 g/ml

#. Replikasi 2
Piknometer kosong (a) = 27,349 g
Piknometer + air (b) = 71,170 g
Piknometer + sirup (c) = 77,779 g
Berat jenis Air
b−a 71,170−27,349
ρ= v = 50
= 0,87642g/ml

Berat Jenis Sample


c−a 77,779−27,349
ρ= v = 50
= 1,0086 g/ml

#. Replikasi 3
Piknometer kosong (a) = 31,638 g
Piknometer + air (b) = 81,947 g
Piknometer + sirup (c) = 82,585 g
Berat jenis Air
b−a 81,947−31,638
ρ= v = 50
= 1,00618 g/ml

Berat Jenis Sample


c−a 82,585−31,638
ρ= v = 50
= 1,01894 g/ml
3. Pemeriksaan pH
PH meter yang dimasukkan ke dalam setiap sirup selama 1 menit kemudian
diukur nilai pH nya. pH yang dihasilkan adalah 6, yang berarti sirup ini bersifat
asam lemah.

4. Volume Terpindahkan
Sediaan sirup dimasukkan ke dalam 10 botol dengan volume awal 60 ml. Lalu
dipindahkan secara berturut-turut masing-masing ke gelas ukur, dan didapat
volume akhir yaitu :
Botol 1 : 60/60 x100 % = 100%
Botol 2 : 60/60 x100 % = 100%
Botol 3 : 60/60 x100 % = 100 %
Botol 4 : 60/60 x100 % = 100%
Botol 5 : 60/60 x100 % = 100%
Botol 6 : 58/60 x100 % = 96,67 %
Botol 7 : 60/60 x100 % = 100 %
Botol 8 : 59/60 x100 % = 98,3 %
Botol 9 : 59/30 x100 % = 98,3 %
Botol 10 : 30/30 x100 % = 100%
Botol 11 : 30/30 x100 % = 100%
Botol 12 : 30/30 x100 % = 100%
B. Pembahasan
Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain yang
berkadar tinggi (sirop simpleks adalah sirop yang hamper jenuh dengan sukrosa).
Kadar sukrosa dalam sirop adalah 64-66% , kecuali dinyatakan lain. Dalam
pembuatan sirup ini, zat aktif yang digunakan adalah paracetamol.
Parasetamol atau asetaminofen adalah obat analgesik dan antipiretik yang
popular dan digunakan untuk melegakan sakit kepala, sengal-sengal dan sakit ringan,
serta demam. Digunakan dalam sebagian besar resep obat analgesik salesma dan flu.
Ia aman dalam dosis standar, tetapi karena mudah didapati, over dosis obat baik
sengaja atau tidak sengaja sering terjadi.
Berbeda dengan obat analgesik yang lain seperti aspirin dan ibuprofen,
parasetamol tak memiliki sifat antiradang. Jadi parasetamol tidak tergolong dalam
obat jenis NSAID. Dalam dosis normal, parasetamol tidak menyakiti permukaan
dalam perut atau mengganggu gumpalan darah, ginjal, atau duktus arteri usus pada
janin.
Parasetamol termasuk dalam golongan obat penurun demam (antipiretik) dan
penghilang nyeri (analgesik) untuk nyeri ringan hingga sedang. Akan tetapi
parasetamol tidak memiliki efek anti-rematik dan anti-radang. Selain itu, parasetamol
tidak menimbulkan iritasi di lambung sehingga  bisa diminum sebelum makan.
Dosis yang diberikan pada anak-anak berumur kurang dari 12 tahun adalah
10–15 mg/kg berat badan setiap 4–6 jam jika dibutuhkan. Adapun dosis untuk orang
dewasa adalah 325–650 mg setiap 4–6 jam atau 1000 mg 3–4 kali per hari.
Penggunaan parasetamol tidak boleh melebihi 4 g per hari untuk dewasa dan 2,6 g per
hari untuk anak-anak karena dapat menyebabkan overdosis.
Overdosis parasetamol dapat terjadi pada penggunaan akut maupun
penggunaan berulang. Over dosis parasetamol akut dapat terjadi jika seseorang
mengkonsumsi parasetamol dalam dosis besar dalam waktu 8 jam atau kurang. Over
dosis akut dapat menyebabkan kerja diantoksik pada hati (hepatotoksisitas) dan
kerusakan sel ginjal. Kematian bisa terjadi (mencapai 3-4% kasus) jika parasetamol
digunakan sampai 15 gram. Adapun over dosis pada penggunaann berulang dapat
menyebabkan anemia dan gangguan saluran pencernaan.
Risiko kerja diantoksik pada hati dapat meningkat jika parasetamol digunakan
bersamaan dengan obat-obatan lain, seperti: karbamazepin, fenitoin, barbiturate,
rifampisin, sulfinpirazon, dan isoniazid. Khasiat paracetamol:
1. Analgesik. Paracetamol bekerja sebagai inhibitor prostaglandin lemah dengan
menghalangi produksi prostaglandin, yang merupakan zat kimia yang terlibat
dalam proses pengiriman pesan rasa sakit ke otak. Dengan mengurangi jumlah
prostaglandin, paracetamol membantu mengurangi rasa sakit. Namun, berbeda
dengan aspirin, paracetamol memblokir pesan rasa sakit di sistem saraf pusat,
bukan pada sumber rasa sakit. Paracetamol digunakan untuk meringankan nyeri
ringan sampai sedang, termasuk sakit kepala, migrain, nyeri otot, neuralgia, sakit
punggung, nyeri sendi, nyeri rematik, sakit gigi, nyeri tumbuh gigi, artritis, dan
nyeri menstruasi.
2. Antipiretik. Paracetamol adalah antipiretik yang dapat mengurangi demam
dengan memengaruhi bagian otak yang disebut hipotalamus yang mengatur suhu
tubuh. Efek ini membuat paracetamol banyak digunakan dalam obat-obatan untuk
batuk, pilek dan flu. Secara khusus, paracetamol diberikan kepada anak-anak
setelah pemberian vaksinasi untuk mencegah demam pasca-imunisasi.
3. Khasiat lain. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa paracetamol mungkin
bermanfaat melindungi arteri dari perubahan yang mengarah pada pengerasan
pembuluh darah, yang dapat menyebabkan stroke, serangan jantung atau penyakit
kardiovaskuler. Hal ini karena paracetamol dapat mencegah proses pembentukan
plak arteri dengan menghambat oksidasi LDL (kolesterol buruk). Beberapa bukti
lain menunjukkan paracetamol mungkin juga bermanfaat melindungi terhadap
kanker ovarium.
4. Paracetamol direkomendasikan untuk pasien yang kontraindikasi NSAID (obat
anti-inflamasi non-steroid), termasuk mereka yang memiliki asma atau tukak
lambung/maag dan mereka yang sensitif terhadap aspirin. Namun, paracetamol
tidak memiliki sifat anti-inflamasi sehingga tidak berguna untuk mengurangi
peradangan atau pembengkakan pada kulit atau sendi.
Efek dari paracetamol adalah tubuh menyerap paracetamol dengan cepat.
Paracetamol dalam bentuk larutan lebih cepat diserap daripada tablet padat. Efek
paracetamol biasanya akan mencapai puncaknya antara setengah jam sampai dua jam
setelah konsumsi, dengan efek analgesik berlangsung selama sekitar empat jam.
Setelah itu, paracetamol akan dikeluarkan dari tubuh.
Dalam pembuatan sirup parasetamol ini, dilakukan metode pelarutan dengan
pemanasan. Sirup yang dibuat dengan cara ini dibutuhkan waktu yang relative cepat
dan komponen sirup tidak rusak atau menguap oleh pemanasan.
Setelah sediaan sirup dibuat sesuai formula, kemudiaan sediaan tersebut
dilakukan uji mutu fisik. Adapun uji mutu fisik yang dilakukan meliputi, organoleptis,
viskositas, bobot jenis, pemeriksaan pH, dan volume terpindahkan.
Pada pengujian organoleptis, yaitu menguji sediaan dari warna, bau, dan
rasanya. Dipantau dari warna, sediaan syrup memiliki warna hijau, memiliki bau khas
apel, dan rasanya manis. Warna hijau ditimbulkan dari penambahan pewarna atau
essence hijau, bau khas apel ditimbulkan dari essence tadi, dan manis ditimbulkan dari
formula pemanis yang cukup banyak.
Pada pengujian bobot jenis, menggunakan piknometer. Yaitu piknometer
kosong ditimbang, kemudian diisi penuh oleh sediaan, lalu ditimbang lagi. Kemudian
dihitung bobot jenis menggunakan rumus.
Pada pengujian pemeriksaan pH, yaitu menggunakan PH meter. Yaitu dengan
mencelupkan PH meter selama 1 menit kemudian setelah itu dilihat hasilnya. Dan
diperolehlah pH sebesar 6. Yang menandakan sediaan sirup bersifat asam lemah.
Pengujian terakhir yaitu volume terpindahkan, yaitu dengan mengisikan
sediaan sirup sebanyak 60 ml ke dalam 112 botol yang berbeda. Ditunggu, kemudian
dimasukkan ke dalam gelas ukur dan diamati berapa volume sediaan hasil tuangan
tadi apakah terjadi pengurangan atau tidak. Apabila terjadi suatu pengurangan itu
karena ketidakstabilan sediaan. Namun pada hasil yang diperoleh mayoritas tidak
mengalami pengurangan, hanya minoritas yang mengalami pengurangan yaitu hanya
berkisar 0,5 ml saja. Dan keseluruhannya memenuhi syarat volume terpindahkan.
Yaitu tidak boleh kurang dari 95%.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain yang
berkadar tinggi (sirop simpleks adalah sirop yang hampir jenuh dengan
sukrosa). Kadar sukrosa dalam sirop adalah 64-66% , kecuali dinyatakan lain
2. Parasetamol atau asetaminofen adalah obat analgesik dan antipiretik yang
popular dan digunakan untuk melegakan sakit kepala, sengal-sengal dan sakit
ringan, serta demam. Digunakan dalam sebagian besar resep obat analgesik
salesma dan flu.
3. Dalam pembuatan sirup parasetamol ini, dilakukan metode pelarutan dengan
pemanasan.
4. pH sirup sebesar 6, asam lemah.
5. Uji volume terpindahkan memenuhi syarat volume terpindahkan.

B. Saran
Diharapkan kepada semua mahasiswa/siswi untuk lebih banyak belajar mengenai
sifat, stabilitas, tipe sirup maupun cara melarutkan dan penyimpanannya. Pada saat
pembuatan sirup, praktikan harus mengetahui kelarutan dari bahan-bahan obat yang
dikerjakan, Praktikan juga harus mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
stabilitas sirup, agar dapat menghasilkan sirup yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh . 1997 . Ilmu Meracik Obat . Yogyakarta : Gadjah Mada Universitas
Press

Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1979 . Farmakope Indonesia Edisi III .


Jakarta : Dekpes RI

Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1995 . Farmakope Indonesia Edisi IV .


Jakarta : Dekpes RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978 . Formularium Nasional Edisi
2 .Jakarta : Dekpes RI

Syamsuni . 2007 . Ilmu Resep . Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai