Anda di halaman 1dari 2

PEMBAHASAN PROSEDUR

Praktikum kali ini membahas tentang Pembuatan Injeksi Natrium Thiosulfat. Menurut Farmakope
Indonesia Edisi III, injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi atau serbuk yang harus
dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara
merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau melalui selaput lendir. Injeksi Natrium Thiosulfat
biasa digunakan sebagai antidotum sianida Adapun formula yang dibuat sebagai berikut:

R/ Natrium Thiosulfat 100 mg

Natrium Dihydrogen Posfat

Dinatrii Hydrogen Posfat

Aqua pro injection ad 10 mL

Natrium Thiosulfat berfungsi sebagai zat aktif.

Salah satu syarat sediaan injeksi adalah pH. Nilai pH berhubungan dengan stabilitas sediaan.
Untuk mempertahankan pH sediaan diperlukan penambahan buffer (larutan penyangga) . Adapun
bahan tambahan yang berfungsi sebagai buffer yaitu Natrium Dihydrogen Posfat dan Dinatrii Hydrogen
Posfat. Penambahan zat ini agar ph larutan menjadi 8. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai isotonis
larutan yautu -2,54. Karena hasilnya negative maka artinya larutan bersifat hipertonis dan tidak perlu
penambahan NaCL.

Pada proses penimbangan zat aktif untuk sediaan, bahan yang di gunakan harus di lebihkan
sebanyak 5%. Hal tersebut bertujuan untuk mencegah terjadinya hilangnya volume bahan pada saat
pembuatan sediaan tersebut. Selain itu, hal ini juga dimaksudkan untuk mengganti kehilangan bahan
pada waktu proses pembuatan yaitu apada waktu penyaringan atau adanya bahan yang tertinggal pada
alat-alat praktikum.

Bahan pembawa yang digunakan adalah aqua pro injection bebas CO2, hal ini karena CO2 dapat
bereaksi dengan salah satu bahan obat dalam sediaan, dan bisa membentuk endapan., dimana salah
satu syarat utama dari larutan parenteral yaitu kejernihan. Sebelum digunakan, dilakukan
penambahan kerbon aktif ke dalam aqua pro injection. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan zat
pirogen dalam larutan.

Dalam pembuatan suatu produk parenteral, alat dan yang digunakan harus dalam keadaan steril.
Untuk itu alat dan bahan yang digunakan harus disterilkan terlebih dahulu. Selain itu ,dalam prosedur
pembuatannya harus mengikuti prosedur aseptic, dimana kondisi dibuat bebas dari mikroorganisme.
Setelah mencampur zat aktif dengan bahan tambahan, larutan injeksi disaring dengan
menggunakan syring. Penyaringan bertujuan untuk menghilangkan partikulat yang mungkin masih ada
di dalam larutan. Kemudian setelah sediaan injeksi Natrium Thiosulfat selesai dibuat, sediaan harus
disterilkan kembali dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit. Metode
sterilisasi ini merupakan metode yang paling efektif karena uap merupakan pembawa energy termal
paling efektif dan semua lapisan pelindung luar mikroorganisme dapat dilunakan sehingga
memungkinkan terjadinya koagulasi, bersifat nontoksis dan relative mudah dikontrol. Tujuan sterilisasi
adalah menjamin sterilitas produkmaupun karakteristik kualitasnya, termasuk stabilitas produk. Pada
saat sterilitas uap (autoklaf) pemaparan uap jenuh pada tekanan tertentu akan mengakibatkan
pembunuhan mikroorganisme secara irreversible akibat denaturasi atau koagulasi protein sel.

Anda mungkin juga menyukai