Anda di halaman 1dari 65

2017 1

PENGERTIAN UJI DISOLUSI


 Uji disolusi merupakan profil pelepasan zat aktif dari
sediaan, karena itu uji ini merupakan suatu prosedur
kontrol mutu yang wajib dilakukan dalam cara produksi
yang baik ( GMP )

 Uji disolusi merupakan pengujian mutu sediaan tablet


dari batch ke batch .

 Jika hasil uji disolusi sangat berbeda dari batch satu ke


batch lainnya maka ini merupakan suatu peringatan
bahwa zat aktif atau zat eksipien atau proses formulasi
atau proses fabrikasi yang mungkin di luar kontrol.

 Data uji disolusi juga penting untuk pengembangan


mutu sediaan PRAM-17 2
PENGERTIAN UJI DISOLUSI
PENGERTIAN
 Uji disolusi ( In Vitro ) yang diterapkan pada sediaan padat
bertujuan untuk mengukur dan mengetahui jumlah zat aktif
yang terlarut dalam media cair yang diketahui volumenya
pada waktu tertentu, pada suhu konstan tertentu,
menggunakan alat tertentu yang didesain untuk menguji
parameter disolusi.
 Jumlah zat aktif yang terlarut dapat ditentukan atau diukur
pada satu waktu tertentu atau berbagai rentang waktu
secara berturut yang tergantung pada jenis informasi yang
diperlukan.
 Kecepatan disolusi ialah jumlah zat aktif yang dikandung
sediaan obat padat yang dapat larut dalam suatu waktu
tertentu pada kondisi antar permukaan cair atau padat, suhu
dan komposisi media yang dilakukan.
PRAM-17 3
PENGERTIAN UJI DISOLUSI
 Kecepatan disolusi telah dirumuskan oleh Noyes Whiteney
sebagai berikut :
dW = KS ( Csat - Csol ) ………. ( 1 )
dT
dimana : dW = kecepatan disolusi
dT
K = konstanta disolusi
S = luas permukaan zat padat
Csat = konsentrasi larutan jenuh
Csol = konsentrasi zat aktif yang larut pada waktu tertentu

PRAM-17 4
PENGERTIAN UJI DISOLUSI
 Kemudian rumus itu dikembangkan oleh Nerst – Brunner
menjadi berikut :
dW = DS ( Csat - C sol ) ………….. ( 2 )
dT Vh

dimana : V = volume media


h = tebal lapisan difusi pada permukaan zat padat

Konstanta disolusi = D ………….( 3 )


Vh
dW = KS ( Csat - Csol ) …………( 4 )
dT

PRAM-17 5
PENGERTIAN UJI DISOLUSI

 Pada proses disolusi molekul zat aktif meningggalkan lapisan


difusi menuju media. Kemudian molekul yang berdifusi tadi
diganti oleh molekul lain yang dilepaskan oleh zat padat,
demikian seterusnya.

 Konsentrasi disolusi adalah fungsi dari tebal lapisan difusi .

 Tebal lapisan difusi adalah fungsi dari kecepatan pengadukan


atau fungsi dari sistem hidrodinamika.

PRAM-17 6
Tablet Disintegrasi
Pecahan besar

Disintegrasi
Pecahan kecil

granul
Proses
disolusi Disintegrasi
ganul

Difusi zat aktif


Terlarut dalam Partikel halus
media

PRAM-17 7
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UJI DISOLUSI
ZAT AKTIF DARI SEDIAAN PADAT

1. FAKTOR TEKNOLOGI

2. FAKTOR FORMULASI

3. FAKTOR ZAT AKTIF

4. FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DG LINGKUNGAN UJI


DISOLUSI.

PRAM-17 8
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UJI DISOLUSI ZAT AKTIF DARI
SEDIAAN PADAT
1. FAKTOR TEKNOLOGI
i. Gaya kompresi dan porositas.
Pori adalah saluran masuk cairan ke dalam tablet. Jika porositas
diperkecil maka kecepatan hancur tablet makin besar dan
kecepatan disolusi zat aktif bertambah kecil. Dalam hal ini
harus ada zona porositas optimal dimana pori masih cukup
besar untuk membolehkan cairan berpenetrasi , tetapi harus
cukup kecil agar zat disintegrasi karena mekanisme
pengembangan dapat menolak dinding pori.
Gaya kompresi yang makin besar dapat menaikkan suhu selama
kompresi . Kenaikan suhu cukup untuk mencairkan lubrikan
lemak. Pencairan lemak ini dapat menyalut partikel zat aktif
dengan selaput hidrofob yang dapat menghambat
pembasahan dan disolusi.
PRAM-17 9
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UJI DISOLUSI ZAT AKTIF DARI SEDIAAN PADAT

Kenaikan suhu ini dapat memodifikasi fisik hablur bentuk


metastabil tertentu dan karena itu kecepatan disolusi zat aktif
dapat berubah.
ii. JENIS MESIN TABLET
Pada mesin rotari puch atas dan bawah sama-sama memberi
tekanan secara homogen pada masa cetak. Mesin alternatif tidak
memberikan gaya yang homogen pada masa. Karena itu zona
yang keras pada tablet ialah permukaan yang langsung dikempa
punch atas.
iii. METODE FABRIKASI
Waktu hancur dan kecepatan disolusi sangat tergantung pada
eksipien yang dipakai.

PRAM-17 10
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UJI DISOLUSI ZAT AKTIF DARI SEDIAAN PADAT

2. FAKTOR FORMULASI.

 Eksipien yang diperlukan untuk membentuk masa suatu


sediaan tablet, dapat memegang peranan penting dalam
pelepasan zat aktif .

 Peranan ini bertambah besar , jika kadar zat aktif sangat kecil
dalam sediaan tablet.

PRAM-17 11
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UJI DISOLUSI ZAT AKTIF DARI SEDIAAN PADAT

2. FAKTOR FORMULASI.

i. Bahan Pengisi.

 Untuk zat aktif yang sangat kecil jumlahnya , penting untuk


diteliti pengaruh zat pengisi terhadap pelepasan zat aktif.
Misalnya zat pengisi yang bersifat adsorban seperti kaolin,
bentonit dapat memperlambat pelepasan .

 Ada juga zat pengisi yang dapat membuat tablet menjadi


keras sehingga dapat memperlambat waktu hancur dan
pelepasan zat aktif

PRAM-17 12
• FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UJI DISOLUSI ZAT AKTIF DARI
SEDIAAN PADAT
ii. Bahan Pengikat.
 Tergantung dari sifat dan konsentrasi suatu bahan pengikat
dapat mempengaruhi pelepasan zat aktif dari tablet.
 Bahan pengikat yang larut dalam air dapat mempertinggi
viskositas cairan disolusi yang menghalangi air (media)
berpenetrasi ke dalam tablet. Karena itu waktu hancur dan
kecepatan disolusi menjadi lebih lambat.
 Demikian pula jika bahan pengikat dipakai dengan konsentrasi
tinggi dapat memperlambat pecahnya tablet .
 Untuk bahan aktif hidrofob , jika digunakan pengikat hidrofil,
kecepatan disolusi dapat bertambah besar karena zat
pengikat ini menyalut partikel zat aktif , yang dapat
mempermudah pembasahan zat aktif.
PRAM-17 13
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UJI DISOLUSI ZAT AKTIF DARI
SEDIAAN PADAT
iii. Desintegran.
Desintegran berfungsi mempercepat pecah suatu sediaan tablet.
Sehingga perlu diperhatikan :
a. Kriteria pemilihan desintegran.
 Jika zat aktif dan eksipien adalah zat yang larut dalam air,
maka pada umumnya desintegran yang larut tidak dipakai
kecuali kalau dikehendaki desintegrasi tablet yang
diperlambat.
 Untuk zat aktif yang larut , amilum adalah desintegran yang
lebih baik. Untuk zat aktif yang hidrofob , dipakai zat hidrofil
yang tidak larut.

PRAM-17 14
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UJI DISOLUSI ZAT AKTIF DARI
SEDIAAN PADAT
b. Konsentrasi desintegran.

 Untuk zat desintegran yang larut dalam air hendaknya


konsentrasinya tidak melewati suatu konsentrasi optimum,
karena diatas konsentrasi itu zat akan memberikan suatu
viskositas yang besar. Karena itu fungsi pengikat akan lebih
besar dari fungsi desintegran.

 Untuk amilum, konsentrasi optimum hendaknya dihubungkan


dengan pembentukan jaringan kontinyu dari amilum di
sekeliling partikel atau granul.

PRAM-17 15
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UJI DISOLUSI ZAT AKTIF DARI
SEDIAAN PADAT
b. Konsentrasi desintegran.

 Konsentrasi optimum akan merupakan fungsi dari ukuran granulometri


dari partikel atau granul.

 Makin kecil ukuran partikel/granul, maka makin banyak amilum yg


diperlukan.

 Oleh karena hal tersebut di atas , maka zat desintegrasi yang larut dalam
air harus dalam suatu konsentrasi tertentu yang tidak boleh dilewati,
kerena pertambahan viskositas media menghambat penetrasi air kedalam
tablet dan tentu waktu hancurnya akan lebih lambat.

PRAM-17 16
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UJI DISOLUSI ZAT AKTIF DARI SEDIAAN PADAT

c. Cara memasukkan zat desintegrasi dalam masa tablet.


 Dalam cetak langsung , cara memasukkan zat desintegran
dalam masa tidak menimbulkan masalah.
 Sedangkan untuk metoda granulasi basah penambahan zat
desintegran dilakuan sebagian pada fase dalam dan sebagian
pada fase luar, dan ini berlaku untuk zat desintegran yang tak
larut seperti amilum .
 Sedangkan untuk yang larut seperti Carboksimetilselulosa Na
sebaiknya tidak ditambahkan kedalam fase dalam, sebab zat
ini akan berfungsi sebagai pengikat sewaktu air berpenetrasi
kedalam tablet.
 Zat desintegran dalam fase luar akan menimbulkan
desintegrasi makrogranular , pada umumnya cepat,
sedangkan zat desintegran dalam fase dalam akan
menyebabkan desintegrasiPRAM-17
mikrogranular. 17
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UJI DISOLUSI ZAT AKTIF DARI SEDIAAN PADAT

iv. Zat lubrikan .

 Pada umumnya lubrikan bersifat hidrofob, menghalangi


pembasah dan disolusi zat aktif.

 Karena itu penggunaan lubrikan cukup pada konsentrasi yang


optimum saja yang ditandai dengan sifat alir yang baik, tidak
terjadi perlekatan dan cukup untuk mentransmisi gaya secara
seragam ditengah tablet selama kompresi.

 Konsentrasi optimum itu harus di bawah persentase yang


dapat menyebabkan penyalutan zat aktif menjadi hidrofob.

PRAM-17 18
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UJI DISOLUSI ZAT AKTIF DARI SEDIAAN PADAT

3. FAKTOR ZAT AKTIF

NOYES dan WITHNEY, merumuskan kecepatan disolusi sebagai


berikut :
dW = KS ( Csat - Csol )
dT
Kemudian oleh NERST dan BRUNER dijabarkan menjadi :

dW = DS ( Csat - C sol )
dT Vh

PRAM-17 19
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UJI DISOLUSI ZAT AKTIF DARI SEDIAAN PADAT

i. Pengaruh Ukuran Partikel


Persamaan NOYES dan WITHNEY atau NERST dan BRUNER menunjukkan
bahwa kecepatan disolusi berbanding lurus dengan permukaan efektif
zat aktif yang berkontak dengan cairan disolusi. Jadi dengan mengurangi
ukuran partikel zat aktif maka permukaan kontak antara zat aktif dan
pelarut menjadi makin besar.

ii. Pengaruh Kelarutan zat aktif.


Kecepatan disolusi dalam persamaan NOYES dan WITHNEY berbanding
lurus tidak saja dengan permukaan spesifik tetapi juga dengan
perbedaan Csat – Csol . Untuk mencapai hal tersebut berbagai prosedur
dpt dilakukan misalnya memodifikasi zat aktif secara kimiawi
(pembentukan garam, ester, komplek dan lain-lain), memodifikasi
keadaan kristal zat aktif, penambahan eksipien ( solubilasi )

PRAM-17 20
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UJI DISOLUSI ZAT AKTIF DARI SEDIAAN PADAT

ii. Pengaruh Kelarutan Zat Aktif


a. Pengaruh modifikasi secara kimiawi.
Modifikasi kimiawi yang dapat dilakukan kepada suatu zat aktif untuk
memperbesar kelarutan adalah :
• Pembentukan garam.
Pembentukan garan dari zat aktif , dengan mentransformasikan suatu zat
asam atau basa yang sedikit terionisasi dan sedikit larut menjadi suatu
garam terionisasi yang lebih larut dalam air. Pembentukan garam adalah
suatu metode pilihan untuk menambah atau memperbesar konsentrasi
jenuh (Csat) asam lemah yang sedikit larut dalam lingkungan lambung .
Dalam lambung garam ini terionisasi lalu asam yang tidak larut itu
mengendap sebagai partikel yg sangat halus dan basah , karena itu
lebih mudah diabsorbsi. Zat asam lemah lebih mudah larut dalam
suasana lambung.

PRAM-17 21
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UJI DISOLUSI ZAT AKTIF DARI SEDIAAN
PADAT
• Pembentukan Ester
Pembentukan ester dari zat aktif tertentu dapat memodifikasi
kelarutan dan kecepatan disolusinya . Tujuan esterifikasi
suatu zat aktif antara lain untuk mencegah degradasi dalam
lambung ; untuk memperlambat atau memperpanjang kerja
zat aktif. Untuk menutupi rasa yg tidak enak. Contoh :
Kloramfenicol stearat/palmitat.
b. Pengaruh Modifikasi Keadaan Fisik.
Pada umumnya zat amorf lebih larut dari kristalnya. Misalnya
novobiosin lebih aktif dalam bentuk amorf ( dlm suspensi
bentuk amorf berubah , menjadi kristal , untuk mencegah
perubahan ini hendaknya dipakai garam Ca amorf)
• Ester kloramfenikol hanya aktif dalam bentuk amorf.
PRAM-17 22
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UJI DISOLUSI ZAT AKTIF DARI SEDIAAN
PADAT
 Sifat fisik bentuk zat seperti ini dapat sangat berbeda dengan bentuk
anhidrat, terutama sifat disolusinya.

 Pada umumnya disolusi bentuk anhidrat dalam air lebih cepat dari bentuk
hidrat. Misalnya Ampisilin trihidrat.

 Banyak zat aktif membentuk solvat dan hidrat terutama kinin,


sulfonamida, barbiturat, kortikosteroid, tertrasiklina dll.

 Hidrat dan solvat dapat terbentuk sendiri tidak saja pada waktu sintesa,
tetapi juga pada waktu fabrikasi atau pada waktu penyimpanan suatu
sediaan farmasi.

 Hal ini sudah diamati untuk tablet kalsium paraaminosalisilat, atau tablet
kalsium pentobarbital, karena itu kecepatan disolusinya dapat berubah.

PRAM-17 23
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UJI DISOLUSI ZAT AKTIF DARI SEDIAAN
PADAT

C. Formulasi Buatan atau Teknologi untuk memodifikasi kecepatan disolusi zat


aktif.

Banyak prosedur digunakan untuk memperbaiki disolusi zat aktif yang kelarutannya
kecil, diantaranya ialah prosedur teknologi tertentu untuk memodifikasi keadaan fisik
zat aktif ( pembentukan eutetik ); penambahan zat tambahan disolusi (“Co solute”)
yang dpt membentuk larutan padat dan senyawa komplek; memodifikasi konstanta
elektrik media disolusi; penambahan zat solubilasi miselar dan penyalutan zat aktif
dengan zat hidrofil.

Campuran Eutetik :

 Adalah campuran dari dua zat yang titik lelehnya pada umumnya jauh dibawah
titik leleh masing-masing zat.

 Campuran ini diperoleh dengan menghablurkan suatu campuran dari dua zat
padat yang sedikit atau masing-masing tidak larut.
PRAM-17 24
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UJI DISOLUSI ZAT AKTIF DARI SEDIAAN
PADAT

Larutan Padat :
 adalah campuran yang padat pada suhu kamar , yang terdiri dari suatu zat yang
disebut “vektor” atau pembawa padat.

 Vektor ini sangat larut dalam air dan tidak aktif secara farmakologis. Yang satu lagi
adalah zat aktif yang kelarutannya kecil.

 Campuran kedua zat ini diperoleh dengan cara mencairkan dan mencampur kedua
zat tersebut kemudian didinginkan sampai kembali padat. Zat padat ini serbuk.

 Dalam kombinasi ini zat aktif berada dalam keadaan molekuler . Jika kombinasi
ini berada dalam air atau cairan tubuh , ‘vektor ‘ akan larut dengan cepat ,
membebaskan zat aktif dan terdispersi dalam keadaan molekular, karena keadaan
itu kecepatan disolusi bertambah besar. Misalnya kombinasi urea dan kloramfenikol
; kombinasi asam askorbat dengan sulfadiasol.

PRAM-17 25
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UJI DISOLUSI ZAT AKTIF DARI SEDIAAN
PADAT

Kompleks :

 Adalah kombinasi antara dua atau lebih ion atau molekul yang tidak terikat
satu sama lain dengan ikatan kovalen atau ionik tetapi dengan gaya
intermolekuler atau ikatan hidrogen atau dengan gaya Van der Walls.

 Sifat fisiko kimianya antara lain kelarutan, ukuran molekul, difusibilitas,


koefisien partisi minyak dan air berbeda dari sifat zat aktif bebas.

 Perbedaan ini kadang – kadang membuat kompleks tidak dapat melewati


membran absorbsi karena itu ia tidak mempunyai aktivitas biologik.

 Walaupun demikian kadang-kadang suatu komplek lebih larut dari zat


padat bebasnya.

PRAM-17 26
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UJI DISOLUSI ZAT AKTIF DARI SEDIAAN
PADAT

Kompleks :

 Meskipun sedikit zat komplek yang terabsorbsi dalam tubuh, pembentukan


kompleks akan menambah kecepatan absorbsi zat aktif yang sedikit larut, karena
interaksi yang menghasilkan suatu kompleks adalah reaksi yang reversible dalam
cairan biologik.

Zat aktif + zat kompleksan = kompleks.


Keseimbangan ditunjukkan oleh konstanta Ks.

Ks = ( Kompleks ) .
(Zat aktif) - ( zat kompleksan )

PRAM-17 27
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UJI DISOLUSI ZAT AKTIF DARI SEDIAAN PADAT

 Efek kompleksisasi terhadap absorbsi tergantung pada nilai Ks, biasanya kecepatan
absorbsi berkurang tetapi ketersediaan biologik hanya sedikit dimodifikasi .

 Aspek kinetik absorbsi menginduksi keseimbangan rangkap , yaitu bentuk bebas dan
bentuk kompleks di sebelah luar membran dan bentuk bebas di kedua belah sisi
membran.

zat aktif zat aktif zat aktif bebas darah

terkompleks bebas

membran biologik

PRAM-17 28
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UJI DISOLUSI ZAT AKTIF DARI SEDIAAN PADAT

 Dalam organ, zat aktif yang melintasi membran biologik , berdifusi dan terbawa
dalam sirkulasi umum , kerena itu terjadi ketidak seimbangan.

 Untuk menjamin keseimbangan kembali , zat aktif bebas yang baru akan melintasi
membran.

 Karena itu terjadi pembebasan baru zat aktif disebelah luar membran untuk
menjaga keseimbangan.

 Kegunaan kompleks dari sudut biofarmasi merupakan metode penting dalam


formulasi , karena dengan cara kompleksisasi dapat memodifikasi dapat
memodifikasi atau mengurangi berbagi sifat yang tidak diinginkan dari suatu zat
aktif tanpa menghilangkan aktifitas farmakologiknya.

PRAM-17 29
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UJI DISOLUSI ZAT AKTIF DARI SEDIAAN
PADAT

 Kelarutan suatu zat adalah fungsi dari konstanta dielektrik media. Untuk nilai
tertentu dari konstanta dielektrik media.

 Untuk nilai tertentu dari konstanta dielektrik dapat dicapai suatu kelarutan yang
optimum . Karena itu suatu zat aktif dapat dilarutkan dalam suatu pembawa atau
campuran pelarut yang kompatible secara fisiologik, mempunyai konstanta
dielektrik yang sesuai dengan disolusi.

 Zat surfaktan mempunyai molekul berantai lipofil dan bagian hidrofil. Dalam
larutan air , pada suatu konsentrasi tertentu molekul itu berasosiasi untuk
membentuk kumpulan yang disebut ‘misel’.

 Bagian non polar dari molekul , terorientasi ketengah misel dan terlindungi dari
larutan air. Bagian hidrofil terorientasi kepada air.

PRAM-17 30
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UJI DISOLUSI ZAT AKTIF DARI SEDIAAN
PADAT
4. Faktor yang berhubungan dengan lingkungan UjiDisolusi.

i ) Pengadukan.
dW = DS (C sat - C sol )
dt Vh

dW = KS (Csat - Csol )
dt

Hubungan antara konstanta kecepatan disolusi (K) dengan kecepatan


pengadukan telah dirumuskan POLLI secara empirik.

K = ɣ Nβ

K = konstanta kecepatan disolusi


ɣ dan β = konstanta
N = kecepatan pengadukan
PRAM-17 31
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UJI DISOLUSI ZAT AKTIF DARI SEDIAAN
PADAT
Jika disolusi zat aktif berlangsung melalui proses difusi molekul dari
permukaan padat ,maka ketebalan lapisan difusi (h) merupakan faktor
penting dalam proses disolusi . Maka nilai β = 1 atau mendekati 1 . Hal itu
sesuai dengan teori NERNST, bahwa ketebalan lapisan difusi berbanding
terbalik dengan kecepatan pengadukan. Kecepatan pengadukan media
mempengaruhi ketebalan lapisan difusi . Makin besar intensitas pengadukan ,
makin tipis lapisan itu, makin cepat disolusi.

Untuk reaksi yang dikendalikan oleh kecepatan penggantian antar permukaan


, maka intersitas pengadukan tidak mempengaruhi atas kecepatan reaksi dan
β akan mendekati 0 . Jika kedua fenomena itu mengendalikan suatu
kecepatan reaksi maka β terletak antara 0 dan 1.

ii . Sifat media Disolusi.


Diantara sekian banyak faktor yang mempengaruhi disolusi , sifat media
disolusi memegang peranan penting Misalnya pH, suhu, viskositas, tegangan
permukaan dan peristiwa absorbsi. PRAM-17 32
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UJI DISOLUSI ZAT AKTIF DARI SEDIAAN
PADAT
a. pH media disolusi
Dari persyaratan NOYES – WHITNEY, telah ditunjukkan bahwa logaritma dari
kecepatan disolusi merupakan fungsi dari pH.
dW = KS (C sat - Csol)
dt
Kelarutan total ( Csat) dari suatu zat aktif bersifat asam lemah dapat dinyatakan sebagai
berikut.
Csat = ( HA ) + ( A )
( HA ) adalah kelarutan intrinsik dari asam yang terionisasi dan ( A ) adalah konsentrasi
anion. ( HA ) asam yang terdesosiasi lebih baik ditulis sebagai Co.
Konsentrasi anion dinyatakan sebagai hubungan dengan Ka dan Co.

HA H + + A-
(H+) ( A-) = Ka
(HA)
Ka ( HA ) = (A-)
( H+ )
PRAM-17 33
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UJI DISOLUSI ZAT AKTIF DARI SEDIAAN
PADAT
a. pH media disolusi

Jadi kelarutan asam lemah :


(HA) + (A+) = Csat = Co + Co.Ka
(H+)
Analog dengan ini, maka persamaan untuk kelarutan basa :

Csat = Co + Co (H3O+)
Ka

BH+ + H2O H3O- + B

Ka = (B) (H3O-) dan (BH+) = (B) (H3O-)


(BH+) Ka

PRAM-17 34
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UJI DISOLUSI ZAT AKTIF DARI SEDIAAN
PADAT
a. pH media disolusi
Persamaan di atas dimasukkan ke dalam persamaan NOYES – WITHNEY, maka
untuk asam lemah :
dW = KS Csat (kondisi hilang)
dt

dW = KS Co + Ka Co
dt (H+) (1)
untuk basa lemah :

dW = KS Co + Co (H3O-)
dt Ka (2)

- KS = DS
h
PRAM-17 35
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UJI DISOLUSI ZAT AKTIF DARI SEDIAAN
PADAT
a. pH media disolusi
persamaan (1) dan (2) menunjukkan bahwa kecepatan disolusi zat aktif asam
lemah akan naik dengan naiknya pH yaitu (H+) bertambah kecil, sedangkan
kecepatan disolusi zat aktif bersifat basa lemah bertambah dengan bertambahnya
(H+) atau disolusi menurun dwngan naiknya pH.

In Vivo kecepatan disolusi basa lemah akan optimum dalam cairan


lambung, sedangkan kecepatan disolusi zat aktif asam lemah cenderung minimum
dalam lingkungan asam lambung. Kecepatan disolusi zat aktif asam lemah akan
naik ketika zat aktif itu melewati daerah yang lebih alkalis dalam saluran
pencernaan.

Adalah paradoksal bahwa efek pH pada kecepatan disolusi dari zat aktif
asam dan basa berlawanan dengan efek pH pada kecepatan absorbsi instrisik dari
zat aktif elektrolit lemah. Absorbsi zat aktif asam lemah adalah optimum pada ph
rendah (asam) sedang basa lemah walaupun kecepatan disolusinya besar dalam
lingkungan pH rendah , namun kecepatan absorbsinya adalah kecil. Karena itu
kecepatan disolusi yang sangat cepat dari suatu zat aktif asam lemah sangat
penting. PRAM-17 36
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UJI DISOLUSI ZAT AKTIF DARI SEDIAAN
PADAT
C. Viskositas

dW = KT S (Csat - Csol)
dt 6πλη
Rumus ini menunjukkan bahwa kecepatan disolusi berbanding terbalik dengan
viskositas.

D. Komposisi media disolusi.

Surfaktan dapat memperbaikai / mempercepat pembasahan dari suatu zat


aktif, hingga kecepatan disolusi juga dipercepat . Dalam hal ini surfaktan
memperkecil tegangan antar permukaan padat cairan.
Zat warna yang terdapat dalam lingkungan disolusi dapat memperkecil
kecepatan disolusi. Dalam hal ini zat warna terabsorbsi pada permukaan partikel
zat aktif. Disolusi zat aktif melalui selaput (lapisan) zat warna lebih kecil dari zat
aktif tanpa lapisan zat warna.

PRAM-17 37
METODOLOGI DISOLUSI
1. WADAH .
Untuk percobaan disolusi harus dipilih wadah yang sesuai. Sesuai dengan
mwtodw atau alat yang digunakan, baik bentuk maupun ukuran volumenya.
Seperti gelas piala atau wadah bundar (POOLE) atau bentuk khusus dari wadah yang
dipakai.
Pemakaian gelas piala mempunyai 2 kelemahan yaitu :
a. Tablet dapat terletak dimana dimana saja pada dasar gelas piala. Kalau tablet itu
cepat terintegrasi, tidak menimbulkan masalah, tetapi jika waktu hancur tablet
panjang maka kecepatan disolusi akan bervariasi yang disebabkan tablet
menerima energi pengadukan tidak seragam.
b. Ketika tablet sudah terdesintegrasi maka serbuk atau granul terdispersi tidak
teratur dalam wadah dan dapat bermigrasi ke pinggir wadah. Hal ini akan
memberikan hasil uji disolusi yang heterogen.
Untuk mengatasi hal tersebut diatas maka sebaiknya dipakai wadah gelas dengan dasar
bundar. POOLE dan USP XXI memakai wadah model balon dengan dasar bundar
bervolume 1 liter dan 2 liter. Dengan model ini tablet akan selalu terletak pada
dasar wadah. Selain itu bentuk bundar membantu untuk mendispersikan partikel
secara homogen dalam media disolusi.

PRAM-17 38
METODOLOGI DISOLUSI
2. PENGADUKAN.
Pengadukan bertujuan untuk selalu memperbaharui cairan yang berkontak
dengan permukaan zat aktif, memperbesar difusi dan menyeragamkan suhu.
Kerena menaikkan dan mengatur trasfer zat aktif ke dalam pelarut atau menambah
kecepatan disolusi. Dalam pengujian disolusi intensitas pengadukan cukup kecil saja
karena dalam lingkungan fisiologis pun sediaan tidak diaduk secara berlebihan.
Makin kecil pengadukan, makin deskriminatif suatu sistem. Karena itu alat harus
dapat menjamin homogenitas pada pengadukan yang intensitasnya kecil. Untuk
tablet dan sediaan padat peroral, pengadukan yang lemah sangat diharapkan agar
mendekati kondisi in vivo .

Kecepatan 20 sampai 100 RPM sudah cukup , karena dengan kecepatan


pengadukan demikian, sudah dapat membuat media disolusi homogen .

3. MEDIA DISOLUSI.
Untuk memilih mdia ddisolusi, dapat dipertimbangkan hal sebagai berikut :
a. Jika kelarutan zat aktif tidak dipengaruhi oleh pH, maka sebagai media disolusi
dipakai air suling.

PRAM-17 39
METODOLOGI DISOLUSI

3. MEDIA DISOLUSI.
b. Jika kelarutan zat aktif dapat dipengaruhi oleh pH, maka sebagai media disolusi
dipakai cairan lambung atau cairan usus buatan.

Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, cairan lambung dan usus buatan terdiri dari :

Cairan Lambung :
asam klorida 2g dan pepsin 3,2 g dilarutkan dalam asam klorida (
acidum hydrocloridum FI. Ed.III ) dan air suling hingga 100 ml. Larutan ini
mempunyai pH lebih kurang 1.2.

Cairan Usus :
kalium hidrogen fosfat 6.8 g dilarutkan dalam 250 ml air suling
kemudian ditambahkan natrium hidroksida 0.2 N sebanyak 190 ml dan air suling
sebanyak 400 ml. Pankreatin P 10 g lalu dicampur, kemudian tambahkan Natrium
hidroksida 0.2 N secukupnya hingga pH 7.5 ± 0,1 kemudian diencerkan dengan air
suling hingga 1000 ml.
PRAM-17 40
METODOLOGI DISOLUSI

3. MEDIA DISOLUSI.
Selain pertimbangan kelarutan, pemilihan cairan disolusi agar didasarkan pula pada
formulasi dan sifat stabilitas zat aktif. Asam klorida encer biasana lebih tepat dari
pada air sebagai media disolusi, sebab media ini memberikan gambaran realistik
jika kelarutan suatu senyawa dipengaruhi oleh pH . Media disolusi harus
sesederhana mungkin . Peneambahan enzim akan mempersulit penentuan kadar
zat aktif. Penambahan surfaktan nonionik dapat dilakukan untuk menstimulasi
tegangan permukaan getah lambung.

Air sebagai media disolusi dipakai hanya jika mungkin. Jika suatu zat aktif
merupakan molekul netral dan kelarutannya dalam air sangat kecil, sehingga
penentuan kecepatan disolusi dalam air tidak ada artinya , maka sistem pelarut
hidroalkohol dapat dipakai untuk mengatasi hal itu. Hanya saja alkohol
menyebabkan desintegrasi yang tidak realistik.
Jika zat aktif merupakan molekul asam dengan kelarutan yang kecil dalam HCl
encer (0,1 N) untuk mencapai kelarutan yang cukup adalah lebih baik bila pH sistem
dinaikkan dari pada menambah alkohol.

PRAM-17 41
METODOLOGI DISOLUSI

4. VOLUME MEDIA DISOLUSI.


Volume media disolusi tergantung dari kelarutan aktif yang akan ditentukan
kecepatan disolusinya.
Jika kelarutan suatu zat aktif, dan kadarnya cukup besar dalam suatu sediaan, maka
diperlukan media disolusi dalam volume yang cukup besar.
Penjenuhan cairan disolusi sebaiknya dicegah, Sebagai patokan dipakai “aturan 25%”
artinya volume media disolusi yang digunakan dalam suatu pengujian disolusi
minimal 4 x lebih besar dari volume media dimana zat aktif itu larut seluruhnya.

5. SUHU.
Suhu dalam wadah disolusi harus dikendalikan dengan seksama .kelarutan zat
aktif tergantung pula pada suhu media , karena itu variasi suhu selama pengujian
harus dihindari. Wadah disolusi biasanya tercelup dalam penangas air yang
dilengkapi dengan termostat. Suhu yang biasa dipakai ialah suhu 370C, karena suhu
ini merupakan parameter suhu in vivo

PRAM-17 42
METODOLOGI DISOLUSI

6. LOKASI PENGAMBILAN SAMPEL ALIKOT.


Jika suatu sediaan tablet terdesintegrasi menjadi partikel halus dan perbedaan
bobot jenis antara partikel dan media disolusi cukup kecil, maka pengambilan alikot
dapat dilakukan dimana saja didalam wadah disolusi tanpa menunjuk variasi yang
besar dalam kecepatan sisolusi asal partikel itu tetap tersuspensi secara homogen.
Sebaliknya jika tablet itu terdesintegrasi dalam partikel besar atau perbedaan bobot
jenis antara partikel dan cairan disolusi cukup besar, maka pengambilan alikot dari
lokasi yang sembarangan dalam wadah dapat menunjukkan variasi dalam
kecepatan disolusi. Karena itu pengambilan alikot agar dilakukan pada suatu
titik/tempat tertentu dalam wadah disolusi.

7. LAMA PENGUJIAN.
lama pengujian tergantung pada kelarutan zat aktif. Pengujian dilakukan paling
sedikit sampai memperoleh T 80 % ( atau lebih ) . Jika hanya sampai ke T 20%
kesimpulan yang diambil dapat menyesatkan. Jika larutan adalah penyebab
lambatna mencapai T 80 % , maka sebaiknya pelarut diganti.

PRAM-17 43
PROTOKOL UMUM UJI DISOLUSI
Sebelum uji disolusi dilakukan, hendaknya dilakukan dulu uji pendahuluan yang
meluputi :

1. PENGUJIAN KELARUTAN ZAT AKTIF


Diambil sejumlah tertentu (berlebihan) dari zat aktif, dimasukkan dalam tabung
percobaan yang mengandung media disolusi sebanyak 20 ml . Tabung ditutup rapat
kemudian dikocok selama 24 jam pada suhu konstan 370C di dalam penangas air
yang dilengkapi dengan termostat . Pada akhir dari 24 jam diambil 1 ml alikot
dengan pipet berfilter dan tentukan kadar zat aktif yang terlarut dalam 1 ml alikot
2. PENGUJIAN STABILITAS ZAT AKTIF
Zat aktif dalam jumlah tertentu dilarutkan dalam media disolusi lalu dipanaskan
60 menit pada suhu 37oC kemudian kadar zat aktif ditentukan secara kuantitatif.
kalau kadar zat aktif tetap, maka dapat dikatakan bahwa zat aktif stabil dalam
kondisi uji disolusi.
3. PENGUJIAN DISOLUSI ZAT AKTIF
Zat aktif sebanyak kandungan satu tablet dimasukkan ke dalam wadah disolusi
berisi cairan disolusi dengan suhu 37oC . Uji disolusi dilakukan sama dengan
protokol untuk oercobaan disolusi zat aktif dari tablet.
PRAM-17 44
PROTOKOL UMUM UJI DISOLUSI
Sebelum uji disolusi dilakukan, hendaknya dilakukan dulu uji pendahuluan yang
meluputi :

4. METODA ANALISIS
Terhadap tiap alikot dilakukan analisis kuantitatif terhadap zat aktif, dengan
memakai suatu metoda analitik tertentu. Sebelumnya, metoda ini telah diuji
terutama menyangkut waktu yang diperlukan untuk analisis , efisiensi ,
ketepatan, kesederhanaan dan reprodusibilitasnya.

5. MENYATAKAN HASIL PERCOBAAN KECEPATAN DISOLUSI


Ada bermacam - macam cara untuk menyatakan hasil percobaan disolusi antara
lain.
i. Dengan pernyataan persen atau mg zat aktif yang terlarut dalam suatu waktu
tertentu, (misalnya 75% / 45 menit).
ii. Dengan grafik pada kertas milimeter, persentase yang larut terdapat pada
ordinat dan waktu pengambilan alikot pada absis.
iii. Dengan menghitung Efisiensi Disolusi (ED) menurut metoda KHAN dan
RHODES.
PRAM-17 45
PROTOKOL UMUM UJI DISOLUSI

ED = O ∫t Y dt X 100 =
Y 100 t

ED = permukaan gelap X 100 %


Permukaan empat segi Y 100 t

PRAM-17 46
PROTOKOL UMUM UJI DISOLUSI

konsep efesiensi disolusi menunjukan beberapa keuntungan, antara lain :

1. Metode ini dapat melakukan perbandingan kecepatan disolusi diantara formula


yang berbeda-beda.
2. Nilai yang diperoleh yang tergantung pada bentuk kurva, merupakan pengutaraan
yang lebih sempurna kinetika disolusi, untuk suatu waktu yang tepat.

iv. Dengan menyatakan waktu yang diperlukan untuk mencapai suatu presentase dari
kelarutan zat aktif.

PRAM-17 47
PROTOKOL UMUM UJI DISOLUSI
Misalnya : T 30 % = Waktu yang diperlukan
untuk mencapai 30 % zat aktif
yang larut.
T 50 % = Waktu yang diperlukan
untuk mencapai 50 % zat aktif
yang larut. Yang sering dilakukan
adalah T 50 %.

6. LINEARISASI KURVA
i. Presentase kelarutan versus V t, menghasilkan
garis lurus pada kertas milimeter.
t = waktu dalam menit atau jam

100 ( Woo-W) K
ii. Log { Woo } A - 2,303 t

PRAM-17 48
PROTOKOL UMUM UJI DISOLUSI

Woo zat aktif yang akan larut pada waktu too


W zat aktif yang larut pada waktu t
Log 100 ( Woo-W)
{ Woo } adalah persentase dari zat aktif yang tidak larut
Kalau Log 100 ( Woo-W)
{ Woo } versus t, digambar pada kertas logaritma, maka
akan menghasilkan garis lurus dengan arah -K
2,303
iii). Persamaan HIXSON dan CROWELL
m01/3 – m1/3 = Kt
M0 = bobot zat aktif pada permulaan
M = bobot zat aktif yang tidak larut pada waktu t.
Kalau digambar pada kertas milimeter m01/3 – m1/3 versus t akan diperoleh
suatu garis lurus.
Atau 3√(100) - 3√(% terdisolusi pada ordinatdan t pada absis).
PRAM-17 49
PROTOKOL UMUM UJI DISOLUSI
Rumus ini disebut “Rumus akar pangkat tiga”. Titik-titik terdletak pada suatu garis lurus
jika zat aktif dilepaskan secara difusi dan massa total cairan adalah serbasama dengan
pengadukan. Jika titik berada pada satu garis maka kinetika mengikuti hukum HIXSON
dan CROWELL (kertas milimeter).

iv). Representasi pada kertas probit.


Prosentase zat aktif yang tidak larut pada ordinat versus waktu pada absis akan
menghasilkan garis lurus.

PRAM-17 50
PERALATAN UJI DISOLUSI

Ada dua proses utama dalam uji disolusi, yaitu proses mendisolusi zat aktif
dalam media dan proses penentuan / penetapan jumlah zat aktif terlarut dalam
media tersebut

jadi sesuai dengan proses tadi, maka dalam uji disolusi ada dua jenis alat
utama, yaitu alat uji disolusi, dan alat pengukur konsentrasi zat aktif yang terlarut
dalam media ( alat fisika kimia ).

1. JENIS ALAT UJI DISOLUSI


Dari segi kontinuitas penetapan zat aktif yang terlarut, maka alat uji disolusi dapat
dibagi atas tiga kelompok yaitu.

a. Alat uji manual.


Dalam hal ini semua proses masih ditangani oleh penguji, mulai dari mempipet
alikot dari wadah alat uji disolusi sampai mengukur kadar zat terlarut .
b.

PRAM-17 51
PERALATAN UJI DISOLUSI

b. Alat uji disolusi semi otomatis.

Alat ini banyak digunakan dewasa ini, karena cukup praktis. Dengan menggunakan
alat alat ini, maka alikot pada waktu yang diprogramkan akan keluar sendiri.
Kemudian pengukuran kadar zat aktif dilakukan oleh penguji / analis.

c. Alat uji otomatis.

Semua proses dilakukan otomatis.alat uji disolusi ini disambung dengan alat
pengukur konsentrasi. Alikot yang keluar dari wadah uji disolusi akan langsung
masuk ke sel alat pengukur konsentrasi terlarut.

PRAM-17 52
PERALATAN UJI DISOLUSI
b. Alat uji disolusi semi otomatis.
Alat ini banyak digunakan dewasa ini, karena cukup praktis. Dengan menggunakan
alat alat ini, maka alikot pada waktu yang diprogramkan akan keluar sendiri.
Kemudian pengukuran kadar zat aktif dilakukan oleh penguji / analis.

c. Alat uji otomatis.


Semua proses dilakukan otomatis.alat uji disolusi ini disambung dengan alat
pengukur konsentrasi. Alikot yang keluar dari wadah uji disolusi akan langsung
masuk ke sel alat pengukur konsentrasi terlarut.

2. Alat untuk Menentukan kadar zat aktif yang terlarut .

Dalam penetapan kadar zat aktif, harus dipilih suatu metoda analisis sedemikian
rupa agar penetapan kadar dapat dilakukan ringkas dan cepat. Penetapan kadar itu
dapat dilakukan secara kolorometri, spektrofotometri, kromatografi gas, dan
kromatografi cair tekanan tinggi.

PRAM-17 53
PERSIAPAN , PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN UJI DISOLUSI

Sebelum memulai pengujian perlu diadakan persiapan yang mencakup.

1. PEMILIHAN METODA.
Kalau metoda dan prosedur sudah ada di Farmakope Indonesia, maka pengujian
disolusi akan langsung mengikuti metoda dan prosedur tersebut, tetapi jika
belum ada maka prosedur dan metode akan mengikuti yang ada di Farmakope
lain ( USP; BP ).
Sedangkan dari kedua alat yang tercantum dalam USP XXI yang paling banyak
digunakan adalah alat disolusi dengan pengaduk dayung, sedangkan metode
keranjang jarang dipakai karena mempunyai beberapa kelemahan diantaranya ;

 granul dapat menyumbat lobang keranjang yang akan mengganggu disolusi.

 Tablet atau kapsul tidak dapat diamati selama proses pengujian

 Pemasangan tangkai keranjang yang tidak tepat dpt menyebabkan keranjang


bergoyang.
PRAM-17 54
PERSIAPAN , PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN UJI DISOLUSI

2. POSISI PENGAMBILAN ALIKOT

Posisi pengambilan alikot sangat penting diperhatikan dan ditentukan, sebab


konsentrasi zat aktif tidak sama pada setiap bagian media disolusi. Pengambilan
alikot agar dilakukan pada bagian tengah antara bagian atas pengaduk dan
permukaan media dan tidak lebih dekat dari 1 cm dari dinding wadah.

3. VOLUME ALIKOT
Alikot yang diambil pada waktu uji disolusi harus diganti dengan media disolusi
segar yang sama suhunya dengan media dalam wadah.
Jumlah volume alikot yang diambil sangat tergantung dari metoda analisis yang
digunakan untuk menentukan kadar zat aktif terlarut. Pada waktu pengambilan alikot
harus dijaga agar partikel sediaan padat tidak terikut sebab akan mempengaruhi
hasil uji disolusi, karena itu harus didesain sedemikian rupa agar partikel tidak
terambil
PRAM-17 55
PERSIAPAN , PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN UJI DISOLUSI

4. FREKUENSI PENGAMBILAN ALIKOT


Frekuensi pengambilan alikot sangat tergantung pada formulasi yang dibutuhkan
. Pengujian disolusi zat aktif dari sediaannya menurut monografi beberapa
farmakope, dilakukan hanya pada satu waktu tertentu. Kalau diinginkan
informasi tentang kinetika kecepatan disolusi, maka frekuensi pengambilan alikot
harus edilakukan sesering mungkin yaitu pada berbagai waktu sesuai dengan
program yang dibuat.

5. JUMLAH PENGUJIAN UNTUK SATU SAMPEL.


Untuk mendapat hasil uji disolusi yang meyakinkan, maka pengujian
disolusi untuk suatu sampel dilakukan sekurang kurangnya 6 (enam kali). Tiap
pengujian digunakan 1 (satu) tablet/kapsul. Jika 6 tablet pertama memenuhi
persyaratan, maka uji disolusi dianggap cukup. Jika dari kelompok pertama tadi
gagal tetapi hasil rata-rata kelompok pertama dan kedua ( sebanyak 6
tablet/kapsul) memenuhi persyaratan, maka uji disolusi juga dianggap cukup. Jika
yang pertama dan kedua gagal maka dilakukan uji ketiga dengan 12 tablet
kemudian dihitung hasil rata-rata I, II, dan III
PRAM-17 56
PENGENDALIAN BERBAGAI FAKTOR VARIABLE
Reprodusibilitas uji disolusi sangat diharapkan, walaupun pengujian
dilakukan di laboratorium dan oleh penguji yang berbeda. Karena itu semua
faktor yang dapat mempengaruhi hasil uji disolusi harus diketahui dan dapat
dikendalikan.
1. PENGARUH UDARA ATAU GAS.
Udara atau gas yang terlarut dalam media akan menimbulkan gelembung
udara. Gelembung udara ini terkumpul pada permukaan sediaan padat
atau permukaan partikel menyebabkan sediaan atau partikel itu terapung
dan menghalangi kontak sediaan/partikel dengan media disolusi. Karena
itu kecepatan disolusi akan terganggu. Udara atau gas yang terlarut dalam
media harus dihilangkan dengan berbagai cara. Cara yang biasa digunakan
ialah dengan mendidihkan air untuk media selama lebih kurang 10 menit
kemudian didinginkan. Cara lain ialah dengan menyebarkan air dalam
wadah hampa udara.
udara atau gas dapat merubah pH media yang disebabkan adanya
kandungan karbondioksida , oksigen dan bahan – bahan lain yg dapat
merubah pH media.
PRAM-17 57
PENGENDALIAN BERBAGAI FAKTOR VARIABLE

Sifat gangguan udara atau gas terlarut dalam media dapatdisimpulkan


sebagai berikut :

i. Mengganggu pola aliran dalam media sewaktu gelembung udara naik ke


permukaan media.
ii. Gelembung berkumpul pada permukaan partikel atau sediaan dan akan
mengganggu proses integrasi dengan memperkecil luas permukaan yang
terkontak dengan media disolusi.
iii. Gelembung udara mengganggu bobot jenis massa, menyebabkan posisi
massa dalam media tidak terkendali
iv. Gelembung udara berkumpul pada lobang keranjang yang dapat
merubah efektifitas porositas lobang.
v. Udara menyebabkan perubahan pH dalam media.

PRAM-17 58
PENGENDALIAN BERBAGAI FAKTOR VARIABLE

2. VIBRASI.
Vibrasi adalah variabel yang umum terjadi pada sistem uji disolusi yang
disebabkan oleh :
i. Vibrasi dapat terjadi karena ditransmisi oleh meja tempat alat uji disolusi ke
wadah disolusi
ii. Aliran air yang terlalu kencang dalam penangas air
iii. Vibrasi dapat juga disebabkan oleh alat disolusi / pengaduk yang pemasangannya
tidak benar.
iv. Faktor – faktor lain yg dpt menimbulkan disolusi.

Vibrasi pada wadah dapat merubah pola aliran media disolusi dan menimbulkan
energi pada sistem dinamika. Oleh karena itu sumber yang menyebabkan vibrasi pada
alat uji disolusi harus dieleminasi.
untuk mengurangi vibrasi pada alat uji disolusi, maka harus dikerjakan:

PRAM-17 59
PENGENDALIAN BERBAGAI FAKTOR VARIABLE

untuk mengurangi vibrasi pada alat uji disolusi, maka harus dikerjakan:
• uji disolusi dilakukan dalam ruang tersendiri dan alat uji disolusi ditaruh diatas meja
beton.
• Aliran air dalam penangas air jangan terlalu cepat dan jangan terlalu besar.
• Pemasangan semua komponen alat uji disolusi agar benar dan sesuai.

3. PEMASANGAN PENGADUK
Pengaduk harus dipasang tegak lurus dan berada tepat ditengah wadah. Kalau
pemasangan pengaduk tidak tegak lurus, maka terjadi goyangan dalam media yang
merubah pola aliran cairan . Tangkai pengaduk tidak boleh bengkok sebab ini dapat
menyebabkan goyangan pada alat uji disolusi.

4. PENGUAPAN MEDIA DISOLUSI.


Penguapan media disolusi akan mengganggu hasil uji disolusi. Karena itu selama
pengujian wadah disolusi harus tertutup baik.

PRAM-17 60
PROSEDUR LABORATORIUM SECARA UMUM

Prosedur yang tersebut dibawah ini adalah prosedur umum.

1. PROSEDUR PENDAHULUAN.
 Menguji apakah terdapat udara gas terlarut dalam media disolusi.

 Mengkalibrasi alat uji disolusi.


Seperti telah diketahui uji disolusi adalah prosedur analisa yang ditunjuk untuk
menentukan sifat fisik suatu sediaan . Diharapkan bahwa setiap prosedur analisis
akan memberikan hasil yang reprodusibel . Oleh karena itu hal yang pertama - tama
dilakukan sebelum mulai uji percobaan pendahuluan ialah memeriksa alat uji
disolusi, penangas air, standar media , dan metoda analisis secara terperinci.
Kemudian dilakukan kalibrasi alat uji disolusi dengan menggunakan tablet
kalibrator. Tablet ini dapat diperoleh dari “reference Standard” USP/NV : 12061 Twin
Broth Parkway, Rockville MD 20852. dll.
Sebagai tablet kalibrator digunakan tablet jenis desintegrasi dan dan jenis tablet
nonintegrasi.

PRAM-17 61
PROSEDUR LABORATORIUM SECARA UMUM

Prosedur yang tersebut dibawah ini adalah prosedur umum.

Tablet jenis nondesintegrasi biasanya tablet asam salisilat dan tablet jenis
desintegrasi biasanya tablet prednison.
Standard kecepatan disolusi zat aktif dari kedua jenis tablet tersebut ialah sebagai
berikut :
Tablet jenis nondesintegrasi
Metode I (keranjang)
50 rpm 30 menit 13%-22%
100 rpm 30 menit 48%-81%
metode II (dayung)
50 rpm 30 menit 17%-30%
100 rpm 30 menit 51%-77%

Tablet jenis desintegrasi

PRAM-17 62
PROSEDUR LABORATORIUM SECARA UMUM

Tablet jenis desintegrasi


Metode I (keranjang)
50 rpm 30 menit 21%-49%
100 rpm 30 menit 49%-81%

metode II (dayung)
50 rpm 30 menit 51%-77%
100 rpm 30 menit 68%-85%

iii). Mengkalibrasikan voluma media


sebuah gelas ukur diisi dengan media sampai terdapat voluma edia disolusi yang
dibutuhkan untuk satu percobaan. Media ini dituang ke dalam gelas piala yang telah
ditara, lalau di timbang. Dari bobot itu dihitung volumenya.

PRAM-17 63
PROSEDUR LABORATORIUM SECARA UMUM

IX.2. prosedur untuk metoda dayung


i). Pemerisksaan alat
a. dayung, tangkai, dan wadah diperiksa kebersihannya tidak boleh ada lapisan
lemak.
b. kecepatan motor di stel sesuai dengan kebutuhan prosedur, lalu kecepatan
pengaduk diuji dalam rotasi per menit.
c. suhu penangas air diukur. Toleransi ialah 37o ± 0,5. vibrasi dari sirkulasi air dalam
media dalam wadah alat.
d. dayung diperiksa kelurusannya dan kebenaran pemasangannya.
e. dan lain lain.

ii). Awal pengujian


a. suhu media dalam wadah alat disolusi diukur.
b. motor dijalankan.
c. satu tablet atau satu kapsul dimasukkan ke dalam tiap wadah. Kalau alat uji
disolusi terdiri dari beberapa unit, pemasukan tablet atau kapsul ke tiap unit agar
diatur selang waktunya. Hal ini sangat penting terutama jika sampling dilakukan
secara manual
PRAM-17 64
PROSEDUR LABORATORIUM SECARA UMUM

iii). Pengambilan alikot


a. motor jangan dimatikan ketika mangambil alikot.
b. alikot diambil dari posisi yang benar dan konstan.
c. alikot disaring.
d. jika dibutuhkan oleh metoda, voluma alikot yang diambil diganti dengan media
disolusi segar, suhu 37oC.
e. alikot dari wadah lain diambil sesuai dengan waktu yang diprogram.

PRAM-17 65

Anda mungkin juga menyukai