PRAM-17 4
PENGERTIAN UJI DISOLUSI
Kemudian rumus itu dikembangkan oleh Nerst – Brunner
menjadi berikut :
dW = DS ( Csat - C sol ) ………….. ( 2 )
dT Vh
PRAM-17 5
PENGERTIAN UJI DISOLUSI
PRAM-17 6
Tablet Disintegrasi
Pecahan besar
Disintegrasi
Pecahan kecil
granul
Proses
disolusi Disintegrasi
ganul
PRAM-17 7
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UJI DISOLUSI
ZAT AKTIF DARI SEDIAAN PADAT
1. FAKTOR TEKNOLOGI
2. FAKTOR FORMULASI
PRAM-17 8
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UJI DISOLUSI ZAT AKTIF DARI
SEDIAAN PADAT
1. FAKTOR TEKNOLOGI
i. Gaya kompresi dan porositas.
Pori adalah saluran masuk cairan ke dalam tablet. Jika porositas
diperkecil maka kecepatan hancur tablet makin besar dan
kecepatan disolusi zat aktif bertambah kecil. Dalam hal ini
harus ada zona porositas optimal dimana pori masih cukup
besar untuk membolehkan cairan berpenetrasi , tetapi harus
cukup kecil agar zat disintegrasi karena mekanisme
pengembangan dapat menolak dinding pori.
Gaya kompresi yang makin besar dapat menaikkan suhu selama
kompresi . Kenaikan suhu cukup untuk mencairkan lubrikan
lemak. Pencairan lemak ini dapat menyalut partikel zat aktif
dengan selaput hidrofob yang dapat menghambat
pembasahan dan disolusi.
PRAM-17 9
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UJI DISOLUSI ZAT AKTIF DARI SEDIAAN PADAT
PRAM-17 10
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UJI DISOLUSI ZAT AKTIF DARI SEDIAAN PADAT
2. FAKTOR FORMULASI.
Peranan ini bertambah besar , jika kadar zat aktif sangat kecil
dalam sediaan tablet.
PRAM-17 11
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UJI DISOLUSI ZAT AKTIF DARI SEDIAAN PADAT
2. FAKTOR FORMULASI.
i. Bahan Pengisi.
PRAM-17 12
• FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UJI DISOLUSI ZAT AKTIF DARI
SEDIAAN PADAT
ii. Bahan Pengikat.
Tergantung dari sifat dan konsentrasi suatu bahan pengikat
dapat mempengaruhi pelepasan zat aktif dari tablet.
Bahan pengikat yang larut dalam air dapat mempertinggi
viskositas cairan disolusi yang menghalangi air (media)
berpenetrasi ke dalam tablet. Karena itu waktu hancur dan
kecepatan disolusi menjadi lebih lambat.
Demikian pula jika bahan pengikat dipakai dengan konsentrasi
tinggi dapat memperlambat pecahnya tablet .
Untuk bahan aktif hidrofob , jika digunakan pengikat hidrofil,
kecepatan disolusi dapat bertambah besar karena zat
pengikat ini menyalut partikel zat aktif , yang dapat
mempermudah pembasahan zat aktif.
PRAM-17 13
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UJI DISOLUSI ZAT AKTIF DARI
SEDIAAN PADAT
iii. Desintegran.
Desintegran berfungsi mempercepat pecah suatu sediaan tablet.
Sehingga perlu diperhatikan :
a. Kriteria pemilihan desintegran.
Jika zat aktif dan eksipien adalah zat yang larut dalam air,
maka pada umumnya desintegran yang larut tidak dipakai
kecuali kalau dikehendaki desintegrasi tablet yang
diperlambat.
Untuk zat aktif yang larut , amilum adalah desintegran yang
lebih baik. Untuk zat aktif yang hidrofob , dipakai zat hidrofil
yang tidak larut.
PRAM-17 14
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UJI DISOLUSI ZAT AKTIF DARI
SEDIAAN PADAT
b. Konsentrasi desintegran.
PRAM-17 15
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UJI DISOLUSI ZAT AKTIF DARI
SEDIAAN PADAT
b. Konsentrasi desintegran.
Oleh karena hal tersebut di atas , maka zat desintegrasi yang larut dalam
air harus dalam suatu konsentrasi tertentu yang tidak boleh dilewati,
kerena pertambahan viskositas media menghambat penetrasi air kedalam
tablet dan tentu waktu hancurnya akan lebih lambat.
PRAM-17 16
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UJI DISOLUSI ZAT AKTIF DARI SEDIAAN PADAT
PRAM-17 18
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UJI DISOLUSI ZAT AKTIF DARI SEDIAAN PADAT
dW = DS ( Csat - C sol )
dT Vh
PRAM-17 19
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UJI DISOLUSI ZAT AKTIF DARI SEDIAAN PADAT
PRAM-17 20
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UJI DISOLUSI ZAT AKTIF DARI SEDIAAN PADAT
PRAM-17 21
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UJI DISOLUSI ZAT AKTIF DARI SEDIAAN
PADAT
• Pembentukan Ester
Pembentukan ester dari zat aktif tertentu dapat memodifikasi
kelarutan dan kecepatan disolusinya . Tujuan esterifikasi
suatu zat aktif antara lain untuk mencegah degradasi dalam
lambung ; untuk memperlambat atau memperpanjang kerja
zat aktif. Untuk menutupi rasa yg tidak enak. Contoh :
Kloramfenicol stearat/palmitat.
b. Pengaruh Modifikasi Keadaan Fisik.
Pada umumnya zat amorf lebih larut dari kristalnya. Misalnya
novobiosin lebih aktif dalam bentuk amorf ( dlm suspensi
bentuk amorf berubah , menjadi kristal , untuk mencegah
perubahan ini hendaknya dipakai garam Ca amorf)
• Ester kloramfenikol hanya aktif dalam bentuk amorf.
PRAM-17 22
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UJI DISOLUSI ZAT AKTIF DARI SEDIAAN
PADAT
Sifat fisik bentuk zat seperti ini dapat sangat berbeda dengan bentuk
anhidrat, terutama sifat disolusinya.
Pada umumnya disolusi bentuk anhidrat dalam air lebih cepat dari bentuk
hidrat. Misalnya Ampisilin trihidrat.
Hidrat dan solvat dapat terbentuk sendiri tidak saja pada waktu sintesa,
tetapi juga pada waktu fabrikasi atau pada waktu penyimpanan suatu
sediaan farmasi.
Hal ini sudah diamati untuk tablet kalsium paraaminosalisilat, atau tablet
kalsium pentobarbital, karena itu kecepatan disolusinya dapat berubah.
PRAM-17 23
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UJI DISOLUSI ZAT AKTIF DARI SEDIAAN
PADAT
Banyak prosedur digunakan untuk memperbaiki disolusi zat aktif yang kelarutannya
kecil, diantaranya ialah prosedur teknologi tertentu untuk memodifikasi keadaan fisik
zat aktif ( pembentukan eutetik ); penambahan zat tambahan disolusi (“Co solute”)
yang dpt membentuk larutan padat dan senyawa komplek; memodifikasi konstanta
elektrik media disolusi; penambahan zat solubilasi miselar dan penyalutan zat aktif
dengan zat hidrofil.
Campuran Eutetik :
Adalah campuran dari dua zat yang titik lelehnya pada umumnya jauh dibawah
titik leleh masing-masing zat.
Campuran ini diperoleh dengan menghablurkan suatu campuran dari dua zat
padat yang sedikit atau masing-masing tidak larut.
PRAM-17 24
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UJI DISOLUSI ZAT AKTIF DARI SEDIAAN
PADAT
Larutan Padat :
adalah campuran yang padat pada suhu kamar , yang terdiri dari suatu zat yang
disebut “vektor” atau pembawa padat.
Vektor ini sangat larut dalam air dan tidak aktif secara farmakologis. Yang satu lagi
adalah zat aktif yang kelarutannya kecil.
Campuran kedua zat ini diperoleh dengan cara mencairkan dan mencampur kedua
zat tersebut kemudian didinginkan sampai kembali padat. Zat padat ini serbuk.
Dalam kombinasi ini zat aktif berada dalam keadaan molekuler . Jika kombinasi
ini berada dalam air atau cairan tubuh , ‘vektor ‘ akan larut dengan cepat ,
membebaskan zat aktif dan terdispersi dalam keadaan molekular, karena keadaan
itu kecepatan disolusi bertambah besar. Misalnya kombinasi urea dan kloramfenikol
; kombinasi asam askorbat dengan sulfadiasol.
PRAM-17 25
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UJI DISOLUSI ZAT AKTIF DARI SEDIAAN
PADAT
Kompleks :
Adalah kombinasi antara dua atau lebih ion atau molekul yang tidak terikat
satu sama lain dengan ikatan kovalen atau ionik tetapi dengan gaya
intermolekuler atau ikatan hidrogen atau dengan gaya Van der Walls.
PRAM-17 26
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UJI DISOLUSI ZAT AKTIF DARI SEDIAAN
PADAT
Kompleks :
Ks = ( Kompleks ) .
(Zat aktif) - ( zat kompleksan )
PRAM-17 27
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UJI DISOLUSI ZAT AKTIF DARI SEDIAAN PADAT
Efek kompleksisasi terhadap absorbsi tergantung pada nilai Ks, biasanya kecepatan
absorbsi berkurang tetapi ketersediaan biologik hanya sedikit dimodifikasi .
Aspek kinetik absorbsi menginduksi keseimbangan rangkap , yaitu bentuk bebas dan
bentuk kompleks di sebelah luar membran dan bentuk bebas di kedua belah sisi
membran.
terkompleks bebas
membran biologik
PRAM-17 28
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UJI DISOLUSI ZAT AKTIF DARI SEDIAAN PADAT
Dalam organ, zat aktif yang melintasi membran biologik , berdifusi dan terbawa
dalam sirkulasi umum , kerena itu terjadi ketidak seimbangan.
Untuk menjamin keseimbangan kembali , zat aktif bebas yang baru akan melintasi
membran.
Karena itu terjadi pembebasan baru zat aktif disebelah luar membran untuk
menjaga keseimbangan.
PRAM-17 29
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UJI DISOLUSI ZAT AKTIF DARI SEDIAAN
PADAT
Kelarutan suatu zat adalah fungsi dari konstanta dielektrik media. Untuk nilai
tertentu dari konstanta dielektrik media.
Untuk nilai tertentu dari konstanta dielektrik dapat dicapai suatu kelarutan yang
optimum . Karena itu suatu zat aktif dapat dilarutkan dalam suatu pembawa atau
campuran pelarut yang kompatible secara fisiologik, mempunyai konstanta
dielektrik yang sesuai dengan disolusi.
Zat surfaktan mempunyai molekul berantai lipofil dan bagian hidrofil. Dalam
larutan air , pada suatu konsentrasi tertentu molekul itu berasosiasi untuk
membentuk kumpulan yang disebut ‘misel’.
Bagian non polar dari molekul , terorientasi ketengah misel dan terlindungi dari
larutan air. Bagian hidrofil terorientasi kepada air.
PRAM-17 30
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UJI DISOLUSI ZAT AKTIF DARI SEDIAAN
PADAT
4. Faktor yang berhubungan dengan lingkungan UjiDisolusi.
i ) Pengadukan.
dW = DS (C sat - C sol )
dt Vh
dW = KS (Csat - Csol )
dt
K = ɣ Nβ
HA H + + A-
(H+) ( A-) = Ka
(HA)
Ka ( HA ) = (A-)
( H+ )
PRAM-17 33
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UJI DISOLUSI ZAT AKTIF DARI SEDIAAN
PADAT
a. pH media disolusi
Csat = Co + Co (H3O+)
Ka
PRAM-17 34
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UJI DISOLUSI ZAT AKTIF DARI SEDIAAN
PADAT
a. pH media disolusi
Persamaan di atas dimasukkan ke dalam persamaan NOYES – WITHNEY, maka
untuk asam lemah :
dW = KS Csat (kondisi hilang)
dt
dW = KS Co + Ka Co
dt (H+) (1)
untuk basa lemah :
dW = KS Co + Co (H3O-)
dt Ka (2)
- KS = DS
h
PRAM-17 35
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UJI DISOLUSI ZAT AKTIF DARI SEDIAAN
PADAT
a. pH media disolusi
persamaan (1) dan (2) menunjukkan bahwa kecepatan disolusi zat aktif asam
lemah akan naik dengan naiknya pH yaitu (H+) bertambah kecil, sedangkan
kecepatan disolusi zat aktif bersifat basa lemah bertambah dengan bertambahnya
(H+) atau disolusi menurun dwngan naiknya pH.
Adalah paradoksal bahwa efek pH pada kecepatan disolusi dari zat aktif
asam dan basa berlawanan dengan efek pH pada kecepatan absorbsi instrisik dari
zat aktif elektrolit lemah. Absorbsi zat aktif asam lemah adalah optimum pada ph
rendah (asam) sedang basa lemah walaupun kecepatan disolusinya besar dalam
lingkungan pH rendah , namun kecepatan absorbsinya adalah kecil. Karena itu
kecepatan disolusi yang sangat cepat dari suatu zat aktif asam lemah sangat
penting. PRAM-17 36
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UJI DISOLUSI ZAT AKTIF DARI SEDIAAN
PADAT
C. Viskositas
dW = KT S (Csat - Csol)
dt 6πλη
Rumus ini menunjukkan bahwa kecepatan disolusi berbanding terbalik dengan
viskositas.
PRAM-17 37
METODOLOGI DISOLUSI
1. WADAH .
Untuk percobaan disolusi harus dipilih wadah yang sesuai. Sesuai dengan
mwtodw atau alat yang digunakan, baik bentuk maupun ukuran volumenya.
Seperti gelas piala atau wadah bundar (POOLE) atau bentuk khusus dari wadah yang
dipakai.
Pemakaian gelas piala mempunyai 2 kelemahan yaitu :
a. Tablet dapat terletak dimana dimana saja pada dasar gelas piala. Kalau tablet itu
cepat terintegrasi, tidak menimbulkan masalah, tetapi jika waktu hancur tablet
panjang maka kecepatan disolusi akan bervariasi yang disebabkan tablet
menerima energi pengadukan tidak seragam.
b. Ketika tablet sudah terdesintegrasi maka serbuk atau granul terdispersi tidak
teratur dalam wadah dan dapat bermigrasi ke pinggir wadah. Hal ini akan
memberikan hasil uji disolusi yang heterogen.
Untuk mengatasi hal tersebut diatas maka sebaiknya dipakai wadah gelas dengan dasar
bundar. POOLE dan USP XXI memakai wadah model balon dengan dasar bundar
bervolume 1 liter dan 2 liter. Dengan model ini tablet akan selalu terletak pada
dasar wadah. Selain itu bentuk bundar membantu untuk mendispersikan partikel
secara homogen dalam media disolusi.
PRAM-17 38
METODOLOGI DISOLUSI
2. PENGADUKAN.
Pengadukan bertujuan untuk selalu memperbaharui cairan yang berkontak
dengan permukaan zat aktif, memperbesar difusi dan menyeragamkan suhu.
Kerena menaikkan dan mengatur trasfer zat aktif ke dalam pelarut atau menambah
kecepatan disolusi. Dalam pengujian disolusi intensitas pengadukan cukup kecil saja
karena dalam lingkungan fisiologis pun sediaan tidak diaduk secara berlebihan.
Makin kecil pengadukan, makin deskriminatif suatu sistem. Karena itu alat harus
dapat menjamin homogenitas pada pengadukan yang intensitasnya kecil. Untuk
tablet dan sediaan padat peroral, pengadukan yang lemah sangat diharapkan agar
mendekati kondisi in vivo .
3. MEDIA DISOLUSI.
Untuk memilih mdia ddisolusi, dapat dipertimbangkan hal sebagai berikut :
a. Jika kelarutan zat aktif tidak dipengaruhi oleh pH, maka sebagai media disolusi
dipakai air suling.
PRAM-17 39
METODOLOGI DISOLUSI
3. MEDIA DISOLUSI.
b. Jika kelarutan zat aktif dapat dipengaruhi oleh pH, maka sebagai media disolusi
dipakai cairan lambung atau cairan usus buatan.
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, cairan lambung dan usus buatan terdiri dari :
Cairan Lambung :
asam klorida 2g dan pepsin 3,2 g dilarutkan dalam asam klorida (
acidum hydrocloridum FI. Ed.III ) dan air suling hingga 100 ml. Larutan ini
mempunyai pH lebih kurang 1.2.
Cairan Usus :
kalium hidrogen fosfat 6.8 g dilarutkan dalam 250 ml air suling
kemudian ditambahkan natrium hidroksida 0.2 N sebanyak 190 ml dan air suling
sebanyak 400 ml. Pankreatin P 10 g lalu dicampur, kemudian tambahkan Natrium
hidroksida 0.2 N secukupnya hingga pH 7.5 ± 0,1 kemudian diencerkan dengan air
suling hingga 1000 ml.
PRAM-17 40
METODOLOGI DISOLUSI
3. MEDIA DISOLUSI.
Selain pertimbangan kelarutan, pemilihan cairan disolusi agar didasarkan pula pada
formulasi dan sifat stabilitas zat aktif. Asam klorida encer biasana lebih tepat dari
pada air sebagai media disolusi, sebab media ini memberikan gambaran realistik
jika kelarutan suatu senyawa dipengaruhi oleh pH . Media disolusi harus
sesederhana mungkin . Peneambahan enzim akan mempersulit penentuan kadar
zat aktif. Penambahan surfaktan nonionik dapat dilakukan untuk menstimulasi
tegangan permukaan getah lambung.
Air sebagai media disolusi dipakai hanya jika mungkin. Jika suatu zat aktif
merupakan molekul netral dan kelarutannya dalam air sangat kecil, sehingga
penentuan kecepatan disolusi dalam air tidak ada artinya , maka sistem pelarut
hidroalkohol dapat dipakai untuk mengatasi hal itu. Hanya saja alkohol
menyebabkan desintegrasi yang tidak realistik.
Jika zat aktif merupakan molekul asam dengan kelarutan yang kecil dalam HCl
encer (0,1 N) untuk mencapai kelarutan yang cukup adalah lebih baik bila pH sistem
dinaikkan dari pada menambah alkohol.
PRAM-17 41
METODOLOGI DISOLUSI
5. SUHU.
Suhu dalam wadah disolusi harus dikendalikan dengan seksama .kelarutan zat
aktif tergantung pula pada suhu media , karena itu variasi suhu selama pengujian
harus dihindari. Wadah disolusi biasanya tercelup dalam penangas air yang
dilengkapi dengan termostat. Suhu yang biasa dipakai ialah suhu 370C, karena suhu
ini merupakan parameter suhu in vivo
PRAM-17 42
METODOLOGI DISOLUSI
7. LAMA PENGUJIAN.
lama pengujian tergantung pada kelarutan zat aktif. Pengujian dilakukan paling
sedikit sampai memperoleh T 80 % ( atau lebih ) . Jika hanya sampai ke T 20%
kesimpulan yang diambil dapat menyesatkan. Jika larutan adalah penyebab
lambatna mencapai T 80 % , maka sebaiknya pelarut diganti.
PRAM-17 43
PROTOKOL UMUM UJI DISOLUSI
Sebelum uji disolusi dilakukan, hendaknya dilakukan dulu uji pendahuluan yang
meluputi :
4. METODA ANALISIS
Terhadap tiap alikot dilakukan analisis kuantitatif terhadap zat aktif, dengan
memakai suatu metoda analitik tertentu. Sebelumnya, metoda ini telah diuji
terutama menyangkut waktu yang diperlukan untuk analisis , efisiensi ,
ketepatan, kesederhanaan dan reprodusibilitasnya.
ED = O ∫t Y dt X 100 =
Y 100 t
PRAM-17 46
PROTOKOL UMUM UJI DISOLUSI
iv. Dengan menyatakan waktu yang diperlukan untuk mencapai suatu presentase dari
kelarutan zat aktif.
PRAM-17 47
PROTOKOL UMUM UJI DISOLUSI
Misalnya : T 30 % = Waktu yang diperlukan
untuk mencapai 30 % zat aktif
yang larut.
T 50 % = Waktu yang diperlukan
untuk mencapai 50 % zat aktif
yang larut. Yang sering dilakukan
adalah T 50 %.
6. LINEARISASI KURVA
i. Presentase kelarutan versus V t, menghasilkan
garis lurus pada kertas milimeter.
t = waktu dalam menit atau jam
100 ( Woo-W) K
ii. Log { Woo } A - 2,303 t
PRAM-17 48
PROTOKOL UMUM UJI DISOLUSI
PRAM-17 50
PERALATAN UJI DISOLUSI
Ada dua proses utama dalam uji disolusi, yaitu proses mendisolusi zat aktif
dalam media dan proses penentuan / penetapan jumlah zat aktif terlarut dalam
media tersebut
jadi sesuai dengan proses tadi, maka dalam uji disolusi ada dua jenis alat
utama, yaitu alat uji disolusi, dan alat pengukur konsentrasi zat aktif yang terlarut
dalam media ( alat fisika kimia ).
PRAM-17 51
PERALATAN UJI DISOLUSI
Alat ini banyak digunakan dewasa ini, karena cukup praktis. Dengan menggunakan
alat alat ini, maka alikot pada waktu yang diprogramkan akan keluar sendiri.
Kemudian pengukuran kadar zat aktif dilakukan oleh penguji / analis.
Semua proses dilakukan otomatis.alat uji disolusi ini disambung dengan alat
pengukur konsentrasi. Alikot yang keluar dari wadah uji disolusi akan langsung
masuk ke sel alat pengukur konsentrasi terlarut.
PRAM-17 52
PERALATAN UJI DISOLUSI
b. Alat uji disolusi semi otomatis.
Alat ini banyak digunakan dewasa ini, karena cukup praktis. Dengan menggunakan
alat alat ini, maka alikot pada waktu yang diprogramkan akan keluar sendiri.
Kemudian pengukuran kadar zat aktif dilakukan oleh penguji / analis.
Dalam penetapan kadar zat aktif, harus dipilih suatu metoda analisis sedemikian
rupa agar penetapan kadar dapat dilakukan ringkas dan cepat. Penetapan kadar itu
dapat dilakukan secara kolorometri, spektrofotometri, kromatografi gas, dan
kromatografi cair tekanan tinggi.
PRAM-17 53
PERSIAPAN , PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN UJI DISOLUSI
1. PEMILIHAN METODA.
Kalau metoda dan prosedur sudah ada di Farmakope Indonesia, maka pengujian
disolusi akan langsung mengikuti metoda dan prosedur tersebut, tetapi jika
belum ada maka prosedur dan metode akan mengikuti yang ada di Farmakope
lain ( USP; BP ).
Sedangkan dari kedua alat yang tercantum dalam USP XXI yang paling banyak
digunakan adalah alat disolusi dengan pengaduk dayung, sedangkan metode
keranjang jarang dipakai karena mempunyai beberapa kelemahan diantaranya ;
3. VOLUME ALIKOT
Alikot yang diambil pada waktu uji disolusi harus diganti dengan media disolusi
segar yang sama suhunya dengan media dalam wadah.
Jumlah volume alikot yang diambil sangat tergantung dari metoda analisis yang
digunakan untuk menentukan kadar zat aktif terlarut. Pada waktu pengambilan alikot
harus dijaga agar partikel sediaan padat tidak terikut sebab akan mempengaruhi
hasil uji disolusi, karena itu harus didesain sedemikian rupa agar partikel tidak
terambil
PRAM-17 55
PERSIAPAN , PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN UJI DISOLUSI
PRAM-17 58
PENGENDALIAN BERBAGAI FAKTOR VARIABLE
2. VIBRASI.
Vibrasi adalah variabel yang umum terjadi pada sistem uji disolusi yang
disebabkan oleh :
i. Vibrasi dapat terjadi karena ditransmisi oleh meja tempat alat uji disolusi ke
wadah disolusi
ii. Aliran air yang terlalu kencang dalam penangas air
iii. Vibrasi dapat juga disebabkan oleh alat disolusi / pengaduk yang pemasangannya
tidak benar.
iv. Faktor – faktor lain yg dpt menimbulkan disolusi.
Vibrasi pada wadah dapat merubah pola aliran media disolusi dan menimbulkan
energi pada sistem dinamika. Oleh karena itu sumber yang menyebabkan vibrasi pada
alat uji disolusi harus dieleminasi.
untuk mengurangi vibrasi pada alat uji disolusi, maka harus dikerjakan:
PRAM-17 59
PENGENDALIAN BERBAGAI FAKTOR VARIABLE
untuk mengurangi vibrasi pada alat uji disolusi, maka harus dikerjakan:
• uji disolusi dilakukan dalam ruang tersendiri dan alat uji disolusi ditaruh diatas meja
beton.
• Aliran air dalam penangas air jangan terlalu cepat dan jangan terlalu besar.
• Pemasangan semua komponen alat uji disolusi agar benar dan sesuai.
3. PEMASANGAN PENGADUK
Pengaduk harus dipasang tegak lurus dan berada tepat ditengah wadah. Kalau
pemasangan pengaduk tidak tegak lurus, maka terjadi goyangan dalam media yang
merubah pola aliran cairan . Tangkai pengaduk tidak boleh bengkok sebab ini dapat
menyebabkan goyangan pada alat uji disolusi.
PRAM-17 60
PROSEDUR LABORATORIUM SECARA UMUM
1. PROSEDUR PENDAHULUAN.
Menguji apakah terdapat udara gas terlarut dalam media disolusi.
PRAM-17 61
PROSEDUR LABORATORIUM SECARA UMUM
Tablet jenis nondesintegrasi biasanya tablet asam salisilat dan tablet jenis
desintegrasi biasanya tablet prednison.
Standard kecepatan disolusi zat aktif dari kedua jenis tablet tersebut ialah sebagai
berikut :
Tablet jenis nondesintegrasi
Metode I (keranjang)
50 rpm 30 menit 13%-22%
100 rpm 30 menit 48%-81%
metode II (dayung)
50 rpm 30 menit 17%-30%
100 rpm 30 menit 51%-77%
PRAM-17 62
PROSEDUR LABORATORIUM SECARA UMUM
metode II (dayung)
50 rpm 30 menit 51%-77%
100 rpm 30 menit 68%-85%
PRAM-17 63
PROSEDUR LABORATORIUM SECARA UMUM
PRAM-17 65