05/10/2021 1
DISOLUSI
PENDAHULUAN
Sejak beberapa Farmakope terutama Farmakope
Amerika (USP XVIII) mencantumkan adanya uji
disolusi khususnya untuk sediaan padat bentuk tablet,
maka pengamatan jumlah zat aktif yang terlarut
kedalam medium sebagai fungsi waktu menjadi hal
yang mutlak harus dikerjakan sebagai jaminan akan
ketersediaan farmasetis suatu obat.
Uji disolusi merupakan kelanjutan dari pengamatan
waktu hancur tablet yang dahulu orang menganggap
penting sebagai parameter dalam biofarmasi.
2
Why Have a Dissolution Test?
APLIKASI UJI DISOLUSI
1. RISET DAN PENGEMBANGAN
2. KONTROL RUTIN SETELAH FABRIKASI
•• KONTROL
KONTROL KEAJEGAN
KEAJEGAN KUALITAS
KUALITAS ANTAR
ANTAR BATCH
BATCH
•• SEBAGAI
SEBAGAI JAMINAN
JAMINAN PELEPASAN
PELEPASAN OBAT
OBAT IN
IN –– VITRO
VITRO
•• PERLU
PERLU WAKTU
WAKTU CEPAT
CEPAT DAN
DAN JUMLAH
JUMLAH YANG
YANG BANYAK
BANYAK
-- ALAT
ALAT HARUS
HARUS SEDERHANA
SEDERHANA
-- PROSEDUR
PROSEDUR KERJA
KERJA MUDAH
MUDAH
-- OPERATOR
OPERATOR HARUS
HARUS BERPENGALAMAN
BERPENGALAMAN
05/10/2021 5
DISOLUSI
05/10/2021 6
Laju disolusi adalah jumlah zat aktif yang dapat
larut dalam waktu tertentu.
05/10/2021 8
Tahap disolusi meliputi :
05/10/2021 9
Difusi adalah Proses Perpindahan Zat dengan adanya
perbedaan konsentrasi.
Hukum I Ficks :
Q = - D dc/dx
Ket :
D = Koefisien Difusi (cm2/det)
Q = Jumlah materi yang berdifusi perwaktu
dalam suatu area
dc/dx = Perubahan Konsentrasi obat dalam
membran.
05/10/2021 11
Kecepatan Difusi
Hukum II Ficks:
05/10/2021 12
Laju disolusi obat secara in vitro dipengaruhi beberapa
faktor, antara lain:
05/10/2021 14
2. Faktor formulasi
Berbagai macam bahan tambahan yang
digunakan pada sediaan obat dapat
mempengaruhi kinetika pelarutan obat dengan
mempengaruhi tegangan muka antara medium
tempat obat melarut dengan bahan obat,
ataupun bereaksi secara langsung dengan
bahan obat.
05/10/2021 15
Beberapa bahan tambahan lain dapat membentuk
kompleks dengan bahan obat, misalnya kalsium
karbonat dan kalsium sulfat yang membentuk
kompleks tidak larut dengan tetrasiklin. Hal ini
menyebabkan jumlah obat terdisolusi menjadi
lebih sedikit dan berpengaruh pula terhadap
jumlah obat yang diabsorpsi
05/10/2021 16
3. Faktor alat dan kondisi lingkungan
Adanya perbedaan alat yang digunakan dalam
uji disolusi akan menyebabkan perbedaan
kecepatan pelarutan obat.
dc/dt = KS(Cs – C)
05/10/2021 19
Kriteria penerimaan menurut FI IV adalah:
1. Metode Wagner
Berdasarkan pada asumsi sebagai berikut :
kondisi percobaan harus dalam keadaan sink yaitu
proses pelarutan mengikuti orde I
luas permukaan spesifik (S) turun secara
eksponensial fungsi waktu
kondisi proses pelarutannya non reaktif
05/10/2021 21
2. Metode Klasik
Metode ini dapat menunjukkan jumlah zat aktif yang
terlarut pada waktu t, yang kemudian dikenal dengan
T-20, T-50, T-90, dan sebagainya. Karena dengan
metode ini hanya menyebutkan 1 titik saja, maka
proses yang terjadi di luar titik tersebut tidak diketahui.
Titik tersebut menyatakan jumlah zat aktif yang terlarut
pada waktu tertentu.
05/10/2021 22
3. Metode Khan
Metode ini kemudian dikenal dengan konsep
dissolution efficiency (DE) area di bawah kurva
disolusi di antara titik waktu yang ditentukan.
Beberapa peneliti mensyaratkan bahwa penggunaan
DE sebaiknya mendekati 100% zat yang terlarut.
05/10/2021 23
Alat uji disolusi
05/10/2021 25
Apparatus 1 - Basket
Useful for
• capsules
• beads
• delayed release / enteric
coated dosage forms
• floating dosage forms
• surfactants in media
Standard volume
• 900/1000 ml
• 1, 2, 4 liter vessels
Apparatus 2 - Paddle
Useful for
• tablets
• capsules
• beads
• delayed release / enteric
coated dosage forms
Standard volume
• 900/1000 ml
05/10/2021 29
Faktor yang mempengaruhi kecepatan pelarutan suatu zat yaitu :
•Temperatur
Naiknya temperatur umumnya memperbesar kelarutan zat yang
endotermis, serta memperbesar harga koefisien difusi zat.
•Viskositas
Turunnya viskositas pelarut akan memperbesar kecepatan
pelarutan suatu zat sesuai dengan persamaan Einstein. Naiknya
temperatur juga akan menurunkan viskositas sehingga
memperbesar kecepatan pelarutan.
05/10/2021 30
• pH Pelarut
pH pelarut sangat berpengaruh terhadap kelarutan zat-zat yang
bersifat asam lemah atau basa lemah.
•Pengadukan
Kecepatan pengadukan akan mempengaruhi tebal lapisan difusi.
Bila pengadukan cepat maka tebal lapisan difusi berkurang
sehingga menaikkan kecepatan pelarutan suatu zat.
•Ukuran Partikel
Bila partikel zat terlalu kecil maka luas permukaan efektif besar
sehingga menaikkan kecepatan pelarutan suatu zat.
05/10/2021 31
•Sifat permukaan zat
Pada umunya zat-zat yang digunakan sebagai bahan obat
bersifat hidrofob, dengan adanya surfaktan di dalam pelarut akan
menurunkan tegangan permukaan antara partikel dengan pelarut,
sehingga mudah terbasahi dan kecepatan pelarutan bertambah.
•Polimorfisa
Kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh adanya polimorfisa. Karena
bentuk kristal yang berbeda akan mempunyai kelarutan yang
berbeda pula. Kelarutan bentuk kristal yang meta stabil lebih besar
daripada yang bentuk stabil, sehingga kecepatan pelarutannya
besar.
05/10/2021 32
TEKNIK MENINGKATKAN KECEPATAN DISOLUSI
05/10/2021 33
TEORI DISOLUSI
1. Teori Film
Apabila suatu solid dimasukkan ke dalam medium dan kemudian
diaduk, maka zat aktif tersebut akan larut dalam medium. Teori ini
menganggap bahwa :
•Ada lapisan film yg menyelubungi solid dg ketebalan tertentu
(misal h cm)
•Bahwa lapisan tersebut merupakan stagnant film, dlm arti tdk
bergerak
•Di permukaan solid terdapat keseimbangan antara liberasi dan
redisposisi molekul shg konsentrasi zat terlarut di permukaan solid
dianggap
05/10/2021 sama dengan kelarutannya (x = 0) 34
•Pada jarak x > h dianggap terjadinya gerakan medium yg cepat
sehingga tidak ada perbedaan konsentrasi disetiap bagian pada
medium
•Pada jarak h > x > 0 kecepatan disolusi ditentukan oleh
kecepatan pemindahan (transfer) zat yg terlarut ke dalam medium.
Hal ini terjadi pada lapisan film, berupa difusi gerak Brown dr
molekul ke dalam medium.
•Difusi yg terjadi mengikuti hukum Fick’s I
05/10/2021 35
05/10/2021 36
2. Teori Wagner
Wagner mencoba mengupas mekanisme disolusi dengan dasar
teori film. Untuk dapat menghitung konstante kecepatan disolusi
(k), Wagner mengemukakan bahwa besarnya harga k dapat
dikalkulasi dari persen zat aktif yg tdk larut dlm medium sebagai
fungsi waktu.
Perhitungan didasarkan pada kondisi sebagai berikut :
•Disolusi mengikuti reaksi orde satu
•Penelitian dalam kondisi sink
•Luas kontak muka menurun secara eksponensial sebagai fungsi
waktu
•Kondisi pengamatan non reactive condition
05/10/2021 37
3. Teori Kitazawa
Kitazawa dan kawan-kawan dalam menyusun teori disolusi
sebagai kejelasan uji disolusi yg mereka lakukan, mendasarkan
teorinya sebagai berikut :
•Luas permukaan solid (S) konstan
•Volume medium cukup besar untuk menjaga uji penelitian dalam
kondisi sink
•Kecepatan pelarutan proporsional dengan perbedaan
konsentrasi saturasi dari konsentrasi dlm larutan
05/10/2021 38
3. Teori akar pangkat tiga (Teori Hixson-Crowell)
Teori ini didasarkan pada asumsi :
•Disolusi terjadi secara normal pada permukaan solid
•Pengadukan terjadi secara merata diseluruh permukaan
•Tidak ada stagnasi / titik mati di medium
•Solid selalu kontak dengan medium selama disolusi
4. Teori El Yazigi
Teori ini melihat apabila tablet atau kapsul kontak dg medium
akan mengalami kehancuran, menjadi granul / partikel, kemudian
mengalami disolusi.
05/10/2021 39
5. Teori Limit Kecepatan Solvatasi
Di dalam teori ini menganggap ada kesetimbangan solut yg masuk
dan pergi pada bidang batas lapisan film. Dg kata lain jumlah obat
yg terlarut pd bidang batas selalu sama untuk waktu yg berbeda-
beda.
05/10/2021 40
CONTOH PENGUJIAN DISOLUSI TABLET FLOATING NIFEDIPIN