PENDAHULUAN
2.1. Definisi
Terdapat perbedaan beberapa penulis mengenai terminologi peningkatan
tekanan darah secara akut. Terminologi yang paling sering dipakai adalah :
Hipertensi urgensi (mendesak) yaitu peningkatan tekanan darah sistolik >
180 mmHg atau diastolik > 120 mmHg secara mendadak tanpa disertai kerusakan
organ target. Pada keadaan ini tekanan darah harus segera diturunkan dalam 24
jam dengan memberikan obat – obatan anti hipertensi oral. Hipertensi emergensi
(darurat) yaitu peningkatan tekanan darah sistolik > 180 mmHg atau diastoik >
120 mmHg secara mendadak disertai kerusakan organ terget. Hipertensi
emergensi harus ditanggulangi sesegera mungkin dalam satu jam dengan
memberikan obat – obatan anti hipertensi intravena.1,3,4
Dikenal beberapa istilah yang berkaitan dengan hipertensi krisis antara lain.3
1. Hipertensi refrakter: respon pengobatan yang tidak memuaskan dan tekanan
darah > 200/110 mmHg, walaupun telah diberikan pengobatan yang efektif
(triple drug) pada penderita dan kepatuhan pasien.
2.6. Penatalaksanaan
1. Hipertensi Urgensi
A. Penatalaksanaan Umum
Manajenem penurunan tekanan darah pada pasien dengan hipertensi urgensi
tidak membutukan obat-obatan parenteral. Pemberan obat-obatan oral aksi cepat
akan memberi manfaat untuk menurunkan tekanan darah dalam 24 jam awal
(Mean Arterial Pressure (MAP) dapat diturunkan tidak lebih dari 25%). Pada fase
awal goal standar penurunan tekanan darah dapat diturunkan sampai 160/110
mmHg.1,4
Penggunaan obat-obatan anti-hipertensi parenteral mauun oral bukan tanpa
resiko dalam menurunkan tekanan darah. Pemberian loading dose obat oral anti
hipertensi dapat menimbulkan efek akumulasi dan pasien akan mengalami
hipotensi saat pulang ke rumah. Optimalisasi penggunaan kombinasi obat oral
merupakan pilihan terapi untuk pasien dengan hipertensi urgensi.1,4
2.7. Prognosis
Sebelum ditemukannya obat anti-hipertensi yang efektif harapan hidup
penderita hipertensi maligna kurang dari 2 tahun, dengan penyebab kematian
tersering adalah strok, gagal ginjal dan gagal jantung.[11] Kematian disebabkan
oleh uremia (19%), gagal jantung kongestif (13%), cerebro vascular accident
(20%), gagal jantung kongestif disertai uremia (48%), infark miokard (1%) dan
diseksi aorta (1%). Prognosis menjadi lebih baik berkat ditemukannya obat yang
efektif dan penanggulangan yang tepat pada dekade terakhir.3
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Hipertensi krisis merupakan salah satu kegawatan dibidang kardiovaskular
yang sering dijumpai di instalasi gawat darurat. Hipertensi emergensi (darurat),
yaitu peningkatan tekanan darah sistolik > 180 mmHg atau diastoik > 120 mmHg
secara mendadak disertai kerusakan organ terget sedangkan hipertensi urgensi
(mendesak), yaitu peningkatan tekanan darah seperti pada hipertensi emergensi
namun tanpa disertai kerusakan organ target.
Faktor penyebab hipertensi emergensi dan hipertensi urgensi masih belum
dipahami. Peningkatan tekanan darah yang mendadak ini akan menyebabkan jejas
endotel dan nekrosis fibrinoid arteriol kemudian berdampak pada kerusakan
vaskular, deposisi platelet, fibrin dan kerusakan fungsi autoregulasi.
Manajenem penurunan tekanan darah pada pasien dengan hipertensi urgensi
tidak membutukan obat-obatan parenteral. Pemberan obat-obatan oral aksi cepat
akan memberi manfaat untuk menurunkan tekanan darah dalam 24 jam awal
(Mean Arterial Pressure (MAP) dapat diturunkan tidak lebih dari 25%). Terapi
hipertensi emergensi harus disesuaikan setiap individu tergantung pada kerusakan
organ target. Managemen tekanan darah dilakukan dengan obat-obatan parenteral
secara tepat dan cepat. Pasien harus berada di dalam ruangan ICU agar monitoring
tekanan darah bisa dikonrol dengan pemantauan yang tepat. Tingkat ideal
penurunan tekanan darah masih belum jelas, tetapi Penurunan Mean Arterial
Pressure (MAP) 10% selama 1 jam awal dan 15% pada 2 – 3 jam berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rampengan SH. Krisis Hipertensi. Hipertensi Emergensi dan Hipertensi
Urgensi. BIK Biomed.2007. Vol.3, No.4 :163-8.
2. Saguner AM, Dür S, Perrig M, Schiemann U, Stuck AE, et al. Risk Factors
Promoting Hypertensive Crises: Evidence From a Longitudinal Study. Am J
Hipertensi 2010. 23:775-780.
3. Majid A. Krisis Hipertensi Aspek Klinis dan Pengobatan. USU Digital Library
[database on the internet] 2004. [cited February 2013, 21]. Available from:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1999/1/ fisiologi-abdul % 20
majid.pdf.
4. Vaidya CK, Ouellette JR. Hypertensive Urgency and Emergency. Hospital
Physician Article [article on the internet] 2007. [cited February 22, 2013]. pp.
43 – 50. Available from: http://www.turner-white.com/memberfile. php?
PubCode=hp_mar07_hypertensive.pdf.
5. Varon J, Marik PE. Clinical Review: The Management of Hypertensive crises.
Critical Care Journals [data base on the internet] 2003. [cited on February 21,
2003]. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/
articles/PMC270718/pdf/cc2351.pdf.
6. Immink RV, Born BH, Montfrans GA, Koopmans RP, Karemaker JM, et al.
Impaired Cerebral Autoregulation in Pasient with Malignant Hypertension.
Journal of the American Heart Association [database on the internet] 2004.
[cited February 24, 2013]. 110:2241-2245. Available from:
http://circ.ahajournals.org/content/110/15/2241.full.pdf.
7. Thomas L. Managing Hypertensive Emergency in the ED. Can Fam Physician
[article on the internet] 2011. [cited February 2013, 22]. 57:1137-41. Available
from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3192077/pdf/0571137.pdf.
8. Hopkins C. Hypertensive Emergencies in Emergency Medicine. Medscape
Article [data base on the internet] 2011. [cited on February 22, 2003].
Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1952052overview?
pa=3QEKRWRb083C64sgKB3xlATWV3tEcYgMKwy9Z49iwNgDq
%2FiI01G9ar41BQtDWBtiLCEJNCrbkqLWYvqLrhntWA%3D
%3D#showall.
9. Bisognano JD. Malignant Hypertension. Medscape Article [data base on the
internet] 2013. [cited February 22, 2013]. pp. 43 – 50. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/241640-overview#showall