Anda di halaman 1dari 31

DYSPNEA ET CAUSA

ASMA BRONKIAL EKSASERBASI AKUT

dr. Fadhlul Hazmi

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA
2019
Identitas Pasien
• Nama : Nn. A
• Umur : 23 tahun
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Tanggal Lahir : 17 Februari 1996
• Agama : Islam
• Alamat : Kel. Kebon bawang,
Kec.Tj priok, Kota Jakarta utara
• Tanggal masuk : 3 Mei 2019
Anamnesa
• Keluhan Utama
• Datang ke IGD RS Port Medical Centre pada
tanggal 3 Mei 2019 pukul 00.30 WIB dengan
keluhan utama sesak napas.
Riwayat Penyakit Sekarang
• Pasien datang dengan keluhan sesak napas sejak satu
jam sebelum masuk rumah sakit, berbicara tersengal-
sengal dan tidak jelas. Keluhan sesak dirasakan saat
pasien sedang beristirahat sesaat setelah pulang dari
kantor pada malam hari. Pasien mengaku sesak napas
yang dirasakan sudah ada sejak siang hari dan
dirasakan semakin berat saat aktivitas. Pasien
mengatakan saat sesak biasanya menggunakan obat
semprot dan keluhan membaik tetapi sewaktu sampai
di rumah setelah pulang kerja sesak semakin
bertambah walaupun sudah menggunakan obat
semprot,batuk berdahak (+)
• Sesak juga dirasakan semakin berat saat pasien
berbaring dan berbicara. Nyeri dada tidak diakui
pasien. Keluhan batuk juga dirasakan pasien.
Batuk sejak 2 hari yang lalu disertai dengan dahak
bewarna putih. Batuk disertai darah disangkal
pasien. BAK dan BAB dalam batas normal.
• Pasien mengaku keluhan sesak napas ini sering
dialami pasien dalam 6 bulan terakhir dan bila
sedang serangan pasien biasanya menggunakan
obat semprot.
Riwayat Pengobatan
• Pasien pernah mengalami keluhan serupa 1
bulan yang lalu dan berobat di Puskesmas.
Riwayat Penyakit Dahulu
• Riwayat penyakit asma: diakui (+)
Riwayat Penyakit Keluarga
• Riwayat penyakit asma: diakui (ibu pasien)
Riwayat Sosio Ekonomi
• Pasien bekerja sebagai karyawan hotel.
Aktivitas sehari-hari, pasien dapat melakukan
sendiri tanpa dibantu oleh keluarga maupun
tetangganya. Biaya pengobatan pasien
ditanggung pribadi.
PEMERIKSAAN FISIK
• Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
• Kesadaran : Compos mentis, GCS 15
(E4V5M6)
• Tekanan darah : 120/90 mmHg
• Frekuensi nadi : 110 kali/ menit,
reguler, isi cukup
• Suhu tubuh : 36,4 oC
• Frekuensi nafas : 30 kali/menit, reguler,
tipe
abdominothorakal
• Berat badan (BB) : 57 kg.
• Tinggi badan (TB) : 163 cm.
• Indeks Massa Tubuh (IMT) : 21.4 kg/m2 (status gizi
normoweight).
• Kepala : Normocephal, rambut hitam yang tersebar
merata, tidak mudah dicabut, benjolan (-)
• Mata : CA -/- ; SI -/- ; Isokor
• Telinga : Nyeri tekan tragus -/- ; nyeri tarik daun telinga -/-
; sekret -/-
• Hidung : simetris, septum deviasi (-), napas cuping hidung
(+)
• Mulut : mukosa lembab; karies gigi (-)
• Leher : Trakea di tengah, pembesaran KGB leher (-)
• Thoraks : Bentuk dada normal, dinding thoraks simetris,
retraksi (+), wh +/+, rh -/-, S1/S2 regular, murmur
(-), gallop (-)
• Abdomen : supel, timpani, bising usus + (10x/menit)
• Ekstremitas: akral hangat, edema (-)
Diagnosis Kerja
• Dyspnea et causa asma bronkial eksaserbasi
akut
Tatalaksana
• Pemberian O2 nasal kanul 2-4 lpm
• Nebu Ventolin
• Salbutamol 2mg 3x1
• Metilprednisolon 4mg 2x1
• Ambroxol 3x1
Prognosis
– Ad Vitam : dubia ad bonam
– Ad Functionam : dubia
– Ad Sanationam : dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
• Definisi asma menurut WHO (World Health
Organization) pada tahun 1975, yaitu keadaan
kronik yang ditandai oleh bronkospasme rekuren
akibat penyempitan lumen saluran napas sebagai
respon terhadap stimulus yang tidak
menyebabkan penyempitan serupa pada banyak
orang.
• Global Initiative for Asthma (GINA)
mendefinisikan asma sebagai gangguan inflamasi
kronis saluran nafas dengan banyak sel berperan,
khususnya sel mast, eosinofil, dan limfosit T.
Epidemiologi
Menurut WHO (World Health
Di Indonesia, berdasarkan Riset Organization) tahun 2011, 235 juta
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun orang di seluruh dunia menderita
2013 didapatkan hasil prevalensi asma dengan angka kematian lebih
nasional untuk penyakit asma pada dari 8% di negara-negara
semua umur adalah 4,5 % . berkembang yang sebenarnya dapat
dicegah

National Center for Health Statistics


(NCHS) pada tahun 2011,
mengatakan bahwa prevalensi asma
menurut usia sebesar 9,5% pada
anak dan 8,2% pada dewasa,
sedangkan menurut jenis kelamin
7,2% laki-laki dan 9,7% perempuan.
Faktor Pencetus
• Faktor predisposisi
– Genetik
• Faktor presipitasi
– Alergen: Inhalan, Ingestan, Kontaktan
– Perubahan cuaca
– Stress
– Lingkungan kerja
– Olahraga/ aktifitas jasmani yang berat
Klasifikasi
Asma diklasifikasikan atas asma saat tanpa serangan
dan asma saat serangan (akut) :
1. Asma saat tanpa serangan
Pada orang dewasa, asma saat tanpa atau
diluar serangan, terdiri dari:
1) Intermitten;
2) Persisten ringan;
3) Persisten sedang; dan
4) Persisten berat
Derajat Gejala Gejala Malam Faal Paru
Intermiten Bulanan ≤2 kali sebulan APE ≥80%
Gejala <1x/minggu - VEP1 ≥80%
tanpa gejala diluar nilai prediksi
serangan APE ≥80%
Serangan singkat nilai terbaik
- Variabiliti
APE <20%
Persisten ringan Mingguan >2 kali sebulan APE > 80%
Gejala<1x/minggu
- VEP1 ≥80%
tetapi <1x/hari
nilai prediksi
Serangan dapat
APE ≥80%
menganggu aktivitas
nilai terbaik
dan tidur
- -Variabiliti
APE 20-30%
Persisten sedang Harian >2 kali sebulan APE 60-80%
Gejala setiap hari. - VEP1 60-80%
Serangan nilai prediksi
mengganggu APE 60-80%
aktivitas dan tidur. nilai terbaik
Bronkodilator setiap - Variabiliti
hari. APE >30%
Persisten berat Kontinyu Sering APE ≤60%
Gejala terus menerus - VEP1 ≤60%
Sering kambuh nilai prediksi
Aktivitas fisik APE ≤60%
terbatas nilai terbaik
- Variabiliti
APE >30%
Patofisiologi
Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan penunjang.
• Anamnesis
Anamnesis meliputi adanya gejala yang episodik, gejala berupa
batuk, sesak napas, mengi, rasa berat di dada dan variabiliti yang
berkaitan dengan cuaca. Faktor – faktor yang mempengaruhi
asma, riwayat keluarga dan adanya riwayat alergi.
• Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien asma tergantung dari derajat
obstruksi saluran napas. Tekanan darah biasanya meningkat,
frekuensi pernapasan dan denyut nadi juga meningkat, ekspirasi
memanjang diserta ronki kering, mengi.
• Pemeriksaan Laboratorium
Darah (terutama eosinofil, Ig E), sputum (eosinofil, spiral
Cursshman, kristal Charcot Leyden).

• Pemeriksaan penunjang :
Spirometer
Peak flow meter
Rontgen Thoraks
Pemeriksaan IgE
Pertanda Inflamasi
Uji Hiperreaktivitas Bronkus
Penatalaksanaan
• Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah meningkatkan
dan mempertahankan kualitas hidup agar penderita asma
dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari.
Pengobatan non-medikamentosa
Penyuluhan
Menghindari faktor pencetus
Pengendali emosi
Pemakaian oksigen
Pengobatan medikamentosa
Pengobatan ditujukan untuk mengatasi dan mencegah
gejala obstruksi jalan napas, terdiri atas pengontrol dan pelega.
Semua tahapan : ditambahkan agonis beta-2 kerja singkat untuk pelega bila
dibutuhkan, tidak melebihi 3-4 kali sehari.
Berat Medikasi Alternatif / Pilihan lain Alternatif lain
Asma pengontrol
harian
Asma Tidak perlu -------- -------
Intermiten
Asma Glukokortikoste  Teofilin lepas lambat ------
Persisten roid inhalasi  Kromolin
Ringan (200-400 ug  Leukotriene modifiers
BD/hari atau
ekivalennya)
Asma Kombinasi  Glukokortikosteroid inhalasi  Ditambah
Persisten inhalasi (400-800 ug BD atau agonis beta-2
Sedang glukokortikoster ekivalennya) ditambah kerja lama
oid Teofilin lepas lambat ,atau oral, atau
(400-800 ug  Glukokortikosteroid inhalasi  Ditambah
BD/hari atau (400-800 ug BD atau teofilin lepas
ekivalennya) ekivalennya) ditambah agonis lambat
dan beta-2 kerja lama oral, atau
agonis beta-2  Glukokortikosteroid inhalasi
kerja lama dosis tinggi (>800 ug BD atau
ekivalennya) atau
 Glukokortikosteroid inhalasi
(400-800 ug BD atau
ekivalennya) ditambah
leukotriene modifiers
Asma Kombinasi Prednisolon/ metilprednisolon oral
Persisten inhalasi selang sehari 10 mg
Berat glukokortikoster ditambah agonis beta-2 kerja lama
oid (> 800 ug oral, ditambah teofilin lepas lambat
BD atau
ekivalennya)
Komplikasi
1. Status Asmatikus
2. Ateletaksis
3. Hipoksemia
4. Pneumothoraks
5. Emfisema
Prognosis
Kurang dari 5000 kematian setiap tahun dari populasi
berisiko yang berjumlah kira-kira 10 juta. Sebelum dipakai
kortikosteroid, secara umum angka kematian penderita asma
wanita dua kali lipat penderita asma pria. Juga kenyataan bahwa
angka kematian pada serangan asma dengan usia tua lebih
banyak, kalau serangan asma diketahui dan dimulai sejak kanak –
kanak dan mendapat pengawasan yang cukup kira-kira setelah
20 tahun, hanya 1% yang tidak sembuh dan di dalam
pengawasan tersebut kalau sering mengalami serangan common
cold 29% akan mengalami serangan ulang.
Pada penderita yang mengalami serangan intermitten
angka kematiannya 2%, sedangkan angka kematian pada
penderita yang dengan serangan terus menerus angka
kematiannya 9%.

Anda mungkin juga menyukai