Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS

* Program Profesi Dokter/G1A216052/ April / 2018


** Pembimbing : dr. Nuriyah, M.Biomed

VULNUS LACERATUM
et REGIO FRONTAL + REGIO ORBITA DEXTRA

Oleh:
Prepti Serra Mardhotillah
G1A216052

Pembimbing:
dr. Nuriyah, M.Biomed

PROGRAM PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JAMBI
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PUSKESMAS TAHTUL YAMAN
2018

1
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS
VULNUS LACERATUM
et REGIO FRONTAL + REGIO ORBITA DEXTRA

Oleh:
Prepti Serra Mardhotillah, S.Ked
G1A216052

Sebagai salah satu tugas Program Profesi Dokter


Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Jambi
Puskesmas Tahtul Yaman
2018
Jambi, Februari 2018
Pembimbing

dr. Nuriyah, M.Biomed

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan tugas laporan kasus ini pada Kepaniteraan Klinik
Senior Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 2 di Puseksmas Tahtul Yaman yang
berjudul “Vulnus Laceratum et Regio Frontal + Orbita Sinistra” Penulisan laporan
kasus ini dalam rangka memenuhi salah satu syarat dalam menjalani kepaniteraan
klinik senior di bagian kesehatan masyarakat 2 di Puskesmas Simpang Kawat. Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dr. Nuriyah,
M.Biomed sebagai pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk
membimbing penulis.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari semua pihak yang membacanya. Semoga tugas ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Jambi, April 2018

Penulis

3
BAB I
STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien
a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : An.M / Laki-laki / 7 tahun
b. Pekerjaan :-
c. Alamat : RT 10 Arab Melayu
II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga
a. Status Perkawinan : Belum menikah
b. Jumlah saudara :1
c. Status ekonomi keluarga : Menengah
d. Kondisi Rumah :

Pasien tinggal di rumah panggung


dengan dinding kayu papan, lantai
terbuat dari kayu papan dan atap dari
seng. Rumah berukuran sekitar 15 x 10
meter. Rumah terdiri dari 2 kamar, 1
ruang tamu, 1 dapur dan 1 kamar
mandi. Pencahayaan dan ventilasi
rumah cukup baik.

4
kondisi dapur pasien tampak cukup
bersih. Pencahayaan di dapur cukup.
Ibu pasien memasak menggunakan
kompor gas.

Kamar mandi rumah pasien terdapat


satu bak. Terdapat satu jamban leher
angsa.

e. Kondisi Lingkungan Keluarga :


Sekitar rumah merupakan pemukiman yang padat penduduk, dengan
jalan setapak dibagian depan rumah. Pada bagian bawah rumah terdapat
genangan-genangan air. Lingkungan sekitar tampak lembab.

5
III. Aspek Psikologis di Keluarga :
Pasien tinggal di rumah dengan anggota keluarga yang terdiri dari suami, istri
dan satu kakak perempuan pasien. Ayah pasien seorang tukang ojek, ibu
seorang ibu rumah tangga, kakak pasien masih duduk di bangku SMP.
Hubungan antar anggota keluarga harmonis. Hubungan dalam hidup
bertetangga juga baik.
IV. Keluhan Utama
Pasien datang keluhan luka robek kepala bagian depan sejak ± ¼ jam SMRS
V. Riwayat Penyakit Sekarang
Sekitar ¼ jam sebelum datang ke puskesmas, pasien bermain bersama
temannya di depan ruang kelas. pasien berlarian di atas lantai yang lincin,
kemudian pasien terjatuh dengan kepala bagian depan membentur bagian sudut
dinding. pada saat itu pasien sadar, keluar darah pada kepala bagian depan dan
pelipis mata. Kemudian staf pengajar membawa pasien ke Puskesmas Tahtul
Yaman.
Saat dalam perjalanan dari sekolah ke Puskesmas, pasien masih tetap sadar,
darah yang merembes tidak terlalu banyak. Pasien juga tidak muntah, tidak
merasa pusing atau mengalami pingsan. Pasien hanya merasakan nyeri di
sekitar luka dan pasien terlihat sedikit cemas.
VI. Riwayat Penyakit Dahulu:
 Keluhan yang sama sebelumnya (-)
 Riwayat darah tinggi (-)
 Riwayat gangguan pembekuan darah (-)
 Riwayat rawat inap (-)
VII. Riwayat Penyakit Keluarga:
 Riwayat darah tinggi (-)
 Riwayat kencing manis (-)
 Riwayat gangguan pembekuan darah (-)

6
VIII. Riwayat Makan, Alergi, Obat-obatan, Prilaku Kesehatan
 Alergi makanan (-), alergi obat-obatan (-)
 Pasien merupakan seorang anak yang sehari-hari banyak beraktivitas dan
bermain disekitar rumah serta sekolah. Pasien memang seorang anak yang
aktif dan suka bermain.

IX. Pemeriksaan Fisik :


Keadaan Umum
1. Keadaan sakit : tampak sakit sedang
2. Kesadaran : compos mentis
3. TB/BB : 130cm / 24 kg (IMT : 24.82)
4. Suhu : 36,6°C
5. Tekanan darah : 110/70 mmHg
6. Nadi : 76 x/menit
7. Pernafasan
- Frekuensi : 20 x/menit
- Irama : reguler
- Tipe : thorako abdominal
8. Kulit
- Turgor : baik
- Lembab / kering : lembab

Pemeriksaan Organ
1. Kepala Bentuk : normocephal
Simetri : simetris

Vulnus Laceratum et Regio Frontal + Regio Orbital Dextra


2. Mata Exopthalmus/enophtal: (-)
Kelopak : normal

7
Conjungtiva : anemis (-)
Sklera : ikterik (-)
Kornea : normal
Pupil : bulat, isokor, rc +/+
Lensa : normal, keruh (-)
Gerakan bola mata : baik
3. Hidung : tak ada kelainan
4. Telinga : tak ada kelainan
5. Mulut Bibir : lembab
Bau pernafasan : normal
Gigi geligi : lengkap
Palatum : deviasi (-)
Gusi : merah muda, perdarahan (-)
Selaput Lendir : normal
Lidah : putih kotor, ulkus (-)
6. Leher KGB : tak ada pembengkakan
Kel. tiroid : tak ada pembesaran
7. Thorax Bentuk : simetris
Pergerakan dinding dada : tidak ada yang
tertinggal
Pulmo
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Statis & dinamis: simetris Statis & dinamis : simetris
Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Wheezing (-), rhonki (-) Wheezing (-), rhonki (-)

Jantung
Inspeksi Ictus cordis terlihat di ICS V linea midclavicula kiri
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula kiri
Perkusi Batas-batas jantung :
Atas : ICS II kiri
Kanan : linea sternalis kanan

8
Kiri : ICS V linea midclavicula kiri
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi Datar, skar (-), venektasi (-), spidernevi (-)
Palpasi Nyeri tekan regio epigastrium (-), defans muscular (-), ,
hepatomegali (-), splenomegali (-), nyeri ketok CVA (-/-
)
Perkusi Timpani
Auskultasi Bising usus (+) normal

8. Ekstremitas
Atas : Edema (-), akral hangat, CRT<2s, kekuatan otot 5 – 5
Bawah : Edema (-), akral hangat, CRT<2s, kekuatan otot 5 – 5
Status Lokalis

Vulnus laceratum et Regio Frontal dengan ukuran 2 x 0,5 cm + Regio Orbita Dextra
ukuran 0,3 x 0,3 cm
X. Pemeriksaan Laboratorium:
Tidak di lakukan
XI. Pemeriksaan Anjuran :
Darah Rutin
Ro Kepala
Ct-Scan Kepala

9
XII. Diagnosis Kerja :
Vulnus Laceratum et Regio Frontal dextra + Regio Orbita Dextra
XIII. Diagnosis Banding :
Vulnus Punctum
Luka terbuka tidak spesifik

XIV. Manajemen
Promotif
 Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit yang diderita, memiliki
prognosis yang baik dengan syarat menjaga kebersihan luka. Jelaskan juga
tahap penyembuhan luka dan bahwa luka butuh perawatan dalam beberapa
hari.
 Konsumsi makanan yang cukup dan bergizi
 Istirahat yang cukup
 Menerapkan personal hygiene khususnya untuk menjaga kebersihan luka

Preventif
 Hindari luka jangan kotor
 Hindari luka jangan basah, terutama saat memakai perban
 Istirahatkan bagian tubuh yang sakit
 Jangan memanipulasi area yang sakit secara berlebihan

Kuratif
Non Farmakologi
 Penjahitan luka
 Perawatan luka terbuka
Farmakologi
 Asam Mefenamat Tab 500 mg 3x1
 Amoxicilin Tab 500 mg 3 x 1

10
Tradisional
 Kencur
Pada penelitian sari kencur maupun beras kencur terhadap efek analgesic
dilakukan pada manusia diapatkan hasil penelitian memperlihatkan bahwa
200 ml sari kencur 10% yang diberikan secara oral mempunyai khasiat
analgesik yang tidak berbeda dengan metampiron 500 mg. Sedangkan
penelitian dengan beras kencur menunjukkan bahwa beras kencur
mempunyai efek analgesik yang tidak berbeda dengan novalgin. Cara
mengkonsumsinya adalah dengan menyiapkan sebanyak 3 x 1 tea bag (5
g serbuk kencur)/hari yang masing-masing diseduh dalam 1 cangkir air
diminum sebelum makan.

Rehabilitatif
 Menaati nasihat dokter dan rutin minum obat yang diberikan
 Rutin kontrol untuk perawatan luka
 Jika timbul penyulit seperti peradangan yang semakin parah, pernanahan
atau demam, segera bawa ke unit layanan kesehatan terdekat

11
Penulisan Resep
Resep puskesmas Resep ilmiah 1

Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi


Puskesmas Tahtul Yaman Puskesmas Tahtul Yaman
Dokter Prepti Serra Mardhotillah Dokter Prepti Serra Mardhotillah
SIP : 020323 SIP : 020323

Jambi, April 2018 Jambi, April 2018

Pro : Pro :
Alamat : Alamat :
Resep tidak boleh ditukar tanpa Resep tidak boleh ditukar tanpa
sepengetahuan dokter sepengetahuan dokter

Resep ilmiah 2 Resep ilmiah 3

Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi


Puskesmas Tahtul Yaman Puskesmas Tahtul Yaman
Dokter Prepti Serra Mardhotillah Dokter Prepti Serra Mardhotillah
SIP : 020323 SIP : 020323

Jambi, April 2018


Jambi, April 2018

Pro : Pro :
Umur : Umur :
Alamat : Alamat :
Resep tidak boleh ditukar tanpa Resep tidak boleh ditukar tanpa
sepengetahuan dokter sepengetahuan dokter

12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi
Kulit merupakan bagian tubuh yang paling luar yang berguna melindungi
diri dari trauma luar serta masuknya benda asing. Apabila kulit terkena trauma,
maka dapat menyebabkan luka/vulnus. Luka tersebut dapat merusak jaringan,
sehingga terganggunya fungsi tubuh serta dapat mengganggu aktifitas sehari-hari.
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat
ditimbulkan oleh berbagai macam akibat yaitu trauma, meliputi luka robek
(laserasi), luka akibat gesekan (abrasi), luka akibat tarikan (avulsi), luka tembus
(penetrasi), gigitan, luka bakar, dan pembedahan.1,2

Fase Penyembuhan Luka


Proses penyembuhan luka (wound healing) merupakan proses yang
kompleks dan terjadi secara fisiologis di dalam tubuh. Penyembuhan luka adalah
proses interaktif yang dinamis yang melibatkan mediator larut, sel darah, matriks
ekstraselular, dan sel-sel parenkim. Penyembuhan luka terdiri dari beberapa fase,
yaitu inflamasi, proliferasi dan maturasi.2
Fase inflamasi
Inflamasi adalah suatu respon protektif yang ditujukan untuk
menghilangkan penyebab awal cedera sel serta membuang sel dan jaringan nekrotik
yang diakibatkan oleh kerusakan awal. Menurut Sjamsuhidayat dan Jong, fase ini
berlangsung sejak terjadinya luka hingga kira-kira hari kelima.2
Sel mast dalam jaringan ikat menghasilkan serotonin dan histamin yang
meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga terjadi eksudasi cairan, pembentukan
sel radang, disertai vasodilatasi setempat yang menyebabkan edema dan
pembengkakan. Tanda dan gejala klinik reaksi radang menjadi jelas berupa warna

13
kemerahan karena kapiler melebar (rubor), suhu hangat (kalor), rasa nyeri (dolor)
dan pembengkakan (tumor).2
Aktivitas seluler yang terjadi adalah pergerakan leukosit menembus dinding
pembuluh darah (diapedesis) menuju luka karena daya kemotaksis. Leukosit
mengeluarkan enzim hidrolitik yang membantu mencerna bakteri dan kotoran luka.
Limfosit dan monosit yang kemudian muncul ikut menghancurkan dan memakan
kotoran luka serta bakteri (fagositosis). Fase ini disebut juga fase lamban karena
reaksi pembentukan kolagen hanya terjadi pada beberapa fibroblas dan luka hanya
dipertautkan oleh fibrin yang amat lemah.2
Proliferasi atau granulasi
Proliferasi sel umumnya dirangsang oleh faktor pertumbuhan intrinsik,
luka, kematian sel, atau bahkan oleh deformasi mekanis jaringan. Sel yang sedang
berproliferasi berkembang melalui serangkaian tempat dan fase yang sudah
ditentukan yang disebut siklus sel. Siklus sel tersebut terdiri atas fase pertumbuhan
prasintesis 1 atau G1, fase sintesis DNA atau S, fase pertumbuhan pramitosis 2 atau
G2, dan fase mitosis atau M. sel istirahat berada dalam keadaan fisiologis yang
disebut G0 (Guyton dan Hall, 1997). Pemulihan jaringan yang cedera dilakukan
dengan pemusnahan dan pembuangan jaringan yang rusak (melalui proses
peradangan yang telah disebutkan di atas), regenerasi sel atau pembentukan
jaringan granulasi. Meskipun sebagian besar jaringan tersusun terutama dari sel-sel
dalam G0 (yang secara berkala memasuki siklus sel) terdapat juga kombinasi sel-
sel yang saling membelah, sel-sel yang mengadakan diferensiasi akhir dan sel-sel
induk. Luka jaringan berat atau menetap yang disertai kerusakan pada sel parenkim
dan kerangka dasar jaringan menimbulkan suatu keadaan yang pemulihannya tidak
dapat dilaksanakan melalui regenerasi parenkim saja. Dalam kondisi seperti ini,
pemulihan terjadi melalui penggantian sel parenkim nonregeneratif oleh jaringan
ikat. Terdapat 3 komponen umum dalam proses ini:3
a. Pembentukan pembuluh darah baru (angiogenesis)
b. Migrasi dan proliferasi fibroblas
c. Deposisi matriks ekstraselular

14
Pemulihan dimulai dalam waktu 24 jam setelah luka melalui migrasi
fibroblas dan induksi proliferasi fibroblas dan sel endotel. Rekrutmen dan stimulasi
fibroblas dikendalikan oleh banyak faktor pertumbuhan, meliputi PDGF, faktor
pertumbuhan fibroblas dasar (basal fibroblast growth factor, bFGF) dan TGF-β.
Sumber dari berbagai faktor ini antara lain: endotel yang teraktivasi dan sel radang
terutama sel makrofag. Dalam 3-5 hari, muncul jenis jaringan khusus yang
mencirikan terjadinya penyembuhan yang disebut jaringan granulasi. Gambaran
makroskopisnya adalah berwarna merah muda, lembut dan bergranulasi, seperti
yang terlihat di bawah keropeng pada luka kulit. Gambaran histologisnya ditandai
dengan proliferasi fibroblas dan kapiler baru yang halus dan berdinding tipis di
dalam matriks ekstraselular yang longgar.3
Pada awal penyembuhan, fibroblas mempunyai kemampuan kontraktil dan
disebut miofibroblas, yang mengakibatkan tepi luka akan tertarik dan kemudian
mendekat, sehingga kedua tepi luka akan melekat. Dengan berlangsungnya
penyembuhan, maka fibroblas bertambah. Sel ini menghasilkan kolagen, sehingga
jaringan granulasi yang kemudian akan mengumpulkan matriks jaringan ikat secara
progresif, akhirnya akan menghasilkan fibrosis padat (pembentukan jaringan parut
kolagen), yang dapat melakukan remodeling lebih lanjut sesuai perjalanan waktu.2,3
4) Remodeling atau maturasi
Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan
kembali jaringan yang berlebih, pengerutan sesuai dengan gaya gravitasi, dan
akhirnya perupaan kembali jaringan yang baru terbentuk. Fase ini berlangsung
selama berbulan-bulan dan dinyatakan berakhir apabila semua tanda radang sudah
lenyap. Tubuh berusaha menormalkan kembali semua yang menjadi abnormal
karena proses penyembuhan edema dan sel radang diserap, sel yang sedang
berproliferasi menjadi matang, kapiler baru menutup dan diserap kembali, kolagen
yang berlebih diserap dan sisanya mengerut sesuai dengan regangan yang ada.
Selama proses ini dihasilkan jaringan parut yang pucat, tipis dan lemas serta mudah
digerakkan dari dasar. Pengerutan maksimal terlihat pada luka. Pada akhir fase ini,
perupaan luka kulit mampu menahan regangan kira-kira 80% kemampuan kulit
normal. Hal ini tercapai kira-kira 3-6 bulan setelah penyembuhan. Penyembuhan

15
luka sangat penting untuk mengembalikan integritasnya sesegera mungkin dan
merupakan suatu proses kompleks dan dinamis dengan pola yang dapat
diprediksikan. Fase proliferasi merupakan salah satu tahap penting pada
penyembuhan luka dan terjadi setelah fase inflamasi. Fase proliferasi atau fase
fibroplasia akan cepat terjadi, apabila tidak ada infeksi dan kontaminasi pada fase
inflamasi. 2
Penyembuhan luka sangat diperlukan untuk mendapatkan kembali jaringan
tubuh yang utuh. Beberapa faktor yang berperan dalam mempercepat
penyembuhan, yaitu faktor internal (dari dalam tubuh) dan faktor eksternal (dari
luar tubuh). Faktor eksternal yang dapat mempercepat penyembuhan luka yaitu
dengan cara irigasi luka menggunakan larutan fisiologis (NaCl 0,9%) serta
penggunaan obat-obatan sintetik dan alami.4

Etiologi
Berdasarkan mekanisme trauma, terdiri dari:
 Trauma tajam yang menimbulkan luka terbuka, misalnya :
1. Vulnus Punctum (Luka Tusuk)
Penyebab adalah benda runcing tajam atau sesuatu yang masuk ke dalam
kulit, merupakan luka terbuka dari luar tampak kecil tapi didalam mungkin
rusak berat, jika yang mengenai abdomen/thorax disebut vulnus penetrosum
(luka tembus).
2. Vulnus Scissum/Insivum (Luka Sayat)
Penyebab dari luka jenis ini adalah sayatan benda tajam atau jarum
merupakan luka terbuka akibat dari terapi untuk dilakukan tindakan invasif,
tepi luka tajam dan licin.
3. Vulnus Schlopetorum (Luka Tembak)
Penyebabnya adalah tembakan, granat. Pada pinggiran luka tampak
kehitam-hitaman, bisa tidak teratur kadang ditemukan corpus alienum.
4. Vulnus Morsum (Luka Gigitan)
Penyebab adalah gigitan binatang atau manusia, kemungkinan infeksi besar
bentuk luka tergantung dari bentuk gigi

16
5. Vulnus Perforatum (Luka Tembus)
Luka jenis ini merupakan luka tembus atau luka jebol. Penyebab oleh karena
panah, tombak atau proses infeksi yang meluas hingga melewati selaput
serosa/epithel organ jaringan.
6. Vulnus Amputatum (Luka Terpotong)
Luka potong, pancung dengan penyebab benda tajam ukuran besar/berat,
gergaji. Luka membentuk lingkaran sesuai dengan organ yang
dipotong.Perdarahan hebat, resiko infeksi tinggi, terdapat gejala pathom
limb.1
 Trauma tumpul yang menyebabkan luka tertutup (vulnus occlusum), atau luka
terbuka (vulnus apertum), misalnya :
1. Vulnus Laceratum (Laserasi/Robek)
Jenis luka ini disebabkan oleh karena benturan dengan benda tumpul,
dengan ciri luka tepi luka tidak rata dan perdarahan sedikit luka dan
meningkatkan resiko infeksi.
2. Vulnus Excoriasi (Luka Lecet)
Penyebab luka karena kecelakaan atau jatuh yang menyebabkan lecet pada
permukaan kulit merupakan luka terbuka tetapi yang terkena hanya daerah
kulit.
3. Vulnus Contussum (Luka Kontusio)
Penyebab: benturan benda yang keras. Luka ini merupakan luka tertutup,
akibat dari kerusakan pada soft tissue dan ruptur pada pembuluh darah
menyebabkan nyeri dan berdarah (hematoma) bila kecil maka akan diserap
oleh jaringan di sekitarnya jika organ dalam terbentur dapat menyebabkan
akibat yang serius.1
 Trauma termal, (Vulnus Combustion-Luka Bakar), yaitu kerusakan kulit
karena suhu yang ekstrim, misalnya air panas, api, sengatan listrik, bahan kimia,
radiasi atau suhu yang sangat dingin (frostbite). Jaringan kulit rusak dengan
berbagai derajat mulai dari lepuh (bula), sampai karbonisasi (hangus).Terdapat
sensasi nyeri dan atau anesthesia.1

17
Patofisiologi
Vulnus terjadi apabila ada suatu trauma yang mengenai tubuh yang bisa
disebabkan oleh trauma mekanis dan perubahan suhu (luka bakar). Vulnus yang
terjadi dapat menimbulkan beberapa tanda dan gejala seperti bengkak, krepitasi,
shock, nyeri, dan deformitas atau bisa juga menimbulkan kondisi yang lebih serius.
Tanda dan gejala yang timbul tergantung pada penyebab dan tipe vulnus.1

Klasifikasi
Menurut tipenya luka dibedakan menjadi 4 tipe luka yaitu :
1. Luka bersih (Clean wound)
Luka bersih adalah luka karena tindakan operasi dengan tehnik steril, misalnya
pada daerah dinding perut, dan jaringan lain yang letaknya lebih dalam
(noncontaminated deep tissue), misalnya tiroid, kelenjar, pembuluh darah, otak,
tulang.
2. Luka bersih-kontaminasi (Clean contaminated wound)
Merupakan luka yang terjadi karena benda tajam, bersih dan rapi, lingkungan
tidak steril atau operasi yang mengenai daerah usus halus dan bronchial.
3. Luka kontaminasi (Contaminated wound)
Luka ini tidak rapi, terkontaminasi oleh lingkungan kotor, operasi pada saluran
terinfeksi (usus besar, rektum, infeksi bronkhial, saluran kemih)
4. Luka infeksi (Infected wound)
Jenis luka ini diikuti oleh adanya infeksi, kerusakan jaringan, serta kurangnya
vaskularisasi pada jaringan luka.1

Manifestasi Klinis
Gejala Lokal
a. Nyeri terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf sensoris. Intensitas atau
derajat rasa nyeri berbeda-beda tergantung pada berat/luas kerusakan ujung-
ujung saraf , etiologi dan lokasi luka.

18
b. Perdarahan, hebatnya perdarahan tergantung pada lokasi luka, jenis pembuluh
darah yang rusak.
c. Diastase yaitu luka yang menganga atau tepinya saling melebar
d. Gangguan fungsi, fungsi anggota badan akan terganggu baik oleh karena rasa
nyeri atau kerusakan tendon.
Gejala umum
Gejala/tanda umum pada perlukaan dapat terjadi akibat penyulit/
komplikasi yang terjadi seperti syok akibat nyeri dan atau perdarahan yang hebat.
Pada kasus vulnus diagnosis pertama dilakukan secara teliti untuk memastikan
apakah ada pendarahan yang harus dihentikan. Kemudian ditentukan jenis trauma
apakah trauma tajam atau trauma tumpul, banyaknya kematian jaringan, besarnya
kontaminasi dan berat jaringan luka.1,2

Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang bila diperlukan.
Anamnesis
 Terjadi trauma, ada jejas, memar, bengkak, nyeri, rasa panas di daerah
trauma.
Pemeriksaan Fisik
 Inspeksi : adanya kerusakan jaringan didaerah trauma, ada
perdarahan, edema sekitar area trauma, melepuh, kulit warna kemerahan
sampai kehitaman.
 Palpasi : nyeri tekan, atau anestesi.
Pemeriksaan Penunjang: - 1

Penatalaksanaan
1. Alat Bedah Minor: gunting jaringan, pinset anatomis, pinset sirurgis, gunting
benang, needle holder, klem arteri, scalpel blade & handle.1
2. Pertama dilakukan anestesi setempat atau umum, tergantung berat dan letak
luka, serta keadaan penderita, luka dan sekitar luka dibersihkan dengan

19
antiseptik. Bahan yang dapat dipakai adalah larutan yodium povidon 1% dan
larutan klorheksidin ½%, larutan yodium 3% atau alkohol 70% hanya
digunakan untuk membersih kulit disekitar luka.
3. Kemudian daerah disekitar lapangan kerja ditutup dengan kain steril dan secara
steril dilakukan kembali pembersihan luka dari kontaminasi secara mekanis,
misalnya pembuangan jaringan mati dengan gunting atau pisau dan dibersihkan
dengan bilasan, atau guyuran NaCl.
4. Akhirnya dilakukan penjahitan bila memungkinkan, dan luka ditutup dengan
bahan yang dapat mencegah lengketnya kasa, misalnya kasa yang mengandung
vaselin ditambah dengan kasa penyerap dan dibalut dengan pembalut elastis.1,2

Komplikasi
1. Penyulit dini seperti : hematoma, seroma, infeksi
2. Penyulit lanjut seperti : keloid dan parut hipertrofik dan kontraktur1

Prognosis
Tergantung dari luas, kedalaman dan penyebab dari trauma.1

20
BAB III
ANALISA KASUS

Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar


Keadaan rumah terkesan kurang rapi dan kurang bersih. Sekitar rumah
merupakan pemukiman yang padat penduduk, dengan jalan setapak dibagian depan
rumah. Pada bagian bawah rumah terdapat genangan-genangan air. Lingkungan
sekitar tampak lembab. Namun tidak terdapat hubungan keadaan rumah dan
lingkungan sekitar dengan penyakit yang di derita pasien.

Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan dalam keluarga


Pasien merupakan keluarga yang menengah secara ekonomi. Hubungan
antar anggota keluarga terkesan harmonis. Namun tidak terdapat hubungan keadaan
keluarga dengan penyakit yang diderita pasien.

Hubungan diagnosis prilaku kesehatan dalam keluarga dan lingkungan


sekitar
Kejadian yang menimpa pasien, pasien bermain bersama temannya, pasien
berlarian di atas lantai yang lincin, kemudian pasien terjatuh dengan kepala bagian
depan membentur dinding. Hal ini menunjukkan saat bermain bersama temannya
pasien tidak memperhatikan kondisi tempat bermain dan tidak berhati-hati.
Seharusnya pasien tidak berlarian diatas lantai yang licin dan berhati-hati
saat bermain, sehingga mencegah kejadian seperti yang dialami pasien.

Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit


Salah satu faktor risiko dari kejadian yang menimpa pasien, adalah prilaku
pasien yang bermain tidak pada tempanya serta tidak berhati-hati

Analisis untuk mengurangi paparan

21
Pasien dianjurkan untuk bermain bersama teman-temannya di tempat
dengan kondisi yang aman, tidak licin dan luas. seperti lapangan atau pekarangan
sekolah, lebih berhati-hati ketika bermain, agar tidak terjadi hal seperti yang dialami
pasien.

Edukasi yang diberikan pada pasien atau keluarga


Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit yang diderita, penatalaksaan
dan proses penyembuhan. Konsumsi makanan yang cukup dan bergizi seperti buah
dan sayur. Istirahat yang cukup. Menerapkan pola hidup bersih dan sehat khususnya
untuk menjaga kebersihan luka. Hindari kontak luka dengan area yang kotor.
Hindari area yang sakit dari keadaan yang membuat basah. Jangan melakukan
aktivitas berat, terutama yang menggunakan bagian tubuh yang sakit. Jangan
memanipulasi area yang sakit secara berlebihan.
Kepada keluarga juga dijelaskan untuk memberikan naesehat kepada pasien
untuk dapat bermain pada tempatnya serta lebih hati-hati saat bermain atau kegiatan
lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

22
1. Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasyankes
Primer. Jakarta: IDI. 2014.
2. Sjamsuhidayat R, Jong WD. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi. Jakarta:
EGC. 2004
3. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC,
2006.
4. Adam JS. Current Management of Acute Cutaneous Wound. N Engl J Med,
2008. 359:037-46.

23
24

Anda mungkin juga menyukai