SKENARIO I
Kelompok B7
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
BAB I
PENDAHULUAN
SKENARIO 1
KONTROVERSI INFORMASI
Seorang laki-laki usia 30 tahun datang ke IGD Rumah Sakit dengan keluhan
panas dan batuh darah. Laki-laki tersebut mengeluh bahwa sakitnya sudah lama dan
berkali-kali opname di rumah sakit dengan keluhan serupa. Pasien membawa salah
satu hasil pemeriksaan laboratorium, yaitu pemeriksaan jumlah Limfosit T Helper
(CD4) yang menunjukkan hasil sangat rendah, sehingga dokter menduga pasien
menderita HIV AIDS. Anamnesis lebih lanjut ternyata sebelumnya pasien ada
riwayat memakai injeksi Narkoba (IVDU) dan sering berganti-ganti pasangan
seksual. Diskusi seru terjadi antara dokter IGD dan pasien tersebut. Pasien tersebut
berkata kepada dokter: “Penyakit saya ini gara-gara kencing di kamar mandi umum.”
Dokter menjelaskan kepada pasien bahwa penularan penyakitnya dari hubungan
seksual atau injeksi jarum suntik yang dipakai bersama, tetapi pasien meyakini
karena kencing di kamar mandi umum.
Memperhatikan hal diatas yaitu masalah kontroversi penularan penyakit HIV
AIDS di masyarakat maka,
1. Langkah-langkah apakah yang harus saudara lakukan untuk menjelaskan
masalah kontroversi tersebut?
2. Manakah yang benar secara ilmiah mengenai penularan HIV AIDS?
BAB II
A. Seven Jump
1. Langkah I: Membaca skenario dan memahami pengertian beberapa istilah
dalam skenario
Dalam skenario ini kami mengklarifikasi istilah sebagai berikut:
pada penderita AIDS jumlah Limfosit T-Helper di bawah 200 . Hal ini
menyebabkan homeostasis terganggu. Contoh gejala penurunan sistem imun
pada penderita AIDS adalah penurunan berat badan, diare kronis, dan
panas/demam.
b. Dokter dapat menjelaskan hasil diagnosis kepada pasien dengan terlebih
dahulu melakukan uji laboratorium lebih lanjut, memberikan penjelasan
ilmiah pada pasien, membangun hubungan yang baik dengan pasien, menjaga
kerahasiaan hasil diagnosis (no.72/MENKES/INS/11/1988).
c. Terdapatnya kontroversi antara dokter dengan pasien disebabkan karena
keprecayaan pasien dengan stigma penularan HIV/AIDS, hubungan antara
pasien dan dokter yang belum akrab, penyakit HIV/AIDS yang masih tabu di
tengah masyarakat, dan ketakutan masyarakat terhadap ODA.
d. Tidak, karena info yang berkembang di masyarakat yang dasarnya tidak jelas
dan tingkat pendidikan masyarakat yang cenderung rendah.
e. Penularan HIV/AIDS bisa melalui alat yang tidak steril pada proses transfusi
darah. Selain itu penularan juga bisa terjadi melalui hubungan seksual dengan
media cairan tubuh seperti cairan semen dan cairan vagina. Sedangkan
kencing di kamar mandi umum tidak bisa menularkan HIV/AIDS.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan informasi yang kami peroleh dari jurnal ilmiah serta hasil riset
penelitian terkait, kami berhipotesis bahwa pasien terjangkit virus HIV/AIDS bukan
karena kencing di kamar mandi umum, melainkan penyakitnya tersebut merupakan
akibat dari berhubungan seksual dengan pasangan yang berbeda-beda dan
menggunakan jarum suntik narkoba secara bergantian atau Intravenous Drug User
(IvDU). Menurut penelitian yang kami peroleh melalui penelusuran pustaka ilmiah,
virus HIV/AIDS tidak menular melalui kontak fisik seperti berpelukkan, berjabat
tangan, makan dan minum bersama serta berenang di permandian umum. Virus
HIV/AIDS menular melalui cairan tubuh yang berupa semen atau cairan dari vagina
atau serviks, berganti-gantian jarum suntik serta penularan dari ibu ke bayi melalui
ASI.
BAB IV
SARAN
Pasien tersebut perlu dibekali ilmu pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan
cara edukasi, penyuluhan dan penjelasan mengenai penyakit yang diderita secara
ilmiah disertai bukti-bukti valid terkait.
Bagi dokter, diharapkan membangun komunikasi yang baik dengan pasien
agar pasien bisa lebih terbuka dan dapat menerima penjelasan ilmiah dokter.
Saran untuk pembuat skenario, diharapkan kedepannya dapat memberikan
penjelasan terperinci mengenai identitas dan riwayat kesehatan pasien sebagai bahan
pertimbangan.
DAFTAR PUSTAKA
Hammer Scott M (2005). Management of Newly HIV Infection. The New England
Journal Medicine, 353:1702-10.
Depkes (2000). Petaka Infeksi HIV Berawal dari Seks Beresiko. Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia. http://
www.depkes.go.id/index.php/berita/advertorial/2000-petaka-infeksi-hiv-
berawal-dari-seks-beresiko.html. Diakses September 2012.
Lopman Ben A,garnett Geoff P,Mason Peter R,Gregson Simon (2005). Individual
Level Injection History: a Lack of Association with HIV Incidence in Rural
Zimbabwe. Plos Medicine, 2:37.
Pilcher Crishtopher D,Eron joseph J,Vernazza Pietro L,Stewart Paul W,Cohen Miron
S,Li-Ean goh,Szu-Yun Leu (2004). Brief but efficient: Acute HIV Infection
and the Sexual transmission of HIV.Journal of Infectious Disease.189:1785-
92.
Janssen Robert S,Satten Glen A,Critchley Sara E,Peterson Lyle R,Stafford Randall
S,Ward John W,Hanson Debra L,et al (1992). HIV Infection Among Patients in
U.S. Acute Care hospital-strategies for the Counceling and Testing of Hospital
Patients. The New England Journal of medicine,327:445-452.
Cohen Myron S,Chen Ying Q,McCauley marybeth,Gamble Theresa,hakim James
G,Kumwenda Johnstone,Santos Breno R,et al (2011).Prevention of HIV-1 Infection
with Early Antiretroviral Therapy.The New England Journal of Medicine,365:495-
505.