1. CITRO HASTARING R
2. AGUNG DARMAWAN
3. AMINATUS SA’DIYAH
4. NOVY NORLILAH
MALANG
2021
BAB 1
Pada beberapa orang, infeksi strep yang berulang menyebabkan sistem kekebalan
bereaksi terhadap jaringan tubuh termasuk meradang dan jaringan parut pada katup
jantung. Inilah yang disebut sebagai demam rematik. Penyakit jantung rematik
terjadi akibat peradangan dan jaringan parut pada katup jantung yang disebabkan
oleh demam rematik
Penyakit jantung rematik merupakan gejala sisa dari Demam Rematik (DR)
akut yang juga merupakan penyakit peradangan akut yang dapat menyertai
faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus beta-hemolyticus grup A. Penyakit
ini cenderung berulang dan dipandang sebagai penyebab penyakit jantung didapat
pada anak dan dewasa muda di seluruh dunia (Smeltzer, 2000).
1.4 Manfaat
2.1.1 Definisi
2.1.2 Etiologi
1) Faktor genetik
2) Jenis kelamin
Demam reumatik sering didapatkan pada anak wanita dibandingkan
dengan anak laki-laki. Tetapi data yang lebih besar menunjukkan tidak
ada perbedaan jenis kelamin, meskipun manifestasi tertentu mungkin
lebih sering ditemukan pada satu jenis kelamin.
4) Umur
1) Faktor genetik
2) Jenis kelamin
4) Umur
Umur merupakan faktor predisposisi terpenting pada timbulnya demam
reumatik atau penyakit jantung reumatik. Penyakit ini paling sering
mengenai anak umur antara 5-15 tahun dengan puncak sekitar umur 8
tahun. Tidak biasa ditemukan pada anak antara umur 3-5 tahun dan sangat
jarang sebelum anak berumur 3 tahun atau setelah 20 tahun. Distribusi
umur ini dikatakan sesuai dengan insidens infeksi streptococcus pada
anak
usia sekolah. Tetapi Markowitz menemukan bahwa penderita infeksi
streptococcus adalah mereka yang berumur 2-6 tahun.
6) Reaksi autoimun
Manifestasi Mayor
Manifestasi Minor
2) Athralgia atau nyeri sendi tanpa adanya tanda obyektif pada sendi; pasien
kadang-kadang sulit menggerakkan tungkainya
4) Leukositosis
Diagnosa ditegakkan bila ada dua kriteria mayor dan satu kriteria minor, atau dua
1) Kultur positif
2) Ruam skarlatina
a. Stadium I
Berupa infeksi saluran nafas atas oleh kuman Beta Streptococcus Hemolyticus
Grup A.
- Demam
- Batuk
- Rasa sakit waktu menelan
- Muntah
- Diare
- Peradangan pada tonsil yang disertai peradangan
b. Stadium II
Stadium ini disebut juga periode laten, ialah masa antara infeksi streptococcus
dengan permulaan gejala demam reumatik; biasanya periode ini berlangsung
1-3 minggu
c. Stadium III
Yang dimaksud dengan stadium III ini ialah fase akut demam reumatik, saat
ini timbulnya berbagai manifestasi klinis demam reumatik atau penyakit
jantung reumatik. Manifestasi klinis tersebut dapat digolongkan dalam gejala
Peradangan umum dan manisfestasi spesifik demam rematik atau penyakit
jantung rematik
Gejala peradangan umum :
2. Lesu
3. Anoreksia
4. Lekas tersinggung
6. Kelihatan pucat
7. Epistaksis
8. Athralgia
d. Stadium IV
Disebut juga stadium inaktif. Pada stadium ini penderita demam reumatik
tanpa kelainan jantung atau penderita penyakit jantung reumatik tanpa gejala
sisa katup tidak menunjukkan gejala apa-apa. Pada penderita penyakit jantung
reumatik dengan gejala sisa kelainan katup jantung, gejala yang timbul sesuai
dengan jenis serta beratnya kelainan. Pada fase ini baik penderita demam
reumatik maupun penyakit jantung reumatik sewaktu-waktu dapat mengalami
reaktivasi penyakitnya.
2.1.4 Pathway dan Patofisiologi
Patofisiologi RHD
Demam reumatik adalah suatu hasil respon imunologi abnormal yang
disebabkan oleh kelompok kuman A beta-hemolitic treptococcus yang menyerang
pada pharynx. Streptococcus diketahui dapat menghasilkan tidak kurang dari 20
prodak ekstrasel yang terpenting diantaranya ialah streptolisin O, streptolisin S,
hialuronidase, streptokinase, difosforidin nukleotidase, deoksiribonuklease serta
streptococca erythrogenic toxin. Produk-produk tersebut merangsang timbulnya
antibodi. Demam reumatik yang terjadi diduga akibat kepekaan tubuh yang
berlebihan terhadap beberapa produk tersebut.
Demam rematik terjadi 2-6 minggu setelah tidak ada pengobatan atau
pengobatan yang tidak tuntas karena infeksi saluran nafas atas oleh kelompok kuman
A betahemolytic.
2.1.5 Penatalaksanaan
Penderita dianjurkan untuk tirah baring dirumah sakit, selain itu Tim Medis
akan terpikir tentang penanganan kemungkinan terjadinya komplikasi seperti gagal
jantung, endokarditis bakteri atau trombo-emboli. Pasien akan diberikan diet bergizi
tinggi yang mengandung cukup vitamin.
Penderita Penyakit Jantung Rematik (PJR) tanpa gejala tidak memerlukan
terapi. Penderita dengan gejala gagal jantung yang ringan memerlukan terapi medik
untuk mengatasi keluhannya. Penderita yang simtomatis memerlukan terapi surgikal
atau intervensi invasif. Tetapi terapi surgikal dan intervensi ini masih terbatas
tersedia serta memerlukan biaya yang relatif mahal dan memerlukan follow up jangka
panjang.
ALGORITMA
4. Ekokardiografi
intervensi
TINDAKAN
Dilakukan Sendiri
1. Sesuai dengan keparahan kasusnya, jenis olahraga yang dipilih harus jangan
sampai memperberat gejala.
2. Mengurangi asupan natrium yang banyak terdapat pada garam, penyedap rasa,
dan kerupuk.
3. Bila juga menderita kencing manis, penyakit ginjal dan Lupus, harus dijaga
agar tidak memperberat RHD-nya.
1. Untuk kasus tanpa gejala, dokter hanya akan memantau dengan pemeriksaan
USG jantung secara rutin.
OPERASI
OBAT – OBATAN
Anti Inflamasi
Salisilat biasanya dipakai pada demam rematik tanpa karditis, dan ditambah
kortikosteroid jika ada kelainan jantung. Pemberian salisilat dosis tinggi dapat
menyebabkan intoksikasi dengan gejala tinitus dan hiperpnea. Untuk pasien
dengan artralgia saja cukup diberikan analgesik. Pada artritis sedang atau
berat tanpa karditis atau tanpa kardiomegali, salisilat diberikan 100 mg/kg
BB/hari dengan maksimal 6 g/hari, dibagi dalam 3 dosis selama 2 minggu,
kemudian dilanjutkan 75 mg/kg BB/hari selama 4-6 minggu kemudian.
2.1.6 Prognosis
Tak cuma itu saja, kerusakan pada katup mitral, katup jantung lain atau jaringan
jantung lainnya dapat menyebabkan masalah dengan jantung di kemudian hari.
Misalnya:
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam
MRS, nomor register, dan diagnosis medis.
2. Riwayat penyakit sekarang
Kapan waktu timbulnya penyakit? Jam berapa? Bagaimana awal
munculnya? Berangsur-angsur? Keadaan penyakit, apakah sudah
membaik, parah atau tetap sama dengan sebelumnya.Usaha yang
dilakukan untuk mengurangi keluhan.
3. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit pada masa anak-anak dan penyakit infeksi yang pernah dialami,
imunisasi yang pernah diberikan, kecelakaan yang pernah dialami,
prosedur operasi dan perawatan rumah sakit alergi (makanan, obat-
obatan, zat/substansi, textil), pengobatan dini (konsumsi obat-obatan
bebas).
4. Riwayat penyakit keluarga
Identifikasi berbagai penyakit keturunan yang umumnya menyerang.
Anggota keluarga yang terkena alergi, asma, TBC, hipertensi, penyakit
jantung, stroke, anemia, hemophilia, arthritis, migrain, DM, kanker dan
gangguan emosional.
B. Data dasar Pasien
1. Aktifitas/istirahat
• Gejala : Kelemahan, kelelahan. Pusing, rasa berdenyut.
Dispenea karena kerja, palpitasi. Gangguan tidur
(ortopnea, dispnea paroksimal noktural, nokturia,
keringatmalam hari.)
• Tanda : Takikardi, gangguan pada TD. Pingsan karena
kerja. Takipnea, dispnea.
2. Sirkulasi
• Gejala : Riwayat kondisi pencetus, contoh: Demam
rematik, endokarditis bakterial subakut, infeksi
streptokokas; hipertensi, kondisi kongenital (contoh
kerusakan Atrial-septal, sindrom marfan), trauma dada,
hipertensi pulmonal. Riwayat murmur jantung,
palpitasi. Serak, hemoptisis. Batuk tanpa produksi
sputum.
• Tanda : Sistolik TD menurun, tekanan nadi karotid
lambat dengan volume nadi kecil (SA); bendungan
dengan pulsasi arteri terlihat (IA).Nadi apikal: PMI kuat
dan terletak di bawah dan kekiri (IM); secara lateral kuat
dan perpindahan tempat (IA).
• Getaran : Getaran diastolik pada aspek (SM). Getaran
systolik
pada dasar (SA) Getaran systolik senjang batas sternal
kiri; getaran systolik pada titik jagular dan sepanjang
arteri karotis(IA).
• Irama : Tak teratur, fibrilasi atrial (SM dan IM).
Disritmia dan derajat pertama Blok AV (SA). Murmur :
Murmur diastolik pada area pulmonalik (IP). Bunyi
rendah, murmur diastolik gaduh (SM). Murmur sistolik
terdengar baik pada apek (MR). Murmur sistolik
terdengar baik pada dasar dengan penyebaran ke leher
(SA).Murmur sistolik pada dasar kiri batas sternal (SP)
meningkat selama inspirasi (IT). Murmur diastolik
(tiupan), bunyi tinggi dan terdengar baik pada dasar
(IA). Murmur diastolik pada dasar kiri strenal
meningkat dengan inspirasi ( ST), Warna / Sianosis :
Kulit hangat, lembab dan kemerahan (IA).Kapiler
kemerahan dan pucat pada tiap nadi (IA).
3. Integritas Ego
• Gejala : Tanda kecemasan. Contoh gelisah, pucat,
berkeringat, fokus menyempit, gemetar.
4. Makanan/Cairan
• Gejala: Disfagia (IM Kronis), perubahan berat badan.
Penggunaan diuretik.
• Tanda: Edema umum / dependen. Hepatomegali dan asites
( SM, IM, IT) Hangat, kemerahan dan kulit lembab (IA).
Pernafasan payah dan bising dengan terdengar krekels dan
mengi.
5. Neurosensori
• Gejala : Episode pusing/ pingsan berkenaan dengan beban
kerja.
6. Nyeri/Kenyamanan
• Gejala : Nyeri dada , angina (SA,IA). Nyeri dada non
angina / tidak khas (MVP).
7. Pernafasan
• Gejala : Dispenia (Kerja, ortopnea, paroksismal,
nokturnal). Batuk menetap ataunokturnal ( sputum
mungkin/ tidak produktif).
• Tanda : Takipnea. Bunyi napas adventisius (krekels dan
mengi). Sputum banyak dan berbecak darah ( Edema
pulmonal). Gelisah/ ketakutan ( Pada adanya edema
pulmonal).
8. Keamanan
• Gejala: Proses infeksi/ sepsis, kemoterapi radiasi. Adanya
perawatan gigi (pembersihan, pengisian, dsb).
• Tanda: Perlu perawatan gigi / mulut.
9. Riwayat Psikososial
Identifikasi klien tentang kehidupan sosialnya
Identifikasi hubungan klien dengan yang lain dan kepuasan diri
sendiri
Kaji lingkungan rumah , hubungkan dengan kondisi RS
Tanggapan klien tentang beban biaya RS
Tanggapan klien tentang penyakitnya
10. Riwayat Spiritual
Kaji ketaatan klien beribadah dan menjalankan kepercayaannya :
sholat, ibadah, berdoa.
Support system dalam keluarga
Ritual yang biasa dijalankan
C. Aktifitas Sehari-hari
1. Nutrisi :
Selera makan, menu makan dalam 24 jam. Frekuensi makan dalam 24 jam.
Makanan yang disukai dan makanan pantangan. Pembatasan pola makanan.
Cara makan (bersama keluarga, alat makan yang digunakan). Ritual sebelum
makan, dll.
2. Cairan
Jenis minuman yang dikonsumsi dalam 24 jam, frekuensi minum, kebutuhan
cairan dalam 24 jam.
3. Eliminasi (BAB & BAK):
Tempat pembuangan, frekuensi? kapan? teratur?, konsistensi, kesulitan dan
cara menanganinya, obat-obat untuk memperlancar BAB/BAK.
4. Istirahat Tidur
Apakah cepat tertidur, jam tidur (siang/malam), bila tidak dapat tidur apa
yang dilakukan, apakah tidur secara rutin.
5. Olahraga
Program olahraga tertentu, berapa lama melakukan dan jenisnya, perasaan
setelah melakukan olahraga.
6. Rokok / alkohol dan obat-obatan
Apakah merokok? jenis? berapa banyak? kapan mulai merokok? Apakah
minum minuman keras? berapa minum /hari/minggu? jenis minuman?
apakah banyak minum ketika stress?
7. Personal hygiene
Mandi (frekuensi, cara, alat mandi, kesulitan, mandiri/dibantu), cuci rambut,
gunting kuku, gosok gigi.
D. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa utama keperawatan menurut Standart Diagnosis Keperawatan
Indonesia dan Standat Intervensi Keperawatan Indonesia cetakan ke 3 (2017)
1. Penurunan cardiac output berhubungan dengan perubahan frekuensi
jantung
2. Nyeri berhubungan dengan pencedera fisiologis
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake tidak
adekuat.
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan deformitas katup atau
ketidakmampuan jantung untuk memompa, keterbatasan fisik
5. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.
6. Pola nafas tidak efektf berhubungan dengan hambatan upaya benapas
7. Gangguan sirkulasi spontan berhubungan dengan abnormalitas
kelistrikan jantung
E. Intervensi (SIKI)
Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung
(SDKI) Penurunan Curah Jantung D.0008
Penyebab
1. Perubahan irama jantung
2. Perubahan frekuensi jantung
3. Perubahan kontraktilitas
4. Perubahan preload
5. Perubahan afterload
Gejala dan tanda Mayor
Subyektif
1. Perubahan irama jantung (palpitasi)
2. Perubahan preload (lelah)
3. Perubahan afterload (dispnea)
4. Perubahan kontraktilitas (paroxysmalnoctural dipsnea (PND), ortopnea, batuk)
Objektif
1. Perubahan irama jantung
1) Bradikardi/takikardia
2) Gambaran EKG aritmia atau ganguan konduksi
2. Perubahan preload
1) Edema
2) Distensi vena jugularis
3) CVP meningkat/menurun
4) hepatomegali
3. Perubahan afterload
1) Tekanan darah meningkat/menurun
2) Nadi perifer teraba lemah
3) Capillary refiil time>3detik
4) Oliguria
5) Warna kulit pucat dan atau sianosis
4. Perubahan kontraktilitas
1) Terdengar suara jantung S3 atau S4
2) Ejection fraction menurun
Gejala dan tanda Minor
Subjektif
1 Perubahan preload (tidak tersedia)
2 Perubahan afterload (tidak tersedia)
3 Perubahan kontraktilitas (tidak tersedia)
4 Perilaku/emosional
1) Cemas
2) Gelisah
Objektif
1 Perubahan preload
1) Murmur jantung
2) Berat badan bertambah
3) PAWP menurun
2 Perubahan afterload
1) PVR meningkat/menurun
2) SVR meningkat/menurun
3 Perubahan kontraktilitas
1) Cardiac index menurun
2) LVSWI menurun
3) SVI menurun
4 Perilaku/emosional
1) Perilaku/emosional (tidak tersedia)
(SIKI) Perawatan Jantung l.02075
Observasi
- Identifikasi tanda dan gejala primer penururnan curah jantung ( meliputi dispnea,
kelelahan edema ,ortopnea, paroxysmal nocturnal dispne, peningkatan CVP)
- Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah jantung (meliputi peningkatan
berat badan,hepatomegali, distensi vena jugularis, palpitasi,ronchi basah, oliguria,
batuk ,kulit pucat)
- Monitor tekanan darah ( termasuk tekanan darah ortostik, jika perlu)
- Monitor intake dan output cairan
- Monitor berat badan setiap hari pada waktu yang sama
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor keluhan nyeri dada(missal intensitas, lokasi,radiasi, durasi, presivitasi
yang mengurangi nyeri)
- Monitor EKG 12 sadapan
- Monitor aritmia ( kelainan irama dan frekuensi)
- Monitor nilai labratorium jantung (mis. Elektrolit, enzim jantung, BNP, NTpro-
BNP)
- Monitor fungsi alat pacu jantung
- Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum dan sesuadah aktifitas
- Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum pemberian obat (mis. Beta
bloker, ACE inhibitor, calcium channel bloker, digoxin)
Terapiutik
- Posisikan pasien semi fowler atau fowler dengan posisi kaki kebawah atau posisi
nyaman
- Berikan diet jantunag yang sesuai (mis. Batasi asupan kafein,natrium, kolesterol,
dan makanantinggi lemak
- Gunakan stocking elastic atau pneumatic intermiten, sesuai indikasi
- Fasilitasi pasien atau keluarga untuk modifikasi gaya hisup sehat
- Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stress, jika perlu
- Berikan dukungan emosional dan spiritual
- Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi ksigen >94%
Edukasi
- Anjurkan beraktifitas sesuai toleransi
- Anjurkan beraktifitas fisik secara bertahap
- Anjurkan berhenti merokok
- Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat badan harian
- Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan output cairan harian
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat antiaritmia, jika perlu
- Rujuk ke program rehabilitasi jantung
Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana
keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang
(US. Midar H, dkk, 1989).
4.1 Analisa Kasus
A. Identitas klien
Nama : Nn. W No. Register : 113948XX
Usia : 17 tahun Tanggal Masuk : 15 -02-2021
Tanggal
Jenis kelamin : Perempuan Pengkajian : 20-02-2021
Alamat : Dsn. Kedondong RT 7/4 Sumber informasi : Nn. W dan ortu
Sumbergedang Pasuruan
1. Keluhan utama
• Saat MRS :
Klien mengeluh mudah capek kurang lebih 1 minggu sebelum MRS, bila
berjalan ± 10 meter klien mudah capek dan “mgongsrong”, dan memberat
jika beraktivitas dan berkurang dengan istirahat
• Saat Pengkajian :
Klien mengeluh badannya lemas, jika berjalan jauh terkadang terasa ngos
ngosan dan tidak nafsu makan.
2. Lama keluhan : Keluhan dirasakan kurang lebih 3 minggu ini
3. Kualitas keluhan : Napas ngos-ngosan terkadang sesak
4. Faktor pencetus : Penyakit jantung dengan PJR
5. Faktor pemberat : Berjalan jauh dan beaktivitas berat
6. Upaya yang dilakukan: Periksa ke layanan kesehatan RS Medika Pandaan
7. Diagnose medis : Penyakit Jamtung Suspet PJR (Penyakit Jantung Rematik)
Klien mengatakan kurang lebih 3 minggu ini, klien merasa sering capek dan
nafas ngongsrong, selain itu klien juga mengeluhkan wajahnya membengkak dan
muntah muntah, kemudian klien dibawa ke RS Medika Pandaan oleh orang
tuanya, setelah mendapat perawatan di RS Medika Pandaan, klien di rujuk ke
RSSA Malang, klien tiba di UGD RSSA Malang pada tanggal 15 Pebruari 2021
pukul
22: 05. Di UGD RSSA Malang klien didiagnosa penyakit jantung dengan Susp.
PJR, di IGD klien mendapat terapi O2 Nasal Canul 2 lpm, per oral furosemide 20
mg, dan captopril 12,5 mg, setelah di IGD klien MRS di ruang IPJT RSSA
Malang dan mendapat terapi Furosemide 2 x 20 mg dan captopril 2 x 12,5 mg.
1. Prenatal
Pemeriksaan ANC di bidan rutin, tidak ada HT, DM atau penyakit lainnya
saat kehamilan
2. Natal
Kelahiran Normal
3. Post natal
4. Imunisasi
F. Riwayat keluarga
Tidak ada yang menderita penyakit ini sebelumnya (Penyakit Jantung Rematik)
G. Genogram
Nn.W 17 th
Keterangan:
: Laki-laki
: perempuan
: garis pernikahan
: garis keturunan
: pasien
: tinggalseruma
h H. Lingkungan
Rumah
H. Pola aktivitas
I. Polanutrisi
Jenis Rumah Rumah Sakit
Jumlah minuman
J. Pola eliminasi
1. BAB
2. BAK
I. Pola istirahat
Tidur
1. Tidur
Siang
Jenis Rumah Rumah Sakit
2. Tdur
malam
Tidak ada
Kesulitan Tidak ada kesulitan kesulitan
Upaya mengatasi
Mandi seperti
Mandi Mandi seperti biasa biasa
Menggunakan
Menggunakan sabun Menggunakan sabun sabun
Menggunakan
Penggunaan shampoo Menggunakan shampoo shampoo
Menggunakan
Penggunaan pasta gigi Menggunakan pasta gigi pasta gigi
Belum potong
Frekuensi memotong kuku 1 x / minggu kuku
1. Pengambil keputusan:
Orang tua harus bergantian menjaga klien selama dirawat di rumah sakit
sehingga pekerjaan orang tuanya terganggu
O. Pemeriksaan fisik
2. Kepala &
leher a. Kepala
Inspeksi:
bentuk kepala bulat simetris, penyebaran rambut merata, tidak ada luka
Mata kanan dan kiri simetris, konjungtiva tidak anemis, pupil isokor, pupil
reaktif terhadap cahaya, besar pupil kanan ±3 mm dan pupil kiri ±3 mm
Palpasi: Tidak ada massa/benjolan, tidak ada nyeri tekan
c. Hidung
Inspeksi: Mukosa bibir terlihat lembab, warna lidah merah, mulut bersih,
e. Telinga
Inspeksi
:
Telinga kanan dan kiri terlihat simetris, tidak ada cairan atau darah yang
keluar dari telinga, tidak ada luka
Palpasi: : tidak ada massa/benjolan, tidak nyeri tekan
f. Leher
Inspeksi: Tidak tampak distensi vena jugularis, bentuk simetris, tidak ada
luka
Palpasi:
tidak ada deviasi trakea, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, teraba
denyut nadi karotis, tidak ada kekakuan leher, tidak ada massa/benjolan,
tidak ada nyeri tekan
a. Jantung
Palpasi: ictus cordis tidak teraba di ICS V medial line mid clavicula
sinistra
Perkusi
Auskultasi
6. Abdomen
Auskultasi: Bising Usus (+) , Suara bising usus 6 kali per menit
8. Ekstremitas
• Atas
Inspeksi: Tidak ada luka tidak ada defotmitas, tidak terpasang plug
• Bawah:
9. Neurologi
• Kulit:
• Kuku:
Inspeksi: kuku jari tangan dan kaki terlihat tidak panjang, Clubbing
Fingers (+)
Palpasi: CRT <3 detik
Hematologi
Hematokrit 41,20 % 38 – 42
MCV 65,70 fL 80 – 93
MCH 22,30 pg 27 – 31
Hitungjenis:
Eosinofil 0,3 % 0 –4
Basofil 0,5 % 0 –1
Neutrofi; 46,2% 51 – 67
Limfosit 45,2% 25 – 33
Monosit 7,8 % 2 –5
Lain-Lain
Kimia Klinik
Elektrolit
Elektrolit Serum
FaalHati
Faal Ginjal
Elektrolit
Imunoserologi
Inflamasi
P. Terapi
2. P.O Furosemide 2 x 20 m
ANALISA DATA
• Kuku:
Energy kurang
↓
Intoleransi aktivtas
T:
14. Berikan diet jantung yag sesuai (misal batasi asupan kafein,
natrium,kolesterol, dan makanan tinggi lemak)
E:
• Tekanan darah membaik 12. Anjurkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
• Frekuensi napas K:
membaik
13. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
2 Intoleransi DS: DS: DS:
aktivitas • Nn. W mengatakan badannya • Nn. W mengatakan badannya • Nn. W mengatakan badannya
lemas lemas lemas
• Nn. W mengeluh badannya • Nn. W mengeluh badannya • Nn. W mengeluh badannya
lemas, jika berjalan jauh lemas, jika berjalan jauh lemas, jika berjalan jauh
terkadang terasa ngos ngosan terkadang terasa ngos ngosan terkadang terasa ngos ngosan
• Nn. W mengatakan mobilisasi • Nn. W mengatakan mobilisasi • Nn. W mengatakan mobilisasi
dibantu oleh orang tua dibantu oleh orang tua dibantu oleh orang tua
DO: DO: DO:
• Keadaan umum tampak lemah • Keadaan umum tampak lemah • Keadaan umum tampak lemah
• Pasien bedrest diatas tempat • Pasien bedrest diatas tempat • Pasien bedrest diatas tempat
tidur tidur tidur
• TTV: • TTV: • TTV:
Nadi : 102 x/menit Nadi : 90 x/menit Nadi : 88 x/menit
Suhu : 36,7̊C Suhu : 36,6 C Suhu : 36,4 C
RR : 24x/menit RR : 28x/menit RR : 28x/menit
A: A: A:
Masalah Toleransi Aktivitas Masalah Toleransi Aktivitas Masalah Toleransi Aktivitas teratasi
teratasi sebagian teratasi sebagian sebagian
P: P: P:
Lanjutkan intervensi Manajemen Lanjutkan intervensi Manajemen Lanjutkan intervensi Manajemen
Energi Energi Energi
BAB 4
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
RHD atau Penyakit Jantung Rematik adalah penyakit autoimun yang
disebabkan oleh infeksi streptococcus β hemolyticus grup A (JKK,2016)
Penyakit jantung bawaan adalah masalah struktural pada anatomi jantung dan
abnormalitas pembentukan jantung. (JKK,2016)
Penyakit ini sering terjadi pada anak-anak namun sering baru di ketahui mulai
dari usia remaja bahkan pada saat dewasa. Penyakit ini terjadi tanpa disadari
karna pada masa anak-anak biasa muncul dengan demam, atau radang
tenggorokkan yang kebnyakan dianggap sebagai penyakit biasa atau dari
pengobatan masa anak-anak yang belum tuntas karna dianggap pada saat
pengobat membaik maka bias langsung di hentikan, terutama pengobatan yang
menggunakan antibiotic. Gejala yang sering terjadi pada anak-anak yang
dianggap sebagai hal yang wajar biasanya adalah demam dan sakit
tenggorokkan. Sehingga sering tidak diketahui sejak dini diagsa RHD ini.
5.2 Saran
PPNI, 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Edisi 1. Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI
:http://karamhamzal.blogspot.com/2012/07/reumatoid-heart-disease-
rhd.html). https://portalkeperawatan.blogspot.co.id/2016/06/ketidakefektifan-
pola-napas.html
Smeltzer, Suzanna C. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/view/1601