Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN GASTROENTERITIS AKUT

DI RUANGAN MELATI RS. TK. II 14.05.01 PELAMONIA

OLEH
MARDHIYAH ULFAH MT
14420191047

CI. LAHAN CI. INSTUTUSI

( __________________________ ) (_________ ______________ )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN IX


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
A. KONSEP DASAR MEDIS
1. Defenisi
Gastroenteritis (GE) adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan
usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah.
(Haryono, 2012). Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja
yang lebih banyak dari biasanya (normal 100 – 200 ml/jam), dengan tinja
berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai
frekuensi defekasi yang meningkat (Mansjoer, 2012). Diare adalah kondisi
dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal (lebih dari 3 kali/hari) serta
perubahan dalam isi (lebih dari 200 gram/hari) dan konsistensi feses cair
(Smeltzer & Bare,2012).
Diare adalah gangguan fungsi penyerapan dan sekresi dari saluran
pencernaan, dipengaruhi oleh fungsi kolon dan dapat diidentifikasikan dari
perubahan jumlah, konsistensi, frekwensi, dan warna dari tinja. (Riyadi dan
Suharsono, 2010).
Gastroenteritis adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan
atau tanpa darah dan atau lendir dalam tinja.(Haryono, 2012)
2. Etiologi
Faktor penyebab menurut (Haryono, 2012)
a. Faktor infeksi
1) Infeksi enteral adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama diare. Meliputi infeksi enteral sebagai
berikut:
a) Infeksi bakteri : vibria, E.Coli, samonella, shigella,
compypylobacter, yersiria, aeromonas dan sebagainya.
b) Infeksi virus : Enterovirus, (virus Echo, Coxsackie, Poliomielitis)
Adenovirus, Rofavirus, Astrovirus, Trichuris, Oxyuris, strongy
loides, Protozoa, (Entomoeba histolyfica, giardia, lamblia,
Trichomonas hominis), jamur (candida albicans).
2) Infeksi parenteral ialah diluar alat pencernaan makanan seperti otitis
media akut (OMA), Tonsillitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia,
ensefalitis, pemberian makanan perselang, gangguan metabolik dan
endokrin (Diabetes, Addison, Tirotoksikosis) serta proses infeksi
virus/bakteri (disentri, shigellosis, keracunan makanan).
b. Faktor Mal absorbsi
1) Mal absorbsi karbohidrat disakarida (Intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).
2) Mal absorbsi lemak.
3) Mal absorbsi protein.
c. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
d. Faktor psikologis. Rasa takut dan cemas.
e. Malnutrisi
f. Gangguan imunologi
3. Klasifikasi
Menurut Riyadi dan Suharsono (2010), secara klinis diare karena infeksi akut
terbagi menjadi 2 golongan :
a. Koleriform, dengan diare yang terdiri atas cairan saja.
b. Disentriform, pada diare didapatkan lendir kental dan kadang – kadang
darah.
Sedangkan akibat diare dalam jangka panjang adalah :
1) Dehidrasi.
2) Asidosis metabolik.
3) Gangguan gizi akibat muntal dan BAB
4) Hipoglikemi.
5) Gangguan sirkulasi darah akibat yang banyak keluar sehingga terjadi
syock.
Adapun derajat dari dehidrasi adalah :
a. Tidak ada dehidrasi bila terjadi penurunan berat badan 2,5 %.
b. Dehidrasi ringan, bila terjadi penurunan berat badan 2,5 – 5 %.
c. Dehidasi sedang, bila terjadi penurunan berat badan 5 – 10 %.
d. Dehidrasi berat, bila terjadi penurunan berat badan 10 %.
4. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala gastroenteritis akut (GEA) menurut (Riyadi& Suharsono,
2010) :
a. Nausea
b. Muntah
c. Nyeri perut sampai kejang perut
d. Demam
e. Diare
Menurut (Nugroho, 2011), dan jika sampai terjadi dehidrasi, maka tanda dan
gejala yang muncul sesuai dengan derajat dehidrasi adalah :
a. Dehidrasi ringan
1) Turgor kulit kurang elastis, pucat.
2) Membran mukosa kering.
3) Nadi normal atau meningkat.
4) Diare < 4 kali/hari
b. Dehidrasi sedang
1) Turgor kulit jelek.
2) Membran mukosa / turun.
3) Tachycardia.
4) Ekstremitas dingin.
5) Mata cekung.
6) Diare 4-10 kali/hari
7) Hipertermia
c. Dehidrasi berat
1) Sianosis
2) Anuria
3) Kelopak mata cekung
4) Takikardi
5) Tekanan darah turun
6) Turgor kulit sangat jelek
7) Hipertermia
8) Gangguan asam basa
9) Kesadaran menurun
5. Patofisiologi
Menurut (Haryono, 2012), mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya
gastroenteritis ialah :
a. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik meninggi dalam rongga usus. Isi rongga
usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan
sehingga timbul gastroenteritis.
b. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit kedalam rongga usus dan
selanjutnya timbul gastroenteritis karena terdapat peningkatan isi
rongga usus.
c. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan atau air sehingga timbul gastroenteritis.
Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri
tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul pula gastroenteritis.
d. Terjadinya renjatan hipovolemik harus dihindari. Kekurangan cairan
akan menyebabkan klien merasa haus, lidah kering, tulang pipi
menonjol, turgor kulit menurun, serta suara menjadi serak. Gangguan
biokimiawi seperti asidosis metabolik akan menyebabkan frekuensi
pernapasan lebih cepat dan dalam (pernapasan kusmaul). Bila terjadi
renjatan hipovolemik berat maka denyut nadi cepat (lebih dari
120x/menit). Tekanan darah menurun sampai tak terukur, klien gelisah,
muka pucat, ujung – ujung ekstrimitas dingin, kadang sianosis.
Kekurangan kalium menyebabkan aritmia jantung perfusi ginjal
menurun sehingga timbul anuria, sehingga bila kekurangan cairan tak
segera diatasi dapat timbul penyakit berupa nekrosis tubulas akut.
(Riyadi& Suharsono, 2010)
6. Komplikasi
Komplikasi gastroenteritis atau diare adalah :
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik atau hipertonik).
b. Renjatan hipovolemik.
c. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,
bradikardia, perubahan elektrokardiogram).
d. Hipoglikemia.
e. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi
enzim laktosa.
f. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik.
g. Malnutrisi energen protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau
kronik).
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah tepi lengkap
b. Pemeriksaan analisis gas darah, elektrolit, ureum, kreatin dan berat jenis,
plasma dan urine.
c. Pemeriksaan urine lengkap.
d. Pemeriksaan feses lengkap dan biarkan feses dari colok dubur.
e. Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi
sistemik. (Riyadi& Suharsono, 2010)
8. Penatalaksanaan
Dasar penanganan gastroenteritis akut (GEA) atau diare menurut Haryono,
(2012) yaitu :
a. Dietik
Pemberian makanan dan minuman khusus pada penderita dengan tujuan
penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu
diperhatikan : Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori,
protein, vitamin, mineral dan makanan yang bersih.
b. Obat – obatan
1) Obat anti diare: anti motilitas dan sekresi usus (loperamid),
oktreotid (sondostatin) sudah dicoba dengan hasil memuaskan pada
diare sklerotik.
2) Obat antidiare yang mengeraskan tinja dan absorbsi zat toksik yaitu
Norit 1-2 tablet diulang sesuai kebutuhan.
3) Antiemetik (metoclopramid).
4) Antispasmodik, antikolinergik (antagonis stimulus, kolinergik pada
reseptor muskarinik), contoh: papaperin.
5) Vitamin dan mineral, tergantung kebutuhan yaitu vitamin B1, asam
folat.
c. Rehidrasi
Tujuan terapi rehidrasi untuk mengoreksi kekurangan cairan dan
elektrolit secara cepat kemudian mengganti cairan yang hilang sampai
diarenya berhenti dengan cara memberikan oralit, cairan infus yaitu
ringer laktat, dekstrose 5%. Dekstrosa dalam salin, dan lain-lain.Pada
klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan diberikan peroral
berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na, HCO, K dan Glukosa
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
Menurut Herman (2012), pengkajian adalah langkah pertama yang paling
penting dalam proses keperawatan. Selama langkah pengkajian dan
diagnosis dari proses keperawatan, perawat mengumpulkan data dari klien
(atau keluarga, kelompok, komunitas), proses mengumpulkan data
mengolahnya menjadi informasi, dan kemudian mengatur informasi yang
bermakna dalam kategori pengetahuan, yang dikenal sebagai diagnosis
keperawatan.Pengkajian menurut Haryono, 2012.
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
nomor register, diagnosa medis, dan tanggal MRS.
2) Keluhan utama
Klien mengeluh BAB cair lebih dari 3 kali (diare) yang mendadak dan
berlangsung singkat dalam beberapa jam kadang disertai muntah.
3) Riwayat penyakit sekarang
Pada umumnya didapatkan keluhan utama pada penderita, yaitu
peningkatan frekuensi BAB dari biasanya dengan konsistensi cair,
naurea, muntah, nyeri perut sampai kejang perut , demam, lidah kering,
turgor kulit menurun serta suara menjadi serah, bisa disebabkan oleh
terapi obat terakhir, masukan diit, atau adanya masalah psikologis (rasa
takut dan cemas).
4) Riwayat penyakit dahulu
Biasanya dikaitkan dengan riwayat medis lalu berhubungan dengan :
perjalanan kearea geogratis lain.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi susunan keluarga penyakit keturunan atau menular yang
pernah di derita anggota keluarga.
6) Kebutuhan dasar
1) Pola eliminasi: akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4
kali sehari, BAK sedikit atau jarang.
2) Pola nutrisi: diawali dengan mual, muntah, anoreksia, menyebabkan
penurunan berat badan klien.
3) Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi
abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
4) Pola hygiene: kebiasaan mandi setiap harinya.
5) Aktivitas: akan terganggun karena kondisi tubuh yang lemah dan
adanya nyeri akibat distensi abdomen.
7) Pemeriksaan fisik.
1) Keadaan umum
Kesadaran (baik, gelisah, Apatis/koma), GCS, Vital sign, BB dan
TB.
2) Kulit, rambut, kuku
Turgor kulit (biasa – buruk), rambut tidak ada gangguan, kuku bisa
sampai pucat.
3) Kepala dan leher
a) Mata : Biasanya mulai agak cowong sampai cowong sekali.
b) Telinga, hidung, tenggorokan dan mulut : THT tidak ada
gangguan tapi mulutnya (biasa – kering).
c) Thorak dan abdomen : Tidak didapatkan adanya sesak, abdomen
biasanya nyeri, dan bila di Auskulkasi akan ada bising usus dan
peristaltik usus sehingga meningkat.
4) Sistem respirasi
Biasanya fungsi pernafasan lebih cepat dan dalam (pernafasanb
kusmaul).
5) Sistem kordovaskuler
Pada kasus ini bila terjadi renjatan hipovolemik berat denyut nadi
cepat (lebih dari 120x/menit).
6) Sistem genitourinaria
Pada kasus ini bisa terjadi kekurangan kalium menyebabkan perfusi
ginjal dapat menurun sehingga timbul anuria.
7) Sistem gastrointestinal
Yang dikaji adalah keadaan bising usus, peristaltik ususnya terjadi
mual dan muntah atau tidak, perut kembung atau tidak.
8) Sistem muskuloskeletal
Tidak ada gangguan.
9) Sistem persarafan
Pada kasus ini biasanya kesadaran gelisah, apatis / koma.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Diare berhubungan dengan proses infeksi, inflamasi diusus.
b. Nyeri akut
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis.
d. Resiko ketidakseimbangan elektrolit
3. Intervensi Keperawatan
a. Diare (0020)
1) Defenisi : pengeluaran feses yang sering, lunak dan tidak
berbentuk
2) Penyebab
a) Fisiologis : inflamasi gastrointestinal, iritasi gastrointestinal,
proses infeksi dan malabsorbsi
b) Psikologis : kecemasan dan tingkat stress yang tinggi
c) Situasional : terpapar kontaminan, terpapar toksin,
penyalahgunaan laksatif, penyalah gunaan zat, program
pengobatan ( mis: agen tiroid, analgesic, pelunak feses,
ferosulfat, antasida, cimetidine dan antibiotic), perubahan air
dan makanan serta bakteri pada air
3) Gejala dan tanda mayor
a) Subjektif
b) Objektif : defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam daan feses
lembek atau cair
4) Gejala dan tanda minor
a) Subjektif : urgency dan nyeri/ kram abdomen
b) Objektif : frekuensi peristaltic meningkat dan bising usus
hiperaktif
5) Kondisi klinis terkait
a) Kanker kolon
b) Diverticulitis
c) Iritasi usus
d) Crohn’s disease
e) Ulkus peptikum
f) Gastritis
g) Spasme kolon
h) Colitis ulseratif
i) Hipertiroidisme
j) Demam typoid
k) Malaria
l) Sigelosis
m) Kolera
n) Disentri
o) Hepatitis
6) Intervensi Keperawatan
Observasi
a) Identifikasi penyebab diare (infalamsi gastrointestinal, iritasi
gastrointestinal, proses infeksi, malabsorbsi, ansietas, stress,
pemberian botol susu
b) Identifikasi riwayat pemberian makanan
c) Identifikasi gejala invaginasi
d) Monitor volume, frekuensi dan konsistensi tinja
e) Monitor tanda dan gejala hipovolemia
f) Monitor iritasi dan ulserasi kulit di daerah perianal
g) Monitor jumlah pengeluaran diare
Terapiutik
a) Berikan asupan cairan oral
b) Pasang jalur intravena
c) Berikan cairan intravena
d) Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap dan
elektrolit
e) Ambil sampel feses untuk kultur, jika perlu
Edukasi
a) Anjurkan makan porsi kecil dan sering sering secara bertahap
b) Anjurkan menghindari makanan pembentuk gas, pedas dan
mengandung laktosa
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian obat antimotilitas ( loparamid,
difenoksilat)
b) Kolaborasi pemberian obat antispasmodic/spasmolitik
(papaverin, ekstak belladonna, mebeverine)
c) Kolaborasi pemberian obat pengeras feses (atapulgit, smektit,
kaolin-pektin)
b. Nyeri Akut
1) Defenisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang
berlangsung kurang dari 3 bulan
2) Penyebab
a) Agen pencedera fisiologis ( inflamasi, iskemia, neoplasma)
b) Agen pencedera kimiawi ( terbakar, bahan kimia iritan)
c) Agen pencedera fisik (abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik
berlebih)
3) Gejala dan tanda mayor
a) Subjektif : mengeluh nyeri
b) Objektif : tampak meringis, bersikap protektif ( waspada,
posisi menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat,
sulit tidur
4) Gejala dan tanda minor
a) Subjektif :
c) Objektif : tekanan darah meningkat, pola nafas berubah, nafsu
makan berubah, proses berfikir terganggu, menarik diri,
berfokus pada diri sendiri, dan diaphoresis
5) Kondisi klinis terkait
a) Kondisi pembedahan
b) Cedera traumatis
c) Infeksi
d) Sindrom koroner akut
e) Glaucoma
6) Intervensi Keperawatan
Manajemen Nyeri
Observasi
a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
b) Identifikasi skala nyeri
c) Identifikasi respons nyeri non verbal
d) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
e) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
f) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
g) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
h) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan
i) Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
a) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hipnotis, akupresur, terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/ dingin, terapi bermain)
b) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
c) Fasilitasi istirahat dan tidur
d) Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
a) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
b) Jelaskan strategi meredakan nyeri
c) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
d) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
e) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian analgetik, (jika perlu)
c. Defisist Nutrisi
2) Defenisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolism
3) Penyebab
a) Kurangnya asupan makanan
b) Ketidakmampuan menelan makanan
c) Ketidak mampuqan mencerna makanan
d) Ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient
e) Peningkatan kebutuhan metabolisme
f) Faktor ekonomi ( financial tidak mencukupi
g) Faktor psikologis ( stress keenggangan untuk makan)
4) Gejala dan tanda mayor
a) Subjektif
b) Objektif : berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang
ideal
5) Gejala dan tanda minor
a) Subjektif : cepat kenyang setelah makan, kram/nyeri abdomen,
dan nafsu makan menurun
b) Objektif : bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot
menelan lemah, membrane mukosa pucat, sariawan, serum
albumin tururn, rambut rontok berlebihan dan diare
6) Kondisi klinis terkait
a) Stroke
b) Mobius syndrome
c) Cerebral palsy
d) Cleft lip
e) Cleft palate
f) Amyotropic lateral sclerosis
g) Kerusakan neuromuscular
h) Luka bakar
i) Kanker
j) Infeksi
k) AIDS
l) Penyakit crohn’s
m) Enterokolitis
n) Fibrosis kistik
7) Intervensi Keperawatan
Manajemen nutrisi
Observasi
a) Identifikasi status nutrisi
b) Identifikasi alergi dan toleransi makanan
c) Identifikasi makanan yang disukai
d) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
e) Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogatrik
f) Monitor asupan makanan
g) Monitor berat badan
h) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapiutik
a) Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
b) Fasilitasi menentukan pedoman diet
c) Sajikan makan secara menarik dan suhu yang sesuai
d) Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
e) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
f) Berikan suplemen makanan jika perlu
g) Hentikan pemberian makanan melalui selang nasogastrik jika
asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi
a) Anjurkan posisi duduk jika mampu
b) Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
h) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (pereda nyeri,
antimetik) jika perlu
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrient yang dibutuhkan
d. Resiko ketidakseimbangan elektrolit
1) Defenisi : beresiko mengalami perubahan kadar serum elektrolit
2) Faktor resiko
a) Ketidakseimbangan cairan (dehidrasi dan intoksikasi air)
b) Kelebihan volume cairan
c) Gangguan mekanisme regulasi (diabetes)
d) Efek samping prosedur (pembedahan)
e) Diare
f) Muntah
g) Disfungsi ginjal
h) Disfungsi regulasi endokrin
3) Kondisi klinis terkait
i) Gagal ginjal
j) Anoreksia nervosa
k) Diabetes mellitus
l) Penyakit chron
m) Gastroenteritis
n) Pancreatitis
o) Cedera kepala
p) Kanker
q) Trauma multiple
r) Luka bakar
s) Anemia sel sabit
4) Intervensi keperawatan
Observasi
a) Identifikasi tanda danb gejala ketidakseimbangan elektrolit
b) Identifikasi penyebab ketidakseimbangan elektrolit
c) Identifikasi kehilangan elektrolit melalui cairan ( diare, drainase
ileostomi, drainase luka, diaphoresis
d) Monitor kadar elektrolit
e) Monitor efek samping pemberian suplemen elektrolit
Terpiutik
a) Berikan cairan, jika perlu
b) Berikan diet yang tepat
c) Anjurkan pasien dan keluarga untuk memodifikasi diet
d) Pasang akses intarvena
Edukasi
a) Jelaskan jenis, penyebab dan penanganan ketidakseimbangan
elektrolit
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian suplemen elektrolit ( oral, NGT, IV)
sesuai indikasi
4. Implementasi
Pelaksanaan atau implementasi merupakan realisasi dari rangkaian dan
penetuan diagnosa keperawatan. Tahap pelaksanaan dimulai setelah
rencana tindakan disusun untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan.
5. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan pada pasien fraktur disesuaikan dengan criteria
hasil yang telah ditentukan pada intervensi.
DAFTAR PUSTAKA

Dermawan, 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 12. Jakarta: EGG,

Haryono. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan. Yogyakarta:


Gosyen Publishing.

Herdman & Shigemi. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.


2015-2017. Jakarta: EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Jakarta
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Jakarta
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Jakarta
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY Y DENGAN
GASTROENTERITIS AKUT DI RUANG MELATI
RS. TK. II 14.05.01 PELAMONIA

OLEH
MARDHIYAH ULFAH MT
14420191047

CI. LAHAN CI. INSTUTUSI

( __________________________ ) (_________ ______________ )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN IX


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2019

Anda mungkin juga menyukai