Penyebab CKD paling umum pada anak-anak adalah kelainan urologis dan
glomerulopati, penyebab lainnya adalah nefropati herediter serta displasia
dan hipoplasia ginjal.
Beberapa faktor risiko terjadinya CKD pada anak antara lain adalah: riwayat
keluarga dengan penyakit ginjal genetic atau polikistik, BBLR, anak dengan
riwayat gagal ginjal akut, hipoplasia atau displasia ginjal, obstruktif uropaty,
vesicoureteral reflux (VUR), riwayat Systemic Lupus Erythematosus (SLE),
riwayat Henoch Schloen Purpura (HSP), sindroma nefrotik, nefritis akut,
hipertensi dan riwayat Hemolytic Uremic Syndrome (HUS).
PATOFISIOLOGI
Respon ginjal pada GGK pada umumnya sama walaupun etiologi
berbeda. Pada awal penyakit, ginjal beradaptasi terhadap kerusakan
dengan meningkatkan LFG oleh nefron normal yang tersisa, namun
makin lama menyebabkan kerusakan glomerulus progresif akibat
peningkatan tekanan hidrostatik pada dinding kapiler dan efek toksik
protein yang melintasi dinding kapiler. Seiring berjalannya waktu,
jumlah nefron yang sklerosis akan semakin banyak, sehingga terjadi
peningkatan beban ekskresi pada nefron yang masih bertahan.
EPIDEMIOLOGI
Tingkat prevalensi CKD pada anak yang berusia kurang dari 16 tahun
dilaporkan sebesar 1,5 sampai 3,0 per satu juta. Data dari United
States Renal Data System (USRD) menunjukkan tingkat insidensi
sebesar 28 per per tahun per sejuta populasi yang tergantung umur
(million of the age-related population/MARP) untuk rentang usia
15-19 tahun, 14 per MARP (10-14 tahun) dan 9 per MARP (0-4
tahun) dengan tingkat prevalensi sebesar 82 per sejuta populasi pada
tahun 2002-2003. Data dari the European Dialysis and Transplant
Association (EDTA) menunjukkan hasil yang mirip sedangkan data
berbasis populasi dari Italia (proyek ItalKid) melaporkan tingkat
insidensi rata-rata CKD preterminal sebesar 12,1 kasus per MARP,
dengan tingkat prevalensi sebesar 74,7 per MARP pada anak yang
berusia kurang dari 20 tahun
PATWAY
KLASIFIKSI
Kelebihan volume cairan Electrolit and acid base balance Fluid management
berhubungan kongesti paru, Fluid balance · Timbang popok/pembalut jika diperlukan
penurunan curah jantung dan · Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
retensi cairan serta natrium. Kriteria Hasil: · Pasang urin kateter jika diperlukan
1. Terbebas dari edema, efusi, · Monitor hasil Lab yang sesuai dengan retensi cairan (BUN ,Hmt
anaskara , osmolalitas urin )
2. Bunyi nafas bersih, tidak · Monitor status hemodinamik termasuk CVP, MAP, PAP, dan
ada dyspneu/ortopneu PCWP
3. Terbebas dari distensi vena · Monitor vital sign
jugularis, reflek · Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan (cracles, CVP ,
hepatojugular (+) edema, distensi vena leher, asites)
4. Memelihara tekanan vena · Kaji lokasi dan luas edema
sentral, tekanan kapiler · Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori
paru, output jantung dan harian
vital sign dalam batas · Monitor status nutrisi
normal · Berikan diuretik sesuai interuksi
5. Terbebas dari kelelahan, · Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatrermi dilusi dengan
kecemasan atau serum Na < 130 mEq/l
kebingungan · Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk
6. Menjelaskan indikator
kelebihan cairan Fluid Monitoring
· Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminasi
· Tentukan kemungkinan faktor resiko dari ketidak seimbangan
cairan (Hipertermia, terapi diuretik, kelainan renal, gagal jantung,
diaporesis, disfungsi hati, dll )
· Monitor berat badan
· Monitor serum dan elektrolit urine
· Monitor serum dan osmilalitas urine
DIAGNOSA NOC NIC
KEPERAWATAN