Anda di halaman 1dari 27

YUNAN KULIAH

JUMAT, 19 JUNI 2009

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK

 Pendahuluan

Jumlah anak yang menderita gagal ginjal kronis di Indonesia cenderung meningkat.
Gagal ginjal kronis biasanya timbul beberapa tahun setelah penyakit atau kerusakan ginjal,
tetapi pada situasi tertentu dapat muncul secara mendadak. Gagal ginjal kronik akhirnya
menyebabkan dialysis ginjal, transplantasi atau kematian (Corwin, 2001). Gagal ginjal kronis
terjadi dengan lambat selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, dengan penurunan
terhadap pada fungsi ginjal dan peningkatan bertahap dalam gejala-gejala, mengakibatkan
penyakit tahap akhir. Pasien asimtomatik selama tahap pertama berkurangnya cadangan
ginjal (Engram, 1999).

Penyakit gagal ginjal kronik merupakan suatu kondisi dimana fungsi ginjal mengalami
penurunan yang ireversibel. Pada anak-anak, GGK dapat disebabkan oleh berbagai faktor,
antara lain: kelainan kongenital (bawaan sejak lahir), glomerulonefritis, penyakit multsistem
(antara lain penyakit lupus). GGK pada anak-anak lebih sering dijumpai pada laki-laki. Pada
stadium awal, GGK biasanya tanpa gejala, atau hanya berupa gejala / keluhan yang tidak khas
seperti sakit kepala, lelah, lemas, nafsu makan menurun, muntah dan gangguan
pertumbuhan. Anak juga kelihatan pucat, dan tekanan darahnya meningkat. Jika dibiarkan,
fungsi ginjal akan semakin menurun dan akhirnya mencapai penyakit ginjal kronik tahap
terminal. Anak juga akan mengalami hambatan dalam perkembangan kemampuan berbahasa
dan motoriknya (Sahabatginjal, 2009). 

Gangguan pada pertumbuhan dapat terjadi pada anak-anak dengan PGK, yang mungkin akan
menimbulkan masalah saat anak berinteraksi dengan teman sebayanya. Oleh karena itu, para
orang tua sebaiknya berkonsultasi kepada psikolog guna membantu mengatasi masalah
tersebut. Memberikan anak aktivitas ekstrakurikuler juga bermanfaat membantu mengatasi
perkembangan ketrampilan sosialnya. Selain itu juga perlu dilakukan pemeriksaan secara
rutin seperti pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkar kepala, status pubertal, dan
lingkar lengan atas untuk mendeteksi adanya gangguan kecepatan pertumbuhan sedini
mungkin. Pemberian nutrisi perlu diperhatikan agar anak tidak mengalami malnutrisi dan
gagal tumbuh (Sahabatginjal, 2009). 

 Landasan Teori
o Anatomi Fisiologi

Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum pada kedua sisi
vertebra thorakalis ke 12 sampai vertebra lumbalis ke-3. Bentuk ginjal seperti biji kacang.
Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, karena adanya lobus hepatis dexter yang
besar. 

1. Fungsi ginjal 

Fungsi ginjal adalah:

1. Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun


2. Mempertahankan suasana keseimbangan cairan
3. Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh
4. Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan
amoniak.
2.  Fascia
Renalis terdiri dari:

Fascia renalis terdiri dari a) fascia (fascia renalis), b) Jaringan lemak peri renal, dan c)
kapsula yang sebenarnya (kapsula fibrosa), meliputi dan melekat dengan erat pada
permukaan luar ginjal
3.  Struktur
Ginjal

Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa, terdapat cortex
renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, dan medulla renalis di bagian dalam
yang berwarna cokelat lebih terang dibandingkan cortex. Bagian medulla berbentuk
kerucut yang disebut pyramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang
terdiri dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis.

Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya pembuluh
darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus.. Pelvis renalis berbentuk corong yang
menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga calices renalis
majores yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga calices renalis
minores. Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit fungsional
ginjal. Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari :
Glomerulus, tubulus proximal, ansa henle, tubulus distal dan tubulus urinarius.

4. Proses pembentukan urin

Tahap pembentukan urin

1. Proses Filtrasi ,di glomerulus     terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah
bagian cairan darah kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai
bowmen yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll,
diteruskan ke tubulus ginjal. cairan yang di saring disebut filtrate gromerulus.
2. Proses Reabsorbsi. pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari
glikosa, sodium, klorida, fospat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi
secara pasif (obligator reabsorbsi) di tubulus proximal. sedangkan pada tubulus distal
terjadi kembali penyerapan sodium dan ion bikarbonat bila diperlukan tubuh.
Penyerapan terjadi secara aktif (reabsorbsi fakultatif) dan sisanya dialirkan pada
papilla renalis.
3. Proses sekresi. Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan
ke papilla renalis selanjutnya diteruskan ke luar.

 Definisi Penyakit
Gagal ginjal kronik adalah destruksi struktur ginjal yang progresif dan terus menerus
(Corwin, 2001). Menurut Stein (2001) gagal ginjal kronis didefinisikan sebagai kemunduran
fungsi ginjal yang progresif dan tidak reversible yang disebabkan oleg berbagai jenis penyakit.
Penyakit yang mendasari sering sulit dikenali bila gagal ginjal telah parah. Gagal ginjal kronik
yaitu penurunan fungsi ginjal sehingga kadar kreatinin serum lebih dari 2 atau 3 kali nilai
normal untuk anak dengan jenis kelamin dan usia yang sama, atau bila laju filtrasi glomerulus
<30 ml/menit/1,73 m2 sekurang-kurangnya selama 3 bulan (Hanif, 2007).

 Etiologi

Menurut Stein (2001) penyebab gagal ginjal kronis yangs erring temui pada anak-anak antara
lain:

o Penyakit glomerulonefritis
o Penyakit glomerulus yang disertai dengan penyakit sistemik
o Penyakit tubulointerstisiel
o Penyakit polikistik dan penyakit bawaan lain
o Penyakit renovaskuler
o Penyakit tromboembolik
o Sumbatan kronis saluran kemih
o Nefrosklerosis hipertensif
o Nefropati diabetes

 Patofisiologi

   Ginjal mempunyai kemampuan nyata untuk mengkompensasi kehilangan nefron yang


persisten yang terjadi pada gagal
ginjal kronik. Jika angka filtrasi glomerolus menurun menjadi 5-20 ml/menit/1,73 m2,
kapasitas ini mulai gagal. Hal ini menimbulkan berbagai masalah biokimia berhubungan
dengan bahan utama yang ditangani ginjal. Ketidakseimbangan natrium dan cairan terjadi
karena ketidakmampuan ginjal untuk memekatkan urin. Hiperkalemia terjadi akibat
penurunan sekresi kalium. Asidosis metabolik terjadi karena kerusakan reabsorbsi
bikarbonat dan produksi ammonia. 

Demineralisasi tulang dan gangguan pertumbuhan terjadi akibat sekresi hormon paratiroid,
peningkatan fosfat plasma (penurunan kalsium serum, asidosis) menyebabkan pelepasan
kalsium dan fosfor ke dalam aliran darah dan gangguan penyerapan kalsium usus. Anemia
terjadi karena gangguan produksi sel darah merah, penurunan rentang hidup sel darah
merah, peningkatan kecenderungan perdarahan (akibat kerusakan fungsi trombosit).
Perubahan pertumbuhan berhubungan dengan perubahan nutrisi dan berbagai proses
biokimia. 

Menurut Wong (2004) gagal ginjal kronis atau penyakit ginjal tahap akhir (end stage renal
diseases /ERSD) terjadi bila ginjal yang sakit tidak mampu mempertahankan komposisi
kimiawi cairan tubuh dalam batas normal di bawah kondisi normal. Akumulasi berbagai
subtansi biokimia dalam darah yang terjadi karena penurunan fungsi ginjal yang
menimbulkan komplikasi seperti hal berikut (Wong, 2004):

1. Retensi produk sisi, khususnya nitrogen urea darah dan kreatinin


2. Retensi air dan natrium yang berperan pada edema dan kongesti vaskuler
3. Hiperkalemia dari kadar bahaya
4. Asidosis metabolik bersifat terus menerus karena retensi ion hidrogen dan kehilangan
bikarbonat terjadi terus menerus
5. Gangguan kalsium dan fosfor yang mengakibatkan perubahan metabolisme tulang, yang
pada gilirannya menyebabkan berhentinya pertumbuhan atau retardasi, nyeri tulang dan
deformitas yang diketahui sebagai osteodistrofi renal
6. Anemia yang disebabkan oleh disfungsi hematologis, kerusakan produksi sel darah
merah, pemendekan umur sel darah merah yang berhubungan dengan penurunan
produksi eritropeitin, pemanajangan masa perdarahan dab anemia nutrisional
7. Gangguan pertumbuhan, kemungkinan disebabkan oleh suatu faktor seperti nutrisi
buruk, anoreksi, osteodostrofi renal dan abnormalitas biokimia

 Pathways

 Manifestasi Klinik
Menurut STIKIM (2009) manifestasi klinik yang dapat dijumpai pada anak dengan gagal
ginjal kronik antara lain :

1. Edema. Oliguria, hipertensi, gagal jantung kongestif 


2. Poliuria, dehidrasi 
3. Hiperkalemia 
4. Hipernatremia 
5. Anemia 
6. Gangguan fungsi trombosit 
7. Apatis, letargi 
8. Anoreksia 
9. Asidosis 
10. gatal-gatal 
11. Kejang, koma 
12. Disfungsi pertumbuhan 

Menurut AKPER PPNI (2008) manifestasi klinik yang sering jumpai pada anak dengan gagal ginjal
kronik antara lain :

1. Kardiovaskuler : 

Hipertensi, gagal jantung kongestif, udema pulmoner, perikarditis, Pitting edema (kaki,
tangan, sacrum), Edema periorbital, friction rub pericardial, Pembesaran vena leher.

2. Dermatologi 

Warna kulit abu-abu mengkilat, Kulit kering bersisik, pruritus


Ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar

3. Pulmoner 

Krekels, Sputum kental dan liat, Nafas dangkal. Pernafasan kussmaul

1. Gastrointestinal 

Anoreksia, mual, muntah, cegukan, nafas berbau ammonia, ulserasi dan perdarahan
mulut, konstipasi dan diare, perdarahan saluran cerna

2. Neurologi
Tidak mampu konsentrasi, kelemahan dan keletihan, konfusi/ perubahan tingkat
kesadaran, disorientasi, kejang, rasa panas pada telapak kaki. Perubahan perilaku

3. Muskuloskeletal 

Kram otot, kekuatan otot hilang, kelemahan pada tungkai, fraktur tulang, foot drop

4. Reproduktif
5. Amenore, atrofi testekuler

 Penatalaksanaan Medis dan Perawatan

1. Perawatan

Pasien gagal ginjal kronis memerlukan asuhan keperawatan yang tepat untuk
menghindari komplikasi akibat menurunnya fungsi renal dan stress serta cemas dalam
menghadapi penyakit yang mengancam jiwa. Asuhan keperawatan diarahkan untuk
mengkaji status cairan dan mengidentifikasi sumber potensial yang mengakibatkan
ketidak seimbangan, mengimplementasikan program diet untuk menjamin masukan
nutrisi yangs esuai dalam batas-batas program penanganan dan meningkatkan rasa
positif dengan mendorong peningkatan perawatan diri dan kemandirian (Smeltzer dan
Bare, 2002).

Pasien dan keluarga perlu mengetahui masalah yang harus dilaporkan pada tenaga
kesehatan : perburukan tanda gagal ginjal (mual, muntah, penurunan haluaran urin,
dapas berbau amoni) tanda hiperkalemia (kelemahan otot, diare, kram abdominal).
Perawat perlu memberikan penyuluhan kesehatan pada klien dan keluarga tentang
medikasi (tujuan pengobatan, efek samping, efek yang diharapkan, dosis dan jadual
pemberian) (Smeltzer dan Bare, 2002).

2. Pengobatan

Penanganan atau pengobatan penyakit gagal ginjal kronik pada anak dapat dilakukan
dengan (sahabatginjal, 2009) :

1. Terapi Konservatif 
Terapi konservatif sebaiknya dilakukan sebelum pasien mencapai keadaan
penyakit ginjal kronik tahap terminal. Terapi konservatif ini meliputi pemberian
obat-obatan untuk mengurangi gejala mual dan muntah, mempersiapkan
penderita dan keluarga untuk menjalani terapi pengganti ginjal. Tujuannya
adalah agar anak merasa sehat (tidak ada keluhan atau rasa sakit) dan normal
dalam melakukan aktivitasnya, mempertahankan pertumbuhan fisik yang
normal, serta mempertahankan fungsi ginjal selama mungkin. 

2. Terapi Pengganti Ginjal 

Terapi Pengganti Ginjal ini umumnya dilakukan bila fungsi ginjal sudah sangat
menurun (lebih dari 90 persen). Terapi ini bertujuan bukan hanya untuk
memperpanjang usia anak dengan PGK tetapi juga meningkatkan kualitas hidup
sehingga mereka diharapkan dapat mencapai dan menjalani kehidupan secara
lebih baik di usia dewasa. 

Terapi Pengganti Ginjal terdiri dari dialysis/cuci darah (misalnya dengan


peritoneal dialysis atau hemodialisis) dan transplantasi (cangkok) ginjal. Dialisis
mulai diberikan jika: 

1. Gejala-gejala PGK sudah mengganggu aktivitas anak sehari-hari.


2. Terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh yang
mengancam jiwa.
3. Anak mengalami gangguan pertumbuhan yang menetap walaupun sudah
dilakukan terapi konservatif.

Ada dua jenis metode dialisis yang dapat dipilih: hemodialisis (cuci darah melalui
mesin dialisis) dan dialisis peritoneal (dialisis melalui selaput rongga perut).
Sedangkan transplantasi ginjal dilakukan melalui pembedahan dengan
memanfaatkan ginjal sehat yang diperoleh dari donor yang masih hidup atau
baru saja meninggal. 

3. Anak dengan GGK perlu berobat secara rutin ke dokter atau menjalani
hemodialisis, sehingga mereka mungkin kehilangan waktu selama beberapa jam
untuk belajar di sekolah. Sebagai orang tua, perlu mengatur jadwal pengobatan
disamping jadwal sekolah sedemikian rupa sehingga mereka tetap dapat
mengikuti pelajarannya dengan baik. Penanganan dan terapi yang diberikan
secara tepat dan sejak dini memungkinkan anak dengan GGK
untuk menjalani kehidupannya senormal mungkin sebagaimana anak lainnya.

 Pengkajian

Pengkajian yang dapat dilakukan pada anak dengan gagal ginjal kronik menurut Wong
(2004) sebagai berikut :

1. Pengkajian awal
1. Lakukan pengkajian fisik rutin dengan perhatian khusus pada pengukuran
parameter pertumbuhan
2. Dapatkan riwayat kesehatan, khususnya mengenai disfungsi ginjal, perilaku
makan, frekuensi infeksi dan tingkat energi
3. Observasi adanya bukti-bukti manifestasi gagal ginjal kronik
2. Tanda awal
1. Kehilangan energi normal
2. Peningkatan keletihan pada aktivitas
3. Pucat, samara-samar (mungkin tidak terlihat)
4. Peningkatan tekanan darah (kadang-kadang)
3. Setelah penyakit berlanjut
1. Penurunan nafsu makan (khususnya pada saat sarapan)
2. Kehilangan minat pada aktivitas normal
3. Peningkatan atau penurunan keluaran urin dengan kompensasi masukan cairan
4. Pucat lebih terlihat
5. Penampilan kulit pucat dan keruh
4. Anak mengeluhkan hal berikut: sakit kepala, kram otot dan mual
5. Tanda dan gejala lain
1. Penurunan berat badan
2. Edema wajah
3. Malaise
4. Nyeri tulang ataus endi
5. Retardasi pertumbuhan
6. Kulit kering atau gatal dan kadang memar
7. Kehilangan sensori atau motorik
8. Amenorea, umumnya pada remaja putri
6. Sindroma uremik
1. Gastro interstinal : anoreksia, mual dan muntah
2. Kecenderungan perdarahan : memar, feses cair berdarah, stomatitis, perdarahn
vivir dan mulut
3. Gatal yang membandel
4. Bekuan uermik (deposit cristal urea pada kulit)
5. Bau napas uremia yang tidak enak
6. Pernapasan dalam
7. Hipertensi
8. Gagal jantung kongestif
9. Edema paru-paru. 

 Diagnosa Keperawatan

Menurut Speer (2008) dan Wong (2004) diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan pada
anak yang menderita gagal ginjal kronis antara lain :

1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan oliguria


2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan
4. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobiltas, pruritus dan edema
5. Pola napas inefektif berhubungan dengan hiperventilasi dan dispnea
6. Perubahan peran keluarga berhubungan dengan anak menderita penyakit kronis (gagal
ginjal kronis)

 Intervensi Keperawatan

Menurut Speer (2008) dan Wong (2004) intervensi keperawatan yang dapat dirumuskan
pada anak yang menderita gagal ginjal kronis untuk mengatasi diagnosa keperawatan yang
dialami anak antara lain :
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan oliguria
1. Tujuan

Anak dapat mempertahankan volume cairan normal yang ditandai dengan


haluaran urine rata-rata sebanyak 1-2 ml/kg/jam

2. Intervensi
1. Timbang berat badan anak setiap hari dan pantau haluaran urinenya
setiap 4 jam

Rasional : Menimbang berat badan setiap hari dan pemantauan haluaran


urine yangs ering memungkinkan haluaran urine yangs ering,
memungkinkan deteksi dini dan terapi yang tepat terhadap perubahan
yang terjadi pada status cairan anak. Kenaikan berat badan yang cepar
mengindikasikan retensi cairan. Penurunan haluaran urine dapat
mengindikasikan ancaman gagal ginjal

2. Kaji anak untuk deteksi edema, ukur lingkar abdomen setiap 8 jam dan
(untuk anak laki-laki) periksa pembengkakan pada skrotum

Rasional : Pengkajian dan pengukuran yangs ering memungkinkan


deteksi dini dan pemberian terapi yang tepat terhadap setiap perubahan
kondisi anak. Lingkar abdomen yang bertambah dan pembengkakan
pada skrotum biasanya mengindikasikan asites

3. Pantau anak dengan cermat untuk melihat efek samping pemberian


terapi diuretik, khususnya ketika menggunakan hidroklorotiazid atau
furosemid

Rasional : Obat-obatan diuretik ini dapat menyebabkan hipokalemua


sehingga membutuhkan pemberian suplemen kalium per intravena

4. Pantau dan catat asupan cairan yang masuk

Rasional : Anak membutuhkan pembatasan asupan cairan akibat retensi


cairan dan penurunan laju filtrasi glomerulus, ia juga membutuhkan
restriksi asupan natrium

5. Kaji warna, konsistensi dan berat jenis urine anak


Rasional : Urine yang berbusa mengindikasikan peningkatan deplesi
protein, suatu tanda kerusakan fungsi ginjal 

6. Pantau semua hasil uji laboratorium

Rasional : Peningkatan kadar nitrogen urea darah dan kreatinin dapat


mengindikasikan kerusakan fungsi ginjal

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia


1. Tujuan

Anak akan mengalami peningkatan asupan nutrisi yang berhubungan dengan


anoreksia dan makan sekurang-kurangnya 80% porsi setiap kali makan

2. Intervensi
1. Beri diet tinggi karbohidrat

Rasional : Diat tinggi karbohidrat biasanya terasa lebih lezat dan


memberi kalori esensial bagi anak 

2. Berikan makanan porsi kecil dalam frekuensi sering, yang mencakup


beberapa makanan favorit anak

Rasional : menyediakan makanan dalam porsi kecil yang lebihs ering


untuk satu kali makan tidak akan memmbebani anak sehingga
mendorongnya untuk makan lebih banyak setiap kali anak duduk,
dengan memberi anak makanan favoritnya akan memastikan ia
mengkonsumsi setiap porsi makanan lebih banyak

3. Batas asupan natrium dan protein anak sesuai program

Rasional : Karena matrium dapat menyebabkan retensi cairan, biasanya


natrium dibatasi pada anak dengan gangguan ini. Pada kasus-kasus
berat, ginjal tidak mampu metabolisasi protein sehingga membutuhkan
restriksi protein

3. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobiltas, pruritus dan edema
1. Tujuan
Anak akan mempertahankan kulit yang berhubungan dengan imobiltas dan
esdema dengan kriteria tidak ada kemerahan, edema, serta keruskan kulit

2. Intervensi
1. Beri matras busa berlekuk sebagai tempat tidur anak

Rasional : Matras busa berlekuk mengalasi bagian-bagian tulang yang


menonkol kerusakan kulit

2. Bantu anak mengubah posisi setiap 2 jam

Rasional : Mengganti posisi dengans ering dapat mengurangu tekanan


pada area kapiler dan meningkatkan sirkulasi sehingga mengurangi
risiko kerusakan kulit

3. Mandikan anak setiap hari, menggunakan sabun mengandung lemak


tinggi

Rasional : Deodoran dan sabun yang mengandung parfum dapat


mengeringkan kulit sehingga mengakibatkan kerusakan kulit

4. Topang dan tinggikan ekstremitas yang mengalami edema

Rasional : Menopang dan meninggikan ekstremitas dapat meningkatkan


alir-balik vena dan dapat mengurangi pembengkakan

5. Pada anak laki-laki, letakkan bantalan disekitar skrotumnya

Rasional : Pemberian bantalan dapat mencegah kerusakan kulit

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan


1. Tujuan

Anak akan mengalami peningkatan toleransi beraktivitas yang ditandai oleh


kemampuan bermain dalam waktu yang lama

2. Intervensi
1. Jadualkan periode istirahat untuk setiap kali beraktivitas
Rasional : Periode istirahat yangs ering dapat menyimpan energi dan
mengurangi produksi sisa metabolit yang dapat membebani kerja ginjal
lebih lanjut

2. Sediakan permainan yang tenang dan menantang sesuai dengan usia


anak

Rasional : Permainan yang demikian dapat menyimpan energi, tetapi


mencegah kebosanan

3. Kelompokkan asuhan keperawatan anak untuk memungkinkan anak


tidur tanpa gangguan di malam hari 

Rasional : mengelompokkan pemberian asuhan keperawatan, membantu


anak tidur sesuai dengan kebutuhan.

5. Pola napas inefektif berhubungan dengan hiperventilasi dan dispnea


1. Tujuan

Anak akan mempertahankan status pernapasan dengan adekuat yang ditandai


oleh warna kulit kemerahmudaa, frekuensi napas normal, bunyi napas bersih dan
gerakan udara yang efektif

2. Intervensi
1. Bantu anak untuk batuk, membalikkan badan dan bernapas dalam setiap
2 jam

Rasional : Batuk dapat membuang lendir dari paru, membalikan badan


dapat mengeluarkan sekresi, napas dalam dapat meningkatkan
oksigenasi.

2. Lakukan fisioterapi dada setiap 4 jam

Rasional : Fisioterapi dada menanggalkan dan membuang sekresu


membuat bernapas lebih mudah

3. Lakukan pengisapan pada anak, jika dibutuhkan

Rasional : Pengisapan membantu membersihkan lendir dari jalan napas


4. Kaji peningkatan frekuensi napas, penurunan gerakan udara, bunyi
napas kasar, perubahan warna atau konsistensi sputum

Rasional : Tanda-tanda infeksi pernapasan biasanya mengindikasikan


pemberian antibiotik 

6. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan, paralisis hipotonik atau


paralisis /hemiparesis, kehilangan keseimbangan dan koordinasi (Doenges, 2000 : 296;
Smeltzer & Bare, 2002: 2139; Tucker, 1997: 489 ; Hudak & Gallo, 1996 : 266)
1. Tujuan

Klien terbebas dari komplikasi imobilitas yang dapat dicegah dengan kriteria :
terbebas dari kontraktur, footdrop mennujukkan perilaku melakukan aktivitas,
terbebas dari atelektasis, nyeri akibat tekanan dan trombosis vena dalam

2. Intervensi
1. Kaji dan catat derajat ketidakmampuan fungsional 

Rasional : Mengidentifikasi kekuatan /kelemahan dan dapat memberikan


informasi mengenai pemulihan. Bantu dalam pemilihan terhadap
intervensi.

2. Pertahankan tirah baring : posisikan pasien untuk mendapatkan


kenyamanan

Rasional : Membantu mempertahankan ekstensi pinggul fungsional


tetapi kemungkinan akan meningkatkan ansietas terutama mengenai
kemampuan pasien untuk bernapas

3. Sangga ekstremitas dengan bantal dan papan kaki 

Rasional : Selama paralisis flasid, penggunaan penyangga dapat


menurunkan risiko terjadinya subluksasio lengan

4. Ubah posisi setiap 2 sampai 4 jam, lakukan perawatan kulit setiap 2


sampai 4 jam sesuai indikasi 

Rasional : Menurunkan risiko terjadinya trauma/iskemia jaringan.


Daerah yang terkena mengalami perburukan/sirkulasi yang lebih jelek
dan menurunkan sensasi dan lebih besar menimbulkan kerusakan pada
kulit/dekubitus

5. Lakukan latihan rentang gerak pasif pada semua ekstremitas setelah


melewati fase akut

Rasional : Meminimalkan atrofi otot, meningkatkan sirkulasi, membantu


mencegah kontraktur. 

6. Berikan dorongan untuk melakukan ambulasi sesuai toleransi 

Rasional : Latihan secara bertahan dapat meningkatkan kemampuan


melakukan aktivitas tanpa disertai dengan perubahan tekanan darah dan
nadi serta kelelahan.

7. Kemudian anjurkan pasien untuk berjalan di ruangan atau lorong selama


15 menit empat kali sehari 

Rasional : dapat melatih ketahanan tubuh terhadap aktivitas

8. Konsulkan dengan bagian terapi fisik untuk menentukan jadwal program


latihan 

Rasional : program yang khusus dapat dikembangkan untuk menemukan


kebutuhan yang berarti/menjaga kekurangan tersebut dalam
keseimbangan, koordinasi dan kekuatan

9. Pertahankan waktu istirahat yang telah direncanakan 

Rasional : Istirahat dapat menghemat energi untuk melakukan aktivitas


sehingga klien tidak terlalu kelelahan

7. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak menderita penyakit kronis (gagal
ginjal kronis)
1. Tujuan

Pasien dan keluarga mendapat dukungan yang adekuat dan keluarga dapat
terlibat dengan kelompok-kelompok khusus
2. Intervensi
1. Kenali masalah keluarga dan kebutuhan akan informasi dan dukungan

Rasional : dengan mengkaji masalah yang dihadapi keluarga perawat


dapat membuat rencana intervensi yang tepat serta dapat melakukan
pendekatan dengan keluarga dengan cara yang tepat.

2. Kaji pemahaman keluarga tentang diagnosa dan rencana perawatan

Rasional : Tingkat pemahaman keluarga tentang penyakit dan terapinya


sangat diperlukan perawat dapat menentukan intervensi yang tepat

3. Tekankan dan jelaskan penjelasan profesional kesehatan tentang kondisi


anak, prosedur dan terapi yang dianjurkan serta prognosanya

Rasional : penjelasan yang tepat dari profesonal akan mempertegas


bahwa informasi yang didapatkan tentang penyakit dan terainya tersebut
tepat 

4. Gunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan pemahaman keluarga


tentang penyakit dan terapinya dan ulangi informasi seseirng mungkin 

Rasional : Untuk memfasilitasi keluarga belajar dan meningkatkan


kemampuannya dalam merawat klien

5. Bantu orang tua mengintepretasikan perilaku dan respon bayi atau anak 

Rasional : Menginteoretasikan perilaku dan respon bayi atau anak secara


tepat dapat membantu keluarga dalam mengambil keputusan kapan
harus lapor perawat atau dokter

6. Sambut keberadaan keluargatanpa batas

Rasional : untuk meningkatkan hubungan keluarga

7. Dorong keluarga untuk memberikan barang-barang yang berarti dan


dapat diatur pafa anak

Rasional : Untuk memberikan rasa aman


8. Rujuk pada kelompok pendukung dan lembaga-lembaga khusus (mis
yayasan gagal ginjal Indonesia)

Rasional : untuk dukungan interpersonal tambahan dan konkret


(misalnya pelayanan sosial, rohaniawan dan yayasan Epilepsi Indonesia)

8. Nyeri akut berhubungan dengan nyeri tulang dan deformitas


1. Tujuan

Anak akan memperlihatkan peningkatan rasa nyaman ditandai oleh tampilan


wajah yang rileks, keterlibatan aktif dalam bermain dan ekspresi rasa nyaman

2. Intervensi
1. Kaji anak untuk menilai keparahan dan lokasi nyeri atau rasa tidak
nyaman, dengan menggunakan instrumen pengkajian nyeri pediatrik
(seperti: interval wajah atau number line pain-rating)

Rasional : Memahami keparahan dan lokasi nyeri anak membantu


menentukan upaya kontrol nyeri yang tepat. Intervensi meliputi
medikasi, pengaturan posisi, pengalihan, imajinasi, relaksasi dan teknik
pernapasan

2. Tempatkan anak pada posisi yang nyaman ketika mempertahankan


kesejajaran tubuh yang tepat dan menopang titik tekanan

Rasional : Pengaturan posisi yang demikian menghindari terjadinya


kontraktur, kram dan pemberian tekanan pada satu bagian tubuh selama
periode waktu yang lama

3. Beri anak kesempatan untuk membawa objek yang sudah dikenali dari
rumah, misalnya mainan dans elimut

Rasional : Objek yang mudah dikenali anak dapat meningkatkan rasa


aman dan mengurangi kecemasan yang dapat mempengaruhi tingkat
kenyamanan anak

4. Berikan obat analgesik sesuai program


Rasional : Obat analgesik dapat menredakan rasa nyeri sehingga
meningkatkan rasa nyaman anak

5. Lakukan aktivitas pengalihan, misalnya, mainan, games, televisi atau


buku

Rasional : Aktivitas pengalihan dapat mengalihkan anak dari rasa nyeri

9. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang sumber informasi tentang penyakit


dan penanganannya
1. Tujuan

Orang tua akan mengekspresikan pemahaman tentang instruksi perawatan di


rumah

2. Intervensi
1. Jelaskan kepada orang tua tentang patofisiologi penyakit

Rasional : Penjelasan yang demikian membantu orang tua memahami


penyakit dan pentingnya melanjutkan terapi di rumah

2. Yakinkan kembali orang tua bahwa penyakit tersebut jarang


menyebabkan efek jangka panjang

Rasional : Orang tua biasanya khawatir tentang efek penyakit, khususnya


jika menjalani dialisis selama fase akut penyakit

3. Jelaskan kepada orang tua tentang pentingnya mempertahankan anak


pada restriksi diet natrium, sampai edema mereda dan fungsi ginjal
kembali normal

Rasional : Diet restriksi natrium diperlukan karena asupan natrium yang


berlebihan dapat menghalangi ekskresi air

4. Instruksikan orang tua untuk membatasi aktivitas anak sampai dokter


menyetujui bahwa anak dapat melakukan aktivitas seperti sediakala
Rasional : Restriksi natrium diperlukan untuk mencegah stres pada ginjal
yang dapat menyebabkan kekambuhan penyakit 

5. Ajarkan orang tua tentang tanda dan gejala infeksi pernapasan atas,
seperti meningkatkanya suhu tubuh, nyeri tenggorok dan batuk, juga
ajarkan mereka tentang tanda gagal ginjal, misalnya penurunan haluaran
urine, kenaikan berat badan dan edema

Rasional : Dengan mengetahui tanda dan gejala gagal ginjal maka


mendorong orang tua mencari bantuan medis saat diperlukan

6. Anjurkan orang tua untuk menepati semya perjanjian tindak lanjut

Rasional : Suatu kunjungan tidak lanjut sangat diperlukan untuk


menentujkan resolusi penyakit dan mendeteksi komplikasi

 Isue Di Masyarakat Tentang Gagal Ginjal Kronis

Di Masyarakat banyak orang tahu bahwa, penyakit anak-anak hanya pilek, batuk, demam,
masuk angin. Mereka berpikir penyakit seperti ginjal tidak bisa menyerang anak-anak. Oleh
karena itu, sosialisasi untuk mengenali gejala-gejalanya secara dini sangat penting sekali.
Gejala yang bisa dideteksi dengan mudah, sering mengalami kejang. Kejang terjadi sebagai
efek dari ureum dan kreatinin yang meningkat, mengakibatkan peningkatan racun dalam
tubuh. Peningkatan racun dalam tubuh inilah yang menyebabkan gagal ginjal dan harus
dilakukan cuci darah. Jika berhasil dideteksi ketika masih dalam taraf infeksi, risiko gagal
ginjal dapat dicegah (Ismar, 2008).

 Pembahasan

Masyarakat saat ini masig menganggap bahwa anak kecil tidak akan menderita gagal ginjal
kronik. Masyarakat beranggapan bahwa penyakit yang tak akan bisa menyerang anak.
Pemahaman masyarakat untuk mendeteksi secara dini gejala-gejala penyakit ginjal masih
sangat terbatas. Hal ini mengakibatkan efek fatal menimpa sang anak. Sebab, jika telah
divonis mengalami gagal ginjal, sang anak harus bersahabat dengan cuci darah sepanjang
hidupnya. Masyarakat hanya mengetahui, penyakit anak-anak itu pilek, batuk, demam,
masuk angin. Mereka berpikir penyakit seperti ginjal tidak bisa menyerang anak-anak. Oleh
karena itu, sosialisasi untuk mengenali gejala-gejalanya secara dini sangat penting sekali. 

Gejala yang bisa dideteksi dengan mudah, sering mengalami kejang. Kejang terjadi sebagai
efek dari ureum dan kreatinin yang meningkat, mengakibatkan peningkatan racun dalam
tubuh. Peningkatan racun dalam tubuh inilah yang menyebabkan gagal ginjal dan harus
dilakukan cuci darah. Jika berhasil dideteksi ketika masih dalam taraf infeksi, risiko gagal
ginjal dapat dicegah. Gagal ginjal pada anak itu bisa karena kelainan bawaan, keturunan, dan
juga didapat karena penyakit lain yang membawa efek ke ginjal. Kebanyakan faktor luar
bukan karena pola makan. 

Bayi usia 1 tahun sudah ada yang menderita gagal ginjal kronik, tetapi karena masih bayi kita
nggak bisa terapkan CAPD, sehingga akhirnya tidak tertolong. Penderita yang mengalami
gagal ginjal, hanya bisa dinyatakan sembuh setelah melakukan transplantasi ginjal. Tanpa itu,
maka seumur hidup akan bergantung pada hemodialisis ataupun Continuous Ambulatory
Peritonial Dialysis (CPDA). Sayangnya, transplantasi ginjal pada anak-anak bukan perkara
mudah. Bahkan, hingga saat ini hanya bisa dilakukan di luar negeri. Selain memiliki risiko
yang jauh lebih tinggi, dokter-dokter di Indonesia belum banyak yang melakukannya. Jangan
pernah remehkan, sesimpel apapun gejala penyakit yang dialami anak. Segera bawa ke
puskesmas atau rumah sakit. Dan kalau perlu jangan hanya mengandalkan satu diagnosa jika
memang tidak yakin, atau mencari second opinion.

 Daftar Pustaka

AKPER PPNI. (2008). Askep Gagal Ginjal


Kronik.http://akperppnisolojateng.blogspot.com/2008/09/.html. Diakses tanggal 16
Maret 2009

Corwin, E.J. (2001). Buku Saku Patofisiologi(terjemahan). Cetakan 1. Jakarta :


Penerbit Buku Kedokteran EGC
 

Engram, B. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah (terjemahan).


Volume 1. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Hanif. (2007). Gagal Ginjal Kronik. .http://hanif.web.ugm.ac.id/gagal-ginjal-


kronik/. Diakses tanggal 16 Maret 2009

Ismar. 92008). Waspada, Gagal Ginjal Pada


Anak.http://ismar71.wordpress.com/2008/03/29. Diakses tanggal 16 Maret 2009

Lukman, (2009). Anatomi Fisiologi Sistem


Perkemihan.http://lukmanrohimin.blogspot.com.html. Diakses tanggal 16 Maret
2009

Sahabat Ginjal. (2009). Penyakit Ginjal Kronik Pada


Anak.http://www.sahabatginjal.com/display_articles.aspx?artid=35. Diakses tanggal
16 Maret 2009

Smeltzer, S.C dan Bare, B.G. (2002). Buku Ajar kepertawatan Medikal-


Bedah Brunner & Suddarth (terjemahan). Edisi 8. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
 

Speer, K.M. (2008). Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik dengan Clinical


Pathways (terjemahan). Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Stein, J.H. (2001). Panduan Klinik Ilmu Penyakit Dalam (terjemahan). Edisi 3.


Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

STIKIM.(2008). Gagal Ginjal
Kronik.http://www.stikim.ac.id/stikim/download/.Diakses tanggal 16 Maret 2009

Wong, D/L. (2004). Pedoman Klinis Keperawatan pediatric (terjemahan). Edisi 4.


Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

 
 

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GAGAL GINJAL


KRONIS

Disusun Oleh :

 
 

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN

TAHUN 2009

DIPOSTING OLEH KRATON KAYUNANAN DI 15.54   

2 KOMENTAR:

1.

darah tinggi26 Mei 2010 19.38


darah tinggi : merubah gaya hidup sehat.... dan mengkonsumsi makanan segar dan
organik...yang bebas dari bahan-bahan kimia...

Balas

2.

Qnc jelly gamat indonesia24 Juli 2016 21.16

Termakasih Informasinya
Saya juga mau berbagi informasi kesehatan juga, jika berkenan silahkan kunjungi
website kami juga tentangObat Gagal Ginjal

Balas

Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda

Langganan: Posting Komentar (Atom)

PENGIKUT

ARSIP BLOG

 ►  2011 (1)

 ▼  2009 (25)

o ►  Desember (1)

o ▼  Juni (18)

 HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI PASIEN ...

 Selamat ujian anak

 ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN AUTISME BAB I PENDA...

 ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN HEMOFILIA  PENDAH...

 ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN OTITIS MEDIA  Pe...

 ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DGN TETANUS    PENDAHULUA...

 Asuhan Keperawatan Depresi pada Anak (Childhood D...

 ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN KEJANG DEMAM bAB I ...

 ASUHAN KEPERAWATAN MALTREATMENT PADA ANAK : PHYSIC...

 ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN THALASEMIA BAB I PE...

 BAB I PENDAHULUAN  Latar Belakang Pelecehan yang ...

 ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN HIV (Human Immnunod...

 ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN HIPERBILIRUBIN  Pe...


 ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN TUBERCULOSIS ...

 BAB I PENDAHULUAN  Latar Belakang Attention Defic...

 ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GAGAL GINJAL AKUT ...

 ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK...

    ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KEP (Kuran...

o ►  Mei (1)

o ►  Maret (5)

KONTRIBUTOR

 kraton kayunanan
 nayacell

Anda mungkin juga menyukai