Pendahuluan
Jumlah anak yang menderita gagal ginjal kronis di Indonesia cenderung meningkat.
Gagal ginjal kronis biasanya timbul beberapa tahun setelah penyakit atau kerusakan ginjal,
tetapi pada situasi tertentu dapat muncul secara mendadak. Gagal ginjal kronik akhirnya
menyebabkan dialysis ginjal, transplantasi atau kematian (Corwin, 2001). Gagal ginjal kronis
terjadi dengan lambat selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, dengan penurunan
terhadap pada fungsi ginjal dan peningkatan bertahap dalam gejala-gejala, mengakibatkan
penyakit tahap akhir. Pasien asimtomatik selama tahap pertama berkurangnya cadangan
ginjal (Engram, 1999).
Penyakit gagal ginjal kronik merupakan suatu kondisi dimana fungsi ginjal mengalami
penurunan yang ireversibel. Pada anak-anak, GGK dapat disebabkan oleh berbagai faktor,
antara lain: kelainan kongenital (bawaan sejak lahir), glomerulonefritis, penyakit multsistem
(antara lain penyakit lupus). GGK pada anak-anak lebih sering dijumpai pada laki-laki. Pada
stadium awal, GGK biasanya tanpa gejala, atau hanya berupa gejala / keluhan yang tidak khas
seperti sakit kepala, lelah, lemas, nafsu makan menurun, muntah dan gangguan
pertumbuhan. Anak juga kelihatan pucat, dan tekanan darahnya meningkat. Jika dibiarkan,
fungsi ginjal akan semakin menurun dan akhirnya mencapai penyakit ginjal kronik tahap
terminal. Anak juga akan mengalami hambatan dalam perkembangan kemampuan berbahasa
dan motoriknya (Sahabatginjal, 2009).
Gangguan pada pertumbuhan dapat terjadi pada anak-anak dengan PGK, yang mungkin akan
menimbulkan masalah saat anak berinteraksi dengan teman sebayanya. Oleh karena itu, para
orang tua sebaiknya berkonsultasi kepada psikolog guna membantu mengatasi masalah
tersebut. Memberikan anak aktivitas ekstrakurikuler juga bermanfaat membantu mengatasi
perkembangan ketrampilan sosialnya. Selain itu juga perlu dilakukan pemeriksaan secara
rutin seperti pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkar kepala, status pubertal, dan
lingkar lengan atas untuk mendeteksi adanya gangguan kecepatan pertumbuhan sedini
mungkin. Pemberian nutrisi perlu diperhatikan agar anak tidak mengalami malnutrisi dan
gagal tumbuh (Sahabatginjal, 2009).
Landasan Teori
o Anatomi Fisiologi
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum pada kedua sisi
vertebra thorakalis ke 12 sampai vertebra lumbalis ke-3. Bentuk ginjal seperti biji kacang.
Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, karena adanya lobus hepatis dexter yang
besar.
1. Fungsi ginjal
Fascia renalis terdiri dari a) fascia (fascia renalis), b) Jaringan lemak peri renal, dan c)
kapsula yang sebenarnya (kapsula fibrosa), meliputi dan melekat dengan erat pada
permukaan luar ginjal
3. Struktur
Ginjal
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa, terdapat cortex
renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, dan medulla renalis di bagian dalam
yang berwarna cokelat lebih terang dibandingkan cortex. Bagian medulla berbentuk
kerucut yang disebut pyramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang
terdiri dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis.
Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya pembuluh
darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus.. Pelvis renalis berbentuk corong yang
menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga calices renalis
majores yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga calices renalis
minores. Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit fungsional
ginjal. Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari :
Glomerulus, tubulus proximal, ansa henle, tubulus distal dan tubulus urinarius.
1. Proses Filtrasi ,di glomerulus terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah
bagian cairan darah kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai
bowmen yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll,
diteruskan ke tubulus ginjal. cairan yang di saring disebut filtrate gromerulus.
2. Proses Reabsorbsi. pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari
glikosa, sodium, klorida, fospat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi
secara pasif (obligator reabsorbsi) di tubulus proximal. sedangkan pada tubulus distal
terjadi kembali penyerapan sodium dan ion bikarbonat bila diperlukan tubuh.
Penyerapan terjadi secara aktif (reabsorbsi fakultatif) dan sisanya dialirkan pada
papilla renalis.
3. Proses sekresi. Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan
ke papilla renalis selanjutnya diteruskan ke luar.
Definisi Penyakit
Gagal ginjal kronik adalah destruksi struktur ginjal yang progresif dan terus menerus
(Corwin, 2001). Menurut Stein (2001) gagal ginjal kronis didefinisikan sebagai kemunduran
fungsi ginjal yang progresif dan tidak reversible yang disebabkan oleg berbagai jenis penyakit.
Penyakit yang mendasari sering sulit dikenali bila gagal ginjal telah parah. Gagal ginjal kronik
yaitu penurunan fungsi ginjal sehingga kadar kreatinin serum lebih dari 2 atau 3 kali nilai
normal untuk anak dengan jenis kelamin dan usia yang sama, atau bila laju filtrasi glomerulus
<30 ml/menit/1,73 m2 sekurang-kurangnya selama 3 bulan (Hanif, 2007).
Etiologi
Menurut Stein (2001) penyebab gagal ginjal kronis yangs erring temui pada anak-anak antara
lain:
o Penyakit glomerulonefritis
o Penyakit glomerulus yang disertai dengan penyakit sistemik
o Penyakit tubulointerstisiel
o Penyakit polikistik dan penyakit bawaan lain
o Penyakit renovaskuler
o Penyakit tromboembolik
o Sumbatan kronis saluran kemih
o Nefrosklerosis hipertensif
o Nefropati diabetes
Patofisiologi
Demineralisasi tulang dan gangguan pertumbuhan terjadi akibat sekresi hormon paratiroid,
peningkatan fosfat plasma (penurunan kalsium serum, asidosis) menyebabkan pelepasan
kalsium dan fosfor ke dalam aliran darah dan gangguan penyerapan kalsium usus. Anemia
terjadi karena gangguan produksi sel darah merah, penurunan rentang hidup sel darah
merah, peningkatan kecenderungan perdarahan (akibat kerusakan fungsi trombosit).
Perubahan pertumbuhan berhubungan dengan perubahan nutrisi dan berbagai proses
biokimia.
Menurut Wong (2004) gagal ginjal kronis atau penyakit ginjal tahap akhir (end stage renal
diseases /ERSD) terjadi bila ginjal yang sakit tidak mampu mempertahankan komposisi
kimiawi cairan tubuh dalam batas normal di bawah kondisi normal. Akumulasi berbagai
subtansi biokimia dalam darah yang terjadi karena penurunan fungsi ginjal yang
menimbulkan komplikasi seperti hal berikut (Wong, 2004):
Pathways
Manifestasi Klinik
Menurut STIKIM (2009) manifestasi klinik yang dapat dijumpai pada anak dengan gagal
ginjal kronik antara lain :
Menurut AKPER PPNI (2008) manifestasi klinik yang sering jumpai pada anak dengan gagal ginjal
kronik antara lain :
1. Kardiovaskuler :
Hipertensi, gagal jantung kongestif, udema pulmoner, perikarditis, Pitting edema (kaki,
tangan, sacrum), Edema periorbital, friction rub pericardial, Pembesaran vena leher.
2. Dermatologi
3. Pulmoner
1. Gastrointestinal
Anoreksia, mual, muntah, cegukan, nafas berbau ammonia, ulserasi dan perdarahan
mulut, konstipasi dan diare, perdarahan saluran cerna
2. Neurologi
Tidak mampu konsentrasi, kelemahan dan keletihan, konfusi/ perubahan tingkat
kesadaran, disorientasi, kejang, rasa panas pada telapak kaki. Perubahan perilaku
3. Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, kelemahan pada tungkai, fraktur tulang, foot drop
4. Reproduktif
5. Amenore, atrofi testekuler
1. Perawatan
Pasien gagal ginjal kronis memerlukan asuhan keperawatan yang tepat untuk
menghindari komplikasi akibat menurunnya fungsi renal dan stress serta cemas dalam
menghadapi penyakit yang mengancam jiwa. Asuhan keperawatan diarahkan untuk
mengkaji status cairan dan mengidentifikasi sumber potensial yang mengakibatkan
ketidak seimbangan, mengimplementasikan program diet untuk menjamin masukan
nutrisi yangs esuai dalam batas-batas program penanganan dan meningkatkan rasa
positif dengan mendorong peningkatan perawatan diri dan kemandirian (Smeltzer dan
Bare, 2002).
Pasien dan keluarga perlu mengetahui masalah yang harus dilaporkan pada tenaga
kesehatan : perburukan tanda gagal ginjal (mual, muntah, penurunan haluaran urin,
dapas berbau amoni) tanda hiperkalemia (kelemahan otot, diare, kram abdominal).
Perawat perlu memberikan penyuluhan kesehatan pada klien dan keluarga tentang
medikasi (tujuan pengobatan, efek samping, efek yang diharapkan, dosis dan jadual
pemberian) (Smeltzer dan Bare, 2002).
2. Pengobatan
Penanganan atau pengobatan penyakit gagal ginjal kronik pada anak dapat dilakukan
dengan (sahabatginjal, 2009) :
1. Terapi Konservatif
Terapi konservatif sebaiknya dilakukan sebelum pasien mencapai keadaan
penyakit ginjal kronik tahap terminal. Terapi konservatif ini meliputi pemberian
obat-obatan untuk mengurangi gejala mual dan muntah, mempersiapkan
penderita dan keluarga untuk menjalani terapi pengganti ginjal. Tujuannya
adalah agar anak merasa sehat (tidak ada keluhan atau rasa sakit) dan normal
dalam melakukan aktivitasnya, mempertahankan pertumbuhan fisik yang
normal, serta mempertahankan fungsi ginjal selama mungkin.
Terapi Pengganti Ginjal ini umumnya dilakukan bila fungsi ginjal sudah sangat
menurun (lebih dari 90 persen). Terapi ini bertujuan bukan hanya untuk
memperpanjang usia anak dengan PGK tetapi juga meningkatkan kualitas hidup
sehingga mereka diharapkan dapat mencapai dan menjalani kehidupan secara
lebih baik di usia dewasa.
Ada dua jenis metode dialisis yang dapat dipilih: hemodialisis (cuci darah melalui
mesin dialisis) dan dialisis peritoneal (dialisis melalui selaput rongga perut).
Sedangkan transplantasi ginjal dilakukan melalui pembedahan dengan
memanfaatkan ginjal sehat yang diperoleh dari donor yang masih hidup atau
baru saja meninggal.
3. Anak dengan GGK perlu berobat secara rutin ke dokter atau menjalani
hemodialisis, sehingga mereka mungkin kehilangan waktu selama beberapa jam
untuk belajar di sekolah. Sebagai orang tua, perlu mengatur jadwal pengobatan
disamping jadwal sekolah sedemikian rupa sehingga mereka tetap dapat
mengikuti pelajarannya dengan baik. Penanganan dan terapi yang diberikan
secara tepat dan sejak dini memungkinkan anak dengan GGK
untuk menjalani kehidupannya senormal mungkin sebagaimana anak lainnya.
Pengkajian
Pengkajian yang dapat dilakukan pada anak dengan gagal ginjal kronik menurut Wong
(2004) sebagai berikut :
1. Pengkajian awal
1. Lakukan pengkajian fisik rutin dengan perhatian khusus pada pengukuran
parameter pertumbuhan
2. Dapatkan riwayat kesehatan, khususnya mengenai disfungsi ginjal, perilaku
makan, frekuensi infeksi dan tingkat energi
3. Observasi adanya bukti-bukti manifestasi gagal ginjal kronik
2. Tanda awal
1. Kehilangan energi normal
2. Peningkatan keletihan pada aktivitas
3. Pucat, samara-samar (mungkin tidak terlihat)
4. Peningkatan tekanan darah (kadang-kadang)
3. Setelah penyakit berlanjut
1. Penurunan nafsu makan (khususnya pada saat sarapan)
2. Kehilangan minat pada aktivitas normal
3. Peningkatan atau penurunan keluaran urin dengan kompensasi masukan cairan
4. Pucat lebih terlihat
5. Penampilan kulit pucat dan keruh
4. Anak mengeluhkan hal berikut: sakit kepala, kram otot dan mual
5. Tanda dan gejala lain
1. Penurunan berat badan
2. Edema wajah
3. Malaise
4. Nyeri tulang ataus endi
5. Retardasi pertumbuhan
6. Kulit kering atau gatal dan kadang memar
7. Kehilangan sensori atau motorik
8. Amenorea, umumnya pada remaja putri
6. Sindroma uremik
1. Gastro interstinal : anoreksia, mual dan muntah
2. Kecenderungan perdarahan : memar, feses cair berdarah, stomatitis, perdarahn
vivir dan mulut
3. Gatal yang membandel
4. Bekuan uermik (deposit cristal urea pada kulit)
5. Bau napas uremia yang tidak enak
6. Pernapasan dalam
7. Hipertensi
8. Gagal jantung kongestif
9. Edema paru-paru.
Diagnosa Keperawatan
Menurut Speer (2008) dan Wong (2004) diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan pada
anak yang menderita gagal ginjal kronis antara lain :
Intervensi Keperawatan
Menurut Speer (2008) dan Wong (2004) intervensi keperawatan yang dapat dirumuskan
pada anak yang menderita gagal ginjal kronis untuk mengatasi diagnosa keperawatan yang
dialami anak antara lain :
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan oliguria
1. Tujuan
2. Intervensi
1. Timbang berat badan anak setiap hari dan pantau haluaran urinenya
setiap 4 jam
2. Kaji anak untuk deteksi edema, ukur lingkar abdomen setiap 8 jam dan
(untuk anak laki-laki) periksa pembengkakan pada skrotum
2. Intervensi
1. Beri diet tinggi karbohidrat
3. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobiltas, pruritus dan edema
1. Tujuan
Anak akan mempertahankan kulit yang berhubungan dengan imobiltas dan
esdema dengan kriteria tidak ada kemerahan, edema, serta keruskan kulit
2. Intervensi
1. Beri matras busa berlekuk sebagai tempat tidur anak
2. Intervensi
1. Jadualkan periode istirahat untuk setiap kali beraktivitas
Rasional : Periode istirahat yangs ering dapat menyimpan energi dan
mengurangi produksi sisa metabolit yang dapat membebani kerja ginjal
lebih lanjut
2. Intervensi
1. Bantu anak untuk batuk, membalikkan badan dan bernapas dalam setiap
2 jam
Klien terbebas dari komplikasi imobilitas yang dapat dicegah dengan kriteria :
terbebas dari kontraktur, footdrop mennujukkan perilaku melakukan aktivitas,
terbebas dari atelektasis, nyeri akibat tekanan dan trombosis vena dalam
2. Intervensi
1. Kaji dan catat derajat ketidakmampuan fungsional
7. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak menderita penyakit kronis (gagal
ginjal kronis)
1. Tujuan
Pasien dan keluarga mendapat dukungan yang adekuat dan keluarga dapat
terlibat dengan kelompok-kelompok khusus
2. Intervensi
1. Kenali masalah keluarga dan kebutuhan akan informasi dan dukungan
5. Bantu orang tua mengintepretasikan perilaku dan respon bayi atau anak
2. Intervensi
1. Kaji anak untuk menilai keparahan dan lokasi nyeri atau rasa tidak
nyaman, dengan menggunakan instrumen pengkajian nyeri pediatrik
(seperti: interval wajah atau number line pain-rating)
3. Beri anak kesempatan untuk membawa objek yang sudah dikenali dari
rumah, misalnya mainan dans elimut
2. Intervensi
1. Jelaskan kepada orang tua tentang patofisiologi penyakit
5. Ajarkan orang tua tentang tanda dan gejala infeksi pernapasan atas,
seperti meningkatkanya suhu tubuh, nyeri tenggorok dan batuk, juga
ajarkan mereka tentang tanda gagal ginjal, misalnya penurunan haluaran
urine, kenaikan berat badan dan edema
Di Masyarakat banyak orang tahu bahwa, penyakit anak-anak hanya pilek, batuk, demam,
masuk angin. Mereka berpikir penyakit seperti ginjal tidak bisa menyerang anak-anak. Oleh
karena itu, sosialisasi untuk mengenali gejala-gejalanya secara dini sangat penting sekali.
Gejala yang bisa dideteksi dengan mudah, sering mengalami kejang. Kejang terjadi sebagai
efek dari ureum dan kreatinin yang meningkat, mengakibatkan peningkatan racun dalam
tubuh. Peningkatan racun dalam tubuh inilah yang menyebabkan gagal ginjal dan harus
dilakukan cuci darah. Jika berhasil dideteksi ketika masih dalam taraf infeksi, risiko gagal
ginjal dapat dicegah (Ismar, 2008).
Pembahasan
Masyarakat saat ini masig menganggap bahwa anak kecil tidak akan menderita gagal ginjal
kronik. Masyarakat beranggapan bahwa penyakit yang tak akan bisa menyerang anak.
Pemahaman masyarakat untuk mendeteksi secara dini gejala-gejala penyakit ginjal masih
sangat terbatas. Hal ini mengakibatkan efek fatal menimpa sang anak. Sebab, jika telah
divonis mengalami gagal ginjal, sang anak harus bersahabat dengan cuci darah sepanjang
hidupnya. Masyarakat hanya mengetahui, penyakit anak-anak itu pilek, batuk, demam,
masuk angin. Mereka berpikir penyakit seperti ginjal tidak bisa menyerang anak-anak. Oleh
karena itu, sosialisasi untuk mengenali gejala-gejalanya secara dini sangat penting sekali.
Gejala yang bisa dideteksi dengan mudah, sering mengalami kejang. Kejang terjadi sebagai
efek dari ureum dan kreatinin yang meningkat, mengakibatkan peningkatan racun dalam
tubuh. Peningkatan racun dalam tubuh inilah yang menyebabkan gagal ginjal dan harus
dilakukan cuci darah. Jika berhasil dideteksi ketika masih dalam taraf infeksi, risiko gagal
ginjal dapat dicegah. Gagal ginjal pada anak itu bisa karena kelainan bawaan, keturunan, dan
juga didapat karena penyakit lain yang membawa efek ke ginjal. Kebanyakan faktor luar
bukan karena pola makan.
Bayi usia 1 tahun sudah ada yang menderita gagal ginjal kronik, tetapi karena masih bayi kita
nggak bisa terapkan CAPD, sehingga akhirnya tidak tertolong. Penderita yang mengalami
gagal ginjal, hanya bisa dinyatakan sembuh setelah melakukan transplantasi ginjal. Tanpa itu,
maka seumur hidup akan bergantung pada hemodialisis ataupun Continuous Ambulatory
Peritonial Dialysis (CPDA). Sayangnya, transplantasi ginjal pada anak-anak bukan perkara
mudah. Bahkan, hingga saat ini hanya bisa dilakukan di luar negeri. Selain memiliki risiko
yang jauh lebih tinggi, dokter-dokter di Indonesia belum banyak yang melakukannya. Jangan
pernah remehkan, sesimpel apapun gejala penyakit yang dialami anak. Segera bawa ke
puskesmas atau rumah sakit. Dan kalau perlu jangan hanya mengandalkan satu diagnosa jika
memang tidak yakin, atau mencari second opinion.
Daftar Pustaka
STIKIM.(2008). Gagal Ginjal
Kronik.http://www.stikim.ac.id/stikim/download/.Diakses tanggal 16 Maret 2009
Disusun Oleh :
TAHUN 2009
2 KOMENTAR:
1.
Balas
2.
Termakasih Informasinya
Saya juga mau berbagi informasi kesehatan juga, jika berkenan silahkan kunjungi
website kami juga tentangObat Gagal Ginjal
Balas
PENGIKUT
ARSIP BLOG
► 2011 (1)
▼ 2009 (25)
o ► Desember (1)
o ▼ Juni (18)
o ► Mei (1)
o ► Maret (5)
KONTRIBUTOR
kraton kayunanan
nayacell